Analisis Sinyal Seismik Gunungapi Merapi Berdasarkan Identifikasi Gempa Multiphase Sebelum Dan Sesudah Letusan 14 Juni 2006
Analisis Sinyal Seismik Gunungapi Merapi Berdasarkan Identifikasi Gempa Multiphase Sebelum Dan Sesudah Letusan 14 Juni 2006
Disusun Oleh:
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fisika
Pada Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Penetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
26
27
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing I Pembimbing II
Disahkan oleh:
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta
27
28
Oleh :
Saya dengan ini menyatakan bahwa isi intelektual skripsi ini adalah hasil
kerja saya dan sepengetahuan saya, hingga saat ini skripsi ini tidak berisi materi
yang telah dipublikasikan dan ditulis oleh orang lain, atau materi yang telah
diajukan untuk mendapatkan gelar di Universitas Sebelas Maret Surakarta
maupun di lingkungan perguruan tinggi lainnya, kecuali yang telah dituliskan
dalam daftar pustaka skripsi ini. Semua bantuan dari berbagai pihak baik fisik
maupun psikis, telah saya cantumkan dalam bagian ucapan terimakasih skripsi ini.
28
29
ABSTRAK
29
30
ABSTRACT
30
31
MOTTO
- Satu-satunya yang akan kita sesali dalam hidup ini kita tidak berani
mengambil resiko, jika kita mempuyai kesempatan untuk meraih
kebahagiaan maka raihlah dan wujudkan kebahagiaan itu dengan kedua
tangan kita, meskipun seberapa resiko yang kita hadapi (Sri drajat W.U).
- Sesuatu yang bermula dari nol akan mencapai puncaknya, jika ada
kemauan dalam diri untuk mengembangkan semua itu, ikuti kata hatimu
karena itu adalah pilihan yang terbaik (Luna Try).
- Jangan menyesali akan masa lalu, buatlah pelajaran berharga dari masa
lalu itu untuk masa depanmu, walau kamu pernah jatuh kedua kalinya
(Novie Yoon Hye).
PERSEMBAHAN
31
32
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skrispsi dengan judul ” Analisis Sinyal Seismik Gunung Api Merapi Berdasarkan
Identifikasi Gempa Multiphase Sebelum Dan Sesudah Letusan 14 Juni 2006”
dengan baik dan lancar.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
guna meraih gelar Sarjana Fisika pada Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Melalui
penyusunan skrispi ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman bagi penulis, sehingga dapat menjadi bekal saat terjun di dunia kerja.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai
pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya pada:
1. Segenap pimpinan Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bapak Drs. Harjana, M.Si, PhD selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas
MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Drs. Subandriyo, M.Si selaku Kepala BPPTK Yogyakarta.
4. Ibu Sri Sumarti, selaku Kepala seksi Gunung Merapi BPPTK
Yogyakarta.
5. Bapak Sorja Koesuma, S.Si, M.Si selaku Pembimbing Akademik
serta Pembimbing I Skripsi.
6. Bapak Agus Budi Santoso, S.Si, M.Si selaku Pembimbing II Skripsi.
7. Mas Febri, Erni, Ida atas canda tawa selama di BPPTK dan
kebersamaan yang terjalin selama 2 bulan.
8. Seluruh staff kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan
Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta atas bantuan dan
sambutan yang sangat ramah selama kami penelitian disana
32
33
Penulis
33
34
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iii
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................ iv
HALAMAN ABSTRACT .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ...................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitin ...................................................................... 3
1.5 Manfaat .................................................................................. 3
1.6 Sistematika Skripsi .................................................................... 4
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1 Gunungapi di Indonesia Dan Proses Terbentuknya ................ 5
2.2 Karakteristik Gunungapi Merapi ............................................... 7
2.3 Instrumen- instrumen Seismograf ............................................ 8
2.3.1 Penjalaran Gelombang Seismik ................................. 8
2.3.2 Sensor Seismograf ..................................................... 15
2.4 Jaringan Seismik Gunung Merapi ............................................ 15
2.4.1 Monitoring Gunung Merapi ....................................... 15
2.4.2 Pemantauan Dengan Seismik ..................................... 17
2.5 Gempa Vulkanik ...................................................................... 19
2.4.1 Tipe-tipe Gempa Gunung Merapi .............................. 21
34
35
35
36
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tipe-tipe gempa gunung merapi ................................................. 21
Tabel 2. Posisi stasiun-stasiun analog di Gunung Merapi ......................... 26
Tabel 3. Data parameter gempa multiphase bulan maret ........................ 40
Tabel 4. Data parameter gempa multiphase bulan september ................... 41
Tabel 5. Data frekuensi, magnitudo, energi bulan maret ........................... 44
Tabel 6. Data frekuensi, magnitudo, energi bulan september ................... 45
Tabel 7. Data pengolahan A/D dan emergen time bulan maret ............... 46
Tabel 8. Data pengolahan A/D dan emergen time bulan september ........ 46
