Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI

“ PROFIL TANAH “

OLEH :

KELOMPOK : 2
KELAS : A
NAMA : MUH. REF`VAND
STAMBUK : M1A120020

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah tubuh alam yang tersusun dari bahan padatan (bahan mineral
dan bahan organik), cairan dan gas, terjadi pada permukaan lahan, menutupi ruang
dan dicirikan oleh salah satu atau kedua hal berikut: horizon-horizon yang
dibedakan dari bahan asalnya, sebagai akibat dari penambahan, penghilangan,
transfer, dan perubahan bentuk dari energi dan bahan, atau kemampuan dalam
menyokong tanaman berakar pada lingkungan alami (Manik et al., 2017).
Tanah merupakan media penting untuk mendukung kehidupan di muka
bumi. Tanah memiliki ciri yang khas dikarenakan kemampuannya menyediakan
ruang air, udara, hara serta ruang untuk saling berinteraksi antara berbagai
organisme tanah yang dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan (Mpapa, 2016).
Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa
bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di
dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat juga air dan udara. Air dalam tanah
berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat
lain. Disamping percampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam
proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horizon.
Definisi tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang
tersusun dalam horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air,
udara dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman (Arifin et al., 2018).
Tanah terbentuk dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh
proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi
bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa
tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan
tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian
atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali
lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat
fisik, kimia dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon
tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut
biasa disebut Profil Tanah. Tekstur, struktur dan konsistensi tanah merupakan
beberapa komponen yang penting dalam tanah sehingga mempengaruhi
pertumbuhan dari tumbuhan (Pratama et al., 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis tanah ?
2. Apa saja struktur tanah ?
3. Bagaimana menghitung ketebalan jenis tanah ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis tanah
2. Untuk mengetahui struktur tanah
3. Untuk mengetahui menghitung ketebalan jenis tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tanah


Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang mempertunjukkan
horizon tanah (berupa solum, lapisan bahan induk dan juga batuan induk tanah).
Solum tanah merupakan bagian dari profil tanah yang terbentuk sebagai akibat
dari proses pedogenesis (horizon O, A, E dan B). Horizon C merupakan bahan
yang dapat berasal dari batuan induk yang melapuk insitu atau berasal dari bahan
angkutan seperti: alluvial, koluvial, bahan volkan, lakustrim dan lain-lain yang
akan membentuk solum tanah di atasnya. Horizon C disebut juga bahan induk
tanah. Horizon A, B dan C dinamakan regolit. Batuan induk yang merupakan asal-
usul berkembangnya profil tanah insitu diberi simbol R (Rayes, 2017).
Profil tanah adalah penampang vertikal tanah yang menunjukkan susunan
horizon tanah. Sedangkan horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang
terbentuk karena hasil pembentukan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan
tanah. Apabila kita membuat irisan tegak tanah (biasanya hingga kedalaman 110
cm), maka kita akan melihat lapisan-lapisan tanah (horizon) ini, yang secara
berturut-turut dari permukaan tanah adalah horizon organik O, horizon A, horizon
B dan horizon C. Horison A, B dan C disebut sebagai horizon mineral. Tanah
merupakan gabungan horizon A dan B yang disebut solum. Solum berbeda
dengan regolit, yaitu lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan yang berada
di atas batuan induk. Regolit meliputi horizon A, B dan C (Gusmara et al., 2016).
Sifat-sifat tanah dapat dilihat dan diketahui dengan jelas melalui
pembuatan lubang profil. Pembuatan profil tanah dapat dilaksanakan dengan dua
cara. Cara pertama adalah dengan pembuatan pedon tanah dengan penggalian
profil dengan panjang x lebar x dalam (150 cm x 100 cm x 150 cm). Cara kedua
adalah dengan mengamati tebing yang sudah tersingkap dengan cara
membersihkan tebing-tebing tersebut untuk dibuat menjadi profil tanah sehingga
tampak horizon-horizonnya dari lapisan tanah atas hingga sampai terdapat lapisan
tanah bahan induk (Setiawan et al., 2020).
2.2 Sifat Tanah
Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berhubungan dengan
bentuk/kondisi tanah asli, yang termaksud diantaranya adalah tekstur, struktur,
bobot isi tanah, porositas, stabilitas, konsistensi, warna maupun suhu tanah dan
lain-lain. Sifat tanah berperan dalam aktivitas perakaran tanaman, baik dalam hal
absorbsi unsur hara, air maupun oksigen juga sebagai pembatas gerakan akar
tanaman. Sifat fisik tanah yang perlu diperhatikan adalah terjadinya masalah
degradasi struktur tanah akibat fungsi pengelolaan (Delsiyanti et al., 2016).
Sifat kimia adalah C-organik, pH dan KTK. Salah satu material yang
terangkut pada saat erosi di permukaan tanah adalah bahan organik (yang dapat
dinyatakan dalam % C-organik). Pada proses erosi, bahan organik berupa fraksi
koloid tanah terangkut bersama dengan liat dan debu halus (fraksi halus) dalam
bentuk agregat tanah. Oleh karena itu, kadar bahan organik yang tidak berbeda
nyata pada setiap posisi lereng sejalan dengan jumlah fraksi halus yang juga tidak
berbeda nyata (Arifin et al., 2018).
Sifat biologi tanah meningkatkan jumlah mikroorganisme tanah. Salah
satu faktor yang mempengaruhi perkembangan mikroorganisme tanah adalah
bahan organik. Jumlah produksi CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas
mikroorganisme tanah berbanding lurus dengan jumlah mikroorganisme tanah,
dimana aktifitas mikroorganisme tinggi maka produksi CO2 juga tinggi. Aktivitas
mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh bahan organik, kelembaban, aerasi dan
sumber energi. Jika aktivitas mikroorganisme tinggi maka produksi CO 2 juga
akan tinggi (Margolang et al., 2015).
Selain itu sifat biologi tanah memiliki peran penting untuk menjaga
stabilitas kesuburan dan kesehatan tanah. Pengaruh biota tanah, baik makro
maupun mikro terhadap penyusunan tubuh tanah, kesuburan tanah, kesuburan
tanaman yang tumbuh diatasnya dan lingkungan sangatlah penting. Kandungan
bahan organik tanah yang tinggi pada penggunaan lahan hutan dan lahan
agroforestri diduga terjadi karena kualitas dan kuantitas masukkan sumber bahan
organik, aktivitas organisme dan serasah yang lebih banyak dalam menekan
proses erosi (Ritonga et al., 2016).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Pengamatan profil tanah
No Jenis lapisan Ketebalan Keterangan
tanah (cm)
1. Lapisan Atas 10 Lapisan tanah ini adalah tanah
(Tanah Timbunan) dengan struktur kasar.
Berwarna cerah kemerah-
merahan yang menandakan
adanya bahan organik selain
unsur besi. Sehingga tanah
tersebut memiliki drainase dan
aerasi yang baik.

