Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya yang tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini, sholawat serta salam
kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya,
sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman amin ya robal alamin. Karena
anugerah dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Dalam penulisan maupun penyusunannya, kami menyadari bahwa masih banyak


sekali terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah penelitian ini. Semoga makalah penelitian ini
dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan kepada para pembaca umumnya.

Parigi, Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................1
Daftar Isi.......................................................................................................................2

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1           Latar Belakang Reformasi Indonesia


Berikut pemaparan factor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya reformasi
1998 yang merupakan usaha menggulingkan pemerintahan Soeharto pada masa orde
baru di Indonesia:
Krisis politik
              Pemerintah orde baru, meskipun mampu mengangkat Indonesia dari
keterpurukan ekonomi dan memberikan kemajuan, gagal dalam membina kehidupan
politik yang demokratis, terbuka, adil, dan jujur. Pemerintah bersikap otoriter, tertutup,
dan personal. Masyarakat yang memberikan kritik sangat mudah dituduh sebagai anti-
pemerintah, menghina kepala negara, anti-Pancasila, dan subversive. Akibatnya,
kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis tidak pernah terwujud dan Golkar
yang menjadi partai terbesar pada masa itu diperalat oleh pemerintah orde baru untuk
mengamankan kehendak penguasa.

Praktik KKN merebak di tubuh pemerintahan dan tidak mampu dicegah


karena banyak pejabat orba yang berada di dalamnya. Dan anggota MPR/DPR tidak
dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan benar karena keanggotaannya ditentukan
dan mendapat restu dari penguasa, sehingga banyak anggota yang bersikap ABS
daripada kritis.

Sikap yang otoriter, tertutup, tidak demokratis, serta merebaknya KKN


menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat. Gejala ini terlihat pada pemilu 1992 ketika
suara Golkar berkurang cukup banyak. Sejak 1996, ketidakpuasan masyarakat terhadap
orba mulai terbuka. Muncul tokoh vokal Amien Rais serta munculnya gerakan
mahasiswa semakin memperbesar keberanian masyarakat untuk melakukan kritik
terhadap pemerintahan orba.

Masalah dwifungsi ABRI, KKN, praktik monopoli serta 5 paket UU politik


adalah masalah yang menjadi sorotan tajam para mahasiswa pada saat itu. Apalagi
setelah Soeharto terpilih lagi sebagai Presiden RI 1998-2003, suara menentangnya
makin meluas dimana-mana.

 Puncak perjuangan para mahasiswa terjadi ketika berhasil menduduki


gedung MPR/DPR pada bulan Mei 1998. Karena tekanan yang luar biasa dari para
mahasiswa, tanggal 21 Mei 1998 Presiden menyatakan berhenti dan diganti oleh
wakilnya BJ Habibie.

· Krisis ekonomi
                Krisis moneter yang menimpa dunia dan Asia Tenggara telah merembet ke
Indonesia, sejak Juli 1997, Indonesia mulai terkena krisis tersebut. Nilai rupiah terhadap
dollar Amerika terus menurun. Akibat krisis tersebut, banyak perusahaan ditutup,
sehingga banyak pengangguran dimana-mana, jumlah kemiskinan bertambah. Selain
itu, daya beli menjadi rendah dan sulit mencari bahan-bahan kebutuhan pokok. Sejalan
dengan itu, pemerintah melikuidasi bank-bank yang bermasalah serta mengeluarkan
KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) untuk menyehatkan bank-bank yang ada di
bawah pembinaan BPPN.

1
                Dalam praktiknya, terjadi manipulasi besar-besaran dalam KLBI sehingga
pemerintah harus menanggung beban keuangan yang semakin besar. Selain itu,
kepercayaan dunia internasional semakin berkurang sejalan dengan banyaknya
perusahaan swasta yang tak mampu membayar utang luar negeri yang telah jatuh
tempo. Untuk mengatasinya, pemerintah membentuk tim ekonomi untuk membicarakan
utang-utang swasta yang telah jatuh tempo. Sementara itu, beban kehidupan masyarakat
makin berat ketika pemerintah tanggal 12 Mei 1998 mengumumkan kenaikan BBM dan
ongkos angkutan. Dengan itu, barang kebutuhan ikut naik dan masyarakat semakin sulit
memenuhi kebutuhan hidup.

