Buatan manusia : stuktur pesawat, kapal penyapu ranjau, wise, sepeda dll
E f t f 3 Ef t f d 2 3
D= + + Ec t c
6 2 12
= 2 Df + D0 + Dc
1 1 1
P cr
= Pb
+ Ps
3.2. Wrinkling
Wrinkling atau kerut terjadi bila core sangat tebal. Core yang tebal
tersebut menyebabkan kekakuan (stiffness) pelat atau beam
membesar; sehingga beban kritis Euler sangat besar.
Tebal core mempengaruhi modus buckling. Bila core tipis, akan terjadi overall buckling, sedang bila core
tebal, akan terjadi wrinkling.
Perpindahan fase overall buckling ke wrinkling terjadi pada perbandingan tebal core dan tebal face, h/t =
15.
Mengingat wrinkling lebih bersifat catastrophic, maka diusahakan agar tebal core tidak melebihi 15 kali
tebal face.
Hal ini perlu dicek dengan sifat-sifat material face dan core yang ada.
3.3. Face Failure
Face failure terjadi bila tegangan bending pada face melebihi kekuatan (FPF atau LPF, atau yielding) material
face.
4. SPLICING
Splicing adalah proses pemotongan core untuk menggabungkan (parallel) antara satu core
dengan core yang lain
Kedua model di atas mengikuti prinsip luasan. Semakin besar luas permukaan joint maka semakin kuat
daya ikat atar pemukaan honeycomb