Oleh :
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk :
a. Menganalisis beban simetrik pada pesawat
b. Menentukan load spectrum untuk setiap fase dan misi terbang
1.3 Asumsi
Dalam melakukan analisis, asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Berat struktur pesawat tersebar merata
b. Pesawat dalam keadaan steady-state
c. Mengabaikan beban torsi pada sayap
Ruang lingkup dalam analisis meliputi beban simetrik pesawat, beban siklik yang terjadi
pada setiap fase dan juga jumlah pembebanan.
BAB II
DATA PESAWAT
Persyaratan dan Tujuan Desain dari pesawat tempur ini berdasar pada DRO yang
diberikan di dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Desain Pesawat Udara.
2.1.1 Umum
Konfigurasi umum pesawat tempur ini digunakan untuk menganalisis beban simetrik
pada pesawat. Berikut adalah data konfigurasi pesawat tempur dan gambar tiga pandangan
pesawat.
Wing Configuration
Wing Area 31.31 m2
AR 4
Wing span 11.19 m
Wing half span Exposed 4.75 m
LE Swept 35 deg
LE Swept @0.25 30 deg
Chord root 4.5 m
Chord tip 1.095319 m
Airfoil NACA 64-006
Konfigurasi ekor horizontal adalah sebagai berikut,
Horizontal Tail
Horizontal Tail Area 8.5 m2
3
Tail Volume coef 0.3
6
HT Full Span 5.4 m
7
HT Half Span Exposed 2.0 m
3
LE swept 40 de
g
LE swept @0.25 33 de
g
Chord root 2.3 m
Chord tip 0.8 m
2
Vertical Tail
Vertical Tail Area (single) 2.34 m2
Tail Volume coef 0.05
6
VT span 1.62 m
VT span exposed 1.62 m
LE swept 46 deg
LE swept @0.25 33 deg
Chord root 2.2 m
Chord tip 0.68 m
MTOW 10700 Kg
Empty Weight 6200 Kg
Length 13.1 M
Height 3.7 M
Crew 2
Thrust 150 kN
Payload Capacity 2500 Kg
Internal Fuel Capacity 2500 Kg
Berdasarkan data yang digunakan untuk merancang pesawat, didapat data aerodinamika pesawat.
Data tersebut didapat dari perhitungan DATCOM. Aerodinamika dihitung pada semua fase
terbang pesawat dengan misi tipikal.
0.8
0.6
0.4
Cl
0.2
0
-5 0 5 10 15 20 25
-0.2
-0.4
alpha (°)
0.8
0.6
0.4
Cl
0.2
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
-0.2
-0.4
Cd
0
-5 0 5 10 15 20 25
-0.1
-0.2
Cl
-0.3
-0.4
-0.5
alpha (°)
1.5
1
Cl
0.5
0
-5 0 5 10 15 20 25
-0.5
alpha (°)
1.5
1
Cl
0.5
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
-0.5
Cd
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
-0.7
alpha (°)
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada Desain Pesawat Udara didapatkan data inersia dan
posisi c.g. sebagai berikut :
Pesawat ini memiliki beberapa misi. Misi yang dianalisis ada sebanyak 4 misi, yaitu misi tipikal
(misi latihan), misi close air support, misi combat air patrol, dan misi air superiority. Setiap
misi memiliki fase yang berbeda-beda. Berikut merupakan fase dan massa yang dibutuhkan
untuk setiap misi pesawat tempur ini.
Tabel 2.7 Massa setiap fase dan misi
Typical Close Air Support Combat Air Patrol Air Superiority Mission
Phase Mass(kg) Phase Mass(kg) Phase Mass(kg Phase Mass(kg)
)
TO 10379 TO 10379 TO 10379 TO 10379
Climb 10223 Climb 10223 Climb 10223 Climb 10223
Cruise Out 9833 Cruise Out 9799 Cruise Out 9799 Cruise Out 9799
Loiter 9412 Loiter 9425 Loiter 8720 Loiter 9799
Cruise In 9052 Descent 9331 Descent 8633 Descent 9701
Descent 8961 Dash in 9288 Dash in 8573 Dash in 9656
Landing 8917 Drop bombs 9288 Drop bombs 8573 Drop bombs 9656
(a) Strafe 9092 Strafe 8247 Strafe 8966
Dash out 9050 Dash out 8190 Dash out 8925
Climb 8914 Climb 8067 Climb 8791
Cruise in 8544 Cruise in 7732 Cruise in 8426
Descent 8459 Descent 7655 Descent 8342
Landing 8417 Landing 7617 Landing 8300
(b) (c) (d)
Pergeseran letak komponen dipengaruhi oleh berat setiap fase yang berbeda. Hal ini
menyebabkan bergesernya pusat – pusat gaya yang bekerja pada pesawat. Berikut merupakan
pergeseran CG pada setiap misi pesawat.
10000.00
9000.00
WEIGHT
8000.00
7000.00
6000.00
5000.00
24.00% 25.00% 26.00% 27.00% 28.00% 29.00% 30.00% 31.00% 32.00% 33.00%
XCG (%MAC)
Gambar 2.9 Pergerakan CG
Dari grafik tersebut, CG dapat divariasikan menjadi CG forward, CG middle, and CG aft.
