Anda di halaman 1dari 18

3.

Penyimpangan Semu Hukum Mendel


Dalam beberapa kasus, persilangan dengan sifat beda lebih dari satu kadang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan yang berbeda dengan Hukum Mendel.
Misalnya, dalam suatu persilangan monohibrida (dominan-resesif), secara teori, akan
didapatkan perbandingan 3 : 1, sedangakan pada dihibrida didapatkan perbandingan,
9 : 3 : 3 : 1. Namun pada kasus tertentu, hasilnya bisa lain, misal untuk monohibrida
bukan 3 : 1 tapi 1 : 2 : 1. Dan pada dihibrida, mungkin kombinasi yang mucul adalah,
9 : 6 : 1 atau 15 : 1. Munculnya perbandingan yang tidak sesuai dengan hukum
Mendel ini disebut ‘Penyimpangan Semu Hukum Mendel’, mengapa disebut ‘Semu’,
karena prinsip segregasi bebas tetap berlaku, hal ini disebabkan oleh gen-gen yang
membawa sifat memiliki ciri tertentu.

a. Atavisme (Interaksi Gen)


Atavisme adalah munculnya suatu sifat sebagai akibat adanya interaksi
beberapa gen, contohnya bentuk pial (jengger) ayam. Pada ayam terdapat
bermacam bentuk pial ayam, contohnya pial mawar, pial ercis, dan pial tunggal.
Alel untuk pial mawar (R) dominan terhadap pial tunggal (r). Adapun pial ercis
(P) dominan terhadap pial tunggal (p). pial tunggal bergenotip pprr; pial erscis
bergenotip PPrr atau Pprr; dan pial mawar bergenotipe ppRR atau ppRr. Gen R
dan P bukan alel, tapi masing-masing dominan terhadap alelnya. Jika ayam
berpial ercis homozigot disilangkan dengan ayam berpial mawar homozigot,
keturunannya tidak memiliki pial ercis atau mawar, tetapi pial bentuk lain yang
disebut pial walnut. Gen untuk pial mawar dan gen untuk pial ercis mengadakan
interaksi menghasilkan pial walnut seperti pada ayam-ayam F1 pada persilangan
berikut.

Pial mawar Pial ercis


P : ×
(ppRR) (PPrr)
G : pR Pr
F1 : PpRr 100% pial walnut
F2 : 9P_R_ Pial walnut
3ppR_ Pial mawar
3P_rr Pial ercis
1pprr Pial tunggal

b. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan peristiwa tertutupnya ekspresi gen dominan apabila
berdiri sendiri. Ekspresi gen ini akan terlihat jika terdapat secara bersamaan
dengan gen dominan lain. Kriptomeri dapat dipandang sebagai epistasis resesif.
Suatu contoh kriptomeri adalah warna bunga Linaria maroccana. Galur
murninya berwarna merah dan putih. Pigmen antosianin yang menyebabkan
warna pada bunga, jika terdapat dalam kondisi plasma sel yang asam akan
berwarna merah, sedangkan pada kondisi basa akan berwarna ungu. Hal tersebut
karena adanya gen A yang menyebabkan terbentuknya antosianin dan alelnya
gen a yang menyebabkan plasma sel bersifat basa dan alelnya gen b
menyebabkan plasma sel bersifat asam.

Perhatikan persilangan ini.


P : Bunga merah Bunga putih
×
(AAbb) (aaBB)
G : Ab aB
F1 : AaBb 100% bunga ungu
P : Bunga ungu Bunga ungu
×
(AaBb) (AaBb)
G : AB AB
Ab Ab
aB aB
ab ab
F2 : 9A_B_ Bunga ungu
3A_bb Bunga merah
3aaB_ Bunga putih
1aabb Bunga putih

Persilangan bunga merah dan putih homozigot akan menghasilkan keturunan


F1 semuanya berbunga ungu. Jika tanaman F1 yang berbuga ungu ini dibiarkan
menyerbuki sesamanya, akan didapat tanaman F2 berbunga ungu, merah, dan
putih dengan perbandingan fenotipe 9 : 3 : 4.