2. Lapisan Bawah 15,5 Lapisan tanah ini merupakan


(Tanah Muda) tanah dengan struktur halus
dengan kandungan liat yang
padat dan berat. Tanah yang
mengandung bahan organik
dalam jumlah tinggi cenderung
berwarna hitam.
3. Batuan Induk 20 Tanah batuan induk paling
(Tanah Tua) dasar memiliki struktur halus
dan tekstur yang terbentuk dari
batuan yang sangat padat serta
pejal. Kandungan kuarsa yang
tinggi menyebabkan tanah
berwarna kuning lebih terang.

3.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap lapisan memiliki
kedalaman lapisan yang berbeda. Pada lapisan I memiliki kedalaman 10 cm,
lapisan II memiliki kedalaman 15,5 cm, sedangkan pada lapisan III memiliki
kedalaman 20 cm. Pengukuran kedalaman lapisan ini menggunakan meter yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu. Perbedaan kedalaman efektif dipengaruhi oleh
proses pengendapan bahan material yang terjadi sejak lama sehingga akar sudah
tidak mampu lagi menembusnya. Selain itu, tekstur tanah yang halus juga
mempengaruhi kemampuan penetrasi akar yang semakin menuju lapisan paling
bawah kemampuannya semakin rendah (Asnur dan Kurniasih, 2017).
Warna pada lapisan ini, dapat dilihat pada lapisan I, II dan III
menunjukkan warna yang berbeda-beda. Pada lapisan I memiliki warna cerah
kemerahan, pada lapisan II memiliki warna agak gelap, dan pada lapisan III
memiliki warna kuning cerah. Perbedaan warna tanah umumnya disebabkan
karena kondisi pengatusan yang cukup baik, sehingga memungkinkan tercucinya
kation-kation yang mudah larut dan kemungkinan yang tertinggal adalah Fe
membentuk oksida-oksida besi. Warna merah ini berkaitan langsung dengan
oksida senyawa besi yang terkandung di dalam bahan induk tanah selama proses
pembentukan tanah (Rajamuddin, 2010).
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Dalam
praktek di lapangan, diperoleh struktur tanah tiap lapisan agak berbeda. Pada
lapisan I struktur tanah sangat kasar sedangkan lapisan II dan lapisan III halus.
Struktur tanah adalah gabungan antara partikel tunggal tanah dalam bentuk
gumpalan yang dibatasi oleh bidang belah alami (Gusmara et al., 2016).
Lapisan I, II dan III memiliki tekstur yang berbeda-beda. Pada lapisan I
bertekstur pasir berlempung. Karena pada saat pengamatan tekstur tanah dengan
menggunakan indera perasa pita ini tak dapat terbentuk. Pada lapisan II dan III
bertekstur lempung berdebu, karena tanah ini dapat membentuk pita yang lemah.
Pengayaan lempung pada profil tanah disebabkan oleh pengaruh suasana
pembasahan lengas dan pengeringan yang berhubungan dengan lingkup lengas
tanah dan perbedaan agihan besar butir lebih sering dihubungkan dengan
perbedaan pelapukan, dimana pelapukan yang makin intensif akan menghasilkan
fraksi halus lebih banyak (Rajamuddin, 2010).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa profil tanah
adalah sebagai berikut:
1. Pada sifat tanah memiliki tiga sifat yaitu sifat fsika, sifat kimia dan sifat
biologi. Masing-masing sifat tersebut memiliki fungsi dan peranan yang
berbeda.
2. Masing-masing lapisan tanah juga memiliki bentuk struktur, warna, dan
tekstur-teksturnya. Struktur lapisan I, II, dan III juga berbeda. Ada yang kasar,
sedang dan halus. Perbedaan ini disebabkan karena kandungan air pada tanah
yang berbeda. Tekstur lapisan I, II dan III pun berbeda. Hal ini dikarenakan
perbedaan jumlah dan luas permukaan partikel-partikel pada tanah.
3. Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan
cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitiannya. Pengukuran kedalaman lapisan ini menggunakan meter yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu.

