Oleh
Agus susanto
NIW.090800697
Masa Kecil
Masa kecil RM IMAM KOESOEPANGAT di lalui dengan penuh suka dan duka, ia
seperti hal nya saudara-saudara kandungnya (RM Imam Koesoenarto dan RM Imam
Koesenomihardjo,dan RM Koesenomihardjo kakak serta RM Imam Koeskartono dan
RM Abdullah Koesnowidjodjo,adik) hidup dalam asuhan kedua orang tuanya,
menempati tempat tinggal kakeknya di lingkungan kabupaten Madiun . (menurut
sumber terate) semasa kecilnya, RM Imam Koesoepangat belum menunjukan kelebihan
yang cukup berararti. Di sekolahnya (SD latihan duru satu : sekarang SDN indrakila
Madiun) ia bukan tergolong siswa yang paling menonjol, salah satu nilai lebih yang di
miliknya barangkali hanya karena keberanianya.selain ia sendiri sejak kecil sudah di
kenal sebagai bocah yang jujur dan suka membela serta suka menolong teman-teman
sepermainanya.
Ketika berumur 13 tahun, semasa ia haus damba kasih dari ayahanda nasib
berbicara lain RM Ambar Koesensi (ayahanda tercinta) di panggil ke Hadirat Tuhan
yang maha Esa, tepatnya pada tanggal 15 maret 1951 , sewaktu ia masih duduk di kelas
5 SDN. RM Imam Koesoepangat kecilpun seperti tercerabut dari dunia kana-kanaknya,
sepeninggalnya orang yang di cintainya itu sempat menggetarkan jiwanya. Namun
kematian tetap kematian tidak seorangpun mampu menolak kehadiranya. Begitu juga
yang terjadi pada RM Ambar Koesensie. Hari-hari berikutnya RM Imam Koeseopangat
diasuh langsung oleh ibunda RA Koesmiatoen Ambar Koesmiatoen. Di waktu-waktu
senggang ibunda sering kali mendongeng tentang pahlawan-pahlawan yang dikenalnya
dan tidak lupa memberi petuah hidup. Berawal dari tatakrama pergaulan, tatakrama
menembah (bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) sampai merambah pada
pengertian budi luhur dan mesubrata.
RM Sutomo Mangkujoyo
Beliau adalah murid dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo ( Pendiri PSHT ). R.M.
Soetomo Mangkoedjojo adalah seorang Pendekar Tingkat III , R.M. Soetomo
Mangkoedjojo disyahkan menjadi pendekar tingkat I pada tahun 1928. Berikut murid –
murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang disyahkan pada tahun 1928 adalah sebagai
berikut :
- Bapak Soetomo Mangkoedjojo ( Madiun )
- Bapak Hardjosajano alias Hardjo Girin ( Kepatihan Madiun )
- Bapak Moch Irsad ( Madiun )
- Dewan pengesah : Ki Hadjar Hardjo Oetomo
- Pelaksanaan Pengesahan : Di kediaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo, Desa Pilangbango
Madiun.
Kemudian pada tahun 1936 R.M. Soetomo Mangkoedjojo mendirikan
Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Ponorogo, dan pengesahan pertama dilakukan
pada tahun 1938 yang mengesahkan sebanyak 4 orang. Pada tahun 1948 beberapa murid
Ki Hadjar Harjo Oetomo antara lain Soetomo Mangkoedjojo, Darsono, Suprodjo,
Hardjo Giring, Gunawan, Hadisubroto, Hardjo Wagiran, Letnan CPM Sunardi, Sumadji
al. Atmadji, Badini, Irsad dan kawan – kawan mempunyai prakasa untuk mengadakan
konfrensi di tempat kediaman Ki Hadjar Harjo Oetomo . Tujuan diadakan konfrensi
tersebut adalah untuk merubah / mengganti sifat Perguruan menjadi Organisasi Setia
Hati Terate yang mempunyai Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Setelah
Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dikukuhkan menjadi suatu organisasi maka di
pilihlah R.M. Soetomo Mangkoedjojo sebagai ketua dan Bapak Darsono sebagai wakil
ketua. Kemudian pada tahun 1953 karena pekerjan beliau dipindah tugaskan ke
Surabaya selanjutnya Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate diserah terimakan kepada
bapak Irsad. Pada tahun 1958 R.M. Soetomo Mangkoedjojo mengesahkan Sdr. R.M
Imam Kussupangat, Sdr. Kuswanto. BA dan Sdr. Harsanto. SH menjadi warga tingkat I,
pengesahan dilakukan di Oro – Oro Ombo Madiun di rumah Bapak Santoso.
Yang patut dipertanyakan adalah, misteri apa berpusar dibalik keberhasilan dia
membawa Persaudaraan Setia Hati Terate ke tingkat yang lebih terhormat dan cukup
diperhitungkan. Jawabnya, temyata ada pada tiga titik inti yang jika ditarik garis lurus
akan membentuk misteri segi tiga. Titik pertama berada di Desa Pilangbango, Madiun
(kediaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo - titik lahimya Persaudaraan Setia Hati Terate),
titik kedua berada di Pavilium Kabupaten Madiun (kediaman R.M Imam Koesoepangat
- titik perintisan Persaudaraan Setia Hati Terate) dan titik ketiga berada di Padepokan
Persaudaraan Setia Hati Terate Jl. Merak Nambangan Kidul Kodya Madiun - titik H.
