Laporan Tugas Akhir: Kinerja Bom Kalorimeter Pada Pengukuran Nilai Kalor Biosolar
Laporan Tugas Akhir: Kinerja Bom Kalorimeter Pada Pengukuran Nilai Kalor Biosolar
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi
Diploma III Teknik Kimia
Program Diploma Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Semarang
Disusun oleh :
BELLA ANDHANY
21030113060092
NIM : 21030113060092
Fakultas : Teknik
Universitas : Diponegoro
Judul Bahasa Indonesia : Kinerja Bom Kalorimeter pada Pengukuran Nilai Kalor
Biosolar
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing,
NIP. 195510081982032001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dengan hati yang tulus ikhlas penulis
1. Ir. H. Zainal Abidin, MS. selaku Ketua Program Studi Diploma III
2. Ir. Wahyuningsih, MT. selaku Ketua Program Studi Diploma III Teknik
3. Dr. Vita Paramitha, ST, MM, M.Eng, selaku Sekretaris Program Studi
Diponegoro.
6. Seluruh Dosen Program Studi Diploma III Teknik Kimia Program Studi
7. Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan dan memotivasi untuk senantiasa
bersemangat dan tak mengenal kata putus asa. Terima kasih atas
i
segala dukungannya, baik secara material maupun spiritual hingga
Semoga segala bantuan yang telah diberikan, diberi balasan yang setimpal
dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun bagi kita semua
sangatlah diperlukan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan........................................................................................... ii
Daftar isi............................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
2.2 Biosolar........................................................................................................ 6
2.4 Kalor............................................................................................................... 9
2.7 Pengadukan.................................................................................................. 14
3.1 Tujuan........................................................................................................ 16
3.2 Manfaat….................................................................................................. 16
iii
BAB IV PERANCANGAN ALAT
BAB V METODOLOGI
6.2 Pembahasan............................................................................................. 23
PENUTUP........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 28
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Alat............................................................................................ 21
2. Tabel 2. Bahan........................................................................................ 21
DAFTAR GAMBAR
iv
ABSTRAK
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum
untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu
benda tersebut. Besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3
faktor yaitu : massa zat, jenis zat (kalor jenis), dan perubahan suhu. Pengukuran jumlah
kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan eksperimen
disebut kalorimetri. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai
kalori) yang dibebaskan adalah kalorimeter. Jenis kalorimeter dibagi menjadi 2, yaitu
kalorimeter bom dan kalorimeter larutan. Biosolar merupakan campuran solar dengan minyak
nabati yang didapatkan dari minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Menurut Balai
Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi Biosolar memiliki nilai kalor sebesar 37000 MJ/kg.
Pada penelitian ini mempelajari tentang pengaruh suhu terhadap kinerja kalorimeter bom
pada pengukuran nilai kalor biosolar. Power kalorimeter dihidupkan, lalu mengisi tabung
bom dengan biosolar sebanyak 500 ml, dan tabung air sebanyak 5 liter kemudian
o o
memasukkan variabel T1 (suhu sampel 40 C, suhu air 30 C). Selanjutnya menghidupkan
heater agar sampel bisa mencapai T 1, saat suhu sampel dan suhu air sudah mencapai T1 ,
matikan heater dan tekan tombol pemantik, terakhir amati perubahan ke dua variabel catat (
suhu ini sebagai T2). Nilai kalor reaksi yang didapat antara lain 36082,28 MJ/kg, 36208,87
MJ/kg, 36335,48 MJ/kg, 36462,09 MJ/kg, 36588,69 MJ/kg. Percobaan terbaik adalah yang
kedua dengan menghasilkan nilai kalor reaksi 36588,69 MJ/kg.
ABSTRACT
Email : Bela9d@yahoo.com
BAB I
PENDAHULUAN
dari minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Sebelum dicampurkan
katalisator NaOH atau KOH untuk menghasilkan fatty acid methyl ester (FAME).
dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah
melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat
pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat
bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena biodiesel
mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan
Jenis alat kalorimeter yang non aliran dan telah lazim digunakan berupa bom
kalorimeter untuk penentuan nilai kalor bahan bakar padat dan bahan bakar cair.
Masalah bom kalorimeter berkaitan dengan ukuran besaran energi suatu materi.
1
2
yang terjadi dalam bom akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom,
oleh karena itu tidak ada kalor yang akan terbuang ke lingkungan
(Diannovitasari, 2012).
