Anda di halaman 1dari 12

TUGAS AGAMA ISLAM

SMK NEGRI 6 SURAKARTA

DI KERJAKAN OLEH
ARGANIRWWANDHA ZULFA ILYASSYAH
NO : 04 / XII MM 2
KATA PENGANTAR :
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya mari kita
mengucakan alhamdulilllah untuk wujud syukur kita terhadap kebesaran dan
keagungan nya sungguh allah maha besar penguasa alam atasselesainya
makalah ini.
Dan jangan lupa kita ungkapkan puji shalawat terhadap Nabi Muhammad
atas kebesaran dan karunianya
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada bapak ibu guru yang telah
membimbing saya selama berada di SMK NEGERI 6 SURAKARTA
terimakasih ataskesabarannya dan ilmu yang diberikannya
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

SURAKARTA 30 MARET 2021

KEABSAHAN PERAWATAN JENAZAH


COVID 19 DARI HUKUM ISLAM
Sebelum memulai cara pengabsahan dan perawatan jenazah covid 19 saya akan sedikit
membahas tentang apa itu covid 19.

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-


2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi
virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan
pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan
nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini
bisa menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak,
dan bayi, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.

Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali


ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan
sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam
waktu beberapa bulan.
Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk
memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia
sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan
penyebaran virus ini.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak
kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini
juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).
Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok ini
adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East
Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu
coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam
hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.

Gejala Virus Corona (COVID-19)


Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam,
pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan
sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam
tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut
muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.
Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona,
yaitu:

 Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)


 Batuk kering
 Sesak napas
Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus Corona meskipun lebih
jarang, yaitu:

 Diare
 Sakit kepala
 Konjungtivitis
 Hilangnya kemampuan mengecap rasa
 Hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia)
 Ruam di kulit

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah
penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien yang terinfeksi virus Corona bisa
mengalami penurunan oksigen tanpa adanya gejala apapun. Kondisi ini disebut happy
hypoxia.

Tingkat Kematian Akibat Virus Corona (COVID-19)


Virus Corona yang menyebabkan COVID-19 bisa menyerang siapa saja. Menurut data yang
dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Republik Indonesia, jumlah kasus
terkonfirmasi positif hingga 25 Maret 2021 adalah 1.476.452 orang dengan jumlah kematian
39.983 orang. Tingkat kematian (case fatality rate) akibat COVID-19 adalah sekitar 2,7%.
Jika dilihat dari persentase angka kematian yang di bagi menurut golongan usia, maka
kelompok usia 46-59 tahun memiliki persentase angka kematian yang lebih tinggi
dibandingkan golongan usia lainnya.

Pandangan ISLAM tentang Covid 19 atau wabah

Dalam islam sendiri terdapat beberapa dalil dalam alquran yang dimana allah
menyurh kita untuk bertawakal dan bersabar dan senantiasa bersykur kepada ALLAH
swt dalam dalil berikut yang dikutip dalam ayat al quran

 Surat Al Baqarah ayat 249


Allah SWT dalam quran surat Al Baqarah ayat 249 berfirman mengenai wabah penyakit yang
menimpa suatu negeri. Hal itu dikarenakan meminum air sungai.