Tabel 9. Pertumbuhan kubah lava 2006 .................................................... 48
Tabel 10. Jumlah gempa multiphase dan guguran ...................................... 49
Tabel 11. Kalkulasi hasil frekuensi bulan maret 2006................................ 60
Tabel 12. Kalkulasi hasil frekuensi bulan september 2006 ...................... 60
Tabel 13. Nilai A/D dan magnitudo bulan maret 2006 ............................ 74
Tabel 14. Nilai A/D dan magnitudo bulan september 2006 .................... 74
Tabel 15. Data emergen time sebelum dan sesudah letusan .................... 78
36
37
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Sebaran gunung api aktif di Indonesia ............................. 5
Gambar 2.2 Proses Terbentuknya Gunung Api di Indonesia ................. 6
Gambar 2.3 Peta lokasi Gunung Merapi yang terletak di Jawa Tengah .. 7
Gambar 2.4 Gelombang Primer Dan Gelombang Sekunder .................. 11
Gambar 2.5 Gelombang Love dan Gelombang Rayleigh ........................ 11
Gambar 2.6 Prinsip dasar seismometer .................................................... 12
Gambar 2.7 Jaringan seismik Gunung Merapi ......................................... 14
Gambar 2.8 Skema seismograf RTS Gunung Merapi .............................. 16
Gambar 2.9. Bentuk tipe-tipe gempa di G. Merapi. LF (low freQuency),
VTB atau gempa vulkanik dangkal, VTA atau gempa vulkanik
dalam, MP (multiphase) ....................................................... 17
Gambar 2.10 Gempa Vulkanik dalam yang tercatat dalam seismogram .... 19
Gambar 2.11 Gempa Vulkanik dangkal yang tercatat dalam seismogram . 19
Gambar 2.12 Guguran yang tercatat dalam seismogram ........................... 20
Gambar 2.13 Gempa Multiphase yang tercatat dalam seismogram .......... 20
Gambar 3.1. Skema penerima stasiun sensor ............................................ 24
Gambar 3.2. Skema Stasiun Seismik penerima ....................................... 24
Gambar 3.3 Sampling Gempa Multiphase 20060303 .............................. 25
Gambar 3.4 Skala waktu tiba dalam seismogram .................................... 26
Gambar 3.5. Diagram Alir tahap Penelitian ............................................. 35
Gambar 4.1 Rekaman Data Seismogram Bulan Maret 2006 .................. 39
Gambar 4.2 Rekaman Data Seismogram Bulan September 2006 .......... 40
Gambar 4.3 Data durasi dan App gempa multiphase, (a) Sebelum letusan bulan
maret 2006: (b) Sesudah letusan bulan september 2006 ......................... 44
Gambar 4.4 Statistika Gempa Multiphase Bulan Februari-September ... 49
Gambar 4.5 Statistika guguran Bulan Februari-September .................. 48
Gambar 4.6 Hubungan antara amplitudo dan frekuensi gempa multiphase,
(a) Sebelum letusan bulan maret 2006
(b) Sesudah letusan bulan september 2006.............................................. 52
37
38
Gambar 4.7 Penyebaran tekanan ditinjau dari grafik amplitudo dan frekuensi
(a) Sebelum letusan bulan maret 2006
(b) Sesudah letusan bulan september 2006 ............................................. 52
Gambar 4.8 Grafik Residual ..................................................................... 53
Gambar 4.9 Hubungan log durasi dan magnitudo ...................................... 55
Gambar 4.10 Posisi cut off frekuensi ......................................................... 58
Gambar 4.11 Sinyal Frekuensi dan cut off Maret 2006 ........................... 59
Gambar 4.12 Sinyal Frekuensi dan cut off September 2006 …………… 60
Gambar 4.13 Gempa multiphase bulan Maret 2006 ................................. 64
Gambar 4.14. Gempa multiphase bulan September 2006 ………………. 65
Gambar 4.15 Hubungan antara frekuensi dan magnitudo ......................... 67
Gambar 4.16 Statistik grafik energi total ................................................... 68
Gambar 4.17 Sinyal gempa multiphase ..................................................... 72
Gambar 4.18 Amplitudo sinyal seismik .................................................... 73
Gambar 4.19 Respons spectra ................................................................... 76
38
39
DAFTAR LAMPIRAN
39
40
BAB I
PENDAHULUAN
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
Energi
Origin App Magnitude gempa (1012
No. Tanggal Time (mm) Frekuensi Durasi (dtk) (SR) erg)
1 18/09/2006 6:03 6 3,011 17 0,48871827 3,412537334
23:38 10 2,789 25 0,75670401 8,611048212
2 25/09/2006 18:24 6 1,755 25 0,75670401 8,611048212
18:09 11 2,112 36 1,010084 20,65979471
3 28/09/2006 11:07 11 3,171 30 0,88339401 13,33800916
12:42 12 2,195 28 0,83545285 11,30262387
4 29/09/2006 11:09 12 4,713 25 0,75670401 8,611048212
19:00 5 3,109 20 0,60164799 5,040481088
5 30/09/2006 19:05 14 3,077 33 0,9496223 16,76615419
20:38 10 2,092 25 0,75670401 8,611048212
45
46
Tabel 7. Data Pengolahan A/D dan Emergen time Gempa Multiphase Bulan
Maret 2006
Karakteristik lain yang dapat terlihat dari gempa multiphase sebelum dan
sesudah erupsi secara seismik dilihat dari peningkatan nilai amplitudo yang terjadi
sebelum letusan berkisar antara 4-38 mm, kenaikan amplitudo ternyata
berkebalikan dengan durasinya. Sedangkan setelah letusan tanggal 14 Juni 2006
sinyal seimik mengalami penurunan terutama amplitudo sinyal seismiknya, yang
menyatakan transfer perubahan tekanan magma dalam tubuh Gunung Api Merapi.