c. Epistasi dan Hipostasis

2
Epistasi merupakan peristiwasuatu gen mengalahkan gen lain yang bukan
alelnya. Gen yang dikalahkan ekspresinya oleh gen lain yan bukan sealel disebut
hipostasis..
 Epistasi Dominan
Warna umbi lapis tanaman bawang ditentukan oleh dua gen, yaitu gen
warna merah (M) dan gen warna kuning (K). gen M bersifat epistasis
terhadap K, sehingga umbi lapis pada tanaman bawang bergenotipe mmk,
tidak berwarna merah atau kuning, tetapi berwarna putih. Persiangan
antara umbi lapis merah dan kuning (gen M dan gen K bertemu)
menghasilkan tanaman bawang F1 yang semuanya berumbi lapis merah.
Jika tanaman bawang F1 disilangkan sesamanya, akan didapat tanaman
bawang F2 dengan perbandingan umbi merah : umbi kuning : umbi putih
= 12 : 3 : 1.

 Epistasi Resesif
Warna rambut tikus ditentukan oleh gen A untuk warna abu-abu dan
alelnya gen a untuk warna hitam. Selain kedua gen itu, agar warna rambut
dapat diekspresikan juga perlu adanya gen W. alel gen W, yaitu gen w,
menyebabkan warna tidak dapat diekspresikan sehingga tikus akan
berwarna putih. Di sini terlihat bahwa gen homozigot resesif ww
menutupi gen A ataupun a. dengan demikian, untuk keluarnya warna
hitam atau abu-abu, seekor tikus harus memiliki gen W.
Perkawinan antara tikus hitam dan putih hoomozigot akan menghasilkan
keturunan atau F1 yang semuanya berwarna abu-abu. Jika tikus abu-abu
ini dibiarkan kawin sesamanya, akan didapatkan tikus F2 berwarna abu-
abu, hitam, dan putih dengan rasio fenotipe 9 : 3 : 4.

d. Gen-Gen Komplementer
Gen-gen komplementer merupakan gen-gen yang saling berinteraksi atau
bekerja sama untuk memunculkan fenotip tertentu. Apabila salah satu gen
tersebut tidak ada, pemunculan fenotip tersebut dapat terhalang. Sebagai contoh
adalah pembentukan warna ungu pada bunga tanaman kacang. Pembentukan
warna ini melibatkan dua gen dominan, yaitu gen A dan P. tidak adanya salah

3
satu gen dominan itu menyebabkan tidak terbentuknya warna ungu sehingga
bunga berwarna putih.

Perhatikan persilangan berikut.


Bunga putih Bunga purtih
P : ×
(AApp) (aaPP)
G : Ap aP
F1 : AaPp 100% Bunga ungu
Bunga ungu Bunga ungu
P : ×
(AaPp) (AaPp)
AP AP
Ap Ap
G :
aP aP
ap ap
9 A_P_ Bunga ungu
3 A_pp Bunga putih
F2 :
3 aaP_ Bunga putih
1 aapp Bunga putih
Persilangan antara dua tanaman kacang berunga putih homozigot
menghasilkan tanaman kacang F1 yang semuanya berbunga ungu. Jika F1
disilangkan sengan sesamanya, akan didapat tanaman kacang F2 yang berbunga
ungu dan putih dengan perbandingan 9 : 7.

4
e. Polimeri
Polimeri merupakan peristiwa beberapa pasang gen yang bukan sealel
memengaruhi sifat tertentu. Contoh polimeri terdapat pada warna biji gandum.
Warna merah pada biji gandum ditentukan oleh gen M1 dan M2, sedangkan
alelnya m1 dan m2 menyebabkan biji gandum tidak berwarna atau berwarna
putih, makin banyak jumlah gen penghasil warna (gen M), warna biji gandum
makin merah. Sebaliknya, makin sedikit gen M, makin berkurang warna merah
pada biji gandum. Pembentukan satu sifat oleh lebih dari satu gen ini disebut
poligen.
Persilangan antara tanaman gandum berbiji merah dan tanaman berbiji putih
homozigot menghasilkan tanaman gandum F1 yang semuanya berwarna merah.
Warna merah pada F1 itu tidak semerah induknya. Jika F1 disilangkan sesamanya,
akan diperoleh tanaman gandum F2 berbiji merah dan putih dengan perbandingan
15 : 1.