ْ َ‫ْس ِمنِّ ْْۚ[ۚي َو َم ْن لَّ ْم ي‬ ‫هّٰللا‬


Arab: ‫ط َع ْمهُ فَاِنَّهٗ ِمنِّ ْٓي اِاَّل َم ِن‬ َ ‫ب ِم ْنهُ فَلَي‬ َ ‫ت بِ ْال ُجنُوْ ِد قَا َل اِ َّن َ ُم ْبتَلِ ْي ُك ْم بِنَهَ ۚ ٍر فَ َم ْن َش ِر‬
ُ ْ‫ص َل طَالُو‬
َ َ‫فَلَ َّما ف‬
ۙ
َ َ‫ا ْغتَ َرفَ ُغرْ فَةً ۢبِيَ ِد ٖه ۚ فَ َش ِربُوْ ا ِم ْنهُ اِاَّل قَلِ ْياًل ِّم ْنهُ ْم ۗ فَلَ َّما َجا َو َز ٗه هُ َو َوالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َم َعهٗ قَالُوْ ا اَل طَاقَةَ لَنَا ْاليَوْ َم بِ َجالُوْ تَ َو ُجنُوْ ِد ٖه ۗ ق‬
‫ال‬
ّ ٰ ‫ت فِئَةً َكثِي َْرةً ۢبِا ِ ْذ ِن هّٰللا ِ ۗ َوهّٰللا ُ َم َع ال‬
َ‫صبِ ِر ْين‬ ْ َ‫الَّ ِذ ْينَ يَظُنُّوْ نَ اَنَّهُ ْم ُّم ٰلقُوا هّٰللا ِ ۙ َك ْم ِّم ْن فِئَ ٍة قَلِ ْيلَ ٍة َغلَب‬

Latin: fa lammā faṣala ṭālụtu bil-junụdi qāla innallāha mubtalīkum binahar, fa man syariba
min-hu fa laisa minnī, wa mal lam yaṭ'am-hu fa innahụ minnī illā manigtarafa gurfatam
biyadih, fa syaribụ min-hu illā qalīlam min-hum, fa lammā jāwazahụ huwa wallażīna āmanụ
ma'ahụ qālụ lā ṭāqata lanal-yauma bijālụta wa junụdih, qālallażīna yaẓunnụna annahum
mulāqullāhi kam min fi`ating qalīlatin galabat fi`atang kaṡīratam bi`iżnillāh, wallāhu ma'aṣ-
ṣābirīn

Artinya: Maka ketika Talut membawa bala tentaranya, dia berkata, "Allah akan menguji
kamu dengan sebuah sungai. Maka barangsiapa meminum (airnya), dia bukanlah pengikutku.
Dan barangsiapa tidak meminumnya, maka dia adalah pengikutku kecuali menciduk seciduk
dengan tangan." Tetapi mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika
dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka
berkata, "Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya." Mereka yang
meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, "Betapa banyak kelompok kecil
mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah." Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.

PENANGANAN JENAZAH COVID 19

Kementerian Kesehatan telah mengatur protokol penanganan jenazah sebagai pedoman


pencegahan dan pengendalian COVID-19. Pelaksanaan protokol ini sangat penting dijalankan
oleh masyarakat sehingga mereka tidak tertular virus SARS-CoV-2 saat melakukan
penanganan jenazah. 
Dalam Kepmenkes tersebut diatur beberapa perubahan, termasuk istilah-istilah operasional
hingga kriteria atau protokol tertentu. Salah satunya tentang pencegahan dan pengendalian
infeksi untuk pemulasaraan jenazah. Adapun kriteria jenazah pasien menurut Kepmenkes
tersebut terdiri atas: Jenazah suspek dari dalam rumah sakit sebelum keluar hasil swab
Jenazah pasien dari dalam rumah sakit yang telah ditetapkan sebagai
kasus probable/konfirmasi Covid-19 Jenazah dari luar rumah sakit, dengan riwayat yang
memenuhi kriteria probable/konfirmasi Covid-19. Hal ini termasuk pasien DOA (Death on
Arrival) rujukan dari rumah sakit lain. Berikut beberapa panduan dan tata cara baru
menguburkan jenazah pasien Covid-19: Memandikan jenazah Hal ini dinilai perlu dilakukan
untuk mengantisipasi terjadinya penularan virus dari jenazah tersebut. Memandikan jenazah
hanya dapat dilakukan setelah tindakan disinfeksi.  Petugas jenazah dibatasi sebanyak dua
orang. Sementara, keluarga yang hendak membantu memandikan jenazah juga dibatasi serta
menggunakan APD sebagaimana petugas pemandi jenazah. Setelah dimandikan dan
dikafankan/diberi pakaian, jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah atau dibungkus
dengan plastik dan diikat rapat. Apabila diperlukan peti jenazah, maka dilakukan cara
berikut: Jenazah dimasukkan ke dalam peti jenazah dan ditutup rapat Pinggiran peti disegel
dengan sealant/silikon dan dipaku/disekrup sebanyak 4-6 titik dengan jarak masing-masing
20 cm Peti jenazah yang terbuat dari kayu harus kuat, rapat, dan ketebalan peti minimal 3 cm
Pandangan ISLAM tentang cara penanganan jenazah Covid 19

