Anda di halaman 1dari 40

STUDI KELAYAKAN DALAM PERIJINAN

dan 

PERENCANAAN RUMAH SAKIT UMUM

MALANG

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2012
Contoh Formulir Permohonan Izin Mendirikan Bangunan

FOR MU L IR
P ER MO HO NA N
No. Formulir : 19034
Malang,2 0 J u n i 2012
Perihal : Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kepada
Yth. Bapak Bupati Malang
Cq. Kepala Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu
Di –
Malang
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
Lengkap Sepa
: Tempat/Tanggal Lahir Indrawan
: Pekerjaan : Fak-fak, Papua 31 12 1 9 9 2
Alamat :
Wirausahawan
JL. Sumber Sari GG 4 272
Malang Telepon / Hp
Dengan ini mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk bangunan baru /
bangunan tambahan / mengubah atau membongkar sebagian atau seluruh bangunan *) yang terletak pada :

Alamat Bangunan : JL.Veteran 10, Malang


Dusun/Lingkungan *) : Desa Zamba
/Kelurahan *) : Kecamatan Lowokwaru
: Guna Bangunan : Lowokwaru
:Bangunan Sosial Bangunan Perdagangan & Jasa

Bangunan Perumahan Bangunan Industri


*
1.Bangunan Fasilitas Umum Bangunan Khusus

Bangunan Pendidikan Bangunan Campuran


Status Tanah : Beri tanda (√) pada bangunan yang sesuai
Bangunan Kelembagaan/kantor

Dengan batas-batas : Sewa


Sebelah Utara : Sebelah Timur :

Sebelah Selatan : Sebelah Barat :

Perumahan
Sebagai bahan pertimbangan, kami lampirkan berkas sebagai berikut : Lahan kosong
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) ;
2. Surat Persetujuan Tetangga. Kampus Konvensional
3. Surat Pernyataan Pemohon dengan bermaterai secukupnya.
4. Surat Keterangan tanah dari Kepala Desa/Lurah yang menyatakan tidak terdapat suatu masalah atau tidak dalam status
sengketa tanah/bangunan diketahui oleh Camat.
5. Fotocopy Surat Bukti Kepemilikan Tanah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang
6. Fotocopy Bukti Pelunasan SPPT PBB Tahun berkenaan
7. Bagi pemohon yang mewakilkan untuk membuat surat kuasa dengan materai secukupnya.
8. Dokumen analisis mengenai dampak dan gangguan terhadap lingkungan, atau upaya pemantauan lingkungan (UPL)/ upaya
pengelolaan lingkungan (UKL) bagi yang terkena kewajiban.
9. Pembangunan yang dilakukan oleh developer/pengembang/industri melampirkan izin prinsip, izin peruntukan lahan dan
dokumen lingkungan.
10. Keterangan situasi bangunan (KSB) mengenai batas-batas dan garis sempadan bangunan ;
11. Gambar rencana/arsitektur bangunan dalam rangkap dua yang telah disahkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pinrang;
12. Pas Foto Warna 3 x 4 cm 3 (tiga) Lembar.

Demikian surat permohonan ini saya buat dan atas persetujuannya diucapkan terima kasih.
PEMOHON
Materai
Secukupnya

(Sepa Indrawan)
*) Coret yang tidak perlu

Catatan : Permohonan memakai Map Biasa lubang berwarna kuning

Standar Operasional Prosedur Pelayanan Perizinan 6


Contoh Surat Persetujuan

SURAT PERSETUJUAN TETANGGA

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, masing-masing tetangga menerangkan bahwa tanah/bangunan milik
saudara ………Firman Akbar…… yang terletak pada :
Jalan : JL. Veteran 10 , Malang
Dusun/Lingkungan *) : Zamba
Desa/Kelurahan : Lowokwaru
Kecamatan : Lowokwaru
Dengan ini menyetujui untuk melakukan pembangunan bangunan baru / bangunan tambahan / mengubah atau
membongkar sebagian atau seluruh bangunan *) dan kami tidak keberatan atau menuntut apapun terhadap
pemilik dalam pelaksanaan pembangunan seperti gambar rencana/arsitektur bangunan yang telah kami
ketahui.
Demikian surat persetujuan ini kami buat dengan keadaan sadar dan rasa tanggungjawab serta tanpa
adanya tekanan dari pihak manapun untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kami Yang Membuat Persetujuan


Malang, 24-06-2012….

Sebelah Utara Sebelah Timur

( Ulung Satria ) (_Christopher )

Sebelah Selatan Sebelah Barat

(_ Dyah Ayu ) ( Ikbal muhammad )

Diketahui :
Reg : …………………
Tgl :24 juni 2012
Kepala Dusun/Lingkungan Kepala Desa / Lurah

Darsono Sutikno

Mengetahui :

Reg : …………………… Tgl : …………………… Camat

Arda Aryo
NIP :

*) Coret yang tidak perlu

Standar Operasional Prosedur Pelayanan Perizinan 7


Contoh Surat Pernyataan

SURAT PERNYATAAN PEMOHON

Pada hari ini Minggu Tanggal 2 4 , Bulan J u n i Tahun 2012 maka saya bertanda tangan di bawah ini :
Nama Lengkap : Sepa Indrawan
Tempat/Tanggal : Fak_fak, Papua 31 Desember 1992
Pekerjaan : Wirausahawan
Alamat : JL. Sumber Sari GG 4 272
Berkenaan dengan surat permohonan untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan atas bangunan kami yang
terletak pada Alamat : JL Veteran ,Malang. Dusun/Lingkungan Zamba, Desa/Kelurahan Lowokwaru Kecamatan
Lowokwaru Guna Bangunan : Fasilitas Umum
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
1. Tanah dan atau bangunan di lokasi tersebut tidak dalam sengketa/perkara, oleh karena itu bilamana
permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ini disetujui dan apabila dikemudian hari ternyata timbul sengketa
atas tanah dan atau bangunan, maka kami setuju dan tidak keberatan terhadap Surat Izin Mendirikan Bangunan
yang diberikan untuk dibatalkan.
2. Bersedia mengatur /menyimpan dengan baik dan rapi material/bahan bangunan lainnya baik p[ada saat
pembangunan berjalan maupun setelah selesai pembangunan, sehingga tidak menganggu kelancaran lalu
lintas, aliran air hujan/selokan/drainase dan tetangga.
3. Bersedia menempatkan bangunan di lokasi sesuai dengan garis sempadan bangunan (GSB), garis sempadan
pagar (GSP) sesuai aturan yang berlaku dan apabila tidak sesuai dengan GSB/GSP, maka kami bersedia
membongkar/mengubah tanpa meminta ganti rugi.
4. Bersedia untuk tidak menutupi seluruh bagian drainase/selokan yang berada disekitar lokasi bangunan guna
kelancaran pembersihan drainase/selokan.
5. Apabila sewaktu-waktu Pemerintah Kabupaten Pinrang menerapkan peraturan dan ketentuan berkenaan
dengan tata ruang yang berlaku, antara lain berupa pelaksanaan rencana jalan / pelebaran jalan, penertiban garis
sempadan, saluran, jalur hijau/ruang terbuka hijau berdasarkan ketentuan rencana tata kota yang berlaku, maka
kami sanggup dan bersedia :
a. Membongkar sendiri bangunan/bagian bangunan yang terkena pelaksanaan rencana jalan/ pelebaran
jalan, penertiban garis sempadan, saluran, jalur hijau/ruang terbuka hijau dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.
b. Menyesuaikan penggunaan bangunan terhadap ketentuan peruntukan tanah lokasi dimaksud
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
6. Apabila dikemudian hari bangunan yang saya bangun tidak sesuai dengan perencanaan dan pemanfaatan
tata ruang yang berlaku, maka Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang telah terbit ditarik dan dinyatakan tidak
berlaku lagi.
7. Kebutuhan areal parker kendaraan maupun ruang terbuka di dalam lokasi persil, sanggup kami penuhi
sesuai dengan ratio yang ditetapkan bagi kepentingan penggunaan bangunan tersebut.
8. Apabila dikemudian hari terjadi kegagalan bangunan atau konstruksi bangunan yang mengakibatkan
kerusakan pada bangunan/bagian bangunan disekitarnya, maka kami bertanggungjawab atas kegagalan
bangunan dimaksud.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran, tanpa ada paksaan atau tekanan dalam bentuk
apapun dan dari siapapun , untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Materai PEMOHON
Secukupnya

(Nama Terang)
Diketahui :
Reg : ………………… Tgl : …………………
Kepala Dusun/Lingkungan …………… Kepala Desa / Lurah ……………….

