Studi Kelayakan Perencanaan Dan Perizinan Rumah Sakit
Studi Kelayakan Perencanaan Dan Perizinan Rumah Sakit
dan
MALANG
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012
Contoh Formulir Permohonan Izin Mendirikan Bangunan
FOR MU L IR
P ER MO HO NA N
No. Formulir : 19034
Malang,2 0 J u n i 2012
Perihal : Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kepada
Yth. Bapak Bupati Malang
Cq. Kepala Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu
Di –
Malang
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
Lengkap Sepa
: Tempat/Tanggal Lahir Indrawan
: Pekerjaan : Fak-fak, Papua 31 12 1 9 9 2
Alamat :
Wirausahawan
JL. Sumber Sari GG 4 272
Malang Telepon / Hp
Dengan ini mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk bangunan baru /
bangunan tambahan / mengubah atau membongkar sebagian atau seluruh bangunan *) yang terletak pada :
Perumahan
Sebagai bahan pertimbangan, kami lampirkan berkas sebagai berikut : Lahan kosong
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) ;
2. Surat Persetujuan Tetangga. Kampus Konvensional
3. Surat Pernyataan Pemohon dengan bermaterai secukupnya.
4. Surat Keterangan tanah dari Kepala Desa/Lurah yang menyatakan tidak terdapat suatu masalah atau tidak dalam status
sengketa tanah/bangunan diketahui oleh Camat.
5. Fotocopy Surat Bukti Kepemilikan Tanah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang
6. Fotocopy Bukti Pelunasan SPPT PBB Tahun berkenaan
7. Bagi pemohon yang mewakilkan untuk membuat surat kuasa dengan materai secukupnya.
8. Dokumen analisis mengenai dampak dan gangguan terhadap lingkungan, atau upaya pemantauan lingkungan (UPL)/ upaya
pengelolaan lingkungan (UKL) bagi yang terkena kewajiban.
9. Pembangunan yang dilakukan oleh developer/pengembang/industri melampirkan izin prinsip, izin peruntukan lahan dan
dokumen lingkungan.
10. Keterangan situasi bangunan (KSB) mengenai batas-batas dan garis sempadan bangunan ;
11. Gambar rencana/arsitektur bangunan dalam rangkap dua yang telah disahkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pinrang;
12. Pas Foto Warna 3 x 4 cm 3 (tiga) Lembar.
Demikian surat permohonan ini saya buat dan atas persetujuannya diucapkan terima kasih.
PEMOHON
Materai
Secukupnya
(Sepa Indrawan)
*) Coret yang tidak perlu
Kami yang bertanda tangan dibawah ini, masing-masing tetangga menerangkan bahwa tanah/bangunan milik
saudara ………Firman Akbar…… yang terletak pada :
Jalan : JL. Veteran 10 , Malang
Dusun/Lingkungan *) : Zamba
Desa/Kelurahan : Lowokwaru
Kecamatan : Lowokwaru
Dengan ini menyetujui untuk melakukan pembangunan bangunan baru / bangunan tambahan / mengubah atau
membongkar sebagian atau seluruh bangunan *) dan kami tidak keberatan atau menuntut apapun terhadap
pemilik dalam pelaksanaan pembangunan seperti gambar rencana/arsitektur bangunan yang telah kami
ketahui.
Demikian surat persetujuan ini kami buat dengan keadaan sadar dan rasa tanggungjawab serta tanpa
adanya tekanan dari pihak manapun untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Diketahui :
Reg : …………………
Tgl :24 juni 2012
Kepala Dusun/Lingkungan Kepala Desa / Lurah
Darsono Sutikno
Mengetahui :
Arda Aryo
NIP :
Pada hari ini Minggu Tanggal 2 4 , Bulan J u n i Tahun 2012 maka saya bertanda tangan di bawah ini :
Nama Lengkap : Sepa Indrawan
Tempat/Tanggal : Fak_fak, Papua 31 Desember 1992
Pekerjaan : Wirausahawan
Alamat : JL. Sumber Sari GG 4 272
Berkenaan dengan surat permohonan untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan atas bangunan kami yang
terletak pada Alamat : JL Veteran ,Malang. Dusun/Lingkungan Zamba, Desa/Kelurahan Lowokwaru Kecamatan
Lowokwaru Guna Bangunan : Fasilitas Umum
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
1. Tanah dan atau bangunan di lokasi tersebut tidak dalam sengketa/perkara, oleh karena itu bilamana
permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ini disetujui dan apabila dikemudian hari ternyata timbul sengketa
atas tanah dan atau bangunan, maka kami setuju dan tidak keberatan terhadap Surat Izin Mendirikan Bangunan
yang diberikan untuk dibatalkan.
