Anda di halaman 1dari 7

17 Juni 2021

Seni Budaya Kritik karya seni rupa

Nama : M. HASBI

Kelas : X TKR 1

Teks tulis

Jawablah pertanyaan berikut ini.

1. Jelaskan pengertian apresiasi karya seni rupa!

2. Sebutkan dan jelaskan tujuan, manfaat, serta fungsi apresiasi karya seni

rupa!

3. Jelaskan pengertian kritik karya seni rupa!

4. Sebutkan dan jelaskan tujuan, manfaat, serta fungsi kritik karya seni rupa!

Penugasan

Kumpulkan kliping kritik karya seni rupa dari berbagai media cetak. Jangan

lupa cantumkan nama, tanggal, dan tahun media cetak tersebut. Amati

dengan seksama, cobalah untuk mengidentifikasi mana bagian deskripsi,

analisis formal interpretasi, dan penilaian (evaluasi) pada kritik karya seni

rupa tersebut.

Jawaban

1. Apresiasi dapat juga diartikan berbagi pengalaman Antara seniman (perupa) dan penikmat
karya, Bahkan ada yang menambahkan, menikmati Karya seni sama artinya dengan
menciptakan .

Apresiasi dapat juga diartikan berbagi pengalaman antara seniman (perupa) dan penikmat
karya,bahkan ada yang menambahkan, menikmati karya seni sama artinya dengan
menciptakan kembali. Dengan kata lain, kegiatan apresiasi seni atau mengapresiasi karya seni
dapat diartikan sebagai upaya untuk memahami berbagai hasil seni dengan segala
permasalahannya serta menjadi lebih peka terhadap nilai-nilai estetika yang terkandung di
dalamnya. Dengan mengerti dan menyadari sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta
menjadi sensitif terhadap segisegi estetiknya seesorang diharapkan mampu menikmati dan

M.Hasbi1
menilai karya tersebut dengan semestinya (Soedarso, 1990). Ada dua fungsi dari kegiatan
apresiasi seni yaitu pertama, adalah agar kita dapat meningkatkan dan memupuk kecintaan
kepada karya bangsa sendiri dan sekaligus kecintaan kepada sesama manusia. Fungsi kedua
bersifat khusus, ada hubungannya dengan kegiatan mental kita yaitu penikmatan, penilaian,
empati dan hiburan. Apresiasi seni juga besar manfaatnya Bagi ketahanan budaya Indonesia.
Melalui kegiatan apresiasi kesenian Indonesia, kamudapat lebih mengenl dan menghargai
budaya bangsa sendiri.

2 •.Tujuan apresiasi karya seni rupa diantaranya ialah sebagai


berikut ini

1. Untuk mengevaluasi dan mengembangkan nilai estetika karya seni


2. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berkreasi dan
berimajinasi

3.Untuk menyempurnakan keindahan karya seni

• Manfaat apresiasi karya seni rupa diantaranya ialah sebagai berikut ini :

1. Agar kita dapat memahami tentang karya seni dari berbagai sisi
Dapat meningkatkan rasa kecintaan terhadap karya seni dan sesama
manusia
2. Menjadi sarana untuk melakukan edukasi, hiburan, empati dan lain-
lain
3. Meningkatkan dan mengembangkan suatu karya seni menjadi lebih
baik dimasa yang mendatang

• Fungsi apresiasi karya seni rupa diantaranya ialah sebagai berikut ini
Sebagai cara untuk memberikan penilaian, edukasi, empati terhadap
sebuah karya seni atau sastra.Sebagai sarana untuk meningkatkan rasa
cinta masyarakat terhadap karya anak bangsa dan bentuk kepedulian
terhadap sesama.Sebagai cara untuk meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan manusia dalam berbagai hal

3. Kritik seni adalah kegiatan menanggapi karya seni guna menunjukan kelebihan dan
kekurangan suatu karya seni. ... Selain itu, kritik karya seni juga digunakan sebagai
standar untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil berkarya seni

4. 1) tujuan kritik karya seni adalah


a. untuk memahami dan atau menghargai karya seni, tetapi juga
agar dapat diimplementasikan untuk menghargai berbagai perbedaan
yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

M.Hasbi2
b untuk menumbuhkan kepedulian terhadap karya seni dan warisan
budaya bangsa.