Darsono Sutikno
Mengetahui :

Reg : …………………… Tgl : …………………… Camat

Arda Aryo

NIP :
Contoh Surat Keterangan Pemerintah

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG


KECAMATAN
DESA/KELURAHAN
Alamat :

SURAT KETERANGAN
Nomor :

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Kepala Desa/Lurah : Sutikno
Kecamatan : Lowokwaru

Menerangkan bahwa :
Nama Lengkap : Sepa Indrawan
Tempat/Tgl Lahir : Fak-Fak, Papua 31 Desember 1992
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : JL. Sumber Sari GG 4 272

Yang bersangkutan mengajukan permohonan izin untuk Mendirikan bangunan baru / bangunan tambahan/
mengubah sebagian atau seluruh bangunan / membongkar sebagian atau seluruh bangunan *) di atas sebidang tanah
pekarangan/perumahan yang terletak di Dusun/Lingkungan Z a m b a Desa/Kelurahan Lowokwaru Kecamatan
lowokwaru dengan No.Persil. ……………… No.Blok. ………….. No.Kohir. ..……………….. No.SPPT :
………………………………………. No. Hak Milik. …………………. Gambar Situasi (GS) No. ….
Tanggal ………………….. Luas ±
…………(………………………………………) M² tertulis atas nama …………………………………..
Adapun Tanah Pekarangan/Perumahan tersebut berbatasan sebagai berikut :
Sebelah Utara : Perumahan
Sebelah Timur : Lahan kosong
Sebelah Selatan : Kampus
Sebelah Barat : Konvensional
Bahwa tanah tersebut diatas sepanjang pengetahuan kami adalah tanah milik pemohon dan tidak ada
gugatan/tuntutan dari pihak lain dan tidak ada sengketa batas tanah/bangunan sampai surat keterangan ini dibuat.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagai syarat pengurusan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB).
Mengetahui :
Malang 24 juni 2012.
Camat Kepala Desa / Lurah

Arda Aryo Sutikno


NIP .

*) Coret yang tidak perlu


Contoh Surat Kuasa

SURAT KUASA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : Sepa Indrawan
Umur : 19 Tahun
Tahun : 1992
Pekerjaan : Wirausahan
Alamat : JL. Sumber Sari GG 4 272
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA (Pemberi Kuasa)

2. Nama : Firman Akbar


Umur : 19 Tahun 1992
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sumber Sari GG 3 200, Malang
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA (Penerima Kuasa)

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. PIHAK PERTAMA benar telah memberikan kuasa kepada PIHAK KEDUA untuk mengurus
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diatas sebidang tanah pekarangan/perumahan atas nama
Sepa Indrawan dengan Nomor Persil/Blok …………………………. yang terletak pada
Jalan/Lingkungan/Dusun Zamba, Desa/Kelurahan Lowokwaru Kecamatan Lowokwaru Kota Malang
2. PIHAK KEDUA akan melakukan pengawasan Garis Sempadan terhadap pelaksanaan
pembangunan Rumah Sakit yang dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA.
3. Kedua belah PIHAK bersedia mematuhi segala peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. PIHAK PERTAMA memiliki tanggungjawab atas segala sesuatu yang terjadi akibat terbitnya
surat kuasa ini.

Demikian surat kuasa ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

………………, ………….. 20…. PIHAK KEDUA (Penerima Kuasa) PIHAK

PERTAMA (Pemberi Kuasa)


Materai secukupn ya
Firman Akbar Sepa Indrawan

DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………..ii

BAB I

PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………..1

1.1. LATAR BELAKANG……………………………………………………………………..1


1.2. TUJUAN………………………………………………………………………………....1
1.2.1. Tujuandidirikannya Perusahaan…………………………………………………....1
1.2.2. TujuanPenyusunanDokumen……………………………………………………....1
1.3. MANFAAT………………………………………………………………………………..2

BAB II

DASAR HUKUM DAN POKOK PERENCANAAN RUMAH SAKIT……………………………….3

BAB III

METODE PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN RUMAH SAKIT……………………….....25

3.1. Program RuangDalamPerencanaanRumahSakit…………………………………………......25

3.2. PerencanaanKebutuhanMakanan……………………………………………………………....27

3.3. ProsedurPenghitunganKebutuhanSdmKesehatanKebutuhanRumahSakit………….......…28

3.4. AnalisaOrganisasi………………………………………………………………………………...31

BAB IV

TINDAK LANJUT……………………………………………………………………………………….32

BAB V

PENUTUP……………………………………………………………………………………………….33

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

2
1.1. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini Indonesia dirundung keprihatinan mengenai bidang kesehatan. Banyak
sekali warga Indonesia yang terserah wabah penyakit mulai dari penyakit biasa hingga
penyakit yang tidak biasa kita ketahui. Hal tersebut didkung dengan adanya kehidupan
lingkungan masyarakat yang makin terpuruk. Sampah dimana-mana, polusi udara makin
meningkat dan semakin panasnya kulit bumi (global warming). Faktor ekonomipun juga
sangat mempengaruhi keadaan tersebut. Banyak warga yang sengaja tidak memeriksakan
kesehatannya karena keterbatasan biaya. Adapun juga warga yang tinggal jauh dari
perkotaan sangat sulit menjangkau puskesmas ataupun rumah sakit terdekat dan pada
akhirnya mereka terpaksa untuk tidak memeriksakan kesehatannya.
Dari banyak uraian diatas maka perlu adanya sebuah pembangunan yang berfungsi
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat contohnya adalah puskesmas atau rumah sakit.
Pembangunan rumah sakitpun memiliki syarat-syarat tertentu. Mengingat banyak arsitek-
arsitekng yang kurang memperhatikan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan pembangunan
sebuah rumah sakit.
Aspek pranata dalam hal ini penting dalam penyusunan banyak hal yang berhubungan
dengan perencanaan pembangunan rumah sakit. Dengan mengetahui aspek-aspek didalam
pranata, kita dapat melaksanakan perencanaan tersebut sesuai dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dengan begitu, disini kami akan membahas tentang
aspek-aspek pranata yang berhubungan dengan pembangunan rumah sakit.