2. Bersedia mengatur /menyimpan dengan baik dan rapi material/bahan bangunan lainnya baik p[ada saat
pembangunan berjalan maupun setelah selesai pembangunan, sehingga tidak menganggu kelancaran lalu
lintas, aliran air hujan/selokan/drainase dan tetangga.
3. Bersedia menempatkan bangunan di lokasi sesuai dengan garis sempadan bangunan (GSB), garis sempadan
pagar (GSP) sesuai aturan yang berlaku dan apabila tidak sesuai dengan GSB/GSP, maka kami bersedia
membongkar/mengubah tanpa meminta ganti rugi.
4. Bersedia untuk tidak menutupi seluruh bagian drainase/selokan yang berada disekitar lokasi bangunan guna
kelancaran pembersihan drainase/selokan.
5. Apabila sewaktu-waktu Pemerintah Kabupaten Pinrang menerapkan peraturan dan ketentuan berkenaan
dengan tata ruang yang berlaku, antara lain berupa pelaksanaan rencana jalan / pelebaran jalan, penertiban garis
sempadan, saluran, jalur hijau/ruang terbuka hijau berdasarkan ketentuan rencana tata kota yang berlaku, maka
kami sanggup dan bersedia :
a. Membongkar sendiri bangunan/bagian bangunan yang terkena pelaksanaan rencana jalan/ pelebaran
jalan, penertiban garis sempadan, saluran, jalur hijau/ruang terbuka hijau dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.
b. Menyesuaikan penggunaan bangunan terhadap ketentuan peruntukan tanah lokasi dimaksud
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
6. Apabila dikemudian hari bangunan yang saya bangun tidak sesuai dengan perencanaan dan pemanfaatan
tata ruang yang berlaku, maka Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang telah terbit ditarik dan dinyatakan tidak
berlaku lagi.
7. Kebutuhan areal parker kendaraan maupun ruang terbuka di dalam lokasi persil, sanggup kami penuhi
sesuai dengan ratio yang ditetapkan bagi kepentingan penggunaan bangunan tersebut.
8. Apabila dikemudian hari terjadi kegagalan bangunan atau konstruksi bangunan yang mengakibatkan
kerusakan pada bangunan/bagian bangunan disekitarnya, maka kami bertanggungjawab atas kegagalan
bangunan dimaksud.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran, tanpa ada paksaan atau tekanan dalam bentuk
apapun dan dari siapapun , untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Materai PEMOHON
Secukupnya
(Nama Terang)
Diketahui :
Reg : ………………… Tgl : …………………
Kepala Dusun/Lingkungan …………… Kepala Desa / Lurah ……………….
Darsono Sutikno
Mengetahui :
Arda Aryo
NIP :
Contoh Surat Keterangan Pemerintah
SURAT KETERANGAN
Nomor :
Menerangkan bahwa :
Nama Lengkap : Sepa Indrawan
Tempat/Tgl Lahir : Fak-Fak, Papua 31 Desember 1992
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : JL. Sumber Sari GG 4 272
Yang bersangkutan mengajukan permohonan izin untuk Mendirikan bangunan baru / bangunan tambahan/
mengubah sebagian atau seluruh bangunan / membongkar sebagian atau seluruh bangunan *) di atas sebidang tanah
pekarangan/perumahan yang terletak di Dusun/Lingkungan Z a m b a Desa/Kelurahan Lowokwaru Kecamatan
lowokwaru dengan No.Persil. ……………… No.Blok. ………….. No.Kohir. ..……………….. No.SPPT :
………………………………………. No. Hak Milik. …………………. Gambar Situasi (GS) No. ….
Tanggal ………………….. Luas ±
…………(………………………………………) M² tertulis atas nama …………………………………..
Adapun Tanah Pekarangan/Perumahan tersebut berbatasan sebagai berikut :
Sebelah Utara : Perumahan
Sebelah Timur : Lahan kosong
Sebelah Selatan : Kampus
Sebelah Barat : Konvensional
Bahwa tanah tersebut diatas sepanjang pengetahuan kami adalah tanah milik pemohon dan tidak ada
gugatan/tuntutan dari pihak lain dan tidak ada sengketa batas tanah/bangunan sampai surat keterangan ini dibuat.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagai syarat pengurusan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB).
Mengetahui :
Malang 24 juni 2012.