Dalam isla sendiri ada dalil yang mengatakan bahwa untuk jenazah harus segera dimakamkan
namun apa hal nya dengan jenazah yang dulu nya terpapar jenazah.

Untuk jenazah yang terpapar wabah memang harusmenggunakan protokol kesehatan mui sendiri
juga memutuskan untuk kebaikan bersama dan agar mengurangi kasus penyebaran virus ini
sendiri.

‫ والمنتفخ الذي تعذر مسه يصب عليه الماء‬  “Bagi jenazah yang badannya gosong sehingga uzur untuk
disentuh, maka cukup dengan dituangkan air padanya.” (Muraqiy al-Falakh, halaman 224)   Jika
kondisi semacam masih sulit, maka ulama dari kalangan Hanafiyah menyarankan agar berpindah
pada men-tayamum-inya. Pendapat ini juga dipedomani oleh kalangan Malikiyah. Salah satu
ulama dari kalangan Hanafiyah menyampaikan ‫ص ِعي ِد‬ َّ ‫“ َم ْن تَ َع َّذ َر ُغ ْسلُهُ ؛ لِ َعد َِم َما يُ ْغ َس ُل بِ ِه فَيُيَ َّم ُم بِال‬Bila suatu
saat ada jenazah yang uzur untuk dimandikan, karena ketiadaan hal yang memungkinkan
bisanya dibasuh, maka tayamumilah dengan debu.” (Al-Inayah, Juz 16, halaman 261)

Lantas bagaimana bila jenazah tidak mungkin dimandikan sebab penyakit tha’un yang
dideritanya? Dalam hal ini ada beberapa pendapat. Pendapat pertama dari pengarang kitab
Al-Mudawwanah yang bermazhab Maliki, mengatakan:

ْ ُ‫ وهم يَخافونَ ُغ ْسلَه‬، ُ‫وت وقد َغ َم َرت[ القُرُو ُح َج َس َده‬


‫أن‬ ُ ‫صيبُهُ القُرُو ُح فيَ ُم‬
ِ ُ‫ وسُئ َل مالك عن الذي ت‬: ‫في ُغسْل الميِّت المجرُوح قال‬
‫ِّت إال رج ٌل مع نسا ٍء أو امرأةٌ مع‬ ٌ ‫ أليس قول مالك ال يُيَ َّم ُم بالصَّعيد َمي‬: ‫ قلت‬.‫صبًّا على قَ ْد ِر طاقتهم‬ َ ُ‫ ي‬: ‫ قال‬. ‫يَتَزَلَّ َع‬
َ ‫صبُّ عليه الما ُء‬
َّ ُ َّ ُ َ
‫ فال يُيَ َّم ُمونَ ويُ َغ َّسلونَ ويُ َحنطونَ على قَ ْد ِر ما ال يَتَزَلعُون‬، ‫رجل ؟ فأ َّما مجرو ٌح أو أج َربُ أو َمجْ دُو ٌر أو غير ذلك ممن بهم ال َّداء‬
ٍ
ُ َ َ
‫ نعم‬: ‫)منه وال يَتف َّسخون ؟ قال‬