Amplitudo sinyal seismik yang tercatat sesudah letusan berada dalam rentang 5-
46
47
a b
a
Gambar 4.3 Data durasi dan App gempa multiphase, (a) Sebelum letusan bulan
maret 2006: (b) Sesudah letusan bulan september 200
Data-data diatas akan dijadikan analisis secara statistik seismisitas
Gunung Merapi sebelum dan sesudah letusan serta kalkulasi identifikasi dari
gempa multiphase terhadap kondisi Gunung Api Merapi sebelum dan sesudah
letusan terjadi.
4.2 Pembahasan
47
48
lebih tinggi dari puncak garuda (puncak dari Gunung Api Merapi). Peristiwa
erupsi ini dapat diikuti dengan adanya Gempa Vulkanik terlebih dahulu atau tidak,
tetapi dapat juga dianalisis dari Gempa Multiphase, karena gempa multiphase
biasanya terjadi bersamaan dengan proses pembentukan kubah lava dari Gunung
Api.
Seismisitas dari Gunung Api Merapi pada peristiwa erupsi 2006
didominasi gempa multiphase yang merupakan penanda pembentukan kubah lava,
tetapi sebelumnya peningkatan aktivitas Gunung Api Merapi sudah tampak pada
tahun 2005 dengan rentetan gempa vulkanik dengan magnitudo yang relatif besar.
Kubah lava mulai muncul pada bulan april, sebelumnya secara seismik terjadi
perubahan data pada 15 Februari 2006 dari statistik gempa multiphase harian.
Bulan februari mulai adanya tekanan akibat desakan magma yang diikuti dengan
kenaikan jumlah gempa harian bulan maret yang mencapai 1.158 kali. Kalkulasi
kenaikan jumlah gempa multiphase ini terjadi pada bulan april yang mencapai
3.334 kali menandakan mulai muncul kubah lava yang terus mengalami
perkembangan volumenya. Klimaks dari erupsi 2006 terjadi tanggal 14 Juni 2006
yang mengeluarkan material-material dalam bentuk awan panas. Setelah proses
erupsi 14 juni 2006, tanggal 15 Juni muncul kubah baru sebesar 316 ribu m3 yang
mengalami perkembangan sampai 26 Juni 2006.
Setelah peristiwa erupsi 14 Juni 2006 jumlah gempa harian khususnya
untuk gempa multiphase berkurang, bulan Juli mencapai 55 gempa, Agustus: 8
gempa, September: 1.474 gempa. Hal ini dikarenakan setelah proses Erupsi yang
terjadi justru gempa guguran sehingga intensitas skala gempa guguran sebelum
dan sesudah erupsi akan jauh lebih besar setelah proses erupsi. Material-material
setelah erupsi cenderung dilepaskan dalam bentuk jatuhan batu atau awan panas.
Tabel 9. Pertumbuhan Kubah Lava 2006
Volume Kubah 2006 Volume Kubah 2006
No. Tanggal lama (x1000m3) baru (x1000m3)
1 28-Apr-06 350
2 04-Mei-06 1000
3 08-Mei-06 1300
4 13-Mei-06 2000
5 23-Mei-06 2570
48
49
6 27-Mei-06 3000
7 02-Jun-06 4000
8 08-Jun-06 4350
9 10-Jun-06 3150
10 11-Jun-06 2950
11 15-Jun-06 316
12 18-Jun-06 423
13 20-Jun-06 453
14 23-Jun-06 515
15 26-Jun-06 546
Sumber: BPPTK Yogyakarta,2006
Data pertumbuhan kubah lava diatas dapat dianalisis bahwa pada bulan
April- Juni volume kubah lava terus mengalami peningkatan yang sejalan dengan
semakin meningkatnya jumlah gempa multiphase setiap harinya, sedangkan pasca
erupsi yaitu tanggal 15 Juni-26 Juni gempa multiphase yang terjadi justru semakin
berkurang yang terganti oleh akumulasi gempa guguran.