Salah satu sifat yang harus dipunyai dari bahan bakar (biosolar) adalah
Angka Oktan (Octane Number) dari bahan bakar tersebut. Angka Oktan adalah
angka yang menunjukkan berapa besar tekanan maksimum yang bisa diberikan
campuran bensin dan udara (berbentuk gas) bisa terbakar sendiri secara
spontan sebelum terkena percikan api dari busi. Jadi, semakin tinggi angka
oktannya, semakin lama bensin itu terbakar spontan. Bahan bakar harus
memerlukan angka oktan yang lebih tinggi untuk mengurangi terjadinya ketukan
Calorific value (H, juga disebut heat value) menunjukkan jumlah energi yang
sempurna.Semakian tinggi calorific value suatu bahan bakar maka energi yang
dihasilkan pun akan semakin efisein, karena menghasilkan panas yang lebih
besar dengan massa yang sedikit. Untuk menaikkan angka oktan dari suatu
bahan bakar biasa diperoleh dengan memberikan TEL (Tetra Ethyl Lead),
bagaimana pengaruh perubahan suhu dengan perubahan kalor yang terjadi pada
Satuan kalor yang timbul dinyatakan dalam satuan kalor. Bagaimana cara
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi
energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan
untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan
dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling
sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam
Calorific value (H, atau panas jenis) merupakan kandungan energi suatu
bahan per satuan massa yang dilepas saat bahan tersebut total terbakar. Salah
satu cara pengelompokan kualitas suatu BBM adalah dengan tingkat research
octane number-nya (RON, atau nilai oktan). Semakian tinggi calorific value suatu
bahan bakar maka energi yang dihasilkan pun akan semakin efisein, karena
menghasilkan panas yang lebih besar dengan massa yang sedikit. (Ronaldo
Izron ,2012)
4
5
kebanyakan menjadi sumber energi panas. Misalnya kayu dan batubara. Energi
panas yang dihasilkan bisa digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk
Bahan bakar cair adalah bahan bakar yang strukturnya tidak rapat, jika
cair. Bahan bakar cair yang biasa dipakai dalam industri, transportasi maupun
rumah tangga adalah fraksi minyak bumi. Minyak bumi adalah campuran
naphtena, olefin, dan aromatik. Kelompok senyawa ini berbeda dari yang lain
beberapa macam fraksi, seperti: bensin atau premium, kerosen atau minyak
tanah, minyak solar, minyak bakar, dan lain-lain. Setiap minyak petroleum
perbandingannya berbeda
Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni Compressed Natural Gas (CNG)
dan Liquid Petroleum Gas (LPG. CNG pada dasarnya terdiri dari metana
sedangkan LPG adalah campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya.
LPG yang digunakan untuk kompor rumah tangga, sama bahannya dengan
Bahan Bakar Gas yang biasa digunakan untuk sebagian kendaraan bermotor.
6
2. Berdasarkan materinya
Bahan bakar tidak berkelanjutan bersumber pada materi yang diambil dari
alam dan bersifat konsumtif. Sehingga hanya bisa sekali dipergunakan dan bisa
digunakan lagi dan tidak akan habis keberadaannya di alam. Misalnya tenaga
2.2 Biosolar
didapatkan dari minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Sebelum
dengan katalisator NaOH atau KOH untuk menghasilkan fatty acid methyl
ester (FAME).
Seperti diketahui, biofuel itu ada yang dibuat dari minyak nabati seperti
minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palam Oil) dan minyak pohon jarak pagar
atau CJCO (Crude Jatropha Curcas Oil), dibuat dengan proses transesterifikasi.
Proses ini pada dasarnya merupakan proses yang mereaksikan minyak nabati
(CPO atau CJCO) dengan methanol dan ethanol dengan katalisator soda api
Dari hasil proses transesterifikasi CPO itu akan dihasilkan metil ester
asam lemak murni (FAME). Lalu FAME tersebut di-blending dengan solar murni
selama 10 menitan, menghasilkan biodiesel yang siap pakai. Itulah biofuel jenis
(anonim, 2009)
Salah satu sifat yang harus dipunyai dari biosolar adalah Cetane Number
dari bahan bakar tersebut. Angka setana adalah angka yang menunjukkan
berapa besar tekanan maksimum yang bisa diberikan di dalam mesin sebelum
biosolar terbakar secara spontan. Jadi, semakin tinggi angka setananya, semakin
Biosolar memiliki angka cetane 51 hingga 55 atau lebih tinggi daripada solar
standar yang sekitar 48. Makin tinggi angka cetane, makin sempurna
diperoleh juga makin besar. Selain itu, campuran FAME menurunkan sulfur
energi per volume yang lebih tinggi; memiliki karakter pembakaran yang relatif
lebih rendah dibandingkan solar murni. Maka bagi kendaraan alat angkut beban
bertonase besar memakai biosolar tenaga yang dihasilkan lebih lemah. (anonim,
2009).