5
BAB III
METODOLOGI

Tempat dan Waktu Percobaan


Laboratorium Biologi SMA N 7 Yogyakarta
Rabu, 24 Oktober 2018
Pukul 12.30 – 14.00 WIB

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan :
1) 6 buah gelas beaker
2) 30 pasang kancing merah
3) 30 pasang kancing putih
4) 30 pasang kancing kuning
5) 30 pasang kancing hijau

Prosedur Percobaan
1. Duduk sesuai dengan kelompok masing-masing.
2. Membaca LKPD dengan saksama.
3. Salah satu perwakilan kelompok mengambil alat yang akan digunakan untuk
praktikum.
4. Tempelkan label pada gelas beaker pertama dan kedua sebagai individu
jantan (♂) generasi F1, gelas beaker ketiga dan keempat sebagai individu
betina (♀) generasi F1. Kemudian gelas beaker kelima ditempeli label A dan
gelas keenam ditempeli label B.
5. Percobaan terbagi menjadi 3, yaitu :
1) Membuktikan Hukum Mendel II (Dominasi Penuh)
a. Sebelum memulai percobaan, perhatikan ketentuan berikut.
 Kancing genetika dianggap sebagai gamet-gamet yang
mengandung gen dominan maupun resesif yang dihasilkan oleh
generasi F1 yang berperan sebagai induk kedua.
 Kancing merah (B) dominan terhadap kancing putih (b).

6
Kancing kuning (K) dominan terhadap kancing hijau (k).
 Lambang B untuk biji bulat, dan b untuk biji keriput.
Lambang K untuk biji kuning, dan k untuk biji hijau.
b. Pisahkan 20 pasang kancing warna merah dan putih masng-masing
menjadi 2 bagian yang sama sebagai gamet jantan (kancing menonjol)
dan gamet metina (kancing bercekungan).
c. Campurkan gamet jantang masing-masing dari kancing merah dan
putih juga gamet betina masing-masing dari kancing merah dan putih.
Masukkan kancing jantan ke dalam gelas berlabel ♂ dan kancing
betina ke dalam gelas berlabel ♀.
d. Pasangkan secara acak dan masukkan ke dalam gelas beaker A.
e. Lakukan langkah (a) dan (b) untuk kancing kuning dan hijau.
Pasangkan secara acak dan masukkan ke dalam gelas beaker B.
f. Pertemukan setiap pasang dari gelas A dan B sampai habis, catat
macam dan jumlah fenotip serta genotip pada tabel.
g. Hitung perbandingan yang diperoleh baik fenotip maupun genotip.

2) Membuktikan Penyimpangan Semu Hukum Mendel (Intermediet)


a. Sebelum memulai percobaan, perhatikan ketentuan berikut.
 Kancing genetika dianggap sebagai gamet-gamet yang
mengandung gen dominan maupun resesif yang dihasilkan oleh
generasi F1 yang berperan sebagai induk kedua.
 M = kancing merah, m = kancing putih.
 Lambang MM untuk Bunga Merah.
Lambang mm untuk Bunga Putih.
Lambang Mm untuk Bunga Merah muda/pink
b. Pisahkan 30 pasang kancing merah menjadi dua bagian masing-
masing terdiri dari 30 kancing jantan dan 30 kancing betina.
c. Pisahkan 30 pasang kancing putih menjadi dua bagian masing-masing
terdiri dari 30 kancing jantan dan 30 kancing betina.
d. Masukkan kancing jantan ke dalam gelas berlabel ♂ dan kancing
betina ke dalam gelas berlabel ♀.

7
e. Aduklah kedua gelas beaker agar letak kancing setiap warna tidak
berkumpul di suatu sudut.
f. Lakukan pengambilan secara acak satu kancing dari gelas ♀ dan gelas
♂. Kemudain pasangkan dan catat macam dan jumlah genotip
maupun fenotipnya pada tabel.
g. Hitung perbandingan yang diperoleh baik fenotip maupun genotip.

