Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PKM KEMARAYA

UKM (UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT)

F1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

F2 Upaya Kesehatan Lingkungan

F3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA-KB)

F4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

F5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

F6 Upaya Pengobatan Dasar

F7 Mini Project

F1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


NO. UKM
1. F1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (25 Nov 2019)
Judul Laporan
Penyuluhan Kesehatan Etika Batuk dan Cuci Tangan 6 Langkah Di Ruang Tunggu
Pasien
Latar Belakang
Untuk mengurangi tingginya tingkat penyebaran penyakit melalui tangan dan
udaraTim Promkes dan PPI Puskesmas Kemaraya memberikan penyuluhan tentang
pencegahan dan pengendalian penyakit kepada seluruh pasien dan keluarga pasien.
Memberikan penyuluhan kesehatan tentang hand hygiene dan etika batu dengan
benar. Pencegahan pengendalian infeksi dapat dilakukan dengan mencuci tangan,
kebersihan tangan merupakan suatu prosedur yang paling penting dan efektif bila
dilakukan dengan baik, ini merupakan pilar dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi karena tangan merupakan rantai penyalur kuman yang harus diputus mata
rantainya. Tangan merupakan media tranmisi kuman tersering di Rumah Sakit dan
merupakan perpindahanm mikroorganisme/ kuman dari seseorang ke pasien, dari
permukaan lingkungan pasien.
Etika batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara menutup
hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju, sehingga bakteri tidak menyebar ke
udara dan tidak menular ke orang lain. Etika batuk diperuntukkan bagi Anda yang
sedang mengalami batuk atau bersin. Seperti yang kita ketahui bahwa saat batuk atau
bersin maka kita dapat menyebarkan kuman dalam jumlah ribuan hingga jutaan ke
udara dan disaat yang sama orang yang berada disekitar kita menghirup udara yang
sudah mengandung kuman akibat dari batuk maupun bersin. Oleh sebab itu untuk
menghindari hal ini, etika batuk dan bersin merupakan hal yang harus diterapkan pada
kehidupan sehari-hari.
Permasalahan
Sering kali pada saat batuk kita mengabaikan etika batuk, sehingga menyebabkan
virus yang dikeluarkan saat batuk dapat menyebar dan terhirup oleh orang lain.
Berikut beberapa kebiasaan batuk yang salah dan sering kita lakukan:
- Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum
- Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung
saat batuk dan bersin
- Membuang ludah atau batuk disembarangan tempat.
- Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarangan tempat.
- Tidak menggunakan masker saat flu atau bersin.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Intervensi dilakukan dengan melakukan penyuluhan etika batuk dan cuci tangan 6
langkah pada seluruh pasien yang berada di ruang tunggu pasien Puskesmas
Kemaraya. Adapun deskripsi dari kegiatan tersebut:
- Sasaran : Seluruh masyarakat/pasien yang berada di ruang tunggu pasien
PKM Kemaraya
- Materi penyuluhan : Kesehatan Reproduksi Remaja
Pelaksanaan
Tim Promosi Kesehatan dan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Puskesmas Kemaraya melakukan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien di
ruang tunggu (outdoor), penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah dan praktik
langsung. Materi dan praktik dilakukan oleh dokter pendamping dan dokter internsip.
Kebersihan tangan merupakan suatu tindakan membersihkan tangan dengan
menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau dengan menggunakan
handrub berbasis alkohol. Yang bertujuan cuci tangan adalah untuk menghilangkan
kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.
Waktu untukmembersihkan tangan:
- 5 moments for hand hygiene
- Setelah tiba di RS
- Sebelum makan dan minum
- Setelah mau pulang dari RS
- Setelah dari WC
6 langkah cara cuci tangan baik tangan tampak kotor (menggunakan sabun dan air
mengalir) maupun tanggan tak tampak kotor (menggunakan cairan berbasis Alkohol )
yaitu:
1. Ratakan cairan di telapak tanggan
2. Kepunggung tangan dan sela – sela jari
3. Telapak tangan dan sela – sela jari
4. Jari mengunci
5. Jempol (seperti naik motor)
6. dan yg terakhir ujung jari
Seperti hal lainnya, batuk dan bersin juga memiliki etika. Banyak orang yang
