Anda di halaman 1dari 80

HSSE Golden Rules

Corporate Life Saving Rules (CLSR)


PT. Pertamina Hulu Kalimantan Timur

Agustus 2020

CONFIDENTIAL AND PROPRIETARY


Any use of this material without specific permission of VP HSSE Upstream PT PERTAMINA (Persero) is strictly prohibited.

DIREKTORAT HULU
PHKT Vision &
Mission

2
Daerah Operasi PHKT
Daerah Operasi Bagian Utara (DOBU)

Daerah Operasi Bagian Selatan (DOBS)

3
4
5
PHKT HSSE Komitmen Mutu, K3LL,
Keselamatan Proses dan Pengamanan
KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU, KESEHATAN &
KESELAMATAN KERJA, LINDUNGAN LINGKUNGAN [K3LL],
PENGAMANAN DAN KESELAMATAN PROSES

1. Mematuhi semua peraturan dan perundang-undangan yang berlaku


terkait dengan sistem manajemen mutu, K3LL, pengamanan, dan
keselamatan proses.
2. Menetapkan tujuan, target dan program kerja untuk mencapai kinerja
unggul dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
3. Menerapkan Manajemen Keselamatan Proses yang efektif untuk
mencegah atau meminimalkan terjadinya pelepasan hidrokarbon atau
material-material berbahaya secara tidak terkontrol.
4. Mengidentifikasi semua potensi bahaya, kerugian dan ancaman, serta
mengkaji dan mengelola risikonya untuk menyusun langkah pencegahan
dan mitigasi yang diperlukan.
5. Membangun dan memelihara sumber daya manusia yang kompeten serta
memiliki kepedulian yang tinggi untuk meningkatkan budaya kerja yang
aman dan selamat.
6. Mengelola lindungan lingkungan yang berkesinambungan dengan
melakukan efisiensi energi, pengurangan beban pencemaran dan limbah,
pemanfaatan limbah B3 dan limbah non-B3. Juga berperan aktif dalam
konservasi keanekaragaman hayati dalam area operasinya.
7. Mengembangkan dan memelihara rencana dan prosedur tanggap darurat,
manajemen krisis, serta pemulihan keberlangsungan bisnis untuk
meminimalkan potensi kerugian yang ditimbulkan.
8. Memastikan semua insiden dan ketidaksesuaian dilaporkan, diinvestigasi,
dianalisis, dilakukan tindakan perbaikan untuk ditindaklanjuti secara
efektif, serta dikomunikasikan sebagai pembelajaran.
9. Membangun kemitraan yang aktif dan memenuhi atau melebihi harapan
para pelanggan dan pemangku kepentingan.
6
10. Mengintegrasikan pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan
lindungan lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat secara
Struktur organisasi

7
HSSE Golden Rules
1. Lebih dari 80% unsur perilaku dan
kompetensi pekerja berkontribusi
terhadap kecelakaan kerja yang
terjadi, dimana potensi error tetap
mungkin terjadi.
2. Kompetensi pekerja dalam
implementasikan Life Saving Rules
(LSR) dan Persyaratan HSSE Kritikal
lainnya secara efektif merupakan
salah satu kendali kita dalam
pencegahan Loss Time Incident (LTI)
dan Kecelakaan Serius

Tagline HSSE
Wujudkan HSSE Beyond Culture untuk Business Sustainability
8
Wewenang Menghentikan
Pekerjaan
Apakah SWA dan Self SWA Itu?
• Memberikan wewenang
dan tanggung jawab Mekanisme menghentikan
kepada pekerja dan Mitra
Kerja untuk menunda
pekerjaan ketika dalam
pekerjaan:
kondisi tidak aman atau 1. Menghentikan tindakan tidak
beresiko.
aman atau berisiko terhadap
• Anda tidak perlu menjadi
seorang ahli di area seseorang atau orang-orang yang
tersebut atau terlibat
dalam pekerjaan yang berpotensi beresiko.
bersangkutan untuk
melaksanakan wewenang 2. Beritahu atau libatkan pemimpin
menghentikan pekerjaan
(SWA). atau supervisor jika ada.
• Tidak ada dampak negatif 3. Atasi masalah tersebut.
bagi seseorang yang
melakukan SWA.
Lanjutkan pekerjaan setelah situasi
• Menghentikan pekerjaan berisiko teratasi.
pada diri sendiri disebut Bagikan apa yang Anda pelajari
juga dengan “Self SWA
(SSWA)” kepada orang lain