“Persoalan memandikan jenazah karena terkena penyakit. Mushannif berkata: Imam Malik
ditanya mengenai seseorang yang meninggal akibat terkena wabah penyakit bernanah,
sementara di seluruh tubuh jenazah masih menunjukkan bisul bernanah itu. Mereka takut
tertular karena memandikannya. Imam Malik menjawab: ‘Cukup siram dengan air menurut
kadar kemampuan kalian.’ Komentarku: ‘Bukankah Imam Malik pernah berpendapat bahwa
seorang jenazah tidak ditayamumi melainkan oleh seorang laki-laki yang bersama seorang
perempuan, atau seorang perempuan bersama seorang laki-laki? Padahal, orang yang
meninggal karena wabah atau sebab penyakit jarab (penyakit baru yang asing), majdur
(cacar), atau penyakit lainnya yang menular, maka orang tersebut tidak perlu ditayamumi,
dimandikan, atau dikafani hingga kadar tidak menyebabkan tertularnya penyakit, dan tidak
menyebabkan bahaya?’ Imam Malik menjawab: ‘Iya’.” (Al-Mudawwanah, juz I, halaman
472).

SHOLAT JENAZAH YANG TERPAPAR COVID 19


fatwa MUI No. 18 Tahun 2020. Tata cara sholat jenazah yang meninggal karena paparan
virus corona adalah sebagai berikut:

1. Disunahkan menyegerakan sholat setelah jenazah dikafani.


2. Sholat jenazah dilakukan di tempat yang aman dari penularan Covid-19.
3. Sholat jenazah dilakukan oleh minimal satu orang. Namun jika tidak memungkinkan,
jenazah boleh disholatkan di kuburan sebelum atau sesudah dimakamkan. Apabila
tidak memungkinan, jenazah boleh disholatkan dari jauh atau disebut dengan sholat
ghaib.
4. Orang yang melakukan sholat jenazah covid-19 harus menjaga diri dari penularan
covid-19.

Adapun terkait teknis mengurus jenazah, Menteri Agama Fachrul Razi meminta petugas
mengikuti petunjuk sebagai berikut: Sebelum memandikan atau semayamkan jenazah,
petugas  perlu melindungi diri dengan memastikan keamanan dan kebersihan dirinya terlebih
dahulu.

Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

1. Mengenakan pakaian pelindung, sarung tangan, dan masker.


2. Semua komponen pakaian pelindung harus disimpan di tempat yang terpisah dari
pakaian biasa.
3. Tidak makan, minum, merokok, maupun menyentuh wajah saat berada di ruang
penyimpanan jenazah, autopsi, dan area untuk melihat jenazah.
4. Menghindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh jenazah. Selalu
mencuci tangan dengan sabun atau sanitizer berbahan alkohol.
5. Jika memiliki luka, menutupnya dengan plester atau perban tahan air. Sebisa
mungkin, mengurangi risiko terluka akibat benda tajam.

KESIMPULAN
1. Protokol kesehatan khusus untuk mengurus jenazah COVID-19 dibuat dengan
banyak pertimbangan
Menurut Prof. Budi, ada banyak pertimbangan mengapa jenazah COVID-19 harus
diurus dengan protokol kesehatan ketat. Ini karena COVID-19 menular lewat berbagai
cara, mulai dari droplet, aerosol, muntahan, feses, serta kontak langsung dengan benda
yang terkontaminasi.
Selain itu, COVID-19 masih mungkin menular melalui udara (airborne), virus bisa
ditemukan di benda mati hingga beberapa jam, dan ditemukan di jenazah hingga 9
hari postmortem (sesudah kematian), sehingga dikhawatirkan dapat menular dari
jenazah ke manusia yang masih hidup.
Selain itu, pada jenazah yang diautopsi, ditemukan bahwa reverse-transcriptase
polymerase chain reaction (RT-PCR) masih positif hingga hari ke-12, konsentrasi
RNA SARS-CoV-2 masih tinggi di paru-paru, ditemukan virus dalam darah (viremia),
dan titer RNA virus tinggi di organ hati, ginjal, dan jantung.
Oleh karena itu, keselamatan dan kesehatan orang yang hidup harus diutamakan.
Menurut Prof. Budi, penularan bisa dihindari dengan mencegah virus keluar dari
jenazah, mencegah kontak langsung, memakai alat pelindung diri (APD), menjaga
kebersihan tangan, memiliki etika batuk atau bersin yang baik, serta menjaga jarak
antara pelayat-jenazah dan pelayat-pelayat.