salah langkah saat mengalami batuk dan bersin, kebanyakan malah menutup mulut
dan hidungnya dengan telapak tangan, meskipun tujuan nya baik namun hal ini belum
tentu benar, karena kuman dapat berpindah ke tangan dan menyebar tanpa kita sadari
melalui sentuhan atau bersalaman. Lalu, bagaimana etika batuk dan bersin yang
benar? Berikut caranya :
- Tutup mulut dan hidung menggunakan tissue atau lengan baju anda bila batuk
atau bersin
- Buang tissue yang sudah digunakan ke tempat sampah
- Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci tangan
berbasis alcohol
- Saat anda flu atau batuk gunakan masker agar orang lain tidak tertular. Tidak
meletakkan masker bekas dipakai pada leher karena bisa menyebar kembali
virus dan bakteri ketika digunakan kembali.
Monitoring & Evaluasi
Dijelaskan dalam etika batuk perlu kesadaran dari individu masing – masing, tehnik
dari etika batuk yaitu jika kita ingin bersin atau batuk maka tutup hidung dan mulut
anda dengan menggunakan tissue/sapu tangan atau lengan dalam baju anda bila tidak
ada tissue atau sapu tangan, bila menggunakan tissue maka Segera buang tissue yang
sudah dipakai ke dalam tempat sampah dan cuci tangan dengan menggunakan air
bersih dan sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol, dan pergunakanlah masker
dengan benar. Dengan ini kita dapat menghindari penularan penyakit melalui batuk
dan bersin.
2. F1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ( 4 Des 2019)
Judul Laporan
Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja
Latar Belakang
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa
ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan sosial.
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh kehamilan, aborsi, penyakit menular
seksual (PMS), kekerasan seksual, dan oleh sistem yang membatasi akses terhadap
informasi dan pelayanan klinis. Kesehatan reproduksi juga dipengaruhi oleh gizi,
kesehatan psikologis, ekonomi dan ketidaksetaraan gender yang menyulitkan remaja
putri menghindari hubungan seks yang dipaksakan atau seks komersial. Banyak sekali
remaja yang sudah aktif secara seksual (meski tidak selalu atas pilihan sendiri), dan di
berbagai daerah atau wilayah, kira-kira separuh dari mereka sudah menikah. Kegiatan
seksual menempatkan remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah
kesehatan reproduksi. Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun
melahirkan, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi Penyakit Menular
Seksual (PMS) yang dapat disembuhkan. Secara global, 40% dari semua kasus infeksi
HIV terjadi pada kaum muda yang berusia 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah,
setiap hari ada 7.000 remaja terinfeksi HIV.
Permasalahan
Remaja seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi,
keterampilan menegosiasikan hubungan seksual, dan akses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi yang terjangkau serta terjamin kerahasiaannya. Keprihatinan
akan jaminan kerahasiaan (privacy) atau kemampuan membayar, dan kenyataan atau
persepsi remaja terhadap sikap tidak senang yang ditunjukkan oleh pihak petugas
kesehatan, semakin membatasi akses pelayanan lebih jauh, meski pelayanan itu ada.
Di samping itu, terdapat pula hambatan legal yang berkaitan dengan pemberian
pelayanan dan informasi kepada kelompok remaja. Banyak di antara remaja yang
kurang atau tidak memiliki hubungan yang stabil dengan orangtuanya maupun
dengan orang dewasa lainnya, dengan siapa seyogianya remaja dapat berbicara
tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi yang memprihatinkan atau yang
menjadi perhatian mereka.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Intervensi dilakukan dengan melakukan penyuluhan terhadap siswa SMP 1 Kendari
mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja. Dalam hal ini, pihak puskesmas melakukan
kerjasama dengan SMP untuk pelaksanaan penyuluhan kepada seluruh siswa SMP 1
Kendari saat selesai apel pagi. Adapun deskripsi dari kegiatan tersebut:
Sasaran : Siswa Kelas VII-IX SMP 1 Kendari
Materi penyuluhan : Kesehatan Reproduksi Remaja
Pelaksanaan
Hari dan Tanggal : Rabu, 4 Desember 2019
Waktu : 07.30 – 08.00
Tempat : Lapangan Upacara SMP 1 Kendari
Monitoring & Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan tanya jawab kepada siswa-siswi kelas VII-IX yang
dipilih secara random, mengenai kesehatan reproduksi remaja setelah dilakukan
penyuluhan.