-Krisis social
                Krisis politik dan ekonomi mendorong munculnya krisis dalam bidang sosial.
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta krisis ekonomi yang ada
mendorong munculnya perilaku yang negatif dalam masyarakat. Misalnya: perkelahian
antara pelajar, budaya menghujat, narkoba, kerusuhan sosial di Kalimantan Barat,
pembantaian dengan isu dukun santet di Banyuwangi dan Boyolali serta kerusuhan 13-
14 Mei 1998 yang terjadi di Jakarta dan Solo.

           Akibat kerusuhan di Jakarta dan Solo tanggal 13, 14, dan 15 Mei 1998,
perekonomian kedua kota tersebut lumpuh untuk beberapa waktu karena banyak
swalayan, pertokoan, pabrik dibakar, dirusak dan dijarah massa.
                Hal tersebut menyebabkan angka pengangguran membengkak.Beban
masyarakat semakin berat serta tidak ada kepastian tentang kapan berakhirnya krisis
tersebut sehingga menyebabkan masyarakat frustasi. Kondisi tersebut membahayakan
karena mudah diadu domba, mudah marah, dan mudah dihasut untuk melakukan
tindakan anarkis.

 1.2 Tujuan
         Penting bagi kita mempelajari dan mengetahui latar belakang terjadinya reformasi
serta mempelajari susunan-susunan masa revolusi pasca kemerdekaan Republik
Indonesia.

             Karena banyaknya terjadi penyimpangan-penyimpangan penggunaan kekuasaan


pada masa-masa tersebut sangat penting bagi kita untuk membahas dan mencari solusi
bersama-sama dengan melihat dari sisi silam latar belakang negara.

             Sebagai generasi muda kita harus mampu menciptakan pemikiran-pemikiran


baru yang berguna sehinga dapat bermanfaat bagi kemajuan negara kedepanya.

             Penyelewengan-penyelewengan kekuasaan tidak hanya terjadi dimasa silam, saat


ini pun kerap terdengar berbagai kasus korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukan
segelintir aparat pemerintahan disinilah peranan kita sebagai generasi penerus bangsa
untuk menciptakan gagasan-gagasan baru dalam mencari solusi menghapus setiap
tindakan penyelewengan-penyelewengan kekuasaan yang terjadi.
        

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reformasi


Reformasi tahun 1998 menjadi tonggak sejarah bagi Indonesia yang berhasil
mendorong perubahan tata pemerintahan di negeri ini. Gerakan reformasi berhasil
melakukan perubahan dengan jalan menumbangkan rezim Soeharto yang berkuasa
selama 32 tahun lebih. Reformasi menuntut perubahan di berbagai lini kehidupan, baik
sosial, ekonomi, politik, hukum termasuk dalam konteks pemerintahan. Perubahan ini
sebagai konsekuensi dari harapan akan cita-cita untuk membawa Indonesia keluar dari
masalah.
Reformasi 1998 juga membawa konsekuensi untuk melakukan reformasi pada
birokrasi. Ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi birokrasi pemerintahan yang mengalami
penyakit bureaumania yang ditandai dengan kecenderungan inefisiensi, penyalahgunaan
wewenang, korupsi, kolusi dan nepotisme serta dijadikan alat oleh pemerintahan orde
baru untuk mempertahankan kekuasaan yang ada. Mengutip pendapat Karl D Jackson,
birokrasi Indonesia merupakan beuracratic polity. Model ini merupakan birokrasi
dimana menjadi akumulasi dari kekuasaan dan menyingkirkan peran masyarakat dari
politik dan pemerintahan.
Birokrasi pada masa Orde Baru juga mengalami apa yang disebut sebagai
parkinsonisasi dan orwelisasi seperti yang dikatakan Hans Dieter Evers. Birokrasi
Parkinson merujuk pada pertumbuhan jumlah anggota serta pemekaran structural dalam
birokrasi yang tidak terkendali. Birokrasi Orwel merujuk pada pola birokratisasi yang
merupakan proses perluasan kekuasaan pemerintah yang dimaksudkan sebagai
pengontrol kegiatan ekonomi, politik dan social dengan menggunakan regulasi yang
bila perlu ada suatu pemaksaan.

Dari model yang diutarakan di atas dapat dikatakan bahwa birokrasi yang
berkembang di Indonesia adalah birokrasi yang berbelit-belit, tidak efisein dan
mempunyai pegawai birokrat yang makin membengkak. Selain birokrasi masih
menempatkan dirinya sebagai penguasa daripada menjadi pelayan masyarakat sehingga
ia justru lebih mendekatkan diri kepada pemerintah daripada ke masyarakat.
Birokrasi di zaman orde baru juga ditandai dengan beberapa ciri-ciri seperti
pegawai negeri yang menjadi pengurus partai selain Golkar, maka dia akan
tersingkirkan dari jajaran birokrasi. Selain itu, orang atau sekelompok orang yang tidak
berpihak pada Golkar, maka bisa dipastikan akan mendapat perlakuan diskriminatif
dalam birokrasi. Keberpihakan birokrasi terhadap suatu partai, tentu saja dalam hal ini
Golkar, akan mengurangi profesionalisme dari birokrasi tersebut. Dalam zaman orde
baru juga ada suatu kebijakan yang disebut zero growth. Adanya kebijakan zero growth
yang menyebabkan jumlah anggota birokrasi makin membengkak. Hal ini menjadikan
birokrasi tidak efisien karena jumlah pekerja dengan pekerjaannya tidak sebanding.
Persoalan yang menghinggapi birokrasi membuat reformasi birokrasi menjadi
isyu yang sangat kencang untuk direalisasikan. Pasalnya birokrasi pemerintah telah
memberikan sumbangan yang tidak sedikit terhadap keterpurukan bangsa. Reformasi
merupakan upaya-upaya untuk melakukan perbaikan terhadap kondisi buruknya
birokrasi Indonesia sebagai bagian dari usaha perbaikan kehidupan bangsa. Meskipun

3
sudah melakukan reformasi di tahun 1998 ternyata untuk melakukan suatu perubahan
dalam berbirokrasi atau reformasi birokrasi bukanlah hal yang mudah. Pemerintahan
yang muncul pasca reformasi juga tidak menjamin keberlangsungan reformasi birokrasi
bisa terealisasi dengan baik. Meski sudah berganti pemerintahan beberapa kali kondisi
birokrasi masih belum seperti yang diharapkan.
Kata reformasi berasal dari kata Inggris reform yang artinya perbaikan atau
pembaharuan. Hakikatnya, reformasi merupakan bagian dari dinamika masyarakat,
dalam arti bahwa perkembangan akan menyebabkan tuntutan terhadap pembaharuan
dan perubahan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan tersebut. 
Reformasi juga bermakna sebagai suatu perubahan tanpa merusak (to change without
destroying) atau perubahan dengan memelihara (to change while  preserving). Dalam
hal ini, proses reformasi bukanlah proses perubahan yang radikal dan berlangsung
dalam jangka wkatu singkat, tetapi merupakan proses perubahan yang terencana dan
bertahap.
  Kata reform menurut  Oxford Advanded Learners Dictionary (1978) adalah
“make become better by removing or putting right what is bed or wrong”.  Rumusan
tersebut menggambarkan bahwa pada dasarnya reformasi adalah  mengubah atau
membuat sesuatu menjadi lebih baik dari sesuatu yang sudah ada.
Reformasi birokrasi berdasarkan teori Max Weber adalah upaya-upaya strategis
dalam menata kembali birokrasi yang sedang berjalan sesuai prinsip-prinsip span of
control, division of labor, line and staff, ru;e and regulation, and professional staff
(Setiyono, 2004).
Reformasi birokrasi dalam sector public menurut Mark Schacter (2000) dalam
papernya Public Sector Reform In Developing Countries, mengatakan: “public sector
reform is about strengthening the way tha the public sector is managed.  The pubic
sector  may over extended-attempting to do too much with few resources.it may be
poorly organized; it decision making process may be irrational; staff may be
mismanaged; accountability may be weak; public program may be poorly design  and
public services poorly delivered. Public sector reform is the attampt to fix these
problems.” Dari pedapat tersebut Schacter tersebut jelas bawa tujuan reformasi birokrasi
antara lain adalah untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul dalam
penyelenggaraan pemerintahanan khususnya sektor public.
Sementara itu, Michael Dugget, Director General IIAS mendefinisikan
reformasi birokrasi sebagai Proses yang dilakukan secara kontinue untuk mendesain
ulang birokrasi yang berada di lingkungan pemerintah dan partai politik sehingga dapat
berdaya guna dan berhasil guna baik ditinjau dari segi hukum maupun politik”.
Sekarang ini banyak sekali paradigma baru yang berkembang dalam sektor
publik terutama dalam penyelenggaraan negara atau pemerintahan. Reformasi birokrasi
dimaksudkan dalam kerangka mewujudkan penyelenggaraan dan pemerintahan yang
baik (good governance) yang mempunyai tujuan utama memberikan pelayanan yang
lebih baik/prima kepada masyarakat (excellent services for civil society).
Reformasi birokrasi bisa dikatakan reforming on being reformed; perjuangan
untuk menegakan hukum dan konstitusi; a change for better in morals, habits, methods;
langkah-langkah pembaharuan sektor publik (public sector reform) dalam upaya
mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang
bersih (clean government) sebagai  wahana untuk mewujudkan masyarakat madani.