Tingkat kegempaan yang terjadi di Gunung Api Merapi dapat terukur
secara seismik ditinjaun dari akumulasi nilai kegempaan perhari atau perbulan
yang tercatat dalam seismograf . Gambar 4.4 menunjukkan statistika kegempaan
yang terjadi bulan Maret – September 2006, sedangkan gambar 4.5 menyajikan
statistika gempa guguran Gunung Api Merapi bulan Maret- September 2006.
Rock fall dan gempa multiphase dijadikan sebagai indikator kegiatan di dalam
atau tepat di bawah kubah, selama letusan terjadi gempa multiphase bisa melebihi
12.000 peristiwa perbulan, dalam selang 400 perhari (Ratdomopurbo, 2000).
Jumlah gempa multiphase akan mendominasi selama proses
pembentukan kubah lava, terlihat dalam tabel 10 dibawah ini:
Tabel 10. Jumlah Gempa Multiphase dan Guguran Bulan Maret-
September 2006
49
50
50
51
51
52
a b
a
Gambar 4.6 Hubungan antara amplitudo dan frekuensi gempa multiphase, (a)
Sebelum letusan bulan maret 2006: (b) Sesudah letusan bulan september 2006
Stadarerror 0.02508
KR = x100% = x100% = 65.517%
valueslope 0.03828
Ketelitian = 100% - 65.517% = 34.483%
2. Sesudah letusan (bulan september).
Stadarterror 0.0965
KR = x100% = x100% = 152,20%
valueslope 0.0634
Ketelitian = 100% - 152,20% = -(52.2 )%
(Tanda (-) menunjukkan adanya pelepasan tekanan pada Gunung Merapi)
Grafik hubungan amplitudo-frekuensi (Mogi,1963) diketahui bahwa
harga slope (kemiringan= m) makin besar maka tingkat heterogenitas struktur
52
53
batuan ditubuh Gunung Api Merapi akan sangat heterogen dan tekanan terpusat
karena adanya desakan magma. Ternyata dari hasil penelitian nilai slope
(kemiringan= m) sebelum dan sesudah letusan didapatkan penyebaran tekanan
yang hampir merata, penyebaran tekanan yang hampir sama ini dapat dilihat
ditanda lingkaran dibawah ini:
a b
Gambar 4.7 Penyebaran tekanan ditinjuan dari grafik amplitudo dan frekuensi (a)
Sebelum letusan bulan maret 2006: (b) Sesudah letusan bulan september 2006
Penyebaran tekanan magma yang hampir sama ini pada kedua fase tersebut
diasumsikan bahwa sebelum letusan (bulan maret) terjadi akumulasi tekanan
magma melalui fluida yang merupakan pengumpulan energi sebelum proses
erupsi, sedangkan sesudah letusan akumulasi tekanan yang terjadi di tubuh
Gunung Api Merapi mengalami penurunan tetapi grafik yang didapatkan masih
hampir merata karena konsentrasi energi dilepaskan setelah proses Erupsi Gunung
Api Merapi.
Nilai slope (kemiringan= m) sebelum dan sesudah letusan
memperlihatkan selisih yang signifikan. Hal ini menandakan sebelum letusan
terjadi memiliki tingkat heterogenitas material pada konsentrasi tekanan tertentu
yang artinya struktur batuan lebih terlihat heterogen, sehingga perlu adanya
konsentrasi yang besar untuk menerobosnya dibandingkan saat sesudah letusan.
Jadi sesudah letusan konsentrasi tersebut tertuang dengan pelepasan tekanan saat
proses erupsi.
53
54
b
.
Gambar 4.8 Grafik residual frekuensi dan independent variabel (a) Sebelum
letusan bulan maret 2006: (b) Sesudah letusan bulan september 2006
54
55
55
56
b
.
Gambar 4.9 Hubungan antara log durasi dan magnitudo multiphase, (a) Sebelum
letusan bulan maret 2006: (b) Sesudah letusan bulan september 2006
56
57
57
58
Tabel 11 Kalkulasi Hasil frekuensi dan frekuensi filtering Bulan Maret 2006
58
59
59
Gambar 4.10 Posisi cut off frekuensi pada penyaringan dengan low pass
60
Posisi sinyal hasil filtering 3 Hz bulan maret dan september 2006 dapat dilihat
pada lampiran 2.
Sebelum Filtering
Sesudah Filtering
Gambar 4.11 Sinyal Frekuensi dan cut off frekuensi 21 Maret 2006, origin time
60
12:03 WIB
61
Sebelum Filtering
Sesudah Filtering
Gambar 4.12 Sinyal Frekuensi dan cut off frekuensi tanggal 25 September 2006,
origin time 18:09 WIB
61
62
Gempa yang terjadi di Gunung Api baik itu gempa vulkanik dangkal,
vulkanik dalam, multiphase, low frequency, guguran selalu melibatkan parameter-
parameter gempa yang ada didalam pengolahannya. Dari rekaman seismograf
analog akan didapatkan parameter-parameter gempa diantaranya adalah:
1. Durasi
2. Amplitudo
3. Waktu tiba
4. S-P
Dari rekaman digital parameter yang dapat diketahui berupa:
1. Frekuensi
2. Emergen time
3. Amplitudo
Parameter-parameter diatas variabel umum yang biasa dipakai untuk pengolahan
data gempa baik itu gempa vulkanik maupun gempa guguran dari Gunung Api.