F2 Upaya Kesehatan Lingkungan


NO. UKM
1. F2 Upaya Kesehatan Lingkungan (13 Desember 2019)
Judul Laporan
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar 89 Kendari
Latar Belakang
Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara
berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang
disebabkan oleh kurangnya air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang buruk.
Selain itu, terdapat bukti bahwa pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air
yang aman, sistem pembuangan sampah serta pendidikan hygiene dapat menekan
angka kematian akibat diare sampai 65%, serta penyakit-penyakit lainnya sebanyak
26%.
Berdasarkan paradigma sehat yang ditetapkan dalam visi Indonesia Sehat
2025, antara lain lingkungan yang kondusif untuk mewujudkan kesehatan jasmani,
rohani maupun social; bersifat proaktif untuk memelihara diri dari penyakit dan
apapun masalah kesehatan; mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, maka
perlu adanya tindakan nyata untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan
berpartisipasi langsung. Untuk perilaku sehat bentuk kongkritnya yaitu perilaku
proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam
upaya kesehatan.
Salah satu tatanan PHBS adalah PHBS di sekolah yang merupakan kegiatan
memberdayakan siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk
menciptakan sekolah sehat. Manfaat PHBS di Sekolah mampu menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat, meningkatkan proses belajar mengajar dan para
siswa, guru hingga masyarakat lingkungan sekolah menjadi sehat. Selain itu, juga
dapat memupuk rasa tanggung jawab dan cinta lingkungan sejak dini kepada
seluruh siswa sekolah agar kelak dapat terus diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Permasalahan
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar (30-
35% terhadap derajat kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah
perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehingga kesehatan lingkungan juga dapat terjaga.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah keadaan dimana individu- individu
dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka mencegah timbulnya penyakit dan
masalah-masalah kesehatan lain, menanggulangi penyakit dan masalah-masalah
kesehatan lain dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan, memanfaatkan
pelayanan kesehatan, mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan
bersumber masyarakat.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Intervensi yang dipilih adalah penyuluhan kepada siswa SD 89 Kendari mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat. Adapun deskripsi dari kegiatan tersebut:
- Sasaran: Siswa SD 89 Kendari
- Materi Penyuluhan: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, praktik cuci tangan 6
langkah, praktik gosok gigi yang benar, membuang sampah pada tempatnya,
menggunakan jamban bersih dan sehat, melakukan kerja bakti bersama warga
lingkungan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang sehat.

Pelaksanaan
Hari dan Tanggal : Jumat, 13 Desember 2019
Waktu : Pukul 07.30 – 08.30
Tempat : Lapangan upacara SD 89 Kendari

Tim Promosi Kesehatan dan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Puskesmas Kemaraya melakukan penyuluhan kepada seluruh siswa-siswi SD 89
Kendari (outdoor), penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah dan praktik
langsung serta menunjukkan gambar banner. Materi dan praktik dilakukan oleh dokter
pendamping. Kebersihan tangan merupakan suatu tindakan membersihkan tangan
dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau dengan
menggunakan handrub berbasis alkohol. Yang bertujuan cuci tangan adalah untuk
menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah
mikroorganisme sementara.
Waktu untuk membersihkan tangan:
- Sebelum makan dan minum
- Setelah melakukan kerja bakti/setelah membuang sampah
- Setelah dari WC
6 langkah cara cuci tangan baik tangan tampak kotor (menggunakan sabun dan air
mengalir) maupun tanggan tak tampak kotor (menggunakan cairan berbasis Alkohol )
yaitu:
1. Ratakan cairan di telapak tanggan
2. Kepunggung tangan dan sela – sela jari
3. Telapak tangan dan sela – sela jari
4. Jari mengunci
5. Jempol (seperti naik motor)
6. dan yg terakhir ujung jari

