DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
PRODI STR GIZI DAN DIETETIKA
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia
dan Rahmat Beliau, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang
berjudul “Sistem Panca Indera dan Selera Makan serta Kenyang Secara
Fisiologis” Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Anatomi
Fisiologi dengan pokok bahasan Sistem dan Fungsional Organ tubuh”
Pembuatan makalah ini tidak bisa terlepas dari bantuan pihak sekitar. Baik
dalam perampungan dan penyempurnaan makalah . Oleh karena itu sudah
sepatutnya jika penulis menyampaikan ucapan terima kasih, rasa hormat dan
penghargaan setinggi – tingginya kepada :
Penulis menyadari bahwa penulisan dari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari
berbagai pihak Penulis berharap semoga bahan ajar ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUAN
Indera manusia yang berupa mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit
merupakan indera yang digunakan setiap harinya untuk menanggapi
rangsangan dari luar. Sehingga, perlu bagi kita mempelajari bagian-
bagian apa saja yang ada di dalam indera tersebut, selain itu penting juga
mengetahui apa saja gangguan yang sering terjadi dan cara mengatasi
indera yang bermasalah. Indera manusia adalah anugerah Tuhan yang
harus dijaga dengan baik, agar tetap bisa menjalankan fungsi-fungsinya
dengan baik. Indera manusia mampu peka atau menanggapi rangsangan
karena memiliki bagian-bagian tertentu. Namun, jika suatu saat indera
tersebut tidak bisa menanggapi rangsangan dengan baik berarti sedang
ada gangguan. Gangguan tersebut dapat disebabkan karena factor usia
maupun faktor dari luar. Mata adalah indera yang mampu menanggapi
rangsang cahaya. Hidung dapat menanggapi rangsang bau atau mencium
aroma. Telinga menanggapi rangsangan berupa suara sehingga manusia
dapat mendengar. Lidah merupakan indera pengecap yang dapat
merasakan rasa makanan yang dikonsumsi. Sedangkan kulit mampu
menanggapi rangsang berupa rasa sakit, suhu panas atau dingin, dan
tekstur kasar atau halus.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis memperhatikan aspek penting yang akan
dikaji mendalam mengenai pokok bahasan yaitu Sistem Panca Indera dan Selera
Makan serta Kenyang secara Fisiologis. Adapun beberapa rumusan masalah yang
3
dapat penulis jabarkan, yaitu sebagai berikut:
1. Apa saja indera pada manusia?
2. Apa saja bagian-bagian pada mata, hidung, telinga, lidah dan kulit?
Apa fungsi indera manusia?
3. Bagaimana proses melihat dan mendengar?
4. Apa saja gangguan-gangguan pada indera manusia?
4
BAB II PEMBAHASAN
5
2.3 Anatomi Fisiologis Pengecap
A. Anatomi Lidah
Lidah merupakan organ dominan yang berada di dalam rongga mulut (Fehrenbach
dan Herring, 2007). Anatomi lidah terbagi menjadi dua per tiga bagian anterior,
dan satu per tiga
bagian posterior (Faiz dan Moffat, 2004). Dua per tiga bagian anterior lidah
terdapat di dalam rongga mulut dan satu per tiga bagian posterior dari lidah
terletak di dalam faring (Snell, 1997).
Lidah tertutup oleh membran mukosa dan beberapa bagian dari lidah
termodifikasi untuk menyesuaikan diri pada fungsi lidah yaitu sebagai organ
pengecapan (Ramalay, 1988). Lidah tersusun dari kumpulan otot rangka dan
bagian permukaan atas lidah, dilapisi oleh suatu lapisan epitelium skuamosa
berlapis yang banyak mengandung kelenjar lendir dan mempunyai tonjolan-
tonjolan yang disebut papila (Waugh dan Grant, 1998).
