Anda di halaman 1dari 11

Penyimpangan Semu Hukum Mendel |

Macam-macam penyimpangan semu Hukum Mendel dan contoh kasusnya dalam


kehidupan sehari-hari. 

--
Sebelumnya kamu telah mengetahui tentang persilangan monohibrid yang
merupakan penerapan dari Hukum I Mendel dan persilangan dihibrid yang
merupakan penerapan dari Hukum II Mendel. .

Masih ingat kah kamu kalau pada kondisi normal, persilangan monohibrid


menghasilkan rasio fenotip yaitu 3 : 1 atau 1 : 2 : 1

Sedangkan persilangan dihibrid menghasilkan rasio fenotip yaitu 9 : 3 : 3 : 1

Tidak semua persilangan menghasilkan rasio atau perbandingan fenotip yang sesuai
dengan Hukum Mendel. Terdapat beberapa kasus menghasilkan rasio fenotip yang
menyimpang dari Hukum tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa gen yang saling
mempengaruhi pada saat pembentukan fenotip (keturunan).
Meskipun demikian, rasio fenotip ini masih mengikuti aturan Hukum Mendel, sehingga
hasil rasio fenotipnya dapat dikatakan sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel.

Penyimpangan semu Hukum Mendel ini terdiri dari beberapa macam :

1. Atavisme
Penyimpangan semu Hukum Mendel yang pertama adalah atavisme. Atavisme
adalah interaksi antar gen yang menghasilkan filia atau keturunan dengan fenotip
yang berbeda dari induknya. Contoh atavisme dapat kamu temukan pada kasus
jengger ayam.

Perhatikan contoh persilangan kasus atavisme di bawah ini:

Terdapat empat jenis jengger ayam, di antaranya walnut (R-P-), rose (R-pp), pea (rrP-),
dan single (rrpp). Sekarang,  kita coba lakukan persilangan antara jengger ayam rose
(RRpp) dengan jengger ayam pea (rrPP).

Hasilnya bisa disimak pada gambar di bawah ini :


2. Kriptomeri
Kriptomeri adalah peristiwa tersembunyinya gen dominan jika tidak berpasangan
dengan gen dominan lainnya. Jadi, jika gen dominan tersebut berdiri sendiri, maka
sifatnya akan tersembunyi (kriptos). Contoh kasus kriptomeri terdapat pada persilangan
bunga Linaria maroccana. Bunga Linaria maroccana memiliki 4 gen, yaitu:

A = terbentuk pigmen antosianin

a = tidak terbentuk pigmen antosianin

B = protoplasma basa

b = protoplasma asam
Linaria maroccana (sumber: pinterest.com)

Misalkan, akan dilakukan persilangan pada bunga Linaria maroccana berwarna merah


dengan bunga Linaria maroccana berwarna putih , sebagai berikut:
Pada persilangan pertama, diperoleh F1 adalah bunga berwarna ungu. 

Kenapa demikian ? Lihat penjelasannya ada di bawah ini:

 Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap b.


 Gen A mengandung pigmen antosianin, gen a tidak mengandung gen
antosianin, gen B lingkungan basa, dan gen b lingkungan asam.
 Warna merah dihasilkan dari pigmen antosianin dalam lingkungan asam,
sehingga bunga yang berwarna merah disimbolkan dengan AAbb/Aabb. 
 Jika di dalam plasma tidak terdapat pigmen antosianin, maka akan
terbentuk warna putih tanpa adanya pengaruh dari lingkungan, sehingga
bunga yang berwarna putih disimbolkan dengan aaBB/aaBb/aabb.
 Ketika bunga warna merah (AAbb) dan bunga warna putih (aaBB) disilangkan,
gen dominan A tidak bertemu dengan gen dominan A yang lain, begitu juga
dengan gen dominan B. Akibatnya, sifat gen dominan tersebut akan tersembunyi
dan F1 menghasilkan warna ungu. 
 Warna ungu ini berasal dari pigmen antosianin yang berada pada
lingkungan yang bersifat basa,

3. Polimeri
Polimeri adalah interaksi antar gen yang bersifat kumulatif (saling menambah).
Jadi, gen-gen tersebut saling berinteraksi untuk mempengaruhi dan menghasilkan
keturunan yang sama. Contohnya adalah gandum berbiji merah yang memiliki dua gen
yaitu M1 dan M2, sehingga apabila kedua gen tersebut bertemu maka ekspresi warna
akan semakin kuat.

'Bukan' gandum merah (sumber: thepinsta.com)

Misalkan, akan dilakukan persilangan antara gandum berbiji merah dengan gandum
berbiji putih sebagai berikut:
 

4. Epistasis-Hipostasis
Epistasis-hipostasis merupakan peristiwa ketika gen yang bersifat dominan akan
menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi
disebut epistasis, sedangkan gen yang ditutupi disebut hipostasis. Contoh kasus
epistasis dan hipostasis dapat ditemukan pada persilangan labu.
Perhatikan contoh kasus epistasis dan hipostasis pada persilangan labu di bawah ini:

5. Komplementer
Penyimpangan semu Hukum Mendel yang terakhir adalah komplementer.
Komplementer adalah interaksi antar gen dominan dengan sifat yang berbeda yang
saling melengkapi, sehingga memunculkan fenotip tertentu. Apabila salah satu gen
tidak muncul, maka sifat yang dimaksud pun tidak akan muncul. Contoh komplementer
dapat ditemukan pada kasus persilangan bunga Lathyrus odoratus yang terdiri dari
gen:

C = membentuk pigmen warna

c = tidak membentuk pigmen warna


P = membentuk enzim pengaktif

p = tidak membentuk enzim pengaktif 

Lathyrus odoratus (sumber: plantsam.com)

Misalkan, dilakukan persilangan antara bunga Lathyrus odoratus berwarna putih


dengan bunga Lathyrus odoratus berwarna putih pula. Maka, akan diperoleh keturunan
dan rasio fenotip sebagai berikut:
Setelah kalian membaca materinya , kerjakan soal dibawah ini !

Latihan Soal :

1. Disilangkan kelinci betina berbulu hitam ( HHll ) dengan kelinci jantan berbulu
coklat ( hhLL ). Jika bulu hitam epistasis terhadap bulu coklat , tentukan
perbandingan fenotipe keturunan kedua ( F2 ) pada anak-anaknya !
2. Buatlah diagram persilangan dan tentukan perbandingan fenotipe dari keturunan
yang dapat diharapkan dari persilangan berikut :
a. Ayam berpial walnut ( RRPp ) dengan ayam berpial biji ( rrPp )
b. Ayam berpial rose ( Rrpp ) dengan ayam berpial pea ( rrPP )

Anda mungkin juga menyukai