Tahapan menyikat gigi dengan benar


1. Letakkan pasta gigi pada sikat gigi yang sudah disediakan
2. Kumur terlebih dahulu
3. Letakkan bulu sikat gigi pada permukaan gigi dekat tepi gusi dengan posisi
membentuk sudut 45 derajat. Mulailah menyikat gigi geraham atas atau gigi
belakang di salah satu sisi mulut. Sikatlah dengan gerakan melingkar dari atas
ke bawah selama sekitar 20 detik untuk setiap bagian.
4. Sikat setiap bagian gigi, mulai dari bagian gigi yang biasa dipakai untuk
mengunyah, gigi yang dekat dengan pipi dan lidah. Pastikan semua permukaan
gigi sudah disikat, sehingga plak atau sisa makanan yang menempel di gigi
bisa hilang.
5. Untuk membersihkan permukaan dalam gigi depan, pegang sikat gigi dalam
posisi vertikal atau gunakan ujung kepala sikat gigi, lalu sikat dengan gerakan
melingkar dari tepi gusi sampai atas gigi. Lakukan gerakan ini berulang
sebanyak 2-3 kali.
6. Ubah pola menyikat gigi jika diperlukan. Kadang, menyikat gigi dengan cara
yang sama membuat ada bagian gigi lain terabaikan. 
7. Jika menyikat gigi dimulai dari bagian geraham atas, maka sikatan akhir pada
gigi geraham bawah. Durasi waktu untuk menyikat gigi seluruh bagian sekitar
2-3 menit dan baru setelah itu kumur-kumur hingga gigi bersih. 
8. Jangan menyikat gigi terlalu keras atau terlalu memberi tekanan pada gigi
karena ini akan menyakitkan gigi dan gusi. Terlalu keras menyikat gigi
sebenarnya tidak membantu membersihkan gigi lebih baik juga. Justru, hal ini
dapat menyebabkan permukaan luar gigi (enamel) terkikis dan ini adalah asal
mula dari gigi sensitif.
9. Menyikat gigi dengan gerakan lurus (bukan melingkar) bukanlah cara yang
efektif dalam membersihkan gigi. Menyikat gigi dengan gerakan lurus dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan permanen pada gusi.
10. Jangan lupa juga menyikat lidah dengan gerakan maju mundur
Monitoring & Evaluasi
Secara umum, siswa mendengarkan penyuluhan dengan penuh seksama dan ikut
mempraktikkan cuci tangan 6 langkah serta praktik gosok gigi dengan benar. Evaluasi
lanjutan bekerjasama dengan para guru SD agar tetap memantau para siswa untuk
menerapkan penyuluhan yang telah disampaikan.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Rangkaian kegiatan yang dilakukan adalah
- Kegiatan senam lansia setiap 2 x sebulan, setiap hari Jumat pagi di Puskesmas
Kemaraya
- Melaksanakan penyuluhan pada pasien
- Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik : BB, TB, TD, Komposisi Tubuh, dll
- Pemeriksaan Penunjang (bila perlu): GDS, Asam Urat, Kolesterol
Pemeriksaan dilakukan untuk menjaring yang berisiko (misalnya: BB
berlebih, TD tinggi, mendeteksi adanya penyakit metabolik pada pasien)
- Menjelaskan hasil dari pemeriksaan dan penyakit apabila ditemukan adanya
kelainan
- Memberikan terapi farmakologis sesuai dengan diagnosis
- Edukasi tentang pola hidup sehat, olahraga, dan diet yang sesuai
- Memantau hasil terapi pada kunjungan pasien berikutnya
Pelaksanaan
Kegiatan pelayanan status gizi (pemeriksaan status gizi) serta edukasi gizi
dilaksanakan pada:
- Hari/ Tanggal : Setiap hari Jumat, 2x dalam sebulan
- Waktu : 07.00 WITA - selesai
- Tempat : Puskesmas Kemaraya
Monitoring & Evaluasi
Pelaksanaan pelayanan status gizi dengan pemeriksaan status gizi dan edukasi
gizi di wilayah Puskesmas Kemaraya sudah berjalan dengan baik dan lancer, dimana
kegiatan ini dilakukan dua kali dalam satu bulan, dimana setiap orang yang datang ke
puskesmas dilakukan pemeriksaan status gizi, guna menyaring adanya orang-orang
yang berisiko.
Dalam melakukan evaluasi pelaksanaan pelayanan status gizi juga didapatkan
beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi yaitu minat masyarakat masih kurang,
kurangnya keaktifan lansia saat senam lansia, sibuk bekerja, tidak ada dukungan dari
keluarga, pra lansia banyak yang merantau dan masih adanya persepsi lansia tentang
paradigma kalau sakit baru datang ke dokter.
Permasalahan
I. Identitas Pasien
- Nama : Tn. AM
- Umur : 55 tahun
- Alamat: Jl. Bunga Duri No.3
- Pekerjaan : Swasta
- Tanggal Periksa: Jumat, 20 Desember 2019
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 10 Januari 2020
- Keluhan Utama : sesak nafas
- Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan sesak yang sudah
lama dialami oleh pasien. Keluhan ini dirasakan semakin memberat dalam 1
bulan terakhir, dimana pasien merasa sesak hampir setiap hari, kadang
mengganggu aktivitas dan tidur malam. Keluhan lain yang dialami oleh pasien
dada terasa berat, semakin meningkat ketika pasien menghirup debu atau asap
kendaraan, pajanan rokok (-). Pasien tidak menggunakan rokok, dan tidak ada
pengguna rokok dilingkungan rumah pasien.
- Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi: disangkal
Riwayat DM: disangkal
Riwayat sakit jantung: disangkal
Riwayat merokok: disangkal
Riwayat asma/alergi: (+) sudah sejak lama
- Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat konsumsi alcohol: disangkal
- Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi: disangkal