6
Gambar Struktur Fisiologis Lidah
● Rasa manis, dirasakan di ujung lidah depan dan daerah sensitivitas rasa
manis disebut apex lingua (Solomon, 2003)
● Rasa asam, dirasakan di sisi depan di sebelah kanan-kiri lidah sedangkan
daerah sensitivitas rasa asam terdapat pada sepanjang tepi lateral lidah
bagian posterior (Solomon, 2003)
● Rasa Asin, dirasakan di sisi samping kanan-kiri lidah, daerah sensitivitas
rasa asin terdapat pada sepanjang tepi lateral lidah bagian
anterior(Solomon, 2003)
● Rasa pahit, dirasakan di bagian pangkal lidah dan daerah sensitivitas rasa
pahit terdapat pada dorsum lidah bagian posterior (Solomon, 2003)
● Rasa umami, rasa umami mempunyai ciri khas yang jelas berbeda dari
keempat rasa lain, termasuk sinergisme peningkat rasa antara dua senyawa
umami yaitu L-glutamat dan 5'- ribonucleotides. Umami adalah rasa yang
dominan ditemukan dalam ekstrak daging dan keju (Guyton dan Hall,
2007).
7
yang mengandung substansi neurotransmitter yang berfungsi untuk
merangsang ujung serabut saraf sebagai respon terhadap rangsang kecap
sehingga manusia dapat merasakan rasa. Orang dewasa mempunyai 3.000
sampai 10.000 taste buds.
● Masa hidup sel-sel pengecap memiliki waktu paruh sekitar 10 hari
(Guyton dan Hall, 2007). Di dalam lidah terdapat papila, pada papila inilah
terdapat kuntum pengecap untuk merasakan makanan atau dapat disebut
sebagai taste buds (Waugh dan Grant, 1998).
Terdapat empat jenis papila pada lidah manusia (Leeson, 1996), yaitu:
1. Papila filiformis
8
Jumlah papila sirkumvalata pada manusia
hanya 10 sampai 14 buah, dan terletak di
sepanjang sulkus terminalis. Tiap papil
sedikit menonjol di atas permukaan lidah
dan dibatasi oleh suatu parit melingkar
dengan banyak kuncup kecap pada epitel
di dinding lateralnya. Saluran dari kelenjar
serosa yaitu kelenjar Ebner yang bermuara
pada dasar alur papila ini. Sekret serosa cair kelenjar tersebut berfungsi
untuk membersihkan parit dari sisa bahan makanan, sehingga tidak
menghalangi kuncup kecap untuk menerima rangsang kecap.
4. Papila foliata
Terletak pada bagian samping dan belakang lidah. Berbentuk lipatan-
lipatan menyerupai daun, dengan kuncup kecap di dalam lekukan epitel.
9
rasa yang akan mengaktifkan neurotransmitter untuk merangsang serabut saraf
pengecap sehingga berikatan secara selektif dengan molekul-molekul zat kimia.
Hanya zat kimia cair atau padat yang telah larut dalam saliva yang dapat berikatan
dengan sel reseptor pengecap. Zat kimia yang terlarut dalam saliva akan
mengadakan kontak dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap
sehingga menimbulkan depolarisasi potensial reseptor. Potensial reseptor ini
kemudian memulai potensial aksi di ujung-ujung terminal serat saraf aferen
hingga menghasilkan impuls (Sherwood, 2001).
10
Gambar 1. Skema organ pendengaran perifer dan sentral.
11
Gambar 3. Anatomi Aurikulum.
b. MAE
Merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula sampai
pada membrane timpani dengan Panjang lebih kurang 2,5cm dan diameter
lebih kurang 0,5cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage
yang berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua pertiganya
pars cartilage berjalan ke arah posterior superior , merupakan perluasan dari
tulang rawan daun telinga,tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal,
dilapisi oleh kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga , kulit
tersebut mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea.
