Anda di halaman 1dari 25

PENYIMPANGAN SEMU

HUKUM MENDEL

INTERAKSI GEN

Oleh:
Pak Ode
PENYIMPANGAN SEMU
HUKUM MENDEL
 Persilangan monohibrid :
menghasilkan perbandingan individu keturunan 3 : 1 atau 1 : 2 : 1,
 Persilangan dihibrid :
menghasilkan individu keturunan 9 : 3 : 3 : 1.
 Dalam prakteknya, hasil persilangan Mendel dapat menghasilkan
perbandingan individu yang tidak tepat
 Pada persilangan dihibrid dapat dihasilkan perbandingan yang
merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 yaitu 12 : 3 : 1;
9 : 7 atau 15 : 1
PENYIMPANGAN SEMU
HUKUM MENDEL
 Meskipun demikian, perbandingan tersebut tetap mengikuti
aturan Hukum Mendel. Oleh karena itu, hasil perbandingan
tersebut dikatakan sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel
 Peyimpangan ini terjadi karena interaksi gen dan interaksi alel
 Interaksi gen terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih saling
memengaruhi dalam memberikan fenotipe pada suatu individu.
 Interaksi gen menyebabkan terjadinya peristiwa atavisme,
polimeri, kriptomeri, epistasis-hipostasis, serta komplementer
Interaksi Gen
 ATAVISME
 Atavisme adalah munculnya suatu
sifat sebagai akibat interaksi dari
beberapa gen.
 Contoh. Sifat genetis pada jengger/
pial ayam
 Ada 4 macam bentuk jengger ayam,
Walnut, Rose, Pea, dan Singgle
Interaksi Gen
 ATAVISME
Genotipe Fenotipe
R-P- Walnut
R-pp Rose
rrP- Pea
rrpp Single
Interaksi Gen
 ATAVISME
Penyilangan ayam
berjengger rose (RRpp)
dengan ayam berjengger pea
(rrPP) akan menghasilkan
keturunan F1 100%
berjengger walnut (RrPp).
Jika F1 disilangkan
sesamanya, bagaimanakah
hasil F2nya?
Interaksi Gen
 ATAVISME
 Hasil persilangan sesama F1 akan menghasilkan keturunan F2 dengan
perbandingan fenotip walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1

 Penyimpangan yang terjadi pada atavisme bukan mengenai perbandingan


fenotip F2, melainkan munculnya sifat baru pada jenger ayam, yaitu walnut
dan single.
 Penyimpangan yang terjadi pada atavisme bukan mengenai perbandingan
fenotip F2, melainkan munculnya sifat baru pada jenger ayam, yaitu walnut
dan single.
Interaksi Gen
 POLIMERI
Polimeri adalah interaksi antar gen-
gen berbeda alel yang memunculkan
satu fenotip dan bersifat kumulatif
(saling menambah). Contohnya
adalah warna merah pada biji
gandum yang ditentukan oleh dua
gen yaitu M1 dan M2, sehingga
apabila kedua gen tersebut bertemu Semakin banyak gen M yang dimiliki, maka
maka ekspresi warna merahnya akan warna merah dari gandum akan semakin
gelap. (sumber: world grain)
semakin kuat.
Interaksi Gen
 POLIMERI
Misalkan, akan
dilakukan
persilangan
antara gandum
berbiji merah
dengan gandum
berbiji putih
sebagai berikut:
Interaksi Gen
 POLIMERI
Berdasarkan hasil F2, dapat kita ketahui kalau banyaknya jumlah
gen M akan mempengaruhi warna pada biji gandum. Semakin
banyak fator M, maka warna biji gandum semakin tua atau gelap.
Rasio fenotip ; merah : putih = 15 : 1
Perbandingan Pola Genotip Pola Fenotip
9 M1-M2- Merah
3 M1-m2m2 Merah
3 m1m1M2- Merah
1 m1m1m2m2 Putih
Interaksi Gen
 KRIPTOMERI
Kriptomeri adalah peristiwa tersembunyinya suatu gen dominan jika tidak
berpasangan dengan gen dominan dari alel lainnya. Jadi, jika gen dominan
tersebut berdiri sendiri, maka sifatnya akan tersembunyi (kriptos).
Contoh kasus kriptomeri terdapat pada persilangan bunga Linaria
maroccana. Warna bunga Linaria maroccana dipengaruhi oleh 4 gen, yaitu:
A = terbentuk pigmen antosianin
a = tidak terbentuk pigmen antosianin
B = protoplasma basa
b = protoplasma asam
Interaksi Gen
 KRIPTOMERI
Misalkan, akan dilakukan persilangan pada bunga Linaria maroccana berwarna merah
dengan bunga Linaria maroccana berwarna putih, maka persilangan dapat dijelaskan
dengan cara:

Antosianin adalah pigmen yang akan memicu pembentukan warna pada bunga Linaria
maroccana. Artinya tumbuhan Linaria yang memiliki gen A akan menghasilkan bunga
yang berwarna, sedangkan yang tidak punya gen A bunganya akan albino (putih).