Riwayat DM: disangkal
Riwayat asma/alergi: (+) ibu pasien juga menderita asma
Riwayat sakit jantung: disangkal
- Riwayat Gizi
Pasien sehari-hari makan dengan nasi sayur dan buah, makan tiga kali sehari
dengan porsi yang cukup
- Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang swasta. Pasien tinggal bersama istri dan anaknya. Saat
ini biaya perawatan pasien menggunakan ASKES.
III. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 20 Desember 2019
a. Keadaan Umum: sakit sedang, composmentis, gizi kesan cukup
b. Tanda Vital
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 98x/mnt
Pernapasan: 24x/menit
Suhu: 36,90C per axiler
c. Status Gizi
BB : 69 kg TB: 153 cm BMI: 29,48 kg/m2 (obesitas I)
d. Pemeriksaan Generalisata
- Kepala: normocephal, rambut warna hitam dan putih
- Kulit: ikterik (-), ekhimosis (-), turgor dbn, kulit kering (-)
- Wajah: simetris, eritema (-)
- Mata: konjungtiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor dengan diameter
2,5mm D/S, reflex cahaya (+/+) normal, oedema palpebral (-/-), strabismus
(-/-)
- Telinga: sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi
pendengaran (-)
- Hidung: deviasi septum nasi (-), epistaksis (-)
- Mulut: sianosis (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-), papil lidah atropi (-)
- Leher: JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-)
- Thoraks
Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, pulsasi precardial, epigastrium dan
parasternal tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung normal
Kesan : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, bising (-), gallop (-)
Paru:
Inspeksi : simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar
Palpasi : simetris, pergerakan dinding dada kiri dan kanan, fremitus raba
kanan-kiri
Perkusi: sonor
Auskultasi:
Kanan: suara dasar bronkovesikuler normal, mengi (+)
Kiri: suara dasar bronkovesikuler normal, mengi (+)
- Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi (-),
sikatrik (-).
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)
Palpasi : supel (-), nyeri tekan (-), Ballotement (-), Hepar dan lien tidak
teraba
- Kelenjar getah bening inguinal : tidak membesar
- Ekstremitas : normal
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
DIAGNOSIS :
Asma Bronkhial Persisten Sedang
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana pengendalian asma bronkhial dilakukan dengan pendekatan:
a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial,
diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai prilaku hidup sehat
dalam pengendalian hipertensi.
b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang
dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih
buruk dan menghindari terjadi rekurensi faktor risiko.
c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan
yang diperlukan.
d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih
buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi.
Terapi Non Farmakologis:
Pengendalian faktor risiko yang dapat saling berpengaruh terhadap terjadinya
Asma bronkhial, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan
usaha-usaha
sebagai berikut :
a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan
b. Tetap menjalankan pola hidup yang sehat
c. Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol
d. Melakukan pencegahan dengan hindari faktor pencetus seperti pajanan
allergen, asap kendaraan, debu, rokok, bau yang sangat tajam, infeksi virus
bahkan exercise
e. Menggunakan bronkodilator /steroid inhalasi sebelum melakukan exercise
agar tidak memicu exercise induced asthma
f. Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor asma secara
berkala
Pelaksanaan
Secara umum faktor risiko yang dapat memicu terjadinya asma terbagi atas faktor
genetik dan lingkungan. Tujuan pengobatan asma adalah tercapainya kontrol asma
secara klinis. Tatalaksana asma yang efektif merupakan hasil hubungan yang baik
antara dokter dan pasien, dengan tujuan pasien mandiri. Edukasi merupakan bagian
dari interaksi antara dokter dan pasien. 

Terapi farmakologis yang diberikan adalah:


-Terapi Oral/Inhaler
- Nebulizer salbutamol (ventolin) 2,5mg/2,5ml diencerkan dengan NaCl 0,9%
sebanyak 5cc selama 15 menit
- Budenoside inhaler 200mcg, semprot 2 kali sehari
- Salbutamol tablet 3 x 2mg

Rujukan dilakukan bilamana terapi yang diberikan di pelayanan primer belum dapat
mencapai sasaran pengobatan yang diinginkan atau dijumpai komplikasi
penyakit lainnya akibat penyakit asma bronkhial.
Monitoring & Evaluasi
Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang
dialami sudah berkurang atau belum. Memeriksa paru dengan auskultasi
mendengar bunyi mengi. Ditanyakan apakah obat masih ada atau tidak. Jika masih
belum memenuhi kriteria sembuh setelah beberapa kali pengobatan dan
modifikasi gaya hidup yang tepat atau ditemukan komplikasi dari asma bronkhial,
maka pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis.

Anda mungkin juga menyukai