9
CONFIDENTIAL AND PROPRIETARY 10
Any use of this material (FOR PUBLICATION) without permission of VP HSSE – UPSTREAM PT PERTAMINA (Persero) is strictly prohibited.
CONFIDENTIAL AND PROPRIETARY 11
Any use of this material (FOR PUBLICATION) without permission of VP HSSE – UPSTREAM PT PERTAMINA (Persero) is strictly prohibited.
Kartu Observasi OPSI
Kartu Observasi CLSR terkait dengan CLSR sesuai Kartu Observasi Kantor terkait dengan Kartu Observasi Mengemudi terkait dengan
Pedoman Direktorat Hulu aktivitas di Kantor aktivitas Mengemudi
OPSI

• OPSI merupakan sebuah konsep sekaligus


tool/perangkat.
• Untuk mencegah cidera pada
karyawan dan mitra kerja kami.
• Melalui pengamatan perilaku baik
yang Selamat maupun yang berisiko.
• Melalui diskusi 2 arah pasca
pengamatan  menjalin komunikasi
yang baik.
• Setiap orang di PHKT memiliki
kewajiban untuk melakukan
pengamatan perilaku.

CONFIDENTIAL AND PROPRIETARY 13


Any use of this material (FOR PUBLICATION) without permission of VP HSSE – UPSTREAM PT PERTAMINA (Persero) is strictly prohibited.
CONFIDENTIAL AND PROPRIETARY 14
Any use of this material (FOR PUBLICATION) without permission of VP HSSE – UPSTREAM PT PERTAMINA (Persero) is strictly prohibited.
Pelaporan Kejadian Kecelakaan dan Hampir Celaka di PHKT

INCIDENT OFFICER SUPERINTENDE


MANAJER HSSE GM PHKT DIREKTUR PHI
OBSERVER PROD/MTCE NT
Kepala Lapangan Manajer
Pekerja (PHKT/ GM PHKT
Grup Leader Menyampaikan Departemen Direktur PHKT
Mitra Kerja) yang Evaluasi
membuat draft FLASH REPORT Evaluasi kriteria mendapatkan
melihat kejadian IMMEDIATE
FLASH REPORT kecelakaan/ IMMEDIATE IMMEDIATE
kecelakaan/ NOTIFICATION
kecelakaan/ nearmiss ke NOTIFICATION NOTIFICATION
nearmiss, dan mengirimkan
nearmiss ke Manajer HSE, GM dan mengirimkan terkait kecelakaan/
melaporkan ke tim ke Direktur PHKT
Manajer Tim PHKT, & Grp ke GM PHKT bila nearmiss
grup leader bila sesuai kriteria
Incident Notifikasi sesuai kriteria

9 JAM 10 JAM 11 JAM 12 JAM

Learning From The Event (LFE)

15
Manajemen Kondisi Darurat
PHKT Emergency Call Number

Untuk mengkomunikasikan setiap keadaan darurat (seperti kebakaran,


tumpahan minyak, darurat medis, keamanan, maupun darurat operasi) di
semua fasilitas/lokasi PHKT

 123 (dari setiap telepon PHKT), atau


 0-800 1-888 123 (dari telepon-genggam atau telepon telkom permanen)