3) Membuktikan Penyimpangan Semu Hukum Mendel (Kriptomeri)


a. Sebelum memulai percobaan, perhatikan ketentuan berikut.
 Kancing genetika dianggap sebagai gamet-gamet yang
mengandung gen dominan maupun resesif yang dihasilkan oleh
generasi F1 yang berperan sebagai induk kedua.
 M = kancing merah, m = kancing hijau.
P = kancing putih, p = kancing kuning.
 Lambang MM untuk Bunga Merah.
Lambang PP untuk Bunga Putih.
Apabila gen dominan bertemu dengan gen dominan lain yang
tidak se-alel, maka menghasilkan Bunga Ungu.
b. Pisahkan 20 pasang kancing merah dan hiau masing-masing menjadi
2 bagian yang sama sebagai gamet jantan dan betina.
c. Campurkan gamet jantan masing-masing dari kancing merah dan
hijau juga gamet betina masing-masing dari kancing merah dan hijau.
Masukkan kancing jantan ke gelas ♂ dan kancing betina ke gelas ♀.
d. Pasangkan secara acak dan masukkan ke dalam gelas A.
e. Lakukan langkah (a) dan (b) untuk kancing putih dan kuning,
pasangkan secara acak dan masukkan ke dalam gelas beaker B.
f. Pertemukan setiap pasangan dari gelas A dan B sampai habis, catat
macam dan jumlah fenotip serta genotip pada tabel.
g. Hitung perbandingan yang diperoleh baik fenotip maupun genotip.

6. Jawablah pertanyaan-pertanyaan diskusi dengan kelompok masing-masing.


7. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi.
8. Presentasikan hasil diskusi di kelas.

8
BAB IV
PEMBAHASAN

Data Hasil Percobaan


1. Percobaan Pertama : Membuktikan Hukum Mendel II (Dominasi Penuh)

No Genotip Fenotip Jumlah


1 BBKK Bulat Kuning 3
2 BBKk Bulat Kuning 2
3 BBkk Bulat Hijau 3
4 BbKK Bulat Kuning 6
5 BbKk Bulat Kuning 11
6 Bbkk Bulat Hijau 7
7 bbKK Keriput Kuning 3
8 bbKk Keriput Kuning 3
9 bbkk Keriput Hijau 2
JUMLAH TOTAL 40

 Rasio genotipe
BBKK : BBKk : BBkk : BbKK : BbKk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
3 : 2 : 3 : 6 : 11 : 7 : 3 : 3 : 2

 Rasio Fenotipe
Bulat Bulat Keriput Keriput
: : :
Kuning Hijau Kuning Hijau
22 : 10 : 6 : 2

2. Percobaan Kedua : Membuktikan Penyimpangan Semu Hukum Mendel


(Intermediet)

No Genotip Fenotip Jumlah


1 MM Bunga Merah 14
2 Mm Bunga Merah muda/Pink 32
3 Mm Bunga Putih 14
JUMLAH TOTAL 60

9
 Rasio genotipe
MM : Mm : Mm
14 : 32 : 14

 Rasio fenotipe
Bunga Bunga Bunga
: :
Merah Pink Putih
14 : 32 : 14

3. Percobaan Ketiga : Membuktikan Penyimpangan Semu Hukum Mendel


(Kriptomeri)

No Genotip Fenotip Jumlah


1 MMPP Bunga Ungu 2
2 MMPp Bunga Ungu 4
3 MMpp Bunga Merah 3
4 MmPP Bunga Ungu 6
5 MmPp Bunga Ungu 11
6 Mmpp Bunga Merah 4
7 mmPP Bunga Putih 2
8 mmPp Bunga Putih 4
9 mmpp Bunga Putih 4
JUMLAH TOTAL 40

 Resio genotipe
MMPP : MMPp : MMpp : MmPP : MmPp : MMpp : mmPP : mmPp : mmpp
2 : 4 : 3 : 6 : 11 : 4 : 2 : 4 : 4