Panas yang timbul atau diserap pada suatu reaksi panas itu tidak
bergantung pada hasil akan tetapi bagaimana reaksi tersebut berlangsung awal
dan akhir. Berdasarkan hukum Hess tersebut maka dapat dicari panas reaksi
panas reaksi pada pembentukan satu mol suatu zat dari unsur-unsurnya, jika
aktivitas pereaksinya satu, hal ini disebut dengan panas pembentukan standar.
Untuk zat cair, gas dan padat keadaan standarnya adalah keadaan pada satu
atmosfer. Panas pembakaran adalah panas yang timbul pada pembakaran satu
mol suatu zat, biasanya panas pembakaran ditentukan secara eksprimen pada V
tetap dalam bom kalorimeter. Dari panas pembakaran, dapat diperoleh panas
penting pada bahan-bahan bakar sebab nilai suatu bahan bakar ditentukan oleh
besarnya panas pembakaran zat yang bersangkutan (Sugiyarto, 1997, hal: 74-
76).
Sifat-sifat air yang memberikan definisi asal dari kalori adalah banyaknya
sejumlah panas. Istilah umum untuk sifat ini disebut kapasitas panas yang
9
suatu benda sebesar 10C. Besarnya panas spesifik untuk air disebabkan karena
adanya sedikit pengaruh dari laut terhadap cuaca. Reaksi kimia yang umum
cepat antara bahan bakar dengan oksigen yang disertai terjadinya api. Bahan
bakar utama dewasa ini adalah bahan bakar fosil, yaitu gas alam, minyak bumi
dan batu bara. Bahan bakar fosil itu berasal dari pelapukan sisa organisme, baik
2.4 Kalor
atau mengalir dari benda yang memiliki kelebihan kalor menuju benda yang
kekurangan kalor. Kalor biasanya dinyatakan dalam suhu. Satuan kalor di dalam
satuan Internasional yaitu Joule, satuan kalor lainnya ialah kalori. 1 kalori di
faktor :
1. massa zat
3. perubahan suhu
Q = m.c.(t2 – t1)
10
Dimana :
suhu maka kalor yang diterima semakin banyak. Semakin kecil kenaikan suhu
maka kalor yang diterima semakin sedikit. Maka hubungan kalor (Q) berbanding
lurus atau sebanding dengan kenaikan suhu (∆ T) jika massa (m) dan kalor jenis
Semakin besar massa zat (m) maka kalor (Q) yang diterima semakin
banyak. Semakin kecil massa zat (m) maka kalor (Q) yang diterima semakin
sedikit. Maka hubungan kalor (Q) berbanding lurus atau sebanding dengan
massa zat (m) jika kenaikan suhu (∆ T) dan kalor jenis zat (c) tetap.
Semakin besar kalor jenis zat (c) maka kalor (Q) yang diterima semakin
banyak. Semakin kecil kalor jenis zat (c) maka kalor (Q) yang diterima semakin
sedikit. Maka hubungan kalor (Q) berbanding lurus atau sebanding dengan kalor
jenis zat (c) jika kenaikan suhu (∆ T) dan massa zat (m) tetap.
yang digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L.
Dengan U adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg)
Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda
yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c). Kapasitas kalor adalah banyaknya
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.
H = Q/(t2-t1)
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1
kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar
c = Q/m.(t2-t1)
H = m.c
reaksi dari semua reaksi, kecuali reaksi pembakaran. Kalorimeter tipe ini
memiliki bejana yang terbuat dari styrofoam, namun ada pula yang terbuat
oksigen).
4. Kalorimeter listrik, untuk menentukan kalor jenis zat cair. (kholis, 2013)
senyawa, bahan makanan dan bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada
tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor dan sampel
akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam yang terpasang dalam tabung.
Kalorimeter bom terdiri dari tabung baja tebal dengan tutup kedap udara.
Sejumlah tertentu zat yang akan diuji ditempatkan dalam cawan platina dan
sebuah "kumparan besi” yang diketahui beratnya (yang juga akan dibakar)
ditempatkan pula pada cawan platina sedemikian sehingga menempel pada zat
Alat yang lebih teliti untuk mengukur perubahan kalor adalah kalorimeter
bom , yaitu suatu kalorimeter yang dirancang khusus sehingga sistem benar –
kenaikan atau penurunan suhu yang terjadi benar – benar hanya digunakan
untuk menaikan suhu air di dalam kalorimeter bom . Meskipun sistem telah
diusahakan terisolasi tetapi ada kemungkinan sistem masih dapat menyerap atau
kalorimeter itu sendiri. Jika kalorimeter juga terlibat di dalam pertukaran kalor ,
besarnya kalor yang diserap atau dilepas oleh kalorimeter harus diperhitungkan.