888

16
Keselamatan Kelautan dan Aviasi
HUET and BSS
• Pelatihan HUET dan Sea Survival diperlukan
bagi setiap orang berkunjung ke fasilitas
PHKT dengan helikopter dan/atau kapal
• Karyawan yang ditugaskan bekerja di lepas
pantai dan menggunakan kapal secara rutin
harus mendapatkan pelatihan sea survival
dan selalu memastikan validitas dari
sertifikat pelatihannya.
• Pekerja PHKT yang berkunjung ke fasilitas
PHKT menggunakan helikopter harus
mendapatkan pelatihan Helicopter
Underwater Escape (HUET) dikombinasikan
dengan pelatihan Sea Survival dan selalu
memastikan validitas dari sertifikat
pelatihannya.
Note: Bagi Pekerja dan Mitra Kerja yang
berkunjung < 6 kali dalam 1 Tahun dapat
mengajukan permohonan pengecualian ke
HSSE.

17
Short Service Employee (SSE)
• SSE (Short Service Employee) adalah pekerja yang :
 berpengalaman kurang dari 6 bulan di bidang migas,
 pada pekerjaan yang sejenis,
 tidak istirahat dari pekerjaan sejenis tersebut lebih dari 6 bulan.
• Identifikasi  SSE di area kerja operasi harus memiliki tanda yang jelas.
• Batasan dan Aktivitas Risiko Tinggi  Supervisor dari SSE harus
membatasi jumlah SSE di dalam grup kerja seminimal mungkin.
• Penyelesaian Program SSE  Dokumen akhir biasanya baru dapat
dikeluarkan setelah SSE bekerja selama 6 bulan.
• Selesai SSE Lebih Awal  Dinilai telah memenuhi untuk diselesaikan
(meskipun di bawah 6 bulan). Helm dapat diganti menjadi warna lain.
• Tambahin Formulir SSE !!!??

18
Manajemen Lindungan Lingkungan
Kode Warna Tempat Sampah

19
Manajemen Lindungan Lingkungan
Kode Warna Tempat Sampah

Lampu Botol kaca,


neon, plastik,
baterai, Sisa
kaleng
kaleng cat, makanan,
bahan
minuman
majun
terkontami makanan, dan
nasi rumput, makanan,
minyak, dll daun, dll dll

Sampan B3 Sampah Organik Sampah Guna Ulang


(Bahan Berbahaya dan Beracun) (Sampah yang mudah terurai)) (Sampah yang dapat digunakan kembali)

20
Manajemen Lingkungan
Kode Warna Tempat Sampah

Kertas, Karton
makanan dan Puntung rokok, sisa
minuman, popok/pembalut
koran bekas, wanita, permen
buku bekas karet, dll

Sampah Daur Ulang Sampah Residu Lainnya


(Sampah yang dapat di daur ulang) (Sampah Non-B3 yang tidak dapat terurai, tidak dapat
digunakan kembali, tidak dapat didaur ulang)

21
Corporate Life Saving Rules
CLSR PERTAMINA

22
23
Corporate
Life Saving
Rules

24
Definisi: 12 Elemen Corporate Life Saving Rules
Corporate Life Saving
Rules
Corporate Life Saving
Rules (CLSR) adalah
area/jenis pekerjaan
yang secara statistik
berpotensi terhadap
terjadinya fatality
incident. Mengingat
akan bahaya yang
berdampak fatal
(meminggal) maka
semangat untuk tidak
permisif terhadap
aspek kecukupan
kompetensi, prosedur
dan peralatan.

25
Tahapan
implementasi 12 Elemen Corporate Life Saving Rules
Corporate Life Saving
Rules
1. Pahami Lingkup
elemen CLSR
2. Pahami Bahaya
3. Pahami
Pengendalian
Bahaya
4. Pahami Tanggap
Darurat

26
Tagline HSSE 12 Elemen Corporate Life Saving Rules
Wujudkan HSSE
Beyond Culture
untuk Business
Sustainability

27
Corporate Life Saving Rules

28
Alat identifikasi Bahaya Hazard Identification Tools (HIT)
Penerapan HIT, periksa potensi bahaya yang signifikan dan
1. Mekanika pencegahannya sebelum melakukan pekerjaan berisiko
2. Listrik tinggi.