2. Jenazah harus disegerakan pemakamannya, pengawetan tidak direkomendasikan


Badan Kesehatan Dunia (WHO) tidak merekomendasikan pengawetan jenazah,
melainkan disegerakan untuk dimakamkan dalam waktu 24 jam. Menurut Prof. Budi,
pengawetan jenazah dengan menyuntikkan formalin bisa memunculkan aerosol dan
sebaiknya hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan dilengkapi
dengan APD lengkap.
Dalam praktiknya, semua jenazah yang menunjukkan gejala klinis COVID-19, meski
probable (belum sempat dilakukan pemeriksaan PCR) atau confirmed, jika meninggal
harus diperlakukan dengan tata cara pengurusan jenazah COVID-19. Kecuali, jika
ditemukan sebab kematian lain yang tak ada hubungannya dengan COVID-19,
misalnya karena kecelakaan atau trauma.
Dikatakan oleh Prof. Budi, jika kematian terjadi di luar rumah sakit, maka petugas
pemeriksa jenazah akan mencari dugaan penyebab kematian. Jika kematian
dinyatakan berhubungan dengan COVID-19, maka jenazah akan diurus sesuai
prosedur dengan menutup semua lubang di tubuhnya dan dimasukkan ke kantong
jenazah yang kedap air.
Namun, jika kematian terjadi di rumah sakit, protokol COVID-19 akan diterapkan,
walau jenazah berstatus suspect, probable, atau confirmed. Tentu saja, komunikasi,
informasi, dan edukasi yang baik harus diberikan pada keluarga pasien. Mereka
memiliki hak untuk melihat jenazah sebelum ditutup, berhak mendoakan, melayat,
menyalatkan (jika beragama Islam), dan memakamkan.

3. Jenazah boleh dimandikan dan dikafani sesuai dengan Fatwa MUI No. 18 Tahun
2020
Ketika pasien sudah dinyatakan meninggal, peralatan medis akan dilepaskan dari
tubuhnya, seperti selang infus, kateter, atau tube. Bekas suntikan harus ditutup dengan
plester kedap air. Jika diperlukan, lakukan swab pada jenazah. Pastikan bahwa cairan
tidak keluar dari lubang tubuh dengan menutupnya memakai kapas. Untuk mencegah
keluarnya cairan dan aerosol, jangan menekan bagian dada dan perut jenazah.
Lebih lanjut, Prof. Budi mengatakan bahwa jenazah yang beragama Islam boleh
dimandikan dan dikafani sesuai dengan Fatwa MUI No. 18 Tahun 2020. Hal ini
tertuang lewat Ketentuan Hukum poin 2 yang berbunyi:
“Umat Islam yang wafat karena wabah COVID-19 dalam pandangan syara’ termasuk
kategori syahid akhirat dan hak-hak jenazahnya wajib dipenuhi, yaitu dimandikan,
dikafani, disalati, dan dikuburkan, yang pelaksanaannya wajib menjaga keselamatan
petugas dengan mematuhi ketentuan-ketentuan protokol medis.”
Sesuai Fatwa MUI No. 18 Tahun 2020, jenazah bisa dimandikan tanpa harus dibuka
pakaiannya. Selain itu, petugas wajib berjenis kelamin sama dengan jenazah yang
dimandikan dan dikafani.
Jika tidak ada, maka diurus oleh petugas yang ada dengan syarat jenazah tetap
memakai pakaian saat dimandikan atau ditayamumkan. Sebelum dimandikan, najis
harus dibersihkan. Lalu, petugas memandikan jenazah dengan mengucurkan air secara
merata ke seluruh tubuh.
Jenazah dikafani tiga lapis, lalu dibungkus dengan kain yang tidak tembus air atau
plastik, dan pastikan tidak ada cairan yang keluar dari jenazah. Sebelum jenazah
dimasukkan ke peti mati, keluarga inti bisa melihat jenazah untuk terakhir kalinya dari
jarak 2 meter. Jenazah tidak boleh disentuh atau dicium demi mematuhi kewaspadaan
standar, Prof. Budi menerangkan.
Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi dan harus segera dimasukkan
ke peti mati. Lalu, peti mati disegel dengan plastik yang tak tembus air dan dieratkan
dengan paku atau sekrup. Tak lupa, peti mati diberi identitas jenazah agar tidak
tertukar. Peti mati juga harus disemprot dengan cairan disinfektan.