Tarmadji Boedi Harsono,S.E mengembangkan Persaudaraan Setia Hati Terate.
Tampaknya memang bukan H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E, jika ia hanya puas berkutat
dengan prestasi yang dicapai di dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate.
Sebagai bagian dari anggota masyarakat, ia pun terbukti tampil cukup diperhitungkan.
Tokoh yang mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Unmer Madiun ini juga andil di
organisasi masyarakat. Bahkan sempat menduduki sejumlah jabatan cukup strategis
hampir di setiap organisasi yang diikutinya.
Di sisi lain, kariermya di bidang politik juga cukup matang. Terbukti ia dipercaya
menjadi wakil rakyat Kodya Madiun (anggota DPRD) hingga dua periode. Masing-
masing periode 1987 -1992 dananggotaDPRDKodyaMadiunperiode 1997 - 1999.
Puncak prestasi yang berhasil diraih di bidang politik ini tercipta pada tahun 1998, di
mana H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E diberi kepercayaan untuk tampil 1 sebagai salah
seorang Calon Wali Kota Madiun
Sementara itu, menyadari dirinya adalah seorang muslim, pada tahun 1995 ia bersama
istri tercinta, Siti Ruwiatun berangkat ke tanah suci Mekah Al Mukaromah menjadi
tamu Allah, menunaikan rukun Islam yang kelima, yakni ibadah haji. Ibadah ini kembali
diulang pada tahun 2000. Sepulang menjalankan ibadah haji, ia dipercaya memimpin
IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Kodya Madiun.
4. Tata
Krama4.1.1. Hubungan Vertikal :
4.1. Tata Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Krama dengan menjalankan semua Perintah Nya
Pergaulan dan menjauhi semua larangan Nya menurut
agama dan keyakinan masing – masing
4.1.2. Hubungan Horisontal
Hubunagn sesama manusia
4.1.2.1. Dalam berkomunikasi :
a. Berpakaian sopan menyesuaikan situasi
/keadaan karena dapat menunjukkan harga
diri seseorang.
b. Bila berbicara memberikan kesempatan orang
lain untuk menyatakan pendapat dan jangan
dipotong di tengah jalan.
c. Berbicara sesuai fakta (memakai dasar)
d. Berbicara lebih rendah suaranya dengan
orang yang lebih tua
4.1.2.2. Dalam berperilaku dimuka umum :
a. Menggunakan fasilitas umum sesuai
peraturan yang ada
b. Hormatilah sesama pemakai jalan
c. Dalam menggunakan telepon berbicaralah
seperlunya
d. Membudayakan kebersihan
e. Jika bertamu disiang hari jangan waktu –
waktu istirahat dan bila malam hari maksimal
sampai pukul 21.000 WIB.
4.1.2.3. Dalam berhubungan berbangsa dan
bernegara :
a. Setia pada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarka Pancasila
b. Hormad kepada Bendera Merah Putih dan
lagu kebangsaan Indonesia Raya
c. Terampil berbahasa Indonesia yang baik dan
benar
4.1.2.4. Dalam setiap kenaikan tingkat Setia Hati
Terate diharuskan mengadakan upacara
kenaikan tingkat dengan lagu :
1. Indonesia Raya
2. Padamu Negeri
3. Mars Setia Hati Terate
4.1.3. Berpakaian dan berpenampilan
myenyesuaikan dengan situasi :
a. Di kantor/Instansi
b. Dirumah
c. Di Masyarakat
4.1.4. menggunakan fasilitas umum
a. Di atas kendaraan
b. Sebagai pengguna jalan
c. Di tempat – tempat rekreasi
4.1.5. Berbicara di muka umum
4.1.6. Memelihara kebersihan dan kesehatan
4.1.7. Mencintai kebersihan dan keindahan
lingkuangan
Selalu mengikuti perkembangan jaman yang
bersifat positif baik melalui media cetak
maupun elektronik
NO TINGKAT URAIAN METERI KATA
. HIJAU MUTIARA
1. Pendalaman -Penjabaran Pengertian Lambang Setia
Makna Hati Terate
Lambang Setia
Hati Terate
2. Pemahaman dan
Penghayatan
Jiwa Setia Hati
Terate
2.1. Ciri khas Setia
Hati Terate 2.1.1. Berjiwa dan berbudi luhur, tahu benar
dan salah, serta taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa
2.1.2. Pemberani dan tidak takut mati dalam
menegakkan kebenaran dan kadilan
2.1.3. Soal kecil/remeh mengalah soal prinsip
baru bertindak
2.1.4. Sederhana
2.1.5. Memayu Hayuning Bawana
2.1.6. Sifat seorang Setia Hati Terate :
Tidak Mudah Heran (ora nggumunan )
Tidak mudah terkejud (ora kagetan)
Yakin, berani melaksanakan (yakin, wani
2.2. Penilaian baik nglakoni )
dan buruk
2.2.1. Apabila perbuatan baik lebih banyak
daripada perbuatan buruknya,
dinyatakan baik
2.2.2. Apabila perbuatan buruk lebih banyak
2.3. Syarat kekalnya daripada perbuatan baiknya, dinyatakan
persaudaraan buruk