 Rasio fenotipe
Bunga Bunga Bunga
: :
Ungu Merah Putih
26 : 4 : 10

10
Analisis Data
 Pada percobaan pertama yaitu persilangan dihibrid, dari persilangan tersebut
diperoleh hasil 22 model gen dengan genotip BBKK, BBKk, BbKK, BbKk dan
fenotipnya bulat kuning, 10 model gen dengan genotip BBkk, Bbkk dan
fenotipnya bulat hijau, 6 model gen dengan genotip bbKK, bbKk dan fenotipnya
keriput kuning, 2 model gen dengan genotip bbkk dan fenotipnya keriput hijau.
 Percobaan kedua yaitu persilangan untuk membuktikan sifat intermediet pada
penyimpangan semu Hukum Mendel. Dari persilangan tersebut diperoleh hasil
14 model gen dengan genotip MM dan fenotipnya Bunga Merah, 32 model gen
dengan genotip Mm dan fenotipnya Bunga Pink, serta 14 model gen dengan
genotip mm dan fenotipnya Bunga Putih.
 Percobaan ketiga yaitu persilangan untuk membuktikan sifat kriptomeri pada
penyimpangan semu Hukum Mendel. Dari persilangan tersebut diperoleh hasil
26 model gen dengan genotip MMPP, MMPp, MmPP, MmPp yang berfenotip
Bunga Ungu, 4 model gen dengan genotip MMpp, Mmpp yang berfenotip Bunga
Merah, serta 10 model gen dengan genotip mmPP, mmPp, mmpp yang berfenotip
Bunga Putih.

11
Pembahasan Data Kelas

Dari data percobaan semua kelompok, dapat dilakukan perhitungan yang


bertujuan untuk memperoleh perbandingan dan penyilangan untuk mengetahui
jumlah genotip dan fenotip yang terbentuk. Perbandingan dapat diperoleh dengan
cara perhitungan, yaitu jumlah sifat gen atau fenotip yang akan dicari (n) bagi
dengan jumlah keseluruhan dan dikalikan dengan banyaknya model gen yang
dicampurkan. Untuk persilangan monohidrid terdapat 2 sifat beda sehingga
dikuadratkan 4 dan untuk dihibrid terdapat 4 sifat beda sehingga dikuadratkan 16.
Jadi untuk persilangan monohibrid dapat dicari dengan rumus,
𝑛
𝑥= ×4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
sedangkan untuk persilangan dihibrid dapat dicari dengan rumus
𝑛
𝑥= × 16
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
Dari rumus di atas, kita dapat menghitung perbandingan hasil persilangan
dari beberapa kelompok kemudian membandingkannya dengan perbandingan dari
teori Hukum Mendel.

Percobaan 1 : Membuktikan Hukum Mendel II (Dominasi Penuh)


Ke- GENOTIP
lom-
pok BBKK BBKk BBkk BbKK BbKk Bbkk bbKK bbKk bbkk
1 3 2 3 6 11 7 3 3 2
2 3 3 4 5 9 6 4 4 2
3 1 6 4 5 11 2 3 5 3
4 4 2 5 3 12 3 2 3 6
5 3 6 3 6 4 8 6 3 1
6 3 7 1 4 13 3 1 3 5
7 3 5 4 6 7 3 2 6 4
8 1 4 3 3 19 2 3 3 2
Jumlah 21 35 27 38 86 34 24 30 25

12
FENOTIP
Kelompok Keriput Keriput
Bulat Kuning : Bulat Hijau : :
Kuning Hijau
1 22 : 10 : 6 : 2
2 10 : 5 : 4 : 1
3 23 : 6 : 8 : 3
4 21 : 8 : 5 : 6
5 19 : 11 : 9 : 1
6 27 : 2 : 4 : 5
7 21 : 7 : 8 : 4
8 27 : 5 : 6 : 2

180
 Bulat kuning = 320 × 16 = 9

61
 Bulat hijau = 320 × 16 = 3,05 (mendekati 3)

54
 Keriput kuning = 320 × 16 = 2,7 (mendekati 3)

25
 Keriput hijau = 320 ×= 1,25 (mendekati 1)

Dapat ditunjukkan dari hasil perhitungan perbandingan keseluruhan data kelompok,


terdapat perbedaan perbandingan dengan teori dari Hukum Mendel yaitu 9 : 3 : 3 : 1.
Namun, jika dilihat dari perbandingan di atas, angka-angkanya mendekati
perbandingan secara teori dihibrid Hukum Mendel II. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Percobaan 1 ini sesuai dengan Hukum Mendel II.