1.2. TUJUAN
1.2.1. TUJUAN DIDIRIKANNYA PERUSAHAAN
1. Untuk memenuhi kebutuhan kesahatan masyarakat dengan pembangunan
rumah sakit mengingat kesehatan masyarakat makin menurun.
2. Memajukan industri dan meningkatkan persaingan usaha dalam bidang
kesehatan.
3. Meningkatkan pendapatan Daerah dan Negara, serta membuka lapangan
pekerjaan di bidang kesehatan.
3.1.1. TUJUAN PENYUSUSNAN DOKUMEN

1. Melaksanakan pembangunan Rumah Sakit secara bijaksana dalam


pembangunan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu
hidup.
2. Untuk menanggulangi, meminimisasi atau mengendalikan dampak negatif baik
yang timbul di saat usaha atau kegiatan beroperasi maupun hingga saat usaha
atau kegiatan berakhir (misalnya rehabilitasi lokasi proyek).
3. Meningkatkan dampak positif sehingga dampak tersebut dapat memberikan
manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain terutama
masyarakat yang turut menikmati dampak positif tesebut.
4. Sebagai pedoman untuk Pengelolaan dan Pemantauan pembangunan Rumah
Sakit.

5. Agar kualitas Rumah Sakit terjaga dalam pembangunan.


6. Membantu mengambil keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak dari segi
kesehatan.

1.3. MANFAAT

3
1.3.1. Manfaat Berdirinya Perusahaan
a. Bagi Perusahaan

 Menambah penghasilan pemilik perusahaan


 Adanya usaha yang kontinuitas
 Membuka peluang investasi
 Menjalin mitra dan kerjasama dengan perusahaan lain
b. Bagi Pemerintah

 Meningkatnya pendapatan negara dari sektor pajak usaha


 Memajukan pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan
 Mengurangi angka pengangguran
c. Bagi Masyarakat

 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat


 Membuka lapangan pekerjaan baru
 Banyaknya kegiatan sosial
 Menambah penghasilan masyarakat sekitar (contoh: pemilik warung, tukang
ojek)
 Untuk meningkatkan pelayanan umum masyarakat di lingkungan sekitar pabrik
dan kabupaten bekasi umumnya sebagai antisipasi terhadap peningkatan
jumlah penduduk akibat berdirinya perusahaan.
 Meningkatkan kemudahan akses tempat tinggal, dan beberapa sarana umum
seperti, sarana pendidikan, sarana rekreasi, sarana ibadah, sarana kesehatan,
dan sarana umum lainnya.
1.3.2. Manfaat Penyusunan Dokumen
a. Bagi Pemerintah
 Mempermudah Kontrol Kesehatan di Rumah Sakit
 Mengendalikan wabah pencemaran penyebab penurunan kesehatan
 Penataan Ruang yang sesuai
 Monitoring bagi suatu kegiatan yang berdampak pada kesehatan
b. Bagi Perusahaan
 Memonitoring Kesehatan Masyarakat
 Tersertifikasi
 Memudahkan pelaporan ke bidang kesehatan setempat
c. Bagi Masyarakat
 Adanya fasilitas di bidang kesehatan
 Kesehatan masyarakat meningkat
 Memudahkan kontrol kesehatan masyarakat

4
BAB II

DASAR HUKUM DAN POKOK-POKOK PERENCANAAN RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIKINDONESIA


NOMOR147/MENKES/PER/I/2010

TENTANG PERIZINANRUMAHSAKIT

DENGANRAHMATTUHANYANGMAHA ESA

MENTERIKESEHATANREPUBLIKINDONESIA,

Menimbang : bahwauntukmelaksanakanketentuanpasal28Undang-UndangNomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan tentangPerizinanRumahSakit;

Mengingat : 1. Undang-UndangNomor29Tahun2004 tentang PraktikKedokteran


(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004 Nomor116,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437), sebagaimanatelahdiubahterakhirdenganUndang-Undang
Nomor 12Tahun2008 tentangperubahankeduaatasUndang-
UndangNomor32Tahun2004 tentang PemerintahanDaerah
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2008 Nomor59,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4844);
3. Undang-UndangNomor33Tahun2004 tentang Perimbangan
KeuanganAntaraPemerintah PusatdanPemerintahanDaerah
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004 Nomor126,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4438);
4. Undang-UndangNomor25Tahun2007 tentangPenanamanModal
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2007 Nomor67,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4724);
5. Undang-UndangNomor 36Tahun2009 tentangKesehatan
(LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2009Nomor 144,
TambahanLembaranNegara RepublikIndonesia Nomor5063);
6. Undang-UndangNomor 44Tahun2009 tentangRumahSakit
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2009 Nomor153,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 5072);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor49,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor
3637);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang
PenyelenggaraanDekonsentrasi (Lembaran NegaraRepublik
IndonesiaTahun2001Nomor62,TambahanLembaran Negara
RepublikIndonesiaNomor 4095);

5
9. Peraturan PemerintahNomor79 Tahun2005tentangPedoman
Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan
Daerah(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2005Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4593);
10.Peraturan PemerintahNomor38Tahun2007tentangPembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,Pemerintah Daerah
Provinsi,Pemerintah DaerahKabupaten/Kota (Lembaran Negara
RepublikIndonesiaTahun2007Nomor 82,TambahanLembaran
Negara RepublikIndonesia Nomor4737);
11.Peraturan PresidenNomor77Tahun2007TentangDaftarBidang Usaha
YangTertutup Dan BidangUsahaYang Terbuka Dengan Persyaratan
di Bidang Penanaman Modal sebagaimana telah
diubahterakhirdenganPeraturan PresidenNomor111 Tahun2007
tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha
YangTerbukaDenganPersyaratandi BidangPenanamanModal;
12.Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan
TerpaduSatuPintuDiBidangPenanaman Modal;
13. PeraturanMenteriKesehatanNomor 1045/Menkes/Per/XI/2006
tentang OrganisasiRumahSakitDi LingkunganDepartemen
Kesehatan;
14.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005
tentangOrganisasidanTata KerjaDepartemenKesehatan
sebagaimanatelahdiubahterakhirdenganPeraturan Menteri
Kesehatan Nomor439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
DepartemenKesehatan;
15. PeraturanMenteriKesehatanNomor 1244/Menkes/Per/I/2009
tentangPendelegasianWewenangPemberianIzindi Bidang Kesehatan
DalamRangka PelaksanaanPelayananTerpadu Satu Pintu di
Bidang Penanaman Modal Kepada Kepala Badan
KoordinasiPenanamanModal;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURANMENTERIKESEHATANTENTANGPERIZINANRUMAH SA

6
BABI
KETENTUANUMUM
Pasal1

Dalamperaturanini yangdimaksuddengan:

1. RumahSakitadalahinstitusipelayanankesehatanyangmenyelenggarakanpelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan,dangawatdarurat.

2. RumahSakitUmumadalahRumahSakityangmemberikanpelayanankesehatanpada
semuabidangdanjenispenyakit.

3. RumahSakitKhususadalahRumahSakityangmemberikanpelayananutamapada satu
bidangatau satu jenispenyakit tertentu berdasarkandisiplinilmu,golonganumur, organ,
jenispenyakitataukekhususanlainnya.

4. RumahSakitPublikadalahRumahSakityangdikelolaolehPemerintah,Pemerintah
DaerahdanBadanHukumyangbersifatnirlaba.
5. RumahSakitPrivatadalahRumahSakityangdikelola oleh badanhukumdengan
tujuanprofit yangberbentukperseroan terbatasataupersero.

6. IzinmendirikanRumahSakitadalahizinyangdiberikanuntukmendirikanRumahSakit setelah
memenuhi persyaratanuntukmendirikan.

7. Izin operasional Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan
pelayanankesehatansetelah memenuhipersyaratandanstandar.