4. Anak kecil, lansia di atas 60 tahun, dan orang dengan penyakit sebaiknya tidak
melayat
Menurut Fatwa MUI No. 18 Tahun 2020, berikut ini adalah pedoman menyalatkan
jenazah yang terpapar COVID-19:
Disunnahkan menyegerakan salat jenazah setelah dikafani.
Dilakukan di tempat yang aman dari penularan COVID-19.
Dilakukan oleh umat Islam secara langsung minimal satu orang. Jika tak
memungkinkan, boleh disalatkan di kuburan sebelum atau sesudah dimakamkan. Jika
tak memungkinkan, boleh disalatkan dari jauh (salat gaib).
Pihak yang menyalatkan wajib menjaga diri dari penularan COVID-19.
Untuk tata cara menguburkan, harus dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah dan
protokol medis. Caranya adalah memasukkan jenazah bersama petinya ke dalam liang
kubur tanpa harus membuka peti, plastik, dan kafan. Jika dalam keadaan darurat,
beberapa jenazah boleh disemayamkan dalam satu liang kubur.
Saat dikubur, keluarga diberi kesempatan untuk melayat. Namun, anak kecil, lansia di
atas 60 tahun, dan orang yang memiliki penyakit berisiko tinggi sebaiknya tidak ikut
melayat. Jangan lupa untuk menjaga jarak antar pelayat minimal 2 meter atau 3
langkah kaki. Disarankan untuk segera mencuci tangan dengan air dan sabun, mandi,
dan berganti pakaian sepulang dari melayat.
Untuk lokasi penguburan, WHO menyarankan untuk memberi jarak aman 250 meter
dari sumur atau sumber air yang digunakan untuk minum dan 30 meter dari sumber air
lainnya.
Itulah prosedur memandikan dan mengubur jenazah COVID-19 sesuai syariat Islam.
Mengingat pandemi masih jauh dari usai, kita harus melindungi diri sebaik mungkin
dengan menerapkan pola hidup sehat, menjaga kebersihan diri dengan rajin cuci
tangan, kelola stres dengan baik, istirahat cukup, dan olahraga rutin. Niscaya, tubuh
kita akan terus fit dan terhindar dari berbagai penyakit.
PENUTUP

Untuk jenazah yang terpapar covid sendiri memang sudah takdir yang tidak dapat dirubah
semua orang mati dan sudah dituliskan

Bagi kita yang masih menjadi korban dari dampaknya virus ini mari kita tetap bersykur
dan iklas menerima apa adanya sungguh rencana ALLAH adalah sebaik baiknya rencana
berikut saya tutup makalah kali ini saya mengucapkan terimakasih wallaikumsallam wr.
Wb.

Anda mungkin juga menyukai