Tabel 2.8 Variasi CG
CG XCG (%MAC)
CG forward 0.2595
CG middle 0.3005
CG aft 0.3191
BAB III
FLIGHT DAN GUST ENVELOPE
3.1 V-n Diagram
Metode perhitungan flight envelope sesuai dengan arahan yang diberikan oleh MIL A-
8861B. Nilai limit load pada DRO dan MIL berbeda. Load factor pada DRO adalah +7/-4.
Sedangkan dengan melihat kriteria MIL A-8861B dengan mengkategorikan pesawat tempur ini
menjadi pesawat temput latih, didapat nilai load factor sebesar +7.5/-3. Dengan data tersebut,
dipilihlah konfigurasi load factor maksimum yang sangat aman, yakni sebesar +7.5/-4. Dengan
load factor tersebut, pesawat tempur tetap memenuhi persyaratan baik persyaratan yang
bersumber dari DRO maupun MIL A-8861B.
Tabel 3.1 Kriteria V-n diagram
Gambar 3.1 Ilustrasi V-n diagram
Penentuan gust alleviation factor menggunakan asumsi pesawat tempur terbang dalam
region kecepatan supersonic. Sehingga didapat diagram V-n sebagai berikut.
10
8
6
Load factor (n)
4
2
0
0 200 400 600 800 1000 1200
-2
-4
-6
Velocity (KEAS)
Dari grafik tersebut dapat ditentukan titik-titik kritis pembebanan. Koordinat titik tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2 Tiitik kritis V-n diagram
Titi Load Factor Kecepatan
k (n) (KEAS) (m/s)
A 7.5 345.31 177.64
B 7.5 974.03 501.08
C -2.57 974.03 501.08
D -4 856.20 440.47
E -4 165.30 85.04
50000
40000
Altitude (ft )
30000
20000
10000
0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3
Mach Number
Digunakan metode iterasi untuk menghitung balancing tail load. Iterasi pertama didapat
dengan mengasumsikan gaya angkat pesawat sama dengan inersia pesawat. Beban simetrik
dihitung dengan memvariasikan nilai CG terdepan, CG tengah, dan CG terbelakang.
Beban pada sayap dan ekor horizontal pada kondisi Forward CG didapat sebagai berikut.
Tabel 4.1 Beban pada kondisi forward CG
Kondis n V (m/s) Lift Sayap (N) BTL (N) Cl Alpha (°) Cm Cd
i
A 7.5 177.64 890947.2 -103695 1.57561 30.5 -0.3 0.6
7 8
B 7.5 501.08 805856 -18603.5 0.17911 3.39 -0 0.0
2 3
C -2.57 974.03 -629571 359806. -0.03703 -0.8 0.0 0.0
1 4 3
D -4 387.94 -527202 107333. -0.19549 -3.9 0.0 0.0
7 7 4
E -4 85.04 -1003851 583983. -7.74646 -150 1.6 16.
2 8 4
Cruise 1 323.28 104967 0 0.05605 1.01 0.0 0.0
2 3
Beban pada sayap dan ekor horizontal pada kondisi Middle CG didapat sebagai berikut.
Tabel 4.2 Beban pada kondisi middle CG
Kondis n V (m/s) Lift Sayap (N) BTL (N) Cl alph Cm Cd
i a
A 7.5 177.64 891010.9 -103758 1.57573 30.5 -0.3 0.6
8
B 7.5 501.08 805867.6 -18615.1 0.17911 3.39 -0 0.0
4 3
C -2.57 974.03 -269765 0 -0.01587 -0.4 0.0 0.0
3 3
D -4 387.94 -527269 107400. -0.19552 -3.9 0.0 0.0
6 7 4
E -4 85.04 -1005264 585396 -7.75736 -150 1.6 16.
8 5
Cruise 1 323.28 83181.47 21785.5 0.04441 0.78 0.0 0.0
3 7 2 3
Beban pada sayap dan ekor horizontal pada kondisi Aft CG didapat sebagai berikut.
Tabel 4.3 Beban pada kondisi aft CG
Kondis N V (m/s) Lift Sayap (N) BTL (N) Cl alph Cm Cd
i a
A 7.5 177.64 892211.2 -104959 1.57785 30.5 -0.3 0.6
2 8
B 7.5 501.08 806085.2 -18832.7 0.17916 3.39 -0 0.0
2 3
C -2.57 974.03 -634011 364245. -0.03729 -0.8 0.0 0.0
4 4 3
D -4 387.94 -528527 108659. -0.19598 -3.9 0.0 0.0
5 7 4
E -4 85.04 -1032293 612425. -7.96593 -154 1.7 17.
1 3 3
Cruise 1 323.28 82926.54 22040.4 0.04428 0.78 0.0 0.0
6 1 2 3
Nilai beban maksimum yang mungkin dicapai oleh pesawat tempur ini adalah beban pada
kondisi titik B (nilai load factor maksimum dan kecepatan dive) dengan CG berada di posisi
terbelakang.