Data yang dipakai untuk analisis identifikasi pada penelitian ini adalah
data Gempa Multiphase yang terjadi pada Gunung Api Merapi bulan Maret dan
bulan September, yang diidentifikasi berdasarkan analisis seismisitasnya yang
didalamnya berupa identifikasi dari perubahan Gempa multiphase itu sendiri.
Gempa multiphase sendiri adalah gempa yang kedalaman sumber gempanya
sangat dangkal (dekat) dengan permukaan, gempa ini memiliki frekuensi rendah
sekitar 3-5Hz dan awalah yang tidak tajam (Tawalan: 3-5 detik). Gempa multiphase
ini dikaitkan dengan pertumbuhan kubah lava pada puncak Gunung Api Merapi,
gempa junis ini hanya terjadi pada Gunung yang memiliki struktur batuan andesit.
Karakteristik dari Gempa Multiphase antara lain sebagai berikut:
1. Amplitudo pada jenis gempa ini bersifat gradual (amplitudonya bergerak
secara perlahan), dengan amplitudo maximum 70-80 mm.
2. Bentuk dan jenis gempa ini berbentuk mirip seperti berudu.
3. Awalan yang dihasilkan dari gempa multiphase ini jelas dan tegas.
62
63
( ) å r (k )e
k = N -1
PX e iv = x
-ikv
(4.3)
k = - N +1
rx (k ) adalah:
n = N -1- K
rx (k ) = å x(n )x(k + n)
1
(4.4)
N N =1
{x(n )}nn==1N disebut sebagi power spektrum yang termodifikasi PxM yang dinyatakan
dalam persamaan (Hayes, 1996):
2
( )
n = N -1
å x(n)w(n )e
iv 1 iv
PxM e = (4.5)
NU n = - N +1
63
64
Dan
n = N -1 2
å w(n )
1
U= (4.6)
N n =0
b.
64
65
Gambar 4.13 (a) Gempa multiphase komponen Z stasiun Pusung london hasil
rekaman tanggal 22 Maret 2006 jam 08:01:00 WIB, (b) Cuplikan dari (a), (c)
power spektrum dari (a), (d) peta kontur dari power spektrum.
65
66
Gambar 4.14. (a) Gempa multiphase komponen Z stasiun Pusung london hasil
rekaman tanggal 29 September 2006 jam 11:09 WIB, (b) Cuplikan dari (a), (c)
power spektrum dari (a), (d) peta kontur dari power spektrum.
66
67
67
68
a b
.
Gambar 4.15 Hubungan antara frekuensi dan magnitudo gempa multiphase, (a)
Sebelum letusan bulan maret 2006: (b) Sesudah letusan bulan september 2006
Hubungan antara frekuensi dan magnitudo dapat dilihat pada gambar 4.15 dimana
grafik tersebut dapat diamati bahwa sebelum letusan kisaran nilai magnitudo lebih
kecil dibanding sesudah letusan yang mana disebabkan karena kalkulasi distribusi
gempa multiphase.
68
69
69
70
b
a
Gambar 4.16 Statistik grafik energi total, (a) Sebelum letusan bulan februari-
maret 2006: (b) Sesudah letusan bulan juni- september 2006
Dari grafik energi total yang diplotkan untuk bulan februari-september dapat
dilihat, ternyata dari bulan februari sampai april kalkulasi energi totalnya sebesar:
12837,78x1012 erg, 9251,01x1012 erg, 6103,88x1012 erg. Ini menandakkan bahwa
munculnya desakan magma dari dalam tubuh Gunung Api Merapi sudah terjadi
bulan februari dengan tingkat energi total yang terjadi sebesar 12837,78x1012 erg,
setelah magma dari dalam mendapatkan celah sebagai jalan keluar ke permukaan
maka secara statistik energi total mulai berkurang yang berakibat deformasi pada
bagian puncak Gunung Api Merapi juga berkurang. Anggapan ini dapat terlihat
pada kurva energi total yang menjadi landai pada pertengahan bulan april tepatnya
tanggal 12 April 2006 dengan energi total sebesar 6103,88x1012 erg. Perubahan
energi total pada kurva yang secara signifikan jelas terjadi pada bulan juni, karena
akumulasi energi yang naik tiba-tiba turun secara drastis pada tanggal 14 Juni
2006 dengan energi sebesar 1250,94 x1012 erg padahal tanggal 9 Juni 2006
besarnya energi yang tercapai sebesar 6333,64 x1012 erg. Ternyata perubahan
70
71
yang signifikan pada bulan juni ini menandakan tepatnya tanggal 9 Juni 2006
dengan akumulasi energi yang cukup besar dapat menimbulkan potensi awan
panas dengan jumlah 106 (didapat dari data seismik yang tercatat). Klimaks dari
Erupsi 2006 terjadi tanggal 14 Juni 2006 dengan 61 kali awan panas dimana
luncuran mencapai 7 km dan energi sebesar 1250,94 x1012 erg.