8. Registrasi Rumah Sakit adalah pencatatan resmi tentang status Rumah Sakit di
Indonesia.

9. AkreditasiRumahSakitadalahpengakuanyangdiberikanolehpemerintahkepada
manajemenRumahSakityang telahmemenuhistandaryang telahditetapkan.

10. UpayaPengelolaanLingkunganyangselanjutnyadisingkatUKLadalahupayayang
dilakukanolehpenanggungjawabusaha dan/kegiatan dalampenanganankomponen
lngkunganhidupyangterkenadampakbesardanpentingakibatdari rencanausaha
dan/ataukegiatan.

11. UpayaPemantauanLingkunganyangselanjutnyadisingkatUPLadalahupayayang
dilakukanolehpenanggungjawabusaha dan/kegiatan dalampemantauan komponen
lngkunganhidupyangterkenadampakbesardanpentingakibatdari rencanausaha
dan/ataukegiatan.

12. Analisis Dampak Lingkungan yang selanjutnya disingkat AMDAL adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakanpada lingkunganhidup yang diperlukanbagiproses pengambilan keputusan
tentangpenyelenggaraanusahadan/ataukegiatan.

13. ProgramKementerianKesehatanadalahprogrampemerintahyangdilaksanakandi
RumahSakit

7
14. Menteri adalahmenteri yangbertanggungjawabdalambidangkesehatan.

BABII
PERIZINANRUMAHSAKIT
BagianKesatu
Umum
Pasal2

(1) SetiapRumahSakitharus memilikiizin.

(2) Izinsebagaimanadimaksudpadaayat(1)terdiriatas izin mendirikanRumahSakit


danizinoperasionalRumahSakit.

(3) Izinoperasionalsebagaimanadimaksudpadaayat(2)
terdiri atasizinoperasionalsementaradanizinoperasionaltetap.

Pasal3

(1) PermohonanizinmendirikandanizinoperasionalRumahSakitdiajukanmenurutjenis
danklasifikasiRumahSakit.

(2) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit
penanamanmodalasingataupenanamanmodaldalamnegeri diberikanolehMenteri
setelahmendapatkanrekomendasidari pejabatyangberwenangdibidangkesehatan
padaPemerintahDaerahProvinsi.

(3) IzinmendirikandanizinoperasionalRumahSakitkelasBdiberikanolehPemerintah
DaerahProvinsisetelahmendapatkanrekomendasidari pejabatyangberwenangdi
bidangkesehatanpadaPemerintahDaerahKabupaten/Kota.

(4) IzinmendirikandanizinoperasionalRumahSakitkelasCdankelasDdiberikanoleh
PemerintahDaerahKabupaten/Kotasetelah mendapatrekomendasidari pejabatyang
berwenangdi bidangkesehatanpadaPemerintahDaerahKabupaten/Kota.

(5) Tata cara pemberian izinmendirikandan izinoperasionalRumahSakitsebagaimana


dimaksudpadaayat (2),ayat (3)dan ayat (4)dilaksanakansesuaidenganketentuan
peraturanperundang-undangan.

BagianKedua
Izin Mendirikan
Pasal4

(1) Untukmemperolehizinmendirikan,RumahSakitharusmemenuhipersyaratanyang
meliputi :
a. studikelayakan;
b. masterplan;
c. statuskepemilikan;
d. rekomendasiizinmendirikan;

8
e. izinundang-undanggangguan(HO);
f. persyaratanpengolahanlimbah;
g. luas tanahdansertifikatnya;
h. penamaan;
i. Izin MendirikanBangunan(IMB);
j. IzinPenggunaanBangunan(IPB);dan
k. Surat IzinTempatUsaha (SITU).

(2) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai persyaratan izin mendirikan sebagaimana
dimaksudpadaayat(1)tercantumdalamlampiranPeraturanini.

Pasal5

(1) RumahSakitharus mulaidibangunsetelahmendapatkanizin mendirikan.

(2) Izinmendirikandiberikanuntukjangkawaktu2(dua)tahundandapatdiperpanjang
untuk1(satu) tahun.

(3) PemohonyangtelahmemperolehizinmendirikanRumahSakit,apabiladalamjangka waktu


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum atau tidak melakukan
pembangunanRumah Sakit, maka pemohon harus mengajukanizinbaru sesuai
ketentuanizinmendirikansebagaimanadimaksuddalamPasal3danPasal4.

BagianKetiga
Izin Operasional
Pasal6

(1)Untukmendapatkanizinoperasional,RumahSakitharus memenuhipersyaratanyang meliputi:


a. saranadan prasarana;
b. peralatan;
c. sumberdaya manusia;dan
d. Administrasidan manajemen.

(2) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai persyaratan izin operasional sebagaimana
dimaksudpadaayat(1)tercantumdalamlampiranPeraturanini.

Pasal7

(1) Izin operasional sementara diberikan kepada Rumah Sakit yang belum dapat
memenuhiseluruhpersyaratan sebagaimanadimaksud dalamPasal6ayat(1)dan
lampiranPeraturanini.

(2) Izin operasional sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk
jangkawaktu 1 (satu)tahun.

9
Pasal 8
(1) RumahSakityangtelahmemilikiizinoperasionalsementaraharusmengajukansurat
permohonanpenetapankelasRumahSakitkepada Menteri.

(2) Permohonansebagaimanadimaksudpadaayat(1) diajukandengan melampirkan:


a. RekomendasidariDinasKesehatanKabupaten/KotadanDinasKesehatan
Provinsi;
b. Profil dandata RumahSakit;dan
c. IsianInstrumentSelfAssessmentpenetapankelas.

(3) Dalam rangka penetapan kelas Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim penilai
klasifikasiRumahSakit.

(4) Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri
menetapkanklasifikasiRumahSakit.

Pasal9

(1) Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan mendapatkan
penetapankelasRumahSakitsebagaimanadimaksuddalamPasal 7danPasal8,
diberikanizinoperasionaltetap.

(2) Izin operasional tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu
5 (lima)tahundandapat diperpanjangkembaliselamamemenuhipersyaratan.

Pasal10

(1) SetiapRumahSakityangtelahmendapakanizinoperasionalharusdiregistrasidan
diakreditasi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan akreditasi dilaksanakan sesuai
ketentuanyang ditetapkanolehMenteri.

BagianKeempat
IzinRumahSakitDalamRangkaPenanamanModal
Pasal11

(1) IzinRumahSakitPenanamanModalDalamNegeri(PMDN)atauPenanamanModal
Asing(PMA)diberikanoleh Menteri.

(2) Untukmendapatkanizinsebagaimanadimaksudpadaayat(1)rumahsakitPenanaman
ModalAsing(PMA)harusmemenuhipersyaratansebagaiberikut:
a. harusberbentukbadanhukumPerseroanTerbatas(PT);
b. mengadakankerjasamadenganbadanhukumIndonesiayangbergerakdi
bidangperumahsakitan;
c. hanyauntuk menyelenggarakanRumahSakit;
d. pelayananyangdiberikanadalahpelayananspesialistikdan/atausubspesialistik;

10
e. jumlahtempat tidurminimal200buahuntuk PMAyangberasaldarinegara-
negaraASEANdan minimal300buahuntukPMA yangberasal dari negara-negara
NonASEAN.
f. lokasidiseluruhwilayahIndonesia
g. besaran modal asingmaksimal67%
h. direktur RumahSakitharusWargaNegara Indonesia

(3) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f ditetapkan oleh Menteri
berdasarkanhasilevaluasilokasi yangdilaksanakanolehKementerianKesehatan.