Camat Kepala Desa / Lurah
SURAT KUASA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : Sepa Indrawan
Umur : 19 Tahun
Tahun : 1992
Pekerjaan : Wirausahan
Alamat : JL. Sumber Sari GG 4 272
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA (Pemberi Kuasa)
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………..ii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………..1
BAB II
BAB III
3.2. PerencanaanKebutuhanMakanan……………………………………………………………....27
3.3. ProsedurPenghitunganKebutuhanSdmKesehatanKebutuhanRumahSakit………….......…28
3.4. AnalisaOrganisasi………………………………………………………………………………...31
BAB IV
TINDAK LANJUT……………………………………………………………………………………….32
BAB V
PENUTUP……………………………………………………………………………………………….33
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini Indonesia dirundung keprihatinan mengenai bidang kesehatan. Banyak
sekali warga Indonesia yang terserah wabah penyakit mulai dari penyakit biasa hingga
penyakit yang tidak biasa kita ketahui. Hal tersebut didkung dengan adanya kehidupan
lingkungan masyarakat yang makin terpuruk. Sampah dimana-mana, polusi udara makin
meningkat dan semakin panasnya kulit bumi (global warming). Faktor ekonomipun juga
sangat mempengaruhi keadaan tersebut. Banyak warga yang sengaja tidak memeriksakan
kesehatannya karena keterbatasan biaya. Adapun juga warga yang tinggal jauh dari
perkotaan sangat sulit menjangkau puskesmas ataupun rumah sakit terdekat dan pada
akhirnya mereka terpaksa untuk tidak memeriksakan kesehatannya.
Dari banyak uraian diatas maka perlu adanya sebuah pembangunan yang berfungsi
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat contohnya adalah puskesmas atau rumah sakit.
Pembangunan rumah sakitpun memiliki syarat-syarat tertentu. Mengingat banyak arsitek-
arsitekng yang kurang memperhatikan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan pembangunan
sebuah rumah sakit.
Aspek pranata dalam hal ini penting dalam penyusunan banyak hal yang berhubungan
dengan perencanaan pembangunan rumah sakit. Dengan mengetahui aspek-aspek didalam
pranata, kita dapat melaksanakan perencanaan tersebut sesuai dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dengan begitu, disini kami akan membahas tentang
aspek-aspek pranata yang berhubungan dengan pembangunan rumah sakit.
1.2. TUJUAN
1.2.1. TUJUAN DIDIRIKANNYA PERUSAHAAN
1. Untuk memenuhi kebutuhan kesahatan masyarakat dengan pembangunan
rumah sakit mengingat kesehatan masyarakat makin menurun.
2. Memajukan industri dan meningkatkan persaingan usaha dalam bidang
kesehatan.
3. Meningkatkan pendapatan Daerah dan Negara, serta membuka lapangan
pekerjaan di bidang kesehatan.
3.1.1. TUJUAN PENYUSUSNAN DOKUMEN
1.3. MANFAAT
3
1.3.1. Manfaat Berdirinya Perusahaan
a. Bagi Perusahaan
4
BAB II
TENTANG PERIZINANRUMAHSAKIT
DENGANRAHMATTUHANYANGMAHA ESA
MENTERIKESEHATANREPUBLIKINDONESIA,
Menimbang : bahwauntukmelaksanakanketentuanpasal28Undang-UndangNomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan tentangPerizinanRumahSakit;
5
9. Peraturan PemerintahNomor79 Tahun2005tentangPedoman
Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan
Daerah(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2005Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4593);
10.Peraturan PemerintahNomor38Tahun2007tentangPembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,Pemerintah Daerah
Provinsi,Pemerintah DaerahKabupaten/Kota (Lembaran Negara
RepublikIndonesiaTahun2007Nomor 82,TambahanLembaran
Negara RepublikIndonesia Nomor4737);
11.Peraturan PresidenNomor77Tahun2007TentangDaftarBidang Usaha
YangTertutup Dan BidangUsahaYang Terbuka Dengan Persyaratan
di Bidang Penanaman Modal sebagaimana telah
diubahterakhirdenganPeraturan PresidenNomor111 Tahun2007
tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha
YangTerbukaDenganPersyaratandi BidangPenanamanModal;
12.Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan
TerpaduSatuPintuDiBidangPenanaman Modal;
13. PeraturanMenteriKesehatanNomor 1045/Menkes/Per/XI/2006
tentang OrganisasiRumahSakitDi LingkunganDepartemen
Kesehatan;
14.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005
tentangOrganisasidanTata KerjaDepartemenKesehatan
sebagaimanatelahdiubahterakhirdenganPeraturan Menteri
Kesehatan Nomor439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
DepartemenKesehatan;
15. PeraturanMenteriKesehatanNomor 1244/Menkes/Per/I/2009
tentangPendelegasianWewenangPemberianIzindi Bidang Kesehatan
DalamRangka PelaksanaanPelayananTerpadu Satu Pintu di
Bidang Penanaman Modal Kepada Kepala Badan
KoordinasiPenanamanModal;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURANMENTERIKESEHATANTENTANGPERIZINANRUMAH SA
6
BABI
KETENTUANUMUM
Pasal1
Dalamperaturanini yangdimaksuddengan:
1. RumahSakitadalahinstitusipelayanankesehatanyangmenyelenggarakanpelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan,dangawatdarurat.