Kalkulasi energi total setelah tanggal 14 Juni 2006 mengalami
penurunan yang drastis terutama bulan agustus 2006, energi total yang mencapai
bulan agustus hanya 15,57x1012 erg dikarenakan potensi gempa multiphase untuk
bulan ini hampir cenderung tidak ada tetapi guguran mulai tampak. Perubahan
yang bearti tampak pada bulan september dengan energi total sebesar 2527,42
x1012 erg yang ditandai dengan jumlah guguran sebanyak 2.321.
d. Nilai A/D.
A/D menandakan bentuk dari sinyal output dari suatu gelombang gempa
sehingga dari nilai A/D ini memberikan gambaran secara visual sinyal output
yang terekam dalam seismograf. Berdasarkan analisis secara visual jika durasi
yang dihasilkan pendek maka nilai A/D akan besar dan berlaku sebaliknya jika
A/D besar maka durasi yang tercapai akan kecil.
Berdasarkan persamaan perhitungan magnitudo yang dirumuskan oleh
Karnek,1962 didapatkan :
æ Aö
M = logç ÷ + 1.66 log D + 3.3 (4.9)
è D ø max
Terdapat hubungan secara sistematis antara nilai magnitudo dan nilai
A/D, dari persamaan diatas didapatkan bahwa” semakin tinggi nilai A/D maka
harga magnitudo akan kecil jika semakin besar nilai magnitudo maka nilai A/D
akan kecil (magnitudo ¹ A/D). Data kalkulasi nilai A/D dan magnitudo disajikan
pada tabel 13 dan 14 sebagai berikut:
71
72
Tabel 13. nilai A/D dan magnitudo pada Bulan Maret 2006
Dari tabel 13 dan 14 di atas didapatkan bahwa untuk nilai A/D bulan
maret bernilai 0,847871259 sedangkan bulan september 0,364797725, nilai A/D
untuk bulan maret lebih besar dibandingkan bulan september ini berarti bentuk
sinyal output dari rekaman seismik untuk bulan maret memiliki durasi gelombang
yang pendek untuk jenis gempa multiphase, sedangkan bulan september durasi
72
73
sinyal outputnya cenderung panjang karena nilai A/D kecil. Analisis ini jelas
terlihat dari rekaman seimik yang untuk gempa multiphase yang terjadi sebelum
letusan dan sesudah letusan khususnya bulan maret dan september, ternyata
bentuk gelombang sinyal output gempa seismik bergantung pada nilai A/D nya.
a b
Gambar 4.17 Sinyal gempa multiphase (a) sebelum letusan dimana nilai A/D
lebih besar, (b) sesudah letusan dimana nilai A/D lebih kecil.
Pengaruh nilai A/D ternyata juga berhubungan dengan magnitudo gempa
multiphase yang terjadi sebelum letusan nilai A/D sebesar 0,847871259
sedangkan magnitudo berkisar 0,471695402 SR. Untuk bulan september ternyata
nilai magnitudo sebesar 0,779573549 SR dan nilai A/D bernilai 0,364797725.,
dapat dilihat bahwa semakin kecil nilai A/D maka magnitudo yang dihasilkan
akan semakin besar yang berarti jumlah gempa dengan konsentrasi tekanan
magma juga besar jika nilai A/D besar maka magnitudo yang dihasilkan akan
kecil yang berarti tingkat gempa yang terjadi juga kecil karena tekanan yang
berada didalam sudah mulai berkurang. Hal ini terlihat sebelum letusan bulan
maret yang memiliki nilai A/D kecil dan magnitudo besar sehingga dapat
dinyatakan bahwa bulan maret tekanan magma yang berada dalam tubuh Gunung
Api Merapi mengalami akumulasi energi yang akan dilepaskan, sedangkan bulan
september ternyata nilai A/D besar dan magnitudo kecil berarti tekanan didalam
Gunung Merapi sudah dilepaskan sehingga dimungkinkan tidak terjadi aktivitas
kenaikan magma di bulan september.