3. Tekanan
4. Suhu

5. Kimia

6. Biologi

7. Radiasi

8. Bahaya Bunyi
9. Gravitasi

10. Gerakan

29
Lingkup Elemen
CLSR
1 TOOLS & EQUIPMENT
Pastikan peralatan dan perlengkapan layak
pakai, terawat dan sesuai dengan pekerjaan
Penggunaan Tools
dan Equipment Yang yang dilakukan.
Tidak Layak (Standar)
/ Tidak Sesuai
Fungsinya Dapat
Membuat Anda
Terluka Parah Bahkan
Meninggal Dunia

30
2
SAFE ZONE POSITION
Pastikan Anda bekerja di area serta posisi
Safe Zone Position yang aman.
merupakan area lokasi
bekerja yang terhindar dari
peralatan bergerak.
Bekerja di area berbahaya
(“line of fire”) dari
pergerakan peralatan
(contoh: crane dan
peralatan lainnya) dan
peralatan berenergi
(peralatan berputar, listrik,
atau bertekanan sangat
berbahaya) berpotensi
untuk terjadinya insiden.

34
SAFE ZONE POSITION
Pencegahan Cidera Tangan
Ketahui Mekanismenya
• Merupakan mekanisme cidera yang merugikan tangan dan jari pekerja terbanyak di PHKT

Titik Jepit (36%) Kontak Tangan (34%) Lintasan Bahaya (14%)

Titik di antara bagian Tindakan atau keadaan Jalur horizontal / vertical


gerakan mesin / barang tangan / jari menyentuh dari area pelepasan
di mana memungkinkan permukaan berbahaya energi dalam suatu
badan-bagian tubuh (panas, tajam, dingin, dll) poros, sesaat sebelum
individu ditempatkan secara fisik pelepasannya

38
SAFE ZONE POSITION

39
3
PERMIT TO WORK
Setiap pekerjaan wajib mempunyai ijin kerja
sesuai dengan risikonya.
Semua pekerjaan harus
mempunyai prosedur kerja.
Untuk pekerjaan berisiko tinggi
dan tidak rutin dilengkapi
dengan ijin kerja.
Ijin kerja diberikan setelah
dilakukan kajian risiko, upaya
pencegahan bahaya untuk
mengurangi risiko, adanya
organisasi kerja yang
kompeten, adanya proses
otorisasi pemberian ijin,
pengkomunikasian proses kerja
dan kajian risiko, pengawas
pekerjaan sesuai dengan ijin
kerja dan proses penutupan
ijin kerja secara formal.

40
PERMIT TO WORK

41
PERMIT TO WORK

Recommended Behavior:
1. Melakukan Kajian Risiko dan upaya pencegahan dan
mitigasii risiko
2. Memeriksa otorisasi PTW dan melakukan komunikasi
Antar Rekan Kerja
3. Melakukan penutupan Ijin Kerja

42
PERMIT TO WORK

Beberapa kondisi yang mengharuskan dilakukannya intervensi /


SWA, namun tidak terbatas pada:

1. Ketika pekerjaan yang harus menerapkan SIKA tidak


dilengkapi dengan persyaratan PTW.
2. Ketika pekerjaan berlangsung, sementara SIKA belum
mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang
3. Terjadi insiden dan/atau near miss.

43
4 ISOLATION
Pastikan energi sudah diisolasi sebelum
melakukan pekerjaan, dengan aturan Lock
Isolasi merupakan suatu Out - Tag Out dan Discharge Test.
pencegahan kecelakaan karena
paparan energy berbahaya,
misalnya seperti paparan
potensi bahaya listrik, tekanan,
material berbahaya, gas
beracun, bahan kimia, cairan
panas atau radiasi. Dalam
melaksanakan isolasi, tentunya
proses pelaksanaan “Lock-out
dan Tag-out” harus tercatat
dalam system administrasi yang
terintegrasi dengan system ijin
kerja.

44
ISOLATION

45
ISOLATION

Recommended Behavior:
1. Melakukan isolasi depressurized/deenergized
sebelum mulai
2. Memasang Lock-Out / Tag-Out dan memastikan
berfungsi
3. Melakukan Komunikasi dan Dokumentasi
4. Mengenakan APD yang sesuai untuk pekerjaan isolasi

46
ISOLATION

Beberapa kondisi yang mengharuskan


dilakukannya intervensi / SWA, namun tidak
terbatas pada:

1. Isolasi gagal
2. Adanya isolasi yang belum lengkap
3. Isolasi tidak dikunci sempurna dan tidak di
label (tag) dengan jelas
4. Terjadi incident dan/atau nearmiss.

47
ISOLATION

48
5 CONFINED SPACE
Pastikan Anda memiliki otorisasi dan ijin
kerja yang valid sebelum masuk ke dalam
Adalah kegiatan di ruang ruang terbatas.
terbatas (confined
space), yang memiliki
potensi bahaya
kandungan gas beracun,
kekurangan oksigen, dan
gas mudah meledak.
Kegiatan yang termasuk
confined space antara
lain; melakukan aktifitas
kerja di dalam tangka,
bejana, pipa.

49
CONFINED SPACE

50
CONFINED SPACE

Recommended Behaviors:
1. Melakukan persiapan dan identifikasi Bahaya di area Confined
Space
2. Memeriksa prosedur dan perizinan Confined Space telah
diterapkan dengan benar
3. Memeriksa otorisasi Confined Space dan melakukan komunikasi
antar rekan kerja
4. Menggunakan APD untuk Confined Space yang sesuai dan
terinspeksi

51
CONFINED SPACE

Beberapa kondisi yang mengharuskan dilakukannya intervensi / SWA,


namun tidak terbatas pada:

1. Setiap saat tempat kerja (ruang terbatas) ditinggalkan.


2. Entry Watch meninggalkan area confined space tanpa ada
pengganti yang memiliki kualifikasi yang memadai.
3. Hasil pengujian gas melebihi kondisi / nilai ambang batas atmosfer
kerja yang dapat diterima.
4. Kegagalan peralatan (seperti peralatan pengujian gas portable atau
kontinyu, sistem ventilasi, dll).
5. Terjadi insiden dan/atau near miss.

52
CONFINED SPACE

53
LIFTING OPERATION
6 Pastikan operasi pengangkatan terencana,
terawasi dan dilaksanakan oleh personil yang
berkompeten.
Adalah proses
pengangkatan barang
atau beban melalui
peraklatan mekanis,
terutama
menggunakan alat
berat seperti crane.
Pekerjaan ini
memiliki potensi
bahaya yang harus
diwaspadai

54
LIFTING OPERATION

55
LIFTING OPERATION

Recommended Behaviors:

1. Melakukan persiapan pengangkatan dengan benar


2. Melakukan prosedur pengangkatan (lift plan) dengan benar
3. Menempatkan/memasang barikade dan/atau tanda peringatan
jelas di zona pengangkatkan

56
LIFTING OPERATION
Beberapa kondisi yang mengharuskan dilakukannya intervensi / SWA,
namun tidak terbatas pada:
1. Bila operator atau riggernya tidak certified.
2. Ada petir di sekitar area kerja (personil yang kompeten akan
menentukan kapan pekerjaan harus dihentikan)
3. Kecepatan angin melebih panduan pabrik (manufacturer instructions)
atau saat kecepatan angin mencapai batas yang diizinkan oleh U&G
(56.3 kph / 15.6 m/detik atau lebih)
4. Peralatan lifting dan/atau rigging rusak atau tidak berfungsi (defected)
5. Ada pekerja yang memberikan / menunjukkan emergency stop signal.
6. Ada pekerja yang tidak berwenang yang masuk ke daerah lifting (line of
fire zone)
7. Terjadi incident dan/atau near miss (seperti benda jatuh)