2. RumahSakitUmumadalahRumahSakityangmemberikanpelayanankesehatanpada
semuabidangdanjenispenyakit.
3. RumahSakitKhususadalahRumahSakityangmemberikanpelayananutamapada satu
bidangatau satu jenispenyakit tertentu berdasarkandisiplinilmu,golonganumur, organ,
jenispenyakitataukekhususanlainnya.
4. RumahSakitPublikadalahRumahSakityangdikelolaolehPemerintah,Pemerintah
DaerahdanBadanHukumyangbersifatnirlaba.
5. RumahSakitPrivatadalahRumahSakityangdikelola oleh badanhukumdengan
tujuanprofit yangberbentukperseroan terbatasataupersero.
6. IzinmendirikanRumahSakitadalahizinyangdiberikanuntukmendirikanRumahSakit setelah
memenuhi persyaratanuntukmendirikan.
7. Izin operasional Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan
pelayanankesehatansetelah memenuhipersyaratandanstandar.
8. Registrasi Rumah Sakit adalah pencatatan resmi tentang status Rumah Sakit di
Indonesia.
9. AkreditasiRumahSakitadalahpengakuanyangdiberikanolehpemerintahkepada
manajemenRumahSakityang telahmemenuhistandaryang telahditetapkan.
10. UpayaPengelolaanLingkunganyangselanjutnyadisingkatUKLadalahupayayang
dilakukanolehpenanggungjawabusaha dan/kegiatan dalampenanganankomponen
lngkunganhidupyangterkenadampakbesardanpentingakibatdari rencanausaha
dan/ataukegiatan.
11. UpayaPemantauanLingkunganyangselanjutnyadisingkatUPLadalahupayayang
dilakukanolehpenanggungjawabusaha dan/kegiatan dalampemantauan komponen
lngkunganhidupyangterkenadampakbesardanpentingakibatdari rencanausaha
dan/ataukegiatan.
12. Analisis Dampak Lingkungan yang selanjutnya disingkat AMDAL adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakanpada lingkunganhidup yang diperlukanbagiproses pengambilan keputusan
tentangpenyelenggaraanusahadan/ataukegiatan.
13. ProgramKementerianKesehatanadalahprogrampemerintahyangdilaksanakandi
RumahSakit
7
14. Menteri adalahmenteri yangbertanggungjawabdalambidangkesehatan.
BABII
PERIZINANRUMAHSAKIT
BagianKesatu
Umum
Pasal2
(3) Izinoperasionalsebagaimanadimaksudpadaayat(2)
terdiri atasizinoperasionalsementaradanizinoperasionaltetap.
Pasal3
(1) PermohonanizinmendirikandanizinoperasionalRumahSakitdiajukanmenurutjenis
danklasifikasiRumahSakit.
(2) Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit
penanamanmodalasingataupenanamanmodaldalamnegeri diberikanolehMenteri
setelahmendapatkanrekomendasidari pejabatyangberwenangdibidangkesehatan
padaPemerintahDaerahProvinsi.
(3) IzinmendirikandanizinoperasionalRumahSakitkelasBdiberikanolehPemerintah
DaerahProvinsisetelahmendapatkanrekomendasidari pejabatyangberwenangdi
bidangkesehatanpadaPemerintahDaerahKabupaten/Kota.
(4) IzinmendirikandanizinoperasionalRumahSakitkelasCdankelasDdiberikanoleh
PemerintahDaerahKabupaten/Kotasetelah mendapatrekomendasidari pejabatyang
berwenangdi bidangkesehatanpadaPemerintahDaerahKabupaten/Kota.
BagianKedua
Izin Mendirikan
Pasal4
(1) Untukmemperolehizinmendirikan,RumahSakitharusmemenuhipersyaratanyang
meliputi :
a. studikelayakan;
b. masterplan;
c. statuskepemilikan;
d. rekomendasiizinmendirikan;
8
e. izinundang-undanggangguan(HO);
f. persyaratanpengolahanlimbah;
g. luas tanahdansertifikatnya;
h. penamaan;
i. Izin MendirikanBangunan(IMB);
j. IzinPenggunaanBangunan(IPB);dan
k. Surat IzinTempatUsaha (SITU).
