Pada pertemuan sebelumnya kalian telah mengetahui tentang persilangan monohibrid yang
merupakan penerapan dari Hukum I Mendel dan persilangan dihibrid yang merupakan penerapan dari
Hukum II Mendel, kan. Masih ingat kah kamu kalau pada kondisi normal, persilangan monohibrid
menghasilkan rasio fenotip yaitu 3 : 1 atau 1 : 2 : 1, sedangkan persilangan dihibrid menghasilkan rasio
fenotip yaitu 9 : 3 : 3 : 1?
Tahu nggak sih kalau pada kenyataannya, tidak semua persilangan menghasilkan rasio atau
perbandingan fenotip yang sesuai dengan Hukum Mendel, lho. Terdapat beberapa kasus menghasilkan
rasio fenotip yang menyimpang dari Hukum tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa gen yang saling
mempengaruhi pada saat pembentukan fenotip (keturunan). Meskipun demikian, rasio fenotip ini masih
mengikuti aturan Hukum Mendel, sehingga hasil rasio fenotipnya dapat dikatakan
sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel.
Nah, penyimpangan semu Hukum Mendel ini terdiri dari beberapa macam, Squad. Apa saja ya? Yuk,
langsung kita simak pada artikel di bawah ini!
1. Atavisme
Penyimpangan semu Hukum Mendel yang pertama adalah atavisme. Atavisme adalah interaksi antar
gen yang menghasilkan filia atau keturunan dengan fenotip yang berbeda dari induknya. Contoh
atavisme dapat kamu temukan pada kasus jengger ayam.
2. Kriptomeri
Kriptomeri adalah peristiwa tersembunyinya gen dominan jika tidak berpasangan dengan gen
dominan lainnya. Jadi, jika gen dominan tersebut berdiri sendiri, maka sifatnya akan tersembunyi
(kriptos). Contoh kasus kriptomeri terdapat pada persilangan bunga Linaria maroccana. Bunga Linaria
maroccana memiliki 4 gen, yaitu:
b = protoplasma asam
Misalkan, akan dilakukan persilangan pada bunga Linaria maroccana berwarna merah dengan
bunga Linaria maroccana berwarna putih sebagai berikut:
Coba kamu perhatikan! Pada persilangan pertama, diperoleh F1 adalah bunga berwarna ungu. Hmm,
kenapa bisa begitu, ya? Nah, penjelasannya ada di bawah ini, nih. Ayo kita simak baik-baik!
Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap b. Ingat ya Squad, gen A mengandung
pigmen antosianin, gen a tidak mengandung gen antosianin, gen B lingkungan basa, dan
gen b lingkungan asam.
Warna merah dihasilkan dari pigmen antosianin dalam lingkungan asam, sehingga bunga
yang berwarna merah disimbolkan dengan AAbb/Aabb. Jika di dalam plasma tidak terdapat
pigmen antosianin, maka akan terbentuk warna putih tanpa adanya pengaruh dari
lingkungan, sehingga bunga yang berwarna putih disimbolkan dengan aaBB/aaBb/aabb.
Ketika bunga warna merah (AAbb) dan bunga warna putih (aaBB) disilangkan, gen dominan A
tidak bertemu dengan gen dominan A yang lain, begitu juga dengan gen dominan B. Akibatnya,
sifat gen dominan tersebut akan tersembunyi dan F1 menghasilkan warna ungu. Nah,
kalau warna ungu ini berasal dari pigmen antosianin yang berada pada lingkungan yang
bersifat basa, Squad.
3. Polimeri
Polimeri adalah interaksi antar gen yang bersifat kumulatif (saling menambah). Jadi, gen-gen
tersebut saling berinteraksi untuk mempengaruhi dan menghasilkan keturunan yang sama. Contohnya
adalah gandum berbiji merah yang memiliki dua gen yaitu M1 dan M2, sehingga apabila kedua gen
tersebut bertemu maka ekspresi warna akan semakin kuat.
Misalkan, akan dilakukan persilangan antara gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih
sebagai berikut:
4. Epistasis-Hipostasis
Perhatikan contoh kasus epistasis dan hipostasis pada persilangan labu di bawah ini:
5. Komplementer
Misalkan, dilakukan persilangan antara bunga Lathyrus odoratus berwarna putih dengan bunga Lathyrus
odoratus berwarna putih pula. Maka, akan diperoleh keturunan dan rasio fenotip sebagai berikut:
Referensi:
Irnaningtyas. (2018). Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Kurikulum 2013 Revisi. Jakarta: Erlangga.