Anda di halaman 1dari 4

SANDWICH STRUCTURES

1. Aplikasi sandwich structure


Alami : bambu, rumput, sel mahluk hidup, tulang manusia dll

Buatan manusia : stuktur pesawat, kapal penyapu ranjau, wise, sepeda dll

2. Perbandingan stuktur sandwich secara umum

 Karena struktur sandwich mengandung ‘core’


yang mempunyai modulus elastisitas geser dan
tekan yang rendah, maka analisis CLT (Classical
Lamination Theory) yang sering digunakan
untuk analisis ‘laminated composites’ tidak
dapat digunakan.
 Analisis-nya harus memasukkan modulus geser
dan modulus tekan ‘core’.
 Face yang kuat dan kaku, menahan beban
bending; sedang core menahan gaya geser
 Bending bergantung pada sifat-sifat sifat-sifat
face, sedang geser bergantung pada core.
 Defleksi total = defleksi akibat bending +
defleksi akibat beban geser.

 Untuk menganalisis struktur sandwich, data-


data yang diperlukan adalah:

1. Sifat-sifat mekanik face : Ex, Ey, Gxy, vxy dan


kekuatannya.

2. Sifat-sifat mekanik core:

• Modulus elastisitas kompresi, Ec, dan kekuatan kompresinya.

• Modulus elastisitas geser, Gc, dan kekuatan gesernya.

3. Kekuatan bonding antara core dan face.


3. FAILURE MODES

3.1. Overall (Euler) buckling


 Terjadi apabila tebal core relatif tipis. Hal ini menyebabkan stiffness plat/beam tidak cukup kaku untuk
menahan buckling

A) Sandwitch structure stiffness

E f t f 3 Ef t f d 2 3
D= + + Ec t c
6 2 12
= 2 Df + D0 + Dc

2Df adalah bending stiffness pada faces pada neutral axis-nya


Do adalah bending stiffness faces pada sumbu tengah
Dc bending stiffness pada core
B) Effek tipe join terhadap respon buckling

1 1 1
P cr
= Pb
+ Ps

3.2. Wrinkling
Wrinkling atau kerut terjadi bila core sangat tebal. Core yang tebal
tersebut menyebabkan kekakuan (stiffness) pelat atau beam
membesar; sehingga beban kritis Euler sangat besar.

Tetapi, face yang tertempel di core yang lunak, dapat menyebabkan


terjadinya kerutan, yaitu di face secara independent terjadi
kerutan, atau dikenal dengan ‘buckling of plate on elastic
foundation’.

3.2.1. Effek ketebalan core terhadab buckling

 Tebal core mempengaruhi modus buckling. Bila core tipis, akan terjadi overall buckling, sedang bila core
tebal, akan terjadi wrinkling.
 Perpindahan fase overall buckling ke wrinkling terjadi pada perbandingan tebal core dan tebal face, h/t =
15.
 Mengingat wrinkling lebih bersifat catastrophic, maka diusahakan agar tebal core tidak melebihi 15 kali
tebal face.
 Hal ini perlu dicek dengan sifat-sifat material face dan core yang ada.
3.3. Face Failure
Face failure terjadi bila tegangan bending pada face melebihi kekuatan (FPF atau LPF, atau yielding) material
face.

3.4. Core Failure


Core failure terjadi, bila tegangan geser yang terjadi pada core melebihi ambang batas kekuatan geser core yang
diijinkan.

3.5. Bond Failure


Debonding antara face dan core terjadi, bisa karena beban impact atau pun manufacturing defect. Debonding
tersebut akan menurunkan kemampuan struktur menerima beban, terutama beban tekan atau buckling.

3.6. Intercell buckling


Intercell buckling merupakan buckle dalam ukuran cell core

4. SPLICING

Splicing adalah proses pemotongan core untuk menggabungkan (parallel) antara satu core
dengan core yang lain

4.1. Perbandingan panjang cutting

 Dari kiri ke kanan panjang cutting daya ikat

4.2. Perbandingan model joint

 Dari kiri ke kanan daya ikat

Kedua model di atas mengikuti prinsip luasan. Semakin besar luas permukaan joint maka semakin kuat
daya ikat atar pemukaan honeycomb

Anda mungkin juga menyukai