(2) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai persyaratan izin mendirikan sebagaimana
dimaksudpadaayat(1)tercantumdalamlampiranPeraturanini.
Pasal5
(2) Izinmendirikandiberikanuntukjangkawaktu2(dua)tahundandapatdiperpanjang
untuk1(satu) tahun.
BagianKetiga
Izin Operasional
Pasal6
(2) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai persyaratan izin operasional sebagaimana
dimaksudpadaayat(1)tercantumdalamlampiranPeraturanini.
Pasal7
(1) Izin operasional sementara diberikan kepada Rumah Sakit yang belum dapat
memenuhiseluruhpersyaratan sebagaimanadimaksud dalamPasal6ayat(1)dan
lampiranPeraturanini.
(2) Izin operasional sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk
jangkawaktu 1 (satu)tahun.
9
Pasal 8
(1) RumahSakityangtelahmemilikiizinoperasionalsementaraharusmengajukansurat
permohonanpenetapankelasRumahSakitkepada Menteri.
(3) Dalam rangka penetapan kelas Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim penilai
klasifikasiRumahSakit.
(4) Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri
menetapkanklasifikasiRumahSakit.
Pasal9
(1) Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan mendapatkan
penetapankelasRumahSakitsebagaimanadimaksuddalamPasal 7danPasal8,
diberikanizinoperasionaltetap.
(2) Izin operasional tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu
5 (lima)tahundandapat diperpanjangkembaliselamamemenuhipersyaratan.
Pasal10
(1) SetiapRumahSakityangtelahmendapakanizinoperasionalharusdiregistrasidan
diakreditasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan akreditasi dilaksanakan sesuai
ketentuanyang ditetapkanolehMenteri.
BagianKeempat
IzinRumahSakitDalamRangkaPenanamanModal
Pasal11
(1) IzinRumahSakitPenanamanModalDalamNegeri(PMDN)atauPenanamanModal
Asing(PMA)diberikanoleh Menteri.
(2) Untukmendapatkanizinsebagaimanadimaksudpadaayat(1)rumahsakitPenanaman
ModalAsing(PMA)harusmemenuhipersyaratansebagaiberikut:
a. harusberbentukbadanhukumPerseroanTerbatas(PT);
b. mengadakankerjasamadenganbadanhukumIndonesiayangbergerakdi
bidangperumahsakitan;
c. hanyauntuk menyelenggarakanRumahSakit;
d. pelayananyangdiberikanadalahpelayananspesialistikdan/atausubspesialistik;
10
e. jumlahtempat tidurminimal200buahuntuk PMAyangberasaldarinegara-
negaraASEANdan minimal300buahuntukPMA yangberasal dari negara-negara
NonASEAN.
f. lokasidiseluruhwilayahIndonesia
g. besaran modal asingmaksimal67%
h. direktur RumahSakitharusWargaNegara Indonesia
(3) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f ditetapkan oleh Menteri
berdasarkanhasilevaluasilokasi yangdilaksanakanolehKementerianKesehatan.
Pasal12
Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing
(PMA)selainmemenuhipersyaratan Pasal3,Pasal5,danPasal11jugaharusmemenuhi
ketentuanPerundang-undangantentangPenanamanModal.
Pasal13
Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing
(PMA) wajibmengikuti program-program Pemerintahsesuai kebijakanyangdikeluarkanoleh
KementerianKesehatan.
Pasal14
(1) PermohonandiajukankepadaDepartemenKesehatanc.q.DirektoratJenderalBina
PelayananMedikdenganmelampirkandata-data:
a. Studi kelayakan(feasibilitystudy);dan
b. Formulirisian mendirikanRumahSakityang telahdilengkapi
(2) DirektoratJenderalBinaPelayananMedikmengeluarkansuratrekomendasiapabila
permohonanmemenuhi persyaratan.
(4) Setelahditerbitkannyapersetujuan,makapemohonwajibmengajukanizinmendirikan
danoperasionalRumahSakitsesuai ketentuan.
BABIII
PENINGKATANKELASRUMAHSAKIT
BagianKesatu
Umum
Pasal15
11
(2) Peningkatan kelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan:
a. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan
Provinsi;
b. Profil dandataRumahSakit;
c. IsianInstrumentSelfAssessmentpeningkatankelas;dan
d. sertifikatlulusakreditasikelassebelumnya.
(3) Dalam rangka peningkatan kelas Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim penilai
klasifikasiRumahSakit.
(4) Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri
