LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh
Alvian Iqbal Hanif Nasrullah
13614013
2. Deskripsi Masalah
Pelat berukuran 200mm x 50 mm dengan tebal 2 mm
Ukuran crack 5 mm dengan berpusat di 20 mm dari ujung kiri pelat dan 30
mm dari ujung kanan pelat
Pelat diberi beban statik dengan besar pembebeanan 1 Mpa
a/b = 2/3
a = 20 mm
b = 30 mm
a+b = 50 mm
panjang = 200 mm
tebal = 2 mm
3. Prosedur Pemodelan
Langkah #1
Membuat Part bentuk pemodelan
Langkah #7 Run
Membuat analisis secara numerik dengan menu create job
Output stress intensity factor dari crack 1 (sebelah kiri) pada lima kontur
Average
Crack 1 I II III IV V (Mpasqrt(mm)) Kpasqrt(m)
K1: 2.729 2.779 2.793 2.799 2.807 2.7814 87.95559084
Output stress intensity factor dari crack 2 (sebelah kiri) pada lima kontur
Average
Crack 2 I II III IV V (Mpasqrt(mm)) Kpasqrt(m)
K1: 2.725 2.776 2.789 2.796 2.805 2.7782 87.85439795
Stress intensity factor didapat dengan membuat rata-rata nilai dari lima kontur.
Konversi satuan dari MPa√ mm menjadi KPa√ m memiliki faktor pengali sebesar
10√ 10 .
5. Analisis
Kasus analisis ini adalah pelat tipis dengan beban terdistribusi di sisi atas
dan bawah sebesar 1 Mpa. Crack terjadi pada tengah struktur dengan posisi 20
mm dari sisi kiri dan 30 mm dari sisi kanan. Untuk pemodelan yang lebih akurat,
dibutuhkan meshing yang lebih banyak pada ujung retakan. Bentuk meshing yang
digunakan pada ujung retakan berbentuk lingkaran dengan jari-jari setengah
panjang crack.
Untuk mempermudah perhitungan rata-rata pada kelima kontur ujung
crack, aplikasi pembantu yang digunakan adalah Microsoft Excel. Pada kasus ini
nilai stress intensity factor dipengaruhi oleh bentuk part, beban yang bekerja,
ukuran crack, dan properti material pada pelat. Beban terbesar terjadi pada ujung
crack.
Dari perhitungan numerik dengan aplikasi Abaqus, didapat nilai stress
intensity factor sebesar untuk kedua crack tip tersebut sebesar :
Numeri
k Analitik Error
Kpa sqrt (m) %
87.9555 89.4200 1.63768
Crack1 9 1 9
89.2125 1.52235
Crack2 87.8544 3 5
6. Kesimpulan
Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa perhitungan stress intensity
factor yang dilakukan pada software Abaqus dan analitik sudah benar. Tetapi
masih terdapat error yang tidak signifikan yang mungkin dapat disebabkan oleh
pembulatan angka yang dilakukan pada perhitungan analitik dan jumlah
pembagian meshing yang kurang akurat pada aplikasi Abaqus.
Hasil yang diperoleh pada penggunaan software Abaqus pada kasus pelat
tipis ternyata akurat dalam melakukan perhitungan nilai stress intensity factor.
Hal tersebut dilihat dari nilai yang diperoleh secara analitik hampir sama dengan
perbedaan yang tidak terlalu besar.
Secara keseluruhan nilai dari stress intensity factor pada ujung retakan dapat
dihasilkan sebagai berikut:
Crack sebelah kiri
Simulasi Numerik : K = 87.956 KPa √ m
Simulasi Analitik : K = 89.420 KPa √ m
Error Numerik dan Analitik : 1.638 %
Crack sebelah kanan
Simulasi Numerik : K = 87.854 KPa √ m
Simulasi Analitik : K = 89.213 KPa √ m
Error Numerik dan Analitik : 1.522 %
7. Daftar Pustaka