Pasal12

Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing
(PMA)selainmemenuhipersyaratan Pasal3,Pasal5,danPasal11jugaharusmemenuhi
ketentuanPerundang-undangantentangPenanamanModal.

Pasal13

Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing
(PMA) wajibmengikuti program-program Pemerintahsesuai kebijakanyangdikeluarkanoleh
KementerianKesehatan.

Pasal14

(1) PermohonandiajukankepadaDepartemenKesehatanc.q.DirektoratJenderalBina
PelayananMedikdenganmelampirkandata-data:
a. Studi kelayakan(feasibilitystudy);dan
b. Formulirisian mendirikanRumahSakityang telahdilengkapi

(2) DirektoratJenderalBinaPelayananMedikmengeluarkansuratrekomendasiapabila
permohonanmemenuhi persyaratan.

(3) Berdasarkanrekomendasisebagaimanadimaksud padaayat(2)diatas,pemohon


mengajukanpersetujuanpenanamanmodalke Badan KoordinasiPenanamanModal
(BKPM)/BadanKoordinasiPenanamanModalDaerah (BKPMD).

(4) Setelahditerbitkannyapersetujuan,makapemohonwajibmengajukanizinmendirikan
danoperasionalRumahSakitsesuai ketentuan.

BABIII
PENINGKATANKELASRUMAHSAKIT
BagianKesatu
Umum
Pasal15

(1) Setiap RumahSakitdapatmengajukanpermohonanpeningkatankelas secaratertulis.

11
(2) Peningkatan kelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan:
a. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan
Provinsi;
b. Profil dandataRumahSakit;
c. IsianInstrumentSelfAssessmentpeningkatankelas;dan
d. sertifikatlulusakreditasikelassebelumnya.
(3) Dalam rangka peningkatan kelas Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim penilai
klasifikasiRumahSakit.
(4) Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri
menetapkan kelasRumahSakit.

BABIV
PEMBINAANDANPENGAWASAN
Pasal16

(1) Pemerintahdaerahkabupaten/kotamelakukanpembinaandanpengawasanterhadap
pelaksanaanPeraturanini terhadap RumahSakitdiwilayahnya.
(2) Pemerintah daerah provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaanPeraturanini padapemerintahdaerahkabupaten/kotadiwilayahnya.
(3) PemerintahmelakukanpembinaandanpengawasanterhadappelaksanaanPeraturanini
padapemerintahdaerahprovinsi.
(4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
bimbingan,supervisi,konsultasi, pendidikandanlatihandankegiatanpemberdayaan lain.

Pasal17

(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Pemerintah Daerah Propinsi,
PemerintahDaerahKabupaten/Kota sesuaidengankewenanganmasing-masing dapat
mengambil tindakanadministratif.
(2) Tindakanadministratif sebagaimanadimaksudpadaayat (1)dapat berupa:
a. teguranlisan,
b. tegurantertulis,atau
c. pencabutanizin.
(3) Tindakanadministratif sebagaimanadimaksudpadaayat (2)dilaksanakansesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

BABV
KETENTUANPERALIHAN
Pasal18

(1) PadasaatPeraturanMenteriinimulaiberlaku,IzinRumahSakityangtelah adatetap


berlakusampaihabis masaberlakunya.

12
(2)Padasaatperaturaninimulaiberlaku,izinRumahSakityangsedangdalamproses,
dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 tentangRumahSakit.

BABVI
KETENTUANPENU
TUP Pasal 19

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit beserta perubahannya, dicabut dan
dinyatakan tidakberlaku.

Pasal 20

Peraturan inimulai berlakupada tanggal ditetapkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan
penempatannyadalamBeritaNegaraRepublikIndonesia.

Ditetapkandi
Jakarta
pada tanggal27Januari2010

Menteri,

dr. EndangRahayuSedyaningsih,
MPH,DR.PH

13
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010
TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang    : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 Undang- undang Nomor


44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, perlu mengatur Klasifikasi Rumah
Sakit dengan Peraturan Menteri Kesehatan; 

Mengingat    :
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2004,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4741);
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK1XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
8. Peraturan Meriteri Kesehatan Nomor 1 575/Mer,kes/Per/Xl/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

14
439/Menkes/PerNl/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1575/MenkeslPerlXl/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 355/Menkes/PerN/2006 tentang
Pedoman Pelembagaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/Menkes/PeriXII2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Kesehatan;

Menetapkan    : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KLASIFIKASI RUMAH

SAKIT.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal I

Dalam Peraturan mi yang dimaksud dengan:

1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripuma yang menyediakan
pelayanan rawat map, rawat jalan, dan gawat darurat.

2. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan


kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

3. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ atau jenis penyakit.

4. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas Rumah Sakit berdasarkan


fasilitas dan kemampuan pelayanan.

5. Fasilitas adalah segala sesuatu hal yang menyangkut sarana, prasarana


maupun alat (baik alat medik maupun alat non medik) yang dibutuhkan oleh
rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pasien.

6. Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh mata
maupun teraba oleh panca-indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien
dan (umumnya) merupakan bagian dan suatu bangunan gedung ataupun
bangunan gedung itu sendiri.

7. Prasarana adalah benda maupun jaringan I instansi yang membuat suatu sarana
yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

8. Tenaga tetap adalah tenaga yang bekerja di rumah sakit secara puma waktu
dan berstatus pegawai tetap.

15
BAB II
PENETAPAN KELAS

Pasal 2

(1) Setiap rumah sakit wajib mendapatkan penetapan kelas dan Menteri.

(2) Rumah sakit dapat ditingkatkan kelasnya setelah lulus tahapan pelayanan akreditasi
kelas dibawahnya.

Pasal 3

Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan


medik umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat map,
operasilbedah, pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi,
sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan
masyarakat, pemulasaran jenazah, laundty, dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah
sakit, serta pengolahan Iimbah.

BAB III
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT UMUM

Pasal 4

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum dikiasifikasikan


menjadi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A;
b. Rumah Sakit Umum Kelas B;
c. Rumah Sakit Umum Kelas C;
d. Rumah Sakit Umum Kelas 0.

Pasal 5

Kiasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:


a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Admmnistrasi dan Manajemen.

16
BABIV
RUMAH SAKIT UMUM

Bagian Kesatu
Rumah Sakit Umum Kelas A

Pasal 6

(1) Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan
Spesialis penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13
(tiga belas) pelayanan Medik Sub Spesialis.

(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana dimaksud
pada ayat (I) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik
Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis,
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan
Penunjang Non Klinik.

(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan lbu Anak IKeluanga Berencana.

(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat membenikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) han seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.

(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dan Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.

(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dan Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.

(7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdini dan Pelayanan Mata,
Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan
Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan
Kedokteran Forensik.

(8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dan Pelayanan Bedah Mulut,
Konsenvasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi dan Penyakit
Mulut.

17
(9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dan pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.

(10) Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dan Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Obstetni dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan,
Syanaf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Panti, Onthopedi dan
Gigi Mulut.

(11) Pelayanan Penunjang Klinik terdini dan Penawatan lntensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Stenilisasi lnstrumen dan Rekam Medik.

(12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdini dan pelayanan LaundiylLinen, Jasa Bogal
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas
Medikdan Penampungan Air Bersih.

Pasal 7

(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.

(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 18 (delapan belas) orang dokter
umum dan 4 (empat) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 6 (enam)
orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap.

(4) Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik hams ada masing-masing minimal 3 (tiga)
orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap.

(5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 3 (tiga) orang
dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga
tetap.

(6) Untuk Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut hams ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.

(7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang
dokter subspesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai
tenaga tetap.

(8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.

(9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.

Pasal 8

18
(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.

(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.

(3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan pemndang-undangan.

(4) Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah.

Pasal 9

(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata laksana.

(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanari medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.

(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Bagian Kedua
Rumah Sakit Umum Kelas B

Pasal 10

(1) Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2
(dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

(2) Kritenia, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik
Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik
dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.

(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) han seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.

(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdini dan Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetni dan Ginekologi.
19
(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dan Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.

(7) Pelayanian Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dan 13 (tiga belas)
pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggonokan, Syanaf, Jantung dan
Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paw, Orthopedi, Urologi, Bedah
Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.

(8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdini dan Pelayanan Bedah Mulut,
Konservasi/Endodonsi, dan Peniodonti.

(9) Pelayanan Kepenawatan dan Kebidanan terdiri dan pelayanan asuhan kepenawatan
dan asuhan kebidanan.

(10) Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dan 4 (empat) subspesialis dasar yang
meliputi:Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi.

(11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dan Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.

(12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri ciari pelayanan LaundiylLinen, Jasa Boga I
Dapur, Teknik dan Pemehharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik
danPenampungan Air Bersih.

Pasal 11

(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.

(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 (dua belas) orang dokter umum
dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter
spesialis dengari masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap.

(4) Pada Pelayanan Spesialis Penunijang Medik harus ada masing-masing minimal 2
(dua) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu ) orang dokter spesialis
sebagal tenaga tetap.

(5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal I (satu) orang
dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter spesialis sebagal tenaga
tetap pada pelayanan yang berbeda.

(6) Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal I (satu)
orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.

(7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang
dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang doktei subspesialis sebagai tenaga tetap.

(8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.

20
(9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.

Pasal 12

(1) Sarana prasarana Rumah Sakit hams memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteni.

(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.

(3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.

Pasal 13

(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata Iaksana.

(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang meclis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.

(3) Tata ?aksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS), hospital bylaws dan Medical Staff by laws.

Bagian Ketiga
Rumah Sakit Umum Kelas C

Pasal 14

(1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat)
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

(2) Kritenia, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

(3) Pelayanan Medik Umum terdini dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.

(4) Pelayanan Gawat Dawnat haws dapat membenikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh) jam dan 7 (tujuh) han seminggu dengan kemampuan melakukan pemeniksaan
awal kasus-

21
(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dan Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetni dan Ginekologi.

(6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan.

(7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dan Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.

(8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dan pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.

(9) Pelayanan Penunijang KIlnik terdiri dan Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik

(10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dan pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga /
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan
Penampungan Air Bersih.

Pasal l5

(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.

(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum dan
2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua)
orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.

(4) Pada setiap Pefayanan Spesialis Penunjarig Medik masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.

(5) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.

(6) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.

Pasal 16

(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.

(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.

(3) Peralatan radiologi harus memenuhi stanciar sesuai dengari ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(4) Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.

22
Pasal 17

(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata laksana.

(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.

(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manaemen
Rumah Sakit (SIMS) dan hospital by laws dan Medical Staff by laws.

Bagian Keempat
Rumah Sakit Umum Kelas D

Pasal 18

(1) Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyal fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang KIlnik dan Pelayanan Penunjang Non Kliriik.

(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.

(4) Pelayanan Gawat Dawrat harus dapat membenikan pelayanan gawat darurat 24 (duan
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hail seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat dawrat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.

(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dan 4 (empat) jenis
pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,
Bedah, Obstetri dan Ginekologi.

(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiologi.

(7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdini dan pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.

(8) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dan Perawatan High Care Unit, Pelayanan Darah,
Gizi, Farmasi, Stenilisasi Instrumen dan Rekam Medik

(9) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdini dan pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga I
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
23
Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan
Penampungan Air Bersih.

PasaI 19

(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesualkan dengan jenis dan tingkat pelayanan.

(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum dan I
(satu) orang dokter gigi sebagal tenaga tetap.

(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter spesialis dan 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan I (satu)
orang dokten spesialis sebagai tenaga tetap.

(4) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.

(5) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.

Pasal 20

(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.

(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.

(3) Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(4) Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.

Pasal 21

(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata Iaksana.

(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.

(3) Tatakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.

Pasal 22

Kriteria klasifikasi Rumah Sakit Umum sebagaimana tercantum dalam lampiran I


Peraturan mi.

BAB V
RUMAH SAKIT KHUSUS

Pasal 23
24
Jenis Rumah Sakit khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung,
Kanker,
Orthopedi, Paw, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit lnfeksi,
Bersalin,
Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kulit dan
Kelamin.

Pasal 24

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Khusus dikiasifikasikan

menjadi:
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A;
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B;
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.

Pasal 25

(1) Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan:


a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.
(2) Kriteria kiasifikasi Rumah Sakit Khusus sebagaimaria dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan mi.

Pasal 26

Klasifikasi dan unsur pelayanari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 meliputi


Pelayanari Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat sesuai kekhususannya, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar sesuai kekhususan, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik,
Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Penunjang Klinik,
Pelayanan Penunjang Non Klinik.

Pasal 27

Kriteria klasifikasi dan unsur sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24
meliputi ketersediaan sumber daya manusia pada Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik
Spesialis sesuai kekhususannya, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik, Pelayanan Keperawatan dan Penunjang Klinik.

Pasal 28

25
(1) Kriteria kiasifikasi dan unsur administrasi dan manajemen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 meliputi struktur organisasi dan tata laksana.
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsure
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta
administrasi umum dan keuangan.
(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tugas dan fungsi, susunan
dan uraian jabatan, tata hubungari kerja, standar operasional prosedur, hospital bylaws &
medical staff bylaws.

Pasal 29

Rumah Sakit Khusus harus memenuhi jumlah tempat tidur sesuai dengan klasifikasinya
berdasarkan kebutuhan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan mi.

Pasal 30

Penamaan Rumah Sakit Khusus harus mencantumkan kekhususannya.

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 31

(1) Menteri melakukan pembmnaan dan pengawasan dalam peraturan menteri mi kepada
pemerintah daerah provinsi.

(2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan dalam klasifikasi Rumah Sakit
kepada pemerintah daerah Kabupaten I Kota.

(3) Apabila Gubernur belum mampu melakukan pembinaan dan pengawasan dalam
kebijakan klasifikasi setelah dilakukan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1)
maka untuk sementara pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Menteri.

(4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan
lain.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 32

(1) Rumah sakit yang tidak memenuhi kriteria klasifikasi sebagaimana diatur dalam
ketentuan mi akan disesuaikan kelasnya dengan Keputusan Menteri Kesehatan.

(2) Pelaksanaan ketentuan mengenai Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum mi


dikecualikan bagi Daerah Perbatasan dan Daerah terpencil yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan.
26
(3) Pelaksanaan ketentuan mengenai Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum mi
dilaksanakan paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak peraturan
miditetapkan.