2) manfaat kritik karya seni rupa adalah meningkatkan kualitas


pemahaman dan apresiasi terhadap sebuah karya seni dan dapat
dipergunakan sebagai standar untuk meningkatkan kualitas proses dan
hasil berkarya seni.

3) fungsi kritik karya seni rupa adalah


a. meningkatkan dan memupuk kecintaan kepada karya bangsa sendiri
dan sekaligus kecintaan kepada sesama manusia.
b. menjembatani seniman, karya, dan penikmat seni
dengan penikmatan, penilaian, empati dan hiburan sebuah karya seni.

3) fungsi kritik karya seni rupa adalah


a. meningkatkan dan memupuk kecintaan kepada karya bangsa sendiri
dan sekaligus kecintaan kepada sesama manusia.
b. menjembatani seniman, karya, dan penikmat seni

Kritik Seni

Karya Lukis Mulyo Gunarso

“Ironi Dalam Sarang”

M.Hasbi3
Judul karya : Ironi dalam Sarang
Nama Seniman : Mulyo Gunarso
Bahan : Cat Akrilik dan pensil di atas Kanvas
Ukuran : 140 cm x 180 cm
Tahun Pembuatan : 2008

1. Deskripsi Karya

Karya lukis oleh Gunarso yang berjudul “Ironi dalam Sarang” masih divisualisasikan dengan
metaforanya yang khas yaitu bulu-bulu meski tidak sebagai figure sentralnya. Material subjeknya
merupakan gambar tentang semut-semut yang mengerumuni sarang burung dan diatasnya
dilapisi lembaran koran, didalamnya terdapat berbagai macam makanan seperti, beras putih,
yang diberi alas daun pisang di atasnya terdapat seekor semut, bungkusan kertas seolah dari
koran bertuliskan ulah balada tradisi, potongan dari sayuran kol, satu butir telur dan juga
makanan yang dibungkus plastik bening, disampingya juga terdapat nasi golong, seperti ingin
menggambarkan makanan untuk kenduri. Selain itu di dalam sarang juga terdapat kerupuk dan
jajanan tradisional yang juga dibungkus plastik bening, dan entah mengapa diantara sejumlah
makanan yang berbau tradisional juga terdapat sebuah apel merah, minuman soda bermerek
coca-cola yang tentunya bukan menggambarkan produk dalam negeri. Tumpahan coca-cola
menjadi pusat krumunan semut yang datang dari segala penjuru.

Medium lukisan Gunarso adalah cat akrilik yang dikerjakan di atas kanvas berukuran 140 cm x
180 cm dengan kombinasi pensil pada backgroundnya membentuk garis vertikal. Teknik yang
digunakan dominan ialah dry brush yaitu teknik sapuan kuas kering. Bentuk atau form dari karya
Gunarso ialah realistik dengan gaya surealisme. Proses penciptaannya terlihat penuh persiapan
dan cukup matang tercermin dari hasil karyanya yang rapi, rumit, dan tertata. Gunarso
sepertinya asyik bermain-main dengan komposisi.bagaimana ia mencoba menyampaikan
kegelisahanya dalam bentuk karya dua dimensi yang menyiratkan segala kegelisahan melalui
torehan kuas di kanvas dengan pilihan warna- warna yang menjadi karakter dalam karya lukisnya.

2. Analisis

Makna atau isi karya seni selalu disampaikan dengan bahasa karya seni, melalui tanda atau

M.Hasbi4
simbol. Ungkapan rupa dan permainan simbol atau tanda tentu tidak datang begitu saja, ada api
tentu ada asap. Begitu juga ketika kita menganalisis sebuah karya, perlu tahu bagaimana asap
itu ada, dengan kata lain, bagaimana kejadian yang melatarbelakangi penciptaan karya. Pada
dasarnya tahapan ini ialah menguraikan kualitas unsur pendukung ‘subject matter’ yang telah
dihimpun dalam deskripsi.