Kalor yang dilepas atau diserap oleh kalorimetr disebut dengan kapasitas kalor
atau
qkalorimeter = Ckalorimetr x ∆T
(anonim, 2015)
2.7 Pengadukan
sirkilasi. Model operasi untuk mendapatkan pola sirkulasi ada berbagai cara,
Massa jenis atau densitas adalah suatu besaran kerapatan massa benda
yang dinyatakan dalam berat benda per satuan volume benda tersebut. Besaran
sama memiliki berat yang berbeda. Benda yang lebih besar belum tentu lebih
Keterangan :
Densitas (gr/ml)
3.1 Tujuan
3.2 Manfaat
penggunaannya.
16
BAB IV
PERANCANGAN ALAT
17
18
3 1
2
4
6
7
Keterangan :
2. Temperatur Air, panel untuk mengukur dan mengeset suhu pada air.
Kalorimeter Bom.
19
6. Reset, sebagi tombol untuk mengeset ulang dan mengatur variabel suhu
yang diingikan.
Kalorimeter Bom.
8. Lampu Emergency, lampu penanda bila terjadi kerusakan pada alat atau
3
4
Keterangan :
1. Isi tangki luar dan tangki dalam Kalorimeter Bom dengan bahan yang akan di
ukur kadar kalorimeternya dengan volume yang telah ditentukan yaitu untuk
air 4,5 L pada tangki luar dan sampel min. 450 ml dan max. 500 ml pada
tangki dalam melalui valve input air dan sampel, kemudian tutup valve
merah.
3. Sett temperatur air dan sampel sesuai dengan variabel, dimana temperatur
5. Tunggu hingga temperatur air dan temperatur sampel telah sesuai dengan
6. Bila suhu telah tercapai maka lampu pematik akan hidup secara otomatis.
7. Menekan tombol pematik ketika lampu telah menyala namun saklar heater
8. Lihat perubahan temperatur pada air dan sampel setelah dilakukan Bom
(pematik) pada kontrol temperatur air dan sampel, kemudian catat data dan
METODOLOGI
Tabel 1. Alat
Tabel 2. Bahan
2. Isi tangki luar dengan Air sebanyak 4,5 L melalui valve input air dan isi
tangki dalam dengan sampel bio solar sebanyak 500 mL melalui valve
input sampel, kemudian tutup valve dengan rapat agar tidak ada
menyala merah.
5. Atur suhu air dan sampel sesuai dengan variabel, dimana suhu air
21
22
7. Tunggu hingga suhu air dan sampel telah sesuai dengan suhu
8. Bila suhu telah tercapai maka lampu alarm akan hidup secara
otomatis.
berlebihan.
10. Lihat perubahan suhu pada air dan sampel setelah dilakukan Bom
11. Amati dan catat perubahan suhu yang terjadi selama 10 detik hingga
22
BAB VII
7.1 Kesimpulan
kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam
terpasang dalam tabung. Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke
lingkungan, maka :
Jadi, semakin tinggi suhu semakin besar pula nilai kalor yang terukur,
Maka hubungan kalor (Q) berbanding lurus atau sebanding dengan kenaikan
suhu ( T) jika massa (m) dan kalor jenis zat (Cp) tetap. Perubahan kalor yang
biosolar oleh adanya heater yang semakin besar sehingga nilai kalor yang
27
28
7.2 Saran
diusahakan sama.
27
29
DAFTAR PUSTAKA
Ariearhy.2013.Laporanbomkalorimeter,http://arikimia.blogspot.co.id/2013/06/lapo
ran-bom-kalorimeter.html, diakses 2 Mei 2016
Mc Cabe, Warren, Julian C Smith & Peter H., 1985. Operai Teknik Kimia.
Erlangga : Jakarta
27
DAFTAR PUSTAKA
Ariearhy.2013.Laporanbomkalorimeter,http://arikimia.blogspot.co.id/2013/06/laporan-bom-
kalorimeter.html, diakses 2 Mei 2016
Eddien Nurhadiansah Putra & H. D. Sungkono Kawano, 2012, “Uji Eksperimental Bahan
Bakar Campuran Biosolar Dengan Zat Aditif Terhadap Unjuk Kerja Motor Diesel
Putaran Konstan”, jurnal teknik pomits, vol.1, no.1, 1-2
Mc Cabe, Warren, Julian C Smith & Peter H., 1985. Operai Teknik Kimia. Erlangga : Jakarta
Ronaldo irzon, 2012,” Perbandingan Calorific Value Beragam Bahan Bakar Minyak
yang Dipasarkan di Indonesia Menggunakan Bomb Calorimeter “, jurnal
sumber daya geologi, vol.22, no.4, 1-2
28