Kelenjar serumen memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat
merupakan pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen
disebut serumen atau kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah antero
inferior dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada
bagian ini sangat tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan
pada tulang. Didapat glandula sebasea dan glandula seruminosa, tidak
didapatkan folikel rambut. (gambar 4)
12
skuamosa dan lapisan mukosa. Sifat arsitektur MT ini dapat menyebarkan
energi vibrasi yang ideal. MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis
posterior, lateral oleh ramus timpanikus cabang arteri aurikularis profundus.
Aliran vena menuju ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus
venosus pterygoid. Inervasi oleh nervus aurikularis cabang nervus vagus,
cabang timpanikus nervus glosofaringeus of Jacobson dan nervus
aurikulotemporalis cabang nervus mandibularis. (gambar 5)
13
Gambar 6. Skema hubungan antara membrane tympani osikel.
Telinga Tengah Terdapat Dua Otot :
a. M. tensor timpani
M tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor timpani dan berinsersio
di bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus. Otot ini
menyebabkan membran timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi lebih
tegang.dan meningkatkan frekuensi resonansi sistem penghantar suara dan
melemahkan suara dengan frekuensi rendah.
b. M. stapedius
M. stapedius berorigo di dalam eminensia pyramid dan berinsersio di ujung
posterior kolumna stapes, hal ini menyebabkan stapes kaku, memperlemah
transmini suara dan meningkatkan resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua
otot ini berfungsi mempertahankan , memperkuat rantai osikula dan meredam
bunyi yang terlalu keras sehingga dapat mencegah kerusakan organ koklea.
3. Anatomi Telinga bagian Dalam
Telinga dalam (TD) terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa, di
dalamnya dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur TD yaitu labirin,
merupakan suatu rangkaian berkesinambungan antara tuba dan rongga TD yang
dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin membran berisi endolim yang
merupakan satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan
rendah natrium. Labirin membran ini di kelilingi oleh labirin tulang ,di antara
labirin tulang dan membran terisi cairan perilim dengan komposisi elektrolit
tinggi natrium rendah kalium. (gambar 7)
14
berhubungan sehingga apabila salah satu organ tersebut mengalami gangguan
maka yang lain akan terganggu. TD disuplai oleh arteri auditorius interna cabang
dari arteri cerebelaris inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri.
a. Koklea
organ pendengaran berbentuk menyerupai rumah siput dengan dua dan satu
setengah putaran pada aksis memiliki panjang lebih kurang 3,5 centimeter.
Sentral aksis disebut sebagai modiolus dengan tinggi lebih kurang 5
milimeter, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari arteri vertebralis.
15
Gambar. Organon Corti.
FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Proses mendengar melalui tiga tahapan yaitu tahap pemindahan energi
fisik berupa stimulus bunyi ke organ pendengaran, tahap konversi atau tranduksi
yaitu pengubahan energi fisik stimulasi tersebut ke organ penerima dan tahap
penghantaran impuls saraf ke kortek pendengaran.
16
Kecepatan suara = 350 m/detik Misal panjang tabung = 2,5 cm, maka : Fo = 350
(4x2,5) = 3500 Hz = 3,5 kHz.
Gelombang suara kemudian diteruskan ke MT dimana pars tensa MT merupakan
medium yang ideal untuk transmisi gelombang suara ke rantai osikular. Hubungan
MT dan sistem osikuler menghantarkan suara sepanjang telinga telinga tengah ke
koklea. Tangkai maleus terikat erat pada pusat membran timpani, maleus
berikatan dengan inkus, inkus berikatan dengan stapes dan basis stapes berada
pada foramen ovale . Sistem ini mengurangi jarak meningkatkan tenaga
pergerakan 1,3 kali, selain itu luas daerah permukaan MT 55 milimeter persegi
sedangkan daerah permukaan stapes rata-rata 3,2 milimeter persegi. Rasio
perbedaan 17 kali lipat ini dibandingkan 1,3 kali dari dari sistem pengungkit ,
menyebabkan penekanan sekitar 22 kali pada cairan koklea. Hal ini diperlukan
karena cairan memiliki inersia yang jauh lebih besar dibandingkan udara,
sehingga dibutuhkan tekanan besar untuk menggetarkan cairan, selain itu
didapatkan mekanisme reflek penguatan, yaitu sebuah reflek yang timbul apabila
ada suara yang keras yang ditransmisikan melalui sistem osikuler ke dalam sistem
saraf pusat, reflek ini menyebabkan konstraksi pada otot stapedius dan otot tensor
timpani. Fungsi dari mekanisme ini adalah untuk melindungi koklea dari getaran
merusak disebabkan oleh suara yang sangat keras , menutupi suara berfrekuensi
rendah pada lingkungan suara keras dan menurunkan sensivitas pendengaran pada
suara orang itu sendiri.