57
LIFTING OPERATION

58
7
FIT TO WORK
Pastikan Anda memenuhi persyaratan medis
dan fit untuk bekerja sesuai dengan
pekerjaan.
Adalah pelaksana pekerjaan
dalam kondisi kesehatan
yang prima dan mampu
melaksanakan pekerjaan
sesuai bebab kerjanya.
Tingkat kesehatan pekerja
dapat berdampak terhadap
keselamatan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

59
FIT TO WORK

60
FIT TO WORK

Recommended Behavior:
1. Melakukan komunikasi kesehatan (Fit for Duty)
sebelum bekerja
2. Memeriksa prosedur MCU terupdate dan DCU
dilakukan
3. Melakukan Self-SWA / Intervensi diri sendiri bila
kondisi kesehatan tidak fit, konsultasikan pada tim
medis

61
FIT TO WORK

Beberapa kondisi yang mengharuskan dilakukannya intervensi /


SWA, namun tidak terbatas pada:

• Ketika tools & equipment tidak dilengkapi dengan sistem


perlindung seperti guard pada mesin gerinda, GFCI pada
peralatan listrik, dll
• Ketika MCU dan DCU tidak dilakukan pada personil yang
dikatagorikan sebagai pekerjaan berisiko tinggi, sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
• Ketika pekerja mengalami farique sangat dan dinyatakan oleh
pihak medis untuk beristirahat atau menunda bekerja.
• Terjadi insiden atau gejala-gejala akan sakit

62
8
WORKING AT HEIGHT
Pastikan tersedia alat pencegah jatuh saat
bekerja di ketinggian.
Bekerja di Ketinggian
didefinisikan sebagai
pekerjaan yang
dilakukan di mana ada
potensi seseorang
mengalami cedera
akibat jatuh, termasuk
dibawah permukaan
tanah atau dalam rangka
mendapatkan akses atau
jalan keluar.

63
WORKING AT HEIGHT

64
WORKING AT HEIGHT

65
WORKING AT HEIGHT

Beberapa kondisi yang mengharuskan dilakukannya intervensi /


SWA, namun tidak terbatas pada:

• Personil yang memakai perlindungan jatuh (fall protection)


tidak 100% terikat (tied off)
• Peralatan perlindungan jatuh rusak dan/atau cacat
• Inspeksi perancah sudah tidak berlaku (telah expired)
• Perancah dan/atau peralatan bekerja di ketinggian lainnya
rusak dan/atau cacat (defective)
• Terjadi incident atau near miss

66
WORKING AT HEIGHT

67
9 PERSONAL FLOATATION DEVICE
Pastikan pelampung digunakan saat bekerja
di area yang memiliki potensi bahaya
tenggelam.
Pelampung atau alat
bantu apung lainnya
harus selalu
dikenakan di area
yang teridentifikasi
memiliki potensi
bahaya terjatuh ke
dalam air untuk
melindungi dari
kemungkinan
tenggelam.

68
PERSONAL FLOATATION DEVICE

69
PERSONAL FLOATATION DEVICE

Recommended Behavior:
1. Melakukan identifikasi bahaya dan pencegahan di
area yang berpotensi tenggelam sebelum bekerja
2. Memeriksa PFD dalam kodisi baik, terinspeksi dan
digunakan dengan tepat dan benar.

70
PERSONAL FLOATATION DEVICE

Beberapa kondisi yang mengharuskan dilakukannya intervensi /


SWA, namun tidak terbatas pada:

• Personil tidak menggunakan PFD sebelum dan selama


bekerja/berada di atas permukaan air, sesuai persyaratan
yang berlaku
• PFD rusak dan/atau cacat, sehingga tidak berfungsi
sebagaimana mestinya
• PFD telah expired
• Terjadi incident atau near miss

71
SYSTEM OVERRIDE
10
Pastikan mendapatkan ijin dan otorisasi
sebelum melakukan override / bypass atau
menonaktifkan / disabling safety critical
equipment.
Peralatan
keselamatan
kritikal harus
berfungsi dengan
baik untuk
menjaga
keselamatan anda.