BAB III
METODE PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN RUMAH SAKIT

3.1. Program Ruang dalam Perencanaan Rumah Sakit

Terdapat bukti yang cukup positif saat CABE (Commission for Architecture


and Built Environment) mengumumkan hasil riset melalui telpon terhadap 500
perawat di London yang dilakukan sejak 12-27 Agustus 2003, yang menyatakan
bahwa para perawat tersebut sangat menyadari bahwa desain Rumah Sakit dan
lingkungannya berdampak langsung terhadap kecepatan kesembuhan pasien
(patients recovery rate) dan terutama pada tingkat stress mereka. Hal lain yang
juga diungkap dalam riset tersebut adalah sebagai berikut:
:: 91% Perawat dan 100% Dokter yang disurvey percaya bahwa :

lingkungan rumah sakit yang sudah didesain dengan baik sangat


berhubungan erat dengan tingkat kesembuhan pasien.
:: 90% Perawat dan 91% Dokter setuju bahwa:

bekerja di rumah sakit yang tidak didesain dengan baik, juga memberikan
kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan tingkat stress pasien.
:: 90% Dokter menyatakan bahwa:

sikap pasien lebih baik terhadap staf medik jika berada pada ruangan yang
didesain dengan baik.
:: 79% Perawat percaya bahwa:

desain suatu rumah sakit berperanan penting pada perkembangan etos


kerja karyawan.
:: 87% Perawat menyatakan bahwa:

rumah sakit yang didesain dengan baik akan sangat membantu mereka
dalam menyelesaikan pekerjaan.
:: 99% Perawat dan 100% Dokter setuju bahwa:

mereka harus mengkonsultasikan kepada tenaga ahli yang tepat dalam


menyelesaikan pokok permasalahan desain.
:: Tetapi hanya 44% yang menyatakan bahwa:

mereka tidak merasakan dampak apapun dari desain fisik bangunan rumah
sakit.

27
Hasil riset tersebut hanya menegaskan saja penyataan Dr. Beverly Malone, Sekjen
NRC (Royal College of Nursing),

”Para perawat pasti merasakan dampak desain lingkungan kerja mereka terhadap kinerja
maupun terhadap kesembuhan pasien. Berjalan menyusuri koridor panjang dan dan
merawat pasien setiap hari, dalam penghawaan bangunan yang buruk dan ruang rawat
yang tidak didesain dengan baik, sangat berakibat negatif terhadap upaya pelayanan
kesehatan yang profesional dan tidak kondusif bagi kesembuhan pasien.”

Pemrograman, sebagaimana kita ketahui, merupakan tahapan kedua dari keseluruhan


proses perencanaan sebuah rumah sakit―tahapan pertama adalah studi
kelayakan/feasibility study(Rosenfeld, 1981). Dan program ruang, merupakan salah satu
proses yang cukup signifikan dari keseluruhan proses atau tahapan pemrograman.
Sebagai seorang perencana rumah sakit ― baik seorang arsitek, maupun manajer rumah
sakit (hospital administrator)― penguasaan operasional program ruang merupakan nilai
mutlak yang tidak
dapat ditawar lagi.
Hal ini untuk
menghindarkan
ketidaksesuaian
fungsi maupun
besaran ruang yang
kurang memenuhi
kebutuhan standar
sebuah rumah sakit.

28
Tabel berikut ini menunjukkan daftar bagian dari sebuah rumah sakit yang dapat
membantu kita untuk memvisualisasikan ukuran/besaran ruang tiap-tiap bagian rumah
sakit (Porter, 1982). Tabel ini hanya dapat digunakan untuk Fasilitas Kesehatan atau
Rumah Sakit yang bukan merupakan Rumah Sakit Pendidikan.

Contoh penggunaan tabel diatas adalah sebagai berikut:


Anda merencanakan sebuah Rumah Sakit dengan kapasitas tempat tidur 50 buah. Maka,
Luas Ruang untuk Radiologi adalah:
50 (TT) x 3.6 (m2) = 180m2 atau ruangan berukuran (contoh) 8x10m.
Beberapa catatan tambahan mengenai tabel diatas, adalah:

Luas/Besaran Ruang (gross) yang dibutuhkan adalah berdasarkan garis as dinding, serta


merupakan penjumlahan dariLuas Ruang (net) ditambah ruang-ruang sisa (nonassignable
areas). Ruang-ruang sisa termasuk ketebalan dinding partisi, sirkulasi vertikal dan
horisontal, dan shaft. Untuk mengkonversi luas/besaran ruang kotor (gross) menjadi
luas/besaran ruang bersih (net), biasanya digunakan koefisien 1.5-1.8.

Contoh:
Luas kotor Ruang Laundry adalah 1.08m2 (tiap bed yang disediakan RS)
Maka, Luas bersihnya adalah = 1.08 / 1.5
= 0.72m2

Dalam pemrograman dan perencanaan sebuah rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan, kebanyakan arsitek dan manajer rumah sakit menggunakan standar ini
ditambah dengan sirkulasi untuk menentukan luas riil rumah sakit dan menentukan biaya
untuk pengajuan sebuah proyek rumah sakit. Sehingga diharapkan produk perencanaan
rumah sakit nantinya —baik masih berupaMaster Program maupun Master Plan, atau
bahkan ketika sudah memasuki tahap Design Development Plan― dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik maupun profesional dengan kualitas yang
optimal.

3.2. Perencanaan Kebutuhan Makanan

Sebelum kita membuat perencanaan kebutuhan bahan makanan, harus memperhitungkan


beberapa hal, yaitu:

a. Alokasi Dana Yang Tersedia ( Karyawan Dan Pasien ).


Besarnya alokasi dana yang tersedia akan menentukan
menu yang disusun. Selain itu berapa jumlah karyawan dan
pasien yang akan disediakan makanan, sangat
mempengaruhi kebutuhan bahan makanan yang harus disediakan.
b. Perbedaan kelas perawatan pasien sangat berpengaruh
pada menu yang dibuat. Semakin tinggi kelas perawatan,
maka semakin beragam jenis menu yang disajikan. Hal ini
sangat mempengaruhi dana yang harus dikeluarkan untuk
proses produksi menu tersebut.

c. Standar Pemberian Bahan Makanan Yang Berlaku Di Instansi.


29
d. Siklus menu yang telah ditetapkan termasuk menu khusus bila ada hari libur
misalnya menu 5, 10 dan 15 hari.

e. Jumlah dan jenis konsumen menurut klasifikasi pelayanan dari institusi . Data ini
bisa berdasarkan pada 1 – 2 tahun
terakhir dan jumlah porsi yang disajikan selama 3 – 6 bulan
terakhir. Dirumah sakit bisa saja berdasarkan bor ( bad ocupansi rate )

f. Perkiraan sisa bahan makanan dalam periode yang terdekat


dengan awal pembelian yang akan datang.

g. Perkiraan refuse/ waste (sisa) selama penyimpanan,


pengolahan dan pendistribusian.

h. Spesifikasi bahan makanan yang digunakan dalam standar


resep. Hal ini juga sebaiknya mengacu kepada alokasi dana
dan kelas perawatan.

i. Berbagai Standarisasi.
Dalam perencanaan kebutuhan bahan makanan harus
mempedomani menu baku, resep baku, porsi baku dan
bumbu baku yang dipakai.

3.3 Prosedur penghitungan kebutuhan SDM kesehatan Kebutuhan Rumah


Sakit Berdasarkan Indikator Beban Kerja

Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu
metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan
nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori Rumah Sakit pada tiap unit kerja di fasilitas
pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan,
secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.

Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah,
yaitu :

1. Menetapkan waktu kerja tersedia;

2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM;

3. Menyusun standar beban kerja;

4. Menyusun standar kelonggaran;

5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja.

Pada dasarnya metode WISN ini dapat di gunakan di rumah sakit, puskesmas dan sarana
kesehatan lainnya, atau bahan dapat digunakan untuk kebutuhan tenaga di Kantor Dinas
Kesehatan. Sebagai contoh dibawah ini disajikan penggunaan metode WISN di sarana
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

LANGKAH PERTAMA MENETAPKAN WAKTU KERJA TERSEDIA

30
Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja tersedia
masing-masing kategori SDM yang bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu
tahun.

Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah sebagai
berikut :

1. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah setempat,
pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam 1 tahun 250 hari kerja (5 hari x

50 minggu). (A)

2. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja setiap
tahun. (B)

3. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk


mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalisme setiap kategori SDM
memiliki hak untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar/ lokakarya dalam 6 hari kerja. (C)

4. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait tentang Hari Libur
Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002-2003 ditetapkan 15 Hari Kerja dan 4 hari kerja
untuk cuti bersama. (D)

5. Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (selama kurun
waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa
pemberitahuan/ijin. (E)

6. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah, pada
umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari kerja/minggu). (F)

Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menetapkan waktu


tersedia dengan rumus sebagai berikut :

Waktu Kerja Tersedia = {A - (B+C+D+E)} X F

Keterangan :

A = Hari Kerja D = Hari Libur Nasional

B = Cuti Tahunan E = Ketidak Hadiran Kerja

Apabila ditemukan adanya perbedaaan rata-rata ketidak hadiran kerja atau RS


menetapkan kebijakan untuk kategori SDM tertentu dapat mengikuti pendidikan dan
pelatihan lebih lama di banding kategori SDM lainnya, maka perhitungan waktu kerja
tersedia dapat dilakukan perhitungan menurut kategori

31
TABEL VI.8

WAKTU KERJA TERSEDIA

Kode FAKTOR KETERANGAN

Perawat Dokter

A Hari Kerja 260 260 Hari/tahun


B Cuti Tahunan 12 12 Hari/tahun
C Pendidikan dan Pelatihan 5 10 Hari/tahun
D Hari Libur Nasional 19 19 Hari/tahun
E Ketidak Hadiran Kerja 10 12 Hari/tahun
F Waktu Kerja 8 8 Jam/hari
Waktu Kerja Tersedia 1,712 1,656 Jam/tahun
Hari Kerja Tersedia 214 207 Harikerja/thn

MENETAPKAN UNIT KERJA DAN KATAGORI SDM

Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya unit kerja dan
kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masayarakat di dalam dan di luar RS.

Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan kategori

SDM adalah sebagai berikut :

1. Bagan Struktur Organisasi RS dan uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing
unit dan sub-unit kerja.
2. Keputusan Direktur RS tentang pembentukan unit kerja struktural dan fungsional,
misalnya: Komite Medik, Komite Pangendalian Mutu RS. Bidang/Bagian Informasi.
3. Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja di RS.
4. PP 32 tahun 1996 tentang Rumah Sakit.
5. Peraturan perundang undangan berkaitan dengan jabatan fungsional SDM
kesehatan.
6. Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) pada
tiap unit kerja RS.

32
3.4 Analisa Organisasi

Fungsi utama rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang


mengutamakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan kesehatan kuratif,
rehabilitatif secara serasi dan terpadu dengan pelayanan preventif dan promotif.
Berdasarkan fungsi utama tersebut, unit kerja RS dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Unit Kerja Fungsional Langsung, adalah unit dan sub-unit kerja yang langsung
terkait dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan di dalam dan di
luar RS, misalnya : Intalasi Rawat Inap, Intalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat
Darurat, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi/Apotik, Unit
Pelayanan Home Care dll.

2. Unit Kerja Fungsional Penunjang, adalah unit dan sub-unit kerja yang tidak
langsung berkaitan dengan penyelenggaraan :

- Pelayanan kesehatan perorangan di RS, misalnya: Instalasi Tata Usaha Rawat


Inap/Rawat Jalan, Intalasi Pemeliharaan Sarana RS.

- Pelayanan kesehatan Promotif di dalam dan diluar RS, misalnya: Unit


Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM-RS).

Apabila ditemukan unit atau sub-unit kerja fungsional yang belum diatur atau ditetapkan
oleh Direktur, Depkes, Pemda (Pemilik RS) perlu ditelaah terlebih dahulu sebelum
disepakati ditetapkan keberadaanya. Selanjutnya apakah fungsi, kegiatan- kegiatannya
dapat digabung atau menjadi bagian unit kerja yang telah ada.

Setelah unit kerja dan sub unit kerja di RS telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi atau pendidikan untuk menjamin mutu,
efisensi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan/pelayanan di tiap unit kerja RS.

Data kepegawaian, standar profesi, standar pelayanan, fakta dan pengalaman yang
dimiliki oleh penanggung jawab unit kerja adalah sangat membantu proses penetapan
kategori SDM di tiap unit kerja di RS.

Untuk menghindari hambatan atau kesulitan perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan


beban kerja, sebaiknya tidak menggunakan metode analisis jabatan untuk menetapkan
kategori SDM sesuai kompetensi yang dipersyaratkan dalam melaksanakan suatu
pekerjaan / kegiatan di tiap unit kerja

33
BAB IV

TINDAK LANJUT

TindakLanjutSetelahPenyusunanRencana

Setelah dokumen perencanaan tersusun tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah:

zPimpinan di daerah memberi arah dan petunjuk dalam melakukan:


y Pembangunan Rumah Sakit
y pendayagunaan SDM(merencanakan distribusinya,kelanjutankariernya,serta
kesejahteraannya)
y Pembinaan dan pengawasan Pembangunan Rumah Sakit

Pengawasan dilakukan bersama-sama / melibatkan sektor lain termasuk


Organisasi Profesi dan swasta

zUntuk memperbaiki kualitas kesehatandi daerah, pimpinan di daerah perlu


meningkatkanpembangunan pelayanankesehatandidaerah, seperti:
• dalam menetapkan sasaran harus jelas dan terukur sehingga dapat dilaksanakan
• melakukan upaya pembinaan perencanaan dengan pelatihan maupun bantuan teknis
• melakukan pengembangan perencanaan termasuk metodenya
• mengalokasikan sumberdaya pendukung seperti alokasi dana dan sarana yang
memadai.

34
BAB V

PENUTUP

Sesuai dengan amanat Undang-UndangNomor29Tahun2004 tentang PraktikKedokteran


(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004 Nomor116,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4431);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimanatelahdiubahterakhirdenganUndang-
Undang Nomor 12Tahun2008 tentangperubahankeduaatasUndang-
UndangNomor32Tahun2004 tentang PemerintahanDaerah
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2008 Nomor59,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4844);

Undang-UndangNomor33Tahun2004 tentang Perimbangan KeuanganAntaraPemerintah


PusatdanPemerintahanDaerah (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004 Nomor126,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4438);

Undang-UndangNomor25Tahun2007 tentangPenanamanModal
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2007 Nomor67,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4724);
Undang-UndangNomor 36Tahun2009 tentangKesehatan (LembaranNegara Republik
Indonesia Tahun2009Nomor 144, TambahanLembaranNegara RepublikIndonesia
Nomor5063);

Sejalan dengan prinsip penyelenggaraan pembangunan Rumah


Sakityangsaatinisedangdirancang,makaperencanaan
pembangunandisesuaikandengankebutuhanmasyarakat,baikkebutuhan
lokal,Nasionalmaupunglobal.AtasdasarinimakaPembangunan JangkaPanjang Rumah Sakit
adalahacuanutamadalammenyusunkebutuhansebuah pelayanan kesehatan dalam sebuah
daerah.

35

Anda mungkin juga menyukai