4
Reformasi birokrasi dimaksudkan agar birokrasi pemerintah selalu bisa
menjalankan kerjanya dengan baik untuk melayani masyarakat sesuai dengan prinsip-
prinsip manajemen modern. Ini mengandung maksud adanya proses atau rangkaian
kegiatan dan tindakan yang sungguh-sungguh dan  rasional, sehingga ada konsep dan
sistem yang jelas berlangsung terus menerus secara berkelanjutan dalam enam
pekerjaan meliputi evaluasi, penataan, penertiban, perbaikan, penyempurnaan,
pembaharuan. Objeknya adalah pada semua sektor penyelenggara negara bidang
pemerintahan (kelembagaan, SDM aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas, pelayanan
publik.

2.2 Peristiwa Reformasi


Berikut adalah pemaparan peristiwa reformasi yang mengakhiri kekuasaan Soeharto di
Indonesia:
5 Maret 1998
Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR untuk
menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan
pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional. Mereka
diterima dan didukung oleh Fraksi ABRI.

11 Maret 1998
Soeharto dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden

14 Maret 1998
Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII.

15 April 1998
Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena
sepanjang bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri
melakukan unjuk rasa menuntut dilakukannya reformasi politik.

18 April 1998
Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14
menteri Kabinet Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan
Raya Jakarta namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan
tinggi yang menolak dialog tersebut.

1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi
Dachlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.

2 Mei 1998
Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi
bisa dilakukan sejak sekarang (tahun 1998).

4 Mei 1998
Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan
bakar minyak (2 Mei 1998) dengan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi itu berubah
menjadi kerusuhan saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas keamanan. Di
Universitas Pasundan Bandung, misalnya, 16 mahasiswa luka akibat bentrokan tersebut.

5
5 Mei 1998
Demonstrasi mahasiswa besar - besaran terjadi di Medan yang berujung pada
kerusuhan.

9 Mei 1998
Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G -15. Ini
merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden RI.

12 Mei 1998
Aparat keamanan menembak empat mahasiswa Trisakti yang berdemonstrasi secara
damai. Keempat mahasiswa tersebut ditembak saat berada di halaman kampus.

13 Mei 1998
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi
datang ke Kampus Trisakti untuk menyatakan duka cita. Kegiatan itu diwarnai
kerusuhan.

14 Mei 1998
Soeharto seperti dikutip koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat
menginginkan. Ia mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo. Sementara
itu kerusuhan dan penjarahan terjadi di beberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek seperti
Supermarket Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayana dan Borobudur. Beberapa dari
bangunan pusat perbelanjaan itu dirusak dan dibakar. Sekitar 500 orang meninggal
dunia akibat kebakaran yang terjadi selama kerusuhan terjadi.

15 Mei 1998
Soeharto tiba di Indonesia setelah memperpendek kunjungannya di Kairo. Ia
membantah telah mengatakan bersedia mengundurkan diri. Suasana Jakarta masih
mencekam. Toko-toko banyak ditutup. Sebagian warga pun masih takut keluar rumah.