Perubahan sinyal seismik selain dilihat dari nilai A/D sebelum dan
sesudah letusan juga dapat dilihat berdasarkan perbedaan nilai amplitudonya,
biasanya terlihat pada perubahan jenis sinyal yang cukup jelas antara sebelum dan
73
74
sesudah letusan. Perubahan yang menarik ini adalah adanya kenaikan amplitudo
sinyal seismik sebelum terjadi letusan terutama pada fase pra letusan bulan maret
dan penurunan amplitudo sinyal seismik setelah terjadi letusan pada fase purna
letusan bulan september. Erupsi tanggal 14 Juni 2006 ternyata disertai dengan
kenaikan amplitudo sebelum fase letusan ini menandakan adanya peningkatan
tekanan magma di dalam tubuh Gunung Merapi yang memicu terjadinya letusan
tanggal 14 Juni 2006.
Perubahan kenaikan amplitudo sinyal seismik ini terlihat dalam rekaman
secara digital sebelum dan sesudah letusan, kenaikan amplitudo sebelum letusan
ini diduga merupakan hasil aktivitas aliran gas didalam saluran magma yang
kemudian diikuti dengan retakan, dan pergeseran pada kolom saluran magma.
Sehingga tekanan magma dari dalam cukup besar dan kontiyu dengan durasi
gempa multiphase yang terjadi pendek seperti terlihat dalam kalkulasi nilai A/D
nya. Penurunan amplitudo sinyal seismik sebelum letusan diduga karena adanya
kerusakan lava dan tekanan magma dari dalam masih cukup besar sehingga yang
terjadi hanya guguran kubah lava.
74
75
Gambar 4.18 (a) Kenaikan amplitudo sinyal seismik tanggal 24 Maret 2006,
(b) penurunan amplitudo sinyal seismik tanggal 28 September 2006
e. Emergen Time
Emergen time dalam parameter gempa sebenarnya untuk menentukan
awalan dari gempa multiphase terutama pergerakan amplitudonya yang bersifat
gradual dalam arah pergerakan yang perlahan. Penentuan emergen time ini berasal
dari pengambilan data dari tawalan sampai amplitudo tertinggi dalam sinyal
gelombang seismik gempa multiphase, Besarnya emergen time sebelum letusan
(bulan maret) sekitar 1,78183 detik, sesudah letusan (bulan september) : 2,492
detik. Gradasi nilai yang berbeda ini menunjukkan bahwa bulan maret cenderung
pergerakan lebih lambat yang diikuti dengan semakin tingginya nilai amplitudo
gelombang seismik dan bulan september pergerakan amplitudonya berlangsung
lebih cepat sehingga amplitudo yang dihasilkan jauh lebih kecil. Hal ini jelas
terlihat dari data antara amplitudo dan emergen time dari gempa multiphase bulan
maret dan september.
75
76
f. Respons Spectra
Respons spectra ini terdiri dari 3 variabel parameter yaitu: spectra
acceleration (SA), spectra velocity (SV), dan spectra displacement (SD). Respons
spectra ini menandakan bagian yang mengalami peredaman ketika gempa terjadi
berdasarkan spectra yang didapatkan. Analisis dari Respons spectra ini
berdasarkan pada nilai peredaman dari gelombang seismik yag berada pada
periode waktu tertentu. SA merupakan analisi secara spectra untuk percepatan,
dimana setiap gelombang seismik memiliki nilai percepatan ketika terjadi
perambatan.
Dari data yang didapatkan antara grafik spectra acceleration , dan spectra
velocity:
a
76
77
b
a
Gambar 4.19 Respons spectra (a) bulan maret, (b) bulan september
Grafik yang menunjukkan spectra untuk percepatan dan kecepatan dapat diketahui
jika nilai amplitudo besar maka redaman untuk nilai pecepatan dan kecepatan
berbanding terbalik, telihat dalam tanggal 22 Maret 2006 besarnya amplitudo
sebesar 7 mm dengan nilai percepatan 2.5x10-5m/s2; kecepatan 5x10-5cm/s
memberikan redaman dalam rentang 0.10x10-5-0.20x10-5 untuk spectra pecepatan
dan kecepatan.
Nilai yang berbeda terjadi tanggal 29 September 2006 dengan amplitudo
sebesar 25 mm, percepatan: 1.0x10-5m/s2; kecepatan 2.2x10-5cm/s dengan nilai
redaman dari spectra untuk pecepatan dan kecepatan adalah: 0.2 x10 -4 m/s2 dan
0.2 x10 -4 cm/s. Hal ini menandakan ketika terjadi kenaikan gelombang seismik
yang menandakan adanya distribusi magma dari bawah tubuh Gunung Api Merapi
ternyata mempengaruhi percepatan rambat gelombang seismik yang besar
sehingga faktor redaman yang dihasilkan juga kecil, kenyataan ini berbeda dengan
bulan september karena bulan september sudah terjadi penurunan tekanan magma
yang menimbulkan percepatan gelombang seismik yang kecil sehingga kalkulasi
nilai redaman yang dihasilkan juga besar. Faktor redaman ini dipengaruhi oleh
struktur dari batuan, ketika struktur batuan kompak maka kemungkinan besarnya
redaman yang diserap akan kecil, jika batuan sudah mengalami perenggangan
redaman yang diserap akan besar.