Tabel 4.4 Beban paling kritis
N V (m/s) Lift Sayap (N) BTL (N) Cl alpha Cm Cd Drag (N) Moment (Nm)
7.5 501.08 806085.2 -18832.7 0.18 3.39 -0.008 0.03 143670.6 -90586.7
140000
120000
100000
80000
N /m
60000
40000
20000
0
0 1 2 3 4 5 6
-20000
-40000
10
8
Shear Force (N)
0
0 1 2 3 4 5 6
Span wise (m)
10
8
Moment (Nm)
0
0 1 2 3 4 5 6
Span wise (m)
-2000
-4000
-6000
N/m
-8000
-10000
-12000
-14000
Span wise (m)
-4000
-6000
S hear F orce (N)
-8000
-10000
-12000
-14000
-16000
-18000
-20000
Tail Spanwise (m)
-4000
-6000
-10000
-12000
-14000
-16000
-18000
Tail Spanwise (m)
40000
30000
20000
10000
Shear F orce (N)
0
0 2 4 6 8 10 12 14
-10000
-20000
-30000
-40000
-50000
Fuselage (m)
80000
60000
M om e nt (N m )
40000
20000
0
0 2 4 6 8 10 12 14
-20000
Fuselage (m)
Perhitungan data gust load spectrum dapat dicari dengan menggunakan pendekatan PSD
dengan 1 derajat kebebasan. Pendekatan kontinu ini dapat menggambarkan bentukan gust lebih
akurat dibandingkan perhitungan gust secara discrete. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Rumus-rumus untuk perhitungan gust dengan pendekatan PSD terlampir di bawah ini:
P’s dan B’s = Proporsi waktu atau peluang akibat intensitas turbulen (didapat dari
data)
m = Clα
Dengan menggunakan data di atas, didapat grafik load factor dan exceedance untuk tiap-
tiap misi. Untuk memudahkan perhitungan selanjutnya dibuat partisi atau segmen dengan range
tertentu lalu mengkonversikan dari data exceedance atau kumulatif occurent menjadi occurent
pada range Δnz tertentu.
Beban gust diasumsikan hanya terjadi pada fase cruise out dan cruise in karena pada fase
lainnya beban gust hanya memiliki efek yang cukup kecil. Pemilihan ommited dan truncation
data berdasar pada load factor maksimum yang menjadi batasan teratas dan terbawah. Berikut
merupakan grafik dan data dari setiap misi pesawat .
Cruise Out
Typical Negatif CAS CAS-
CAP CAP- AS AS-
8
2
Δn
0
0.1 1 10 100 1000 10000
-2
-4
-6
Exceedance
2
Δn
0
0.1 1 10 100 1000 10000
-2
-4
-6
Exceedance
3.5
2.5
2
Δn
1.5
0.5
0
1 10 100 1000
Exceedance
3.5
2.5
Δn
1.5
0.5
0
1 10 100 1000
Exceedance
3
Δn
0
1 10 100 1000 10000
Exceedance
4
Δn
0
1 10 100 1000 10000
Exceedance
CAS
4
Δn
0
0.1 1 10 100 1000 10000 100000
Exceedance
CAP AS
4.5
3.5
2.5
Δn
1.5
0.5
0
1 10 100 1000
Exceedance
3.5
2.5
Δn
1.5
0.5
0
0.1 1 10 100 1000 10000
Exceedance
0.7
0.6
0.5
0.4
Δn
0.3
0.2
0.1
0
0.1 1 10 100 1000 10000 100000 1000000
Exceedance
12
10
Sinking Speed (FPS)
0
1 10 100 1000
Exceedance
0.7
0.6
0.5
0.4
Δn
0.3
0.2
0.1
0
0.1 1 10 100 1000 10000 100000 1000000
Exceedance
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, kesimpulan dari laporan ini adalah
sebagai berikut.
7.1 Beban Simetrik
Berikut merupakan beban simetrik maksimum yang dapat terjadi pada pesawat.
Parameter Nilai Unit
Load factor 7.5 -
Kecepatan 501.08 m/s
1.7 Mach
Lift sayap 806,085.2 N
Lift tail -18,832.7 N
Alpha 4.49 °
Cl 0.18 -
Cm -0.008 -
Cd 0.03 -
Drag 143,670.6 N
Moment aero -90,586.7 Nm
Shear Force Sayap 474,557.2 N
Bending Moment Sayap 893,289.4 Nm
Shear Force Ekor -17,469.1 N
Bending Moment Ekor -15,881 Nm
Bambang Rahardjo, Slide kuliah Damage Tolerance : Pembuatan Fatigue Load /Stress Spectrum.
Howard A. Wood and Robert M. Engle Jr, (1979), “USAF Damage Tolerant Design Handbook :
Guidelines for the Analysis and Design of Damage Tolerant Aircraft Level-2”, AFFDL, US.
Lomax, T., (1996), “Structural Load Analysis for Commercial Transport Aircraft Theory and
Practice”, AIAA, US.