16 Mei 1998
Warga asing berbondong-bondong kembali ke negeri mereka. Suasana di Jabotabek
masih mencekam.

19 Mei 1998
Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis Madjid,
Abdurrahman Wahid, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie. Dalam pertemuan yang
berlangsung selama hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit)
itu para tokoh membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa
tetap menginginkan Soeharto mundur.
Permintaan tersebut ditolak Soeharto. Ia lalu mengajukan pembentukan Komite
Reformasi. Pada saat itu Soeharto menegaskan bahwa ia tak mau dipilih lagi menjadi
presiden. Namun hal itu tidak mampu meredam aksi massa, mahasiswa yang datang ke
Gedung MPR untuk berunjukrasa semakin banyak.
Sementara itu Amien Rais mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional
untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

20 Mei 1998

6
Jalur jalan menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade petugas dengan pagar
kawat berduri untuk mencegah massa masuk ke komplek Monumen Nasional namun
pengerahan massa tak jadi dilakukan. Pada dinihari Amien Rais meminta massa tak
datang ke Lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir kegiatan itu akan menelan
korban jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap bertahan dan semakin banyak
berdatangan ke gedung MPR / DPR. Mereka terus mendesak agar Soeharto mundur.

21 Mei 1998
Di Istana Merdeka, Kamis, pukul 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi
Presiden dan BJ. Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga.

2.3 Masa Reformasi


 1. Pada awal reformasi Indonesia di pimpin oleh B.J habibi dengan beberapa
kebijakanya yaitu:
· Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan Dibentuk tanggal 22 Mei 1998, dengan
jumlah menteri 16 orang yang merupakan perwakilan dari Golkar, PPP, dan PDI.

-Reformasi dalam bidang politik


Habibie berusaha menciptakan politik yang transparan, mengadakan pemilu yang bebas,
rahasia, jujur, adil,
-Kebebasan menyampaikan pendapat.Kebebasan menyampaikan pendapat diberikan
asal tetap berpedoman pada aturan yang ada yaitu UU No.9 tahun 1998 tentang
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.
· Refomasi dalam bidang hukum
Target reformasinya yaitu subtansi hukum, aparatur penegak hukum yang bersih dan
berwibawa, dan instansi peradilan yang independen.
· Mengatasi masalah dwifungsi ABRI

Jendral TNI Wiranto mengatakan bahwa ABRI akan mengadakan reposisi secara
bertahap sesuai dengan tuntutan masyarakat, secara bertahap akan mundur dari area
politik dan akan memusatkan perhatian pada pertahanan negara. Anggota yang masih
menduduki jabatan birokrasi diperintahkan untuk memilih kembali kesatuan ABRI atau
pensiun dari militer untuk berkarier di sipil. Dari hal tersebut, keanggotaan ABRI dalam
DPR/MPR makin berkurang dan akhirnya ditiadakan.

· Mengadakan sidang istimewa


Sidang tanggal 10-13 November 1998 yang diadakan MPR berhasil menetapkan 12
ketetapan.

· Mengadakan pemilu tahun 1999


Pelaksanaan pemilu dilakukan dengan asas LUBER (langsung, bebas, rahasia) dan
JURDIL (jujur dan adil).

2. Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) :


Kebijakan-kebijakan pada masa Gus Dur:

7
· Meneruskan kehidupan yang demokratis seperti pemerintahan sebelumnya
(memberikan kebebasan berpendapat di kalangan masyarakat minoritas, kebebasan
beragama, memperbolehkan kembali penyelenggaraan budaya tiong hua).

· Merestrukturisasi lembaga pemerintahan seperti menghapus departemen yang


dianggapnya tidak efesien (menghilangkan departemen penerangan dan sosial untuk
mengurangi pengeluaran anggaran, membentuk Dewan Keamanan Ekonomi.

3. Masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri:


Kebijakan-kebijakan pada masa Megawati:
· Memilih dan Menetapkan Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen
bangsa dan menjaga persatuan dan kesatuan. Upaya ini terganggu karena peristiwa Bom
Bali yang mengakibatkan kepercayaan dunia internasional berkurang.

· Membangun tatanan politik yang baru


Diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan dan kedudukan
MPR/DPR, dan pemilihan presiden dan wapres.

· Menjaga keutuhan NKRI


Setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti kasus Aceh,
Ambon, Papua, Poso. Hal tersebut diberikan perhatian khusus karena peristiwa lepasnya
Timor Timur dari RI.

· Melanjutkan amandemen UUD 1945


Dilakukan agar lebih sesuai dengan dinamika dan perkembangan zaman.

· Meluruskan otonomi daerah


Keluarnya UU tentang otonomi daerah dan melakukan pembinaan terhadap daerah-
daerah.

4. Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono:


Kebijakan-kebijakan pada masa SBY:
· Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan APBN.
· Konversi minyak tanah ke gas.
· Memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai).
· Pembayaran utang secara bertahap kepada badan PBB.
· Buy back saham BUMN
· Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil.
· Subsidi BBM.
· Memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
· Meningkatkan sektor pariswisata dengan mencanangkan "Visit Indonesia 2008".
· Pemberian bibit unggul pada petani.
· Pemberantasan korupsi melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Reformasi telah menghantarkan bangsa Indonesia pada perubahan besar-basaran


disegala bidang antara lain politik, social, budaya, ekonomi, dll. Dibidang hukum
misalnya pemerintah berusaha menciptakan substansi negara yang bersih dan
berwibawa serta menindak tegas para aparat negara yang korupsi.

            Dibidang politik menciptakan berusaha menciptakan politik yang transparan,


mengadakan pemilu yang bebas, rahasia, jujur, adil. Kebebasan menyampaikan
pendapat.Kebebasan menyampaikan pendapat diberikan asal tetap berpedoman pada
aturan yang ada yaitu UU No.9 tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan
pendapat di muka umum.  Dibidang social adanya kebebasan berpendapat bagi seluruh
mayarakat Indonesia dan kebabasan dalam penyelengaraan budaya bahkan pada tahun
1999 telah diberlakukan Undang-Undang  40 Tahun 1999 tentang Pers pasal 4 didalam
ayat 1 disebutkan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara
dimana pers bertujuan sebagai pemberi informasi dan penyalur komunikasi antara
pemerintah dan masyarakat.

             Dibidang ekonomi menjalin hubungan yang luas dengan negara luar maka
terbentuklah “ ASIA Free Trade Area” dan era Global pada tahun 2010 dimana antar
ngara bebas melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan sebaliknya diharapkan
menciptakan pangsa yang lebih luas sehingga meningkatkan pendapatan perekonomian
dan kemajuan teknologi dikawasan Asia.

3.2 Saran dan Kritik

           Dengan adanya jaminan dalam melakukan kebebasan berpendapat diharapkankan


masyarakat Indonesia mampu menyampaikan hal-hal yang menjadi aspirasi demi
penemuan solusi dan terciptanya cita-cita negara berupa keadaan negara demokrasi dan 
stabil disegala bidang sehingga mampu bersaing dengan negara-negara maju lainya.
Kebebasan berpendapat juga ditandai dengan kebebasan pers yang bertujuan sebagai
penyambung lidah antara pemerintah dan masyarakat diharapkan agar peran pers ini
tidak dislahgunakan dengan penyampaian informasi-informasi yang berlebihan dan
tidak bertanggungjawab seehingga memicu terjadinya kesalahpahaman.

           Adanya “Asian Free Trade Area” yang membawa negara pada persaingan keras
antara pasar lokal dan internasioinal yang pesat diharapkan mampu menjadi tolak ukur
bagi negara kita dalam bersaing merebut pangsa pasar dunia jangan sampai produk
dalam negri menjadi tersingkir dengan jalan meningkatkan  produk dalam negri dan
sebagai masyarakat Indonesia kita harus mencintai produk-produk didalam negri
sehingga menciptakan daya jual terhadap pangsa pasar yang internasional. Pada era
Global ini teknologi berkembang secara pesat dimana informasi dengan mudah di akses
oleh siapapun. Diharapkan masyarakat mampu mengendalikan diri dalam keadaan yang
selalu dinamis dan harus selalu ingat akan jati diri kita yaitu bangsa Indonesia

9
bertumpah darah satau tumpah darah Indoenesia jangan sampai karena perubahan pesat
tersebut kita tidak mampu memanegemen diri kita sehingga terjerumus kedalam hal-hal
negatif akibat dampak dari kemajuan dunia.
  DAFTAR PUSTAKA

Vialli. 2009. Masa Reformasi. Melalui http://apaapaapa.blogspot.com/search?


q=masa+reformasi

NN. 2010. Reformasi. Melalui


http://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi

Amalia, Lia. 2010.  Industrialisasi Dalam Ekonomi Dan Politik Indonesia Pada Era
Reformasi. Melalui
http://teknikindustri.blog.esaunggul.ac.id/2010/10/11/industrialisasi-dalam-ekonomi-
dan-politik-indonesia-pada-era-reformasi/

10

Anda mungkin juga menyukai