72
SYSTEM OVERRIDE

73
SYSTEM OVERRIDE

Recommended Behavior:
1. Memeriksa persetujuan telah didapatkan dan
terdokumentasi
2. Melakukan Identifikasi pada Peralatan Yang Dilakukan
Override / Bypass

74
SYSTEM OVERRIDE

Beberapa kondisi yang mengharuskan dilakukannya intervensi /


SWA, namun tidak terbatas pada:
• Override perangkat pelindung kritikal di bypass (override) tanpa
persetujuan pihak yang berwenang dan dilakukan oleh personil yang
tidak memiliki otorisasi
• Proses MOC tidak dilakukan untuk perangkat kritikal yang dibypass
melebihi batas waktu yang telah ditentukan.
• Menon-aktifkan perangkat pelidung kritis untuk mematikan alarm
yang mengganggu atau shut-ins
• Bypass/Override, isolasi dan/atau menghilangkan proteksi kritis
selama kondisi upset/abnormal
• Bypass critical protections / System Override untuk menunda
inspeksi.
• Ketika pengendali/pengaman tambahan yang terkait dengan ‘bypass’
tidak berfungsi dengan baik
• Terjadi insiden dan/atau near miss (hampir celaka)
75
SYSTEM OVERRIDE

76
SYSTEM OVERRIDE

77
ASSET INTEGRITY
11 Pastikan fasilitas telah dilakukan inspeksi,
pengujian dan pemeliharaan sesuai dengan
prosedur dan peraturan.

Fasilitas dan
peralatan operasi
yang handal dan
terpelihara sesuai
standar merupakan
salah satu kunci
kegiatan produksi
yang aman dan
efektif.

78
ASSET INTEGRITY

79
ASSET INTEGRITY

Recommended Behavior:
1. Memastikan peralatan proses di inspeksi sesuai
jadwal yang telah ditentukan (pemeriksaan,
pengujian, perawatan, pemeliharaan dan perbaikan)
2. Melaporkan Jika Terdapat Kondisi Abnormal

80
12
DRIVING SAFETY
Pastikan pengemudi, penumpang dan
kendaraan telah mematuhi peraturan
keselamatan berkendara yang berlaku.
Adalah upaya untuk
mencegah kecelakaan
yang dapat terjadi
terkait penggunaan
setiap moda
transportasi darat
(mobil, truk
pengangkut, motor)
yang digunakan oleh
Pekerja dan Mitra Kerja
(yang menjadi
pengemudi dan/atau
penumpang) terhadap
aktivitas pekerjaan yang
dilakukan.

85
DRIVING SAFETY

86
DRIVING SAFETY

Recommended Behavior:
1. Melakukan perencanaan perjalanan (Journey
Management Plan)
2. Melakukan pemeriksaan kondisi kendaraan
3. Memastikan kesehatan pengemudi fit untuk
berkendaraan
4. Menjalankan prosedur tata kerja mengemudi yang
selamat, baik dan benar
5. Mempaktikan procedur parker yang benar

87
Driving Safety
Lima Kunci Mengemudi Selamat PHKT

Lima Kunci Mengemudi Selamat

1 Pandang jauh ke depan

2 Dapatkan Gambaran Yang Luas

3 Gerakkan Mata Anda

4 Siapkan jalan keluar

5 Pastikan mereka melihat Anda

Safe Defensive Driving Techniques memberikan


 RUANG untuk kendaraan
 PENGLIHATAN bagi pengemudi
 WAKTU untuk membuat keputusan

88
Slide ttg fatality Pak AA untuk MWT, HYPO, RWDC
Materi learning from event
Kaitannya dengan CLSR
Adanya perubahan yanmg tidak teridentifikasi
Adanya kondisi abnormal

89
90

Anda mungkin juga menyukai