4.2 Saran
Praktikum yang dilakukan sudah bagus dimana setiap mahasiswa dibentuk
hanya beberapa kelompok dan didampingi oleh asisten dosen. Jadi perhatian
asisten dosen pada mahasiswa lebih banyak dan lebih terfokus, selain itu
mahasiswapun juga lebih mudah dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., Putri, N.D., Sandrawati, A dan Harryanto, R. 2018. Pengaruh posisi
lereng terhadap sifat fisika dan kimia tanah pada Inceptisols di Jatinangor.
Soilrens. 16 (2) : 37–44.
Asnur, P. dan Kurniasih, R. 2017. Karakteristik morfologi tanah di bawah tegakan
jati (Tectona grandis) dan lahan terbuka di Kecamatan Manade Kabupaten
Cianjur Provinsi Jawa Barat. Jurnal Mahasiswa. 2 (1) : 1–10.
Delsiyanti, Widjajanto, D dan Rajamuddin, U.A. 2016. Sifat fisik tanah pada
beberapa penggunaan lahan di Desa Oloboju Kabupaten Sigi. Jurnal
Agrotekbis. 4 (3) : 227–234.
Gusmara, H. 2016. Bahan Ajar Dasar-Dasar Ilmu Tanah ITN-100. Universitas
Bengkulu Fakultas Pertanian : Bengkulu.
Manik, H., Marpaung, P dan Sabrina, T. 2017. Tingkat perkembangan tanah
berdasarkan pola distribusi mineral liat di Kecamatan Lumbanjulu
Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera
Utara. 5 (2) : 422–433.
Margolang, R.D., Jamilah dan Sembiring, M. 2015. Karakteristik beberapa sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah pada sistem pertanian organik. Jurnal
Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara. 3 (2) : 104-544.
Mpapa, B. 2016. Analisis kesuburan tanah tempat tumbuh pohon jati (Tectona
grandis L.) pada ketinggian yang berbeda. Jurnal Agrista Unsyiah. 20 (3) :
135–139.
Pratama, I. M. R., Yulianti, I dan Masturi, M. 2017. Analisis sebaran butiran
agregat tanah, sebaran butir primer tanah dan permeabilitas tanah pada
pabrik the. Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika. 2 (1) : 7–9.
Rajamuddin, U. A. 2010. Kajian tingkat perkembangan tanah pada lahan
persawahan di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah. J. Agroland. 16 (1) : 45–52.
Rayes, M.L. 2017. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Tim UB Press. Malang.
Ritonga, A.G., Rauf, H dan Jamilah. 2016. Karakteristik biologi tanah pada
berbagai penggunaan lahan di sub DAS petani Kabupaten Deli Serdang
Sumatera Utara. Agroekoteknologi. 4 (3) : 1983–1988.
Setiawan, J., Karim, A dan Arabia, T. 2020. Karakteristik, klasifikasi dan
pengelolaan tanah yang terbentuk di daerah Gunung Api Jaboi Kota
Sabang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian. 5 (2) : 283–292.
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar (a) Mengukur tanah lebar dan panjang 1 meter

Gambar (b) Menggali lubang sedalam 1 meter


Gambar (c) Mengukur setiap lapisan tanah

Gambar (d) Mengamati dan menganalisa warna dan struktur tanah

Anda mungkin juga menyukai