Representasi vsual ditampilkan dengan bentuk realis yang terencana, tertata dan rapi, sesuai
dengan konsep realis yang menyerupai bentuk asli suatu objek.Permainan garis pada background
dengan kesan tegak, kuat berbanding terbalik dengan bulu-bulu yang entah disadarinya atau
tidak. Penggunaan gelap terang warna juga telah bisa memvisualisasikan gambar sesuai nyata,
tetapi Gunarso tidak memainkan tekstur disana. Kontras warna background dengan tumpahan
coca-cola yang justru jadi pusat permasalahan justru tak begitu terlihat jelas agak mengabur,
begitu juga dengan kerumunan semut-semut sedikit terlihat mengganggu, tetapi secara
keseluruhan komposisi karya Gunarso terlihat mampu sejenak menghibur mata maupun pikiran
kita untuk berfikir tentang permasalahan negri ini.

3. Intepretasi

Setiap karya seni pasti mengandung makna, membawa pesan yang ingin disampaikan dan kita
membutuhkan intepretasi/ penafsiran untuk memaknainya yang didahului dengan
mendeskripsikan. Dalam mendeskripsikan suatu karya seni, pendapat orang membaca karya seni
boleh saja sama tetapi dalam menafsir akan berbeda karena diakibatkan oleh perbedaan sudut
pandang atau paradigma.

Gunarso tak pernah lepas dari hubunganya terhadap kegelisahan sosial, yang selalu menjadi isu
sosial bangsa ini. Dengan bulu-bulunya yang divisualkan dalam lukisan sebagai simbol subjektif,
yaitu menyimbolkan sebuah kelembutan, kehalusan, ketenangan, kedamaian atau bahkan
kelembutan, kehalusan tersebut bisa melenakan dan menghanyutkan, sebagai contoh kehidupan
yang kita rasakan di alam ini. Inspirasi bulu-bulu tersebut didapatnya ketika dia sering melihat
banyak bulu-bulu ayam berserakan.

Dalam karya ini, Gunarso mengibaratkan manusia seperti semut, yang selalu tidak puas dengan
apa yang didapat, menggambarkan tentang seorang atau kelompok dalam posisi lebih (misalnya
pejabat) yang terlena oleh iming-iming negara asing, sehingga mereka sampai mengorbankan
bahkan menjual “kekayaan” negerinya kepada negara asing demi kepentingan pribadi maupun
golonganya. Divisualkan dengan semut sebagai gambaran orang atau manusia (subjek pelaku)
yang mana dia mengkerubuti tumpahan coca-cola sebagai idiom atau gambaran negeri asing.
Gunarso ingin mengatakan tentang ironi semut yang mengkerubuti makanan, gula, sekarang
mengkerubuti sesuatu yang asing baginya, meski cukup ganjal karena semut memang sudah biasa
dengan mengekerubuti soft drink coca-cola yang rasanya manis. Mungkin Gunarso mengibaratkan
semut tadi sebagai semut Indonesia yang sebelumnya belum mengenal soft drink, sedangkan
sarang burung sebagai gambaran rumah tempat kita tinggal (negeri ini), yang ironisnya lagi dalam
sarang terdapat makanan gambaran sebuah tradisi yang bercampur dengan produk asing yang
nyatanya lebih diminati.

Dalam berkarya gunarso mampu mengemas karyanya hingga memiliki karakter tersendiri yang
mencerminkan bagian dari kegelisahan, latar belakang serta konflik yang disadurkan kepada
audiens, bagaimana dia mampu menarik dan memancing audiens untuk berinteraksi secara
langsung dan mencoba mengajak berfikir tentang apa yang dirasakan olehnya tentang issu yang
terjadi di dalam negerinya, kegelisahan tentang segala sesuatu yang lambat laun berubah.

Perkembangan zaman yang begitu cepat, menuntut kita untuk beradaptasi dan menempatkan

M.Hasbi5
diri untuk berada di tengahnya , namun itu semua secara tidak kita sadari baik itu karakter sosial
masyarakat, gaya hidup dan lain sebagainya dari barat tentunya, masuk tanpa filter di tengah-
tengah kita, seperti contoh, pembangunan gedung dan Mall oleh orang asing di negeri kita ini
begitu juga dengan minimarket, café yang berbasis franshise dari luar negri sebenarnya
merupakan gerbang pintu masuk untuk menjadikan rakyat Indonesia semakin konsumtif dan
meninggalkan budayanya sendiri. Hal tersebut berdampak pada nasib kehidupan makhluk di
sekeliling kita atau lingkungan di sekitar kita. Gunarso seolah ingin memberi penyadaran kepada
kita, untuk memulai menyelamatkan dan melestarikannya, siapa lagi kalau tidak dimulai dari
kita?

4. Penilaian

Penilaian sebuah karya seni bukan berbicara mengenai baik atau buruk, salah atau benar
melainkan mengenai pemaknaan tersebut meyakinkan atau tidak. Karya seni dapat dinilai
dengan berbagai kriteria dan aspek, Barret, menyederhanakan penilaian karya seni ke dalam 4
kategori yaitu realisme, ekspresionisme, formalism, dan instrumentalisme. Untuk karya Gunarso
kali ini, penilaian yang akan digunakan ialah paham ekspresionisme, yang besifat subyektif,
penialaian keindahan suatu karya seni tidak hanya berdasar objek yang dilukis tetapi juga
menyangkut isi dan makna.

Karya seni tidak lahir dari begitu saja, selalu berkaitan, berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang pernah dirasakan sebagai sumber inspirasi potensial , yang dimaknai sebagai pengalaman
estetik. Hasil karya sebagai representasi dari emosi-emosi modern seperti karya Gunarso, yang
ingin merepresentasikan kemelut yang terjadi dalam perkembangan negeri ini, termasuk
keresahannya mengenai hal tersebut.

Coca-cola tidak selamanya manis, dan yang manis tak selamanya dirasakan manis oleh orang
yang berbeda. Semut yang pada dasarnya menyukai sesuatu yang bersifat manis sehingga
menjadi hal yang sangat wajar apabila semut-semut itu lebih suka mengerumuni tumpahan coca-
cola dibandingkan makanan lain yang berada dalam sarang tersebut walaupun masih ada satu
dua semut yang mengerumuni beras dan bungkusan kerupuk.Seperti halnya manusia yang oleh
Gunarso dalam karya ini digambarkan seperti semut lebih menyukai hal-hal yang yang
menyenangkan dan menguntungkan untuk mereka tanpa mempedulikan dampak negatifnya
meskipun itu asing bagi mereka. Akan tetapi tidak semua orang ingin merasakan hal yang sama
karena masih ada orang-orang yang tetap mempertahankan sesuatu yang sejak dulu sudah
menjadi miliknya.

Dalam pembuatan karya-karyanya Gunarso seolah tidak ingin meninggalkan bulu-bulu yang
menjadi metafornya meskipun dia telah bereksperiman dengan berbagai media dan tema yang
berbeda ,seperti yang dilakukan oleh para seniman-seniman ekspresionis yang menciptakan
bentuk-bentuk baru tanpa meninggalkan keunikan dan individualitas mereka. Gunarso
melukiskan tumpahan coca-cola sebagai pusat kerumunan semut untuk menghadirkan penekanan
emosional. Penempatan coca-cola diantara makanan-makanan dalam negeri juga dibuat untuk
membangkitkan emosi yang melihatnya.Kelebihan dari karya Gunarso adalah bahwa karyanya ini
memiliki komposisi warna dan penempatan objek yang enak dipandang mata, dengan warna-
warna yang ditampilkannya sangat serasi dengan ide lukisan yang ia angkat.

Tetapi salah satu yang menjadi kekurangan karyanya adalah adanya bulu dalam lukisannya
sepertinya sedikit menganggu, alangkah lebih baik jika Gunarso menghilangkan salah satu idiom
yang terdapat dalam lukisannya, apakah itu semut-semutnya atau bulu-bulunya. Hal
itudikarenakan dengan keberadaan semut-semut sedikit menghilangkan/menutupi bulu-bulu
dalam lukisannya yang menjadi ciri khas dalam setiap lukisan yang ia ciptakan.

M.Hasbi6
M.Hasbi7

Anda mungkin juga menyukai