13
Percobaan 2 : Membuktikan Penyimpangan Semu Hukum Mendel (Intermediet)
GENOTIP
Kelompok
MM Mm mm
1 14 32 14
2 16 28 16
3 15 30 15
4 15 32 13
5 20 23 17
6 17 26 17
7 15 30 15
8 11 38 11
Jumlah 123 239 118

FENOTIP
Kelompok
Merah : Pink : Putih
1 14 : 32 : 14
2 16 : 28 : 16
3 15 : 30 : 15
4 15 : 32 : 13
5 20 : 23 : 17
6 17 : 26 : 17
7 15 : 30 : 15
8 11 : 38 : 11

123
 Bunga merah = 480 × 4 = 1,025 (mendekati 1)
239
 Bunga pink = × 4 = 1,99 (mendekati 2)
480
118
 Bunga putih = 480 × 4 = 0,98 (mendekati 1)

Sifat intermediet merupakan sifat yang muncul diantara sifat dominan dan resesif
yang menghasilkan sifat baru. Penyimpangan semu jenis ini muncul pada persilangan
monohibrid, seperti pada persilangan bunga Mirabilis jalapa. Hukum Mendel sifat
intermediet memiliki perbandingan 1 : 2 : 1. Dapat dilihat dari hasil perhitungan
perbandingan di atas, pada Percobaan 2 diperoleh perhitungan yang hampir

14
mendekati teoritisnya, ini terbukti bahwa penyimpangan semu intermediet
menghasilkan perbandingan 1 : 2 : 1.

Percobaan 3 : Membuktikan Penyimpangan Semu Hukum Mendel (Kriptomeri)


Ke- GENOTIP
lom-
pok MMPP MMPp MMpp MmPP MmPp Mmpp mmPP mmPp mmpp
1 2 4 3 6 11 4 2 4 4
2 4 4 3 4 11 3 1 7 3
3 1 5 3 5 12 5 3 5 1
4 3 14 1 4 2 5 3 4 4
5 1 2 3 7 14 2 5 3 3
6 3 3 6 5 5 6 6 4 2
7 3 4 2 5 11 6 3 3 3
8 1 6 1 3 17 3 3 3 3
Jum
18 42 22 39 83 34 26 33 23
lah

FENOTIP
Kelompok
Ungu : Merah : Putih
1 26 : 4 : 10
2 23 : 6 : 11
3 23 : 8 : 9
4 23 : 6 : 11
5 24 : 5 : 11
6 12 : 16 : 12
7 23 : 8 : 9
8 27 : 4 : 9

182
 Bunga ungu = 320 × 16 = 9,1 (mendekati 9)
56
 Bunga merah = 320 × 16 = 2,8 (mendekati 3)
82
 Bunga putih = 320 × 16 = 4,1 (mendekati 4)

15
Kriptomeri merupakan peristiwa tertutupnya ekspresi gen dominan apabila berdiri
sendiri. Ekspresi gen ini akan terlihat jika terdapat secara bersamaan dengan gen
dominan lain. Suatu contoh kriptomeri adalah warna bunga Linaria maroccana.
Dapat dilihat dari hasil perhitungan perbandingan di atas, pada Percobaan 3
diperoleh perhitungan yang hampir mendekati teoritisnya, ini terbukti bahwa
penyimpangan semu kriptomeri menghasilkan perbandingan 9 : 3 : 4.

16
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
1. Hasil perhitungan perbandingan pada setiap persilangan sesuai dengan
Hukum Mendel.
2. Perbandingan yang dihitung dari data kelas menunjukkan adanya
penyimpangan yang semu karena prinsip Hukum Mendel tetap berlaku, hal
ini hanya disebabkan oleh gen-gen yang membawa sifat memiliki ciri
tertentu.

Saran
Pada saat penghitungan perbandingan dibutuhkan ketelitian yang tinggi agar data
yang peroleh dapat dibuktikan kebenarannya.

17
18

Anda mungkin juga menyukai