77
78
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Seismograf analog Gunungapi Merapi meliputi beberapa stasiun sensor dan stasiun
penerima. Stasiun sensor berada di tubuh gunung, terdiri atas Seismometer, modulator,
dan transmitter. Seismometer yang digunakan tipe L4C 1Hz dengan faktor damping 0,8
dan konstanta transduksi 50 mV/mm/s. Sinyal dari seismometer yang berupa voltase
78
79
kemudian masuk ke modulator yang terdiri atas amplifier tipe AS-110 Sprengnether
yang memperbesar sinyal dengan gain 72 dB, dan VCO (Voltage Converter Oscilator)
yang merubah sinyal tegangan menjadi suara dengan faktor 25 Hz/V dan kisaran -5V s/d
+5V. Sinyal suara ini kemudian dikirimkan ke BPPTK sebagai stasiun penerima melalui
gelombang VHF dengan perangkat radio tipe Monitron berdaya 100mW dan antena tipe
Yagi 5 element. Modul-modul ini dicatu dengan sebuah baterai 70 AH dan pengisian
ulang dengan Solar panel.
80
81
Dari contoh sampling data gempa multiphase yang terjadi 3 Maret 2006
diambil sampling data Origin Time dari data analog. Origin Time merupakan
waktu tiba dari Gelombang Primer, untuk pembacaan Origin Time (OT) dari
seismograf analog adalah sebagai berikut:
1 jam
81
82
82
83
3. Klik kanan tanggal dan waktu dari data rekaman secara analog, kemudian
pilih menu view
4. Didapatkan tampilan scream 4.1 yang berisi rekaman data gempa secara
digital. Lakukan pemilihan gempa multiphase beradasarkan Origin Time
yang tercatat. Pilih File- Save As (Format File dalam bentuk gcf)
83
84
Converting 26
6. Pilih program Origin 8.0, kemudian klik menu File- Import-Single ASCII.
7. Pilih file data yang sudah diconverting sehingga secara otomatis akan
muncul dalam kotak dialog berupa waktu dan nilai amplitudo.
Set coulomb
value i* 0.02
84
85
8. Blok semua data X (Waktu) dan data Y (amplitudo) klik kanan pilih Plot-
Line
85
86
10. Dari analysis Signal processing untuk FFT akan didapatkan FFT result
data yang terdiri dari : Frekuensi, Complex, Real, Imaginer, Magnitudo,
Amplitudo, Phase, Power dan dB.
86
87
87
88
88
89
89
90
Mulai
Parameter-parameter gempa:
Magnitudo, Energi, Frekuensi, Amplitudo, Durasi,power
spectrum
Pengolahan statistik:
Standar deviasi:
-
; Rataan: x = å n ; Nilai A
n D
TIDAK
Power spektrum
Fase pra letusan < fase
YA
Selesai
90
Gambar 3.5. Diagram Alir tahap Penelitian
91
91
i
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
i
ii
16:35 8 11
15:35 4 15
5 28/03/2006 10:18 7 15
Sumber: Seismograf Analog Di Stasiun Pusunglondon
ii
iii
Pada data kegempaan bulan maret dan september dapat dilihat gambar
4.1 dan gambar 4.2 yang akan diolah untuk mencari besarnya energi yang terjadi
sebelum letusan (bulan maret) dan sesudah letusan (bulan september).
iii
iv
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai identifikasi gempa
multiphase sebelum dan sesudah letusan Gunung Merapi, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Identifikasi gempa multiphase sebelum dan sesudah letusan
didapatkan nilai Bulan maret besarnya frekuensi 1,054–3,858 Hz;
power spektrum ± 8 - 89 ; emergen time 1,781 detik; besarnya
A/D 0,8478, sedangkan magnitudo ± 0,471 SR. Bulan September
didapatkan kalkulasi frekuensi 1,755 – 4,713 Hz; power
spektrum ± 12 - 67 ; emergen time 2,492 detik; magnitudo 0,779
SR sedangkan nilai A/D 0,364.
2. Analisis dari pengaruh sumber mekanisme batuan didapatkan
nilai m (slope) bula maret -0.03828 dan bulan September 0.0634
yang menandakan batuan di Gunung Api Merapi sebelum fase
letusan memiliki tingkat heterogenias batuan yang merapat jika
dibandingkan setelah letusan..
3. Gempa multiphase merupakan gempa yang menandakan proses
pembentukan kubah lava Gunung Api Merapi serta akumulasi
tekanan dari dalam tubuh Gunung, secara statistik jumlah gempa
multiphase sebelum erupsi : 1.158 kali, sesudah erupsi 1.474 kali
5. 2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang perlu dikembangkan dalam
penelitian ini adalah :
1. Perlu dilakukan perhitungan nilai atenuasi batuan sehingga dapat
jelas diketahui struktur batuan dari perubahan sinyal frekuensi.
iv
v
v
vi
DAFTAR PUSTAKA
vi
vii
vii
viii
viii