MEKANISME PENDENGARAN TELINGA DALAM
Koklea mempunyai dua fungsi yaitu menerjemahkan energi suara ke suatu
bentuk yang sesuai untuk merangsang ujung saraf auditorius yang dapat
memberikan kode parameter akustik sehingga otak dapat memproses informasi
dalam stimulus suara. Koklea di dalamnya terdapat proses transmisi hidrodinamik
yaitu perpindahan energi bunyi dari foramen ovale ke sel-sel bersilia dan proses
transduksi yaitu pengubahan pola energi bunyi pada OC menjadi potensial aksi
dalam nervus auditorius. Mekanisme transmisi terjadi karena stimuli bunyi
menggetarkan perilim dalam skala vestibuli dan endolim dalam skala media
sehingga menggetarkan membrana basilaris. Membrana basilaris merupakan suatu
kesatuan yang berbentuk lempeng-lempeng getar sehinga bila mendapat stimuli
bunyi akan bergetar seperti gelombang disebut traveling wave. Perubahan tersebut
karena bergesernya membrana retikularis dan membrana tektorial akibat stimulis
bunyi. Amplitudo maksimum pergeseran tersebut akan mempengaruhi sel rambut
dalam dan sel rambut luar sehinga terjadi loncatan potensial listrik.
Koklea di dalamnya terdapat 4 jenis proses bioelektrik, yaitu :
endokoklea (endocochlear potential)
Potensial endokoklea terdapat pada skala media bersifat konstan atau direct
current (DC) dengan potensial positif sebesar 80 – 100 mV. Stria vaskularis
17
merupakan sumber potensial endokoklea yang sangat sensitif terhadap anoksia
dan zat kimia yang berpengaruh terhadap metabolisme oksidasi.
Mikrofoni koklea (cochlear microphonic)
Mikrofoni koklea adalah alternating current (AC) berada di koklea atau juga di
dekat foramen rotundum, dihasilkan area sel indera bersilia dan membrana
tektoria oleh pengaruh listrik akibat vibrasi suara pada silia atau sel inderanya.
Potensial sumasi (summating potensial)
Potensial sumasi termasuk DC tidak mengikuti rangsang suara dengan spontan,
tetapi sebanding dengan akar pangkat dua tekanan suara. Potensial sumasi
dihasilkan sel-sel indera bersilia dalam yang efektif pada intensitas suara tinggi.
Potensial seluruh saraf (whole nerve potensial).
Potensial seluruh saraf adalah potensial listrik yang dibangkitkan oleh serabut
saraf auditori. Terekam dengan elektroda di daerah foramen rotundum atau di
daerah saraf auditori, memiliki frekuensi tinggi dan onset yang cepat. 6
Rangsangan suara dari koklea diteruskan oleh nervus kranialis VIII ke korteks
melalui nukleus koklearis ventralis dan dorsalis. Jaras tersebut merupakan sistem
pendengaran sentral.
PENGERTIAN PENDENGARAN
Pendengaran merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh kita. Organ
ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Proses mendengar adalah
proses yang tidak sederhana, agar dapat mendengar manusia harus memiliki organ
pendengaran dan fungsi pendengaran yang baik. Sistem organ pendengaran dibagi
menjadi perifer dan sentral. Pendengaran perifer dimulai dengan adanya sumber
bunyi yang ditangkap aurikula dan dilanjutkan ke saluran meatus akustikus
eksternus kemudian terjadi getaran pada membran timpani, membran timpani ini
yang memiliki hubungan dengan tulang pendengaran akan menggerakkan
rangkaian tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes yang
menempel pada foramen ovale. Gerakan stapes pada foramen ovale akan
menggerakkkan cairan yang ada dalam organ koklea, akibatnya terjadi potensial
listrik mengakibatkan terjadinya perubahan energi mekanik menjadi energi listrik
yang diteruskan oleh saraf auditori ke batang otak (disinilah batas sistem organ
pendengaran perifer dan sentral) kemudian energi listrik dilanjutkan ke kortek
terletak pada bagian girus temporalis superior. Kortek serebri membuat manusia
mampu mendeteksi dan menginterpretasikan pengalaman auditori, Sehingga
pendengaran merupakan salah satu indera yang sangat penting bagi manusia.
Gangguan-gangguan pada Indra Pendengaran
a. Secara Klinis
1) Tuli Konduktif/tuli Perifer
18
Penderita tuli terhadap suara dengan frekuensi rendah oleh
karena itu konduksi disebut juga tuli bas. Pada orang normal
kehilangan pendengaran sebesar 15 desibel masih dianggap
normal.
Apabila kerusakan terletak pada membran tympani maka
seseorang akan kehilangan pendengaran (hearing lost) sebesar 20
desibel. Bila kerusakan pada tulang-tulang pendengaran maka
hearing lost sebesar 65 DB. Bila kehilangan di atas 65 DB
merupakan tuli konduksi yang berat. Pada penderita tuli konduksi
hantaran suara melalui udara terganggu, sedangkan suara melalui
tulang normal.
2) Tuli Persepsi/tuli Central
Tuli sentral yaitu bila kerusakan dimulai dari organ corti.
Umumnya penderita akan kehilangan pendengaran terhadap suara
dengan frekuensi tinggi, karena itu disebut juga tuli Discont.
Tuli sentral disebabkan karena lebih banyak trauma
suarat/acustic. Sebelum seseorang mengalami ketulisan central
akan didapatkan dulu gejala-gejala pendengaran yaitu :
a) Tunitus
Adalah orang yang mendengra bunyi berdengung terus
walau tidak ada suara. Hal ini disebakan karena sel-sel
rambut pada organ corti rusak, sehingga ia terus
menerus bergetar tanpa ada rangsang suara.
b) Nervus Vestibularis
Adalah orang terangsang sehingga penderita akan
mengeluh pusing atau vertigo, mual, muntah dan
niztagmus (mata bergerak-gerak). Selanjutnya penderita
akan menerita gangguan dengan frekuensi tinggi.
Gangguan gejala-gejala ini disebut dengan sindroma
meniere. Ini disebabkan adanya peningkatan tekanan
Hydrostatic dari cairan endolympe yang terdapat di
dalam ductus cochlearis sehingga dinding ductus
cochlearis akan menonjol keluar. Karena itu sindroma
meniere disebut juga Endolymphe Hydrops.
Bentuk lain dari ketulian sentral :
I. Press by Cusis
Ini terjadi pada usia lanjut yang disebabkan oleh kekakuan dari
membran basillaris organ corti.
II. Ketulian jiwa
Orang mendengar suara tetapi ia tidak dapat mengenterpretasikan
atau menyadari suara apa yang didengar, karena asosiasi
pendengaran di cortex cerebri rusak (lobus temporalis area 42
bordman) tuli persepsi termasuk tuli sentral. Bila tuli ini
bergabung dinamakan dengan tuli total
b. Secara Fisiologis
19
1) Tuli konduksi/hantara
Segala bentuk ketulian yang disebabkan oleh ganguan hantaran
udara melalui telinga luar sampai organ corti.
Disebabkan karena : Sumbatan telinga luar, Kerusakan membrane
tympani, Kerusakan tulang pendengaran, Sumbatan pada tuba
eustachii, sehingga terjadi perbedaan tekanan antara cavum
tympani dengan udara luar.
2) Tuli persepsi/tuli penerimaan
Segala bentuk ketulian yang disebabkan oleh karena kerusakan
resptor penerimaan organ corti sampai nervus ke VIII (Nervus
Cochlearis)
3) Tuli Central
Segala bentuk ketulian yang disebabkan oleh kerusakan batang
otak/medula oblongata sampai pada cortex cerebri lobus
temperalis (pusat pendengaran).
2.6
Teori dual center, yaitu terdapat dua area di hipotalamus yang berperan
sebagai pusat makan dan pusat kenyang (hipotalamus lateral dan ventromedial) ,
kini telah berkembang. Diketahui adanya area hipotalamus lain yang berperan
dalam hal ini, seperti nukleus paraventrikular (PVN) dan nukleus dorsomedial
(DMH) (gambar 1). Dan juga hipotesis tentang fungsi hipotalamus ini
sekarang semakin dipertajam, melalui sudut pandang molekuler dan data
20
neuroanatomi. Dengan berkembangnya pengetahuan tentang sub populasi
neuron spesifik, ide tentang ‘pusat’ pengaturan makan dan berat badan
telah diganti dengan ‘jalur-jalur neuronal’ tertentu yang mengintegrasikan
dan menghasilkan respon terhadap input perubahan simpanan energi tubuh.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, dalam hal pengaturan asupan
makanan, hipotalamus menerima stimulus/input dari dalam tubuh dan dari
luar Informasi tersebut diterima secara langsung (melalui saraf aferen), atau
secara tidak langsung dengan melalui reseptor hormon dan sensor substrat
yang sangat banyak dijumpai di neuron-neuron hipotalamus. Informasi tersebut
kemudian diproses sehingga menghasilkan output (respon) perubahan perilaku
yaitu perubahan nafsu makan.
21
penting dalam pengaturan perilaku makan. Meskipun demikian penelitian
masih terus berlangsung dan mungkin akan didapati perubahan tentang detail
neurokimia dan anatomi yang sudah diketahui sekarang. Beberapa nukleus dan
area hipotalamus yang terlibat dalam pengaturan asupan makanan adalah sebagai
berikut :
A. Nukleus Arkuatus
Nukleus arkuatus (ARC) menerima input neural yang berasal dari area-
area di hipotalamus sendiri, dan dari luar hipotalamus seperti amigdala,
batang otak (termasuk dari n.vagus melalui nukleus traktus solitarius-NTS)
dan korteks serebri. Dan yang lebih penting adalah input hormonal, berupa
leptin, growth hormone glukokortikoid, steroid seks, insulin dan metabolit
seperti glukosa, yang berpengaruh langsung melalui reseptor spesifik di
ARC.
Penelitian dengan menggunakan metode imunohistokimia, in situ
hybridization, retrograde tracing, dan teknik pengekspresian gen fungsional,
telah mendapati dua populasi utama neuron yang terlibat mengatur makan
didalam nukleus ini. Populasi pertama adalah neuron-neuron yang
mengandung mRNA untuk NPY, agouti-related protein (AgRP) dan reseptor
leptin. Neuron-neuron ini berproyeksi terutama ke nuklei di zona
periventricular termasuk nucleo paraventricular (PVN) dan juga ke
hipotalamus lateral (LHA). Populasi kedua adalah populasi yang
mengandung reseptor leptin dan disertai ekspresi proopiomelanocortin
(POMC) dan cocaine-amphetamine related transcript (CART). Neuron-
neuron ini berproyeksi ke melanin-concentrating hormone (MCH), orexin,
dan neuron lain di LHA. Populasi neuron tersebut menerima rangkaian
jalur informasi baik dari input hormonal maupun neural.
22
BAB III PENUTUP
3.1 SIMPULAN
3.2 SARAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Pengecap: http://syariffauzi.wordpress.com/category/pengetahuankoe/indra-
pada-manusia/ http://ardanaswari.wordpress.com/2009/05/05/indra-pengecap/
http://paruliansinaga.wordpress.com/2008/09/11/5-indera-yang-berfungsi/
http://free.vlsm.org/v12/sponsor/sponsor-pendamping/praweda/biologi/0090 Bio
2-10d.html 8
Pendengaran
1. Meyerhoff WL, Carter JB. Anatomy and physiology of hearing. In:
Meyerhoff WL eds. Diagnosis and management of hearing loss.
Philadelphia: WB Saunders, 1984: 1 - 12.
2. Rappaport JM, Provensan C. Neurootology for audiologist. In: Jack Katz
eds. Handbook of audiology. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 2002: 9-13.
3. Hans , Cassady. The hearing process. 2007. Citation available from :
www.faqs.org/health/Body-byDesign-V2/The-Special-Senses.html. Acces
on September 30th , 2008.
4. Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. Anatomy and physiology of hearing.
In: Bailey JB, Johnson JT. Head and neck surgery otolaryngology. 4 ed,
Vol 2. Philadelphia: Lippincott W, Wilkins, 2006:1883-1902.
5. Anonymus. Normal ear anatomy. 2000. Citation available from :
www.uptoupdate.com acces on September 30th , 2008
6. Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Alih
bahasa: Staf pengajar FKUIRSCM. 13rd ed. Jakarta: Binarupa Aksara,
1997:105-9.
7. Ghorayeb BY, Anatomy of the ear. 2006. Citation available from :
www.ghorayeb.com/AnatomyAuricl e.html. acces on September 30th ,
2008.
8. Donalson JA, Duckert LG. Anatomy of the ear. In: Paparella MM,
Shumrick DA eds. Otolaryngology. 3 th ed. Philadelphia: WB Saunders
co. 1991: 23-58.
9. Anonymus. Meatus acusticus externus gland. 2000. Citation available
from : www.uptodate.com. acces on September 30th , 2008.
10. O’Connor KN, Tam M, Blevins H, Puria S. Tympanic membrane collagen
fibers: a key to high frequency sound conduction. Laryngoscope 2008;
118: 483-90.
24
11. . Soetirto I, Hendramin H, Bashirudin J, Gangguan pendengaran dan
kelainan telinga dalam : Supardi EA , Iskandar N, Bashiruddin J eds. Buku
ajar ilmu penyakit telinga, hidung dan tenggorok .Edisi 1. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007: 10-22.
12. Liston SL, Duvall AJ. Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga. Dalam:
Boeis eds. Boeis buku ajar penyakit THT. Alih bahasa: Caroline W. 6th
ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1997:30-8
13. Netter FH. Atlas of human anatomy Anatomy of the ear. 4th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders co. 2006: 92-8.
14. . Menton D. Organon Corti. 2001. Citation available from : Anatomi
dan.... (Puguh SN, HMS Wiyadi) 85 www.answersingenesis.org. acces on
September 30th , 2008
15. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih bahasa:
Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A. 1 st ed. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC, 1997: 827-34.
16. . Duus P. Diagnosis topic neurologi. Alih bahasa: Ronardy DH. 1st ed.
Jakarta: Buku kedokteran EGC,1996:119-121
17. Encyclopedia Britanica Article. Human ear the physiology of hearing.
2007. Citation available from : www.britanica.com. acces September
30th , 2008.
18. Mega Iswari, Nurhastuti. Januari 2018. Anatomi, Fisiologi dan genetika.
Padang : Buku ajar anatomo, fisiologi dan genetika.
https://adoc.pub/peran-neuropeptida-y-dalam-meningkatkan-nafsu-
makan.html
25