Namun warna yang ditimbulkan oleh antosianin tergantung dari tingkat keasaman
(pH) protoplasma sel. Jika protoplasma bersifat basa (dipengaruhi oleh gen B) maka
akan timbul warna ungu, sedangkan ketika protoplasma bersifat asam (dipengaruhi
gen b) maka akan muncul warna merah.
Interaksi Gen
 KRIPTOMERI
Interaksi Gen
 KRIPTOMERI
Berdasarkan table disamping,
diperoleh F2 adalah ungu (A-
B-), merah (A-bb), dan putih
(aaB-) dan (aabb).
Rasio fenotip =
Ungu : merah : putih
9:3:4
Perbandi
Pola Genotip Pola Fenotip
ngan
9 A-B- Ungu
3 A-bb Merah
3 aaB- Putih
1 aabb Putih
Interaksi Gen
 EPISTASIS - HIPOSTASIS
Epistasis-hipostasis merupakan peristiwa ketika gen yang bersifat dominan
akan menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang
menutupi disebut epistasis, sedangkan gen yang ditutupi disebut hipostasis.

Terdiri atas :
1. Epistasis dominan (12 : 3 : 1)
2. Epistasis resesif (9 : 3 : 4)
3. Epistasis gen resesif rangkap (9 : 7)
4. Epistasis gen dominan rangkap (15 : 1)
Interaksi Gen
 EPISTASIS - HIPOSTASIS
Epistasis dominan (12 : 3 : 1)
Pada peristiwa epistasis dominan, gen dominan menutupi kerja gen lain.
Contohnya adalah epistasis dominan yang terjadi pada tanaman labu.

Gen P menentukan warna labu putih, sedangkan gen K menentukan warna labu
kuning. Gen P akan menutupi kerja gen K sehingga jika gen P bertemu gen K akan
menghasilkan labu berwarna putih.
Interaksi Gen
 EPISTASIS - HIPOSTASIS
Epistasis dominan (12 : 3 : 1)
Hasil persilangan labu putih
(PPKK) dengan labu hikai
(ppkk) menghasilkan F1
labu putih heterozigot
(PpKk). Jika F1 disilangkan
sesamanya, maka hasil
F2nya adalah sebagai
berikut

Rasio fenotip F2
Putih : kuning : hijau = 12 : 3 : 1
Interaksi Gen
 EPISTASIS - HIPOSTASIS
Epistasis resesif (9 : 3 : 4)
Pada peristiwa epistasis resesif, suatu gen homozigot resesif mempengaruhi
gen lain yang dominan. Contohnya epistasis resesif yang terdapat pada warna
rambut tikus.
Warna rambut tikus ditentukan dua macam
gen, yaitu gen H (menentukan warna hitam)
dan gen A (menentukan warna abu-abu
agouti). Alel resesif putih (hh) ternyata
menutupi peranan gen dominan H.
Interaksi Gen
 EPISTASIS - HIPOSTASIS
Epistasis resesif (9 : 3 : 4)
Perkawinan antara tikus hitam
dengan tikus putih
menghasilkan keturunan F1
100% tikus abu-abu agouti. Jika
f1 disilangkan sesamanya maka
akan didapatkan hasil pada F2
sebagai berikut

Rasio fenotip F2
Abu-abu agouti : hitam : putih
=9:3:4
Interaksi Gen
 EPISTASIS - HIPOSTASIS
Epistasis gen resesif rangkap (9 : 7)
Epistasis gen resesif rangkap adalah
peristiwa dua gen resesif yang
berbeda mempengaruhi satu fenotip.
Salah satu gen yang muncul dalam
bentuk homozigot resesif akan
menutupi sifat dominan yang lain.
Warna ungu ditentukan oleh gen U1
dan U2

Rasio fenotip F2
ungu : putih = 9 : 7 Contohnya pada gen mengenai warna bunga
kacang kapri manis.
Interaksi Gen
 EPISTASIS - HIPOSTASIS
Epistasis gen dominan rangkap (15 : 1)
Epistasis gen dominan rangkap
adalah peristiwa dua gen dominan
atau lebih yang bekerja untuk
memunculkan satu fenotip tunggal.

Gen A, gen B atau gen A dan gen B


menyebabkan kapsul biji berbentuk
segitiga, sedangkan resesifnya
berbentuk membulat

Tanaman kantung gembala


Interaksi Gen
 EPISTASIS - HIPOSTASIS
Epistasis gen dominan rangkap (15 : 1)
Penyilangan antara tanaman berbiji
segitiga dengan tanaman berbiji
membulat menghasilkan F1 semua
tanaman berbiji segitiga. Jika F1
disilangkan sesamanya.

Maka akan diperoleh rasio F2


Biji segitiga : biji membulat
= 15 : 1
Interaksi Gen
 EPISTASIS - HIPOSTASIS
Epistasis dominan resesif (13 : 3) ayam White Leghorn

Pada persilangan ayam White Leghorn dengan ayam


White Wyandotte.
Ayam leghorn mempunyai gen putih yang dominan
yaitu IICC dan ayam Wyandotte juga mempunyai gen
putih yang resesif yaitu iicc.
ayam White Wyandotte
Terdapat pasangan gen (I), yang menghalangi
pigmentasi/warna dan alelnya, (i) yang tidak
menghalangi pigmentasi. Selain itu terdapat gen (C)
yang menimbulkan pigmentasi dan alelnya, (c) yang
tidak menimbulkan pigmentasi.
Interaksi Gen
 EPISTASIS - HIPOSTASIS
Epistasis dominan resesif (13 : 3)
Gen I dominan terhadap C
dan c
sedangkan c dominan
terhadap I dan i

Gen I = menghambat warna


Gen i = tidak menghambat
Gen C = penghasil warna
Gen c = mencegah
Next :
PENYIMPANGAN SEMU
HUKUM MENDEL
INTERAKSI ALEL
Dominansi
Alel ganda
tidak sempurna
Kodominansi Alel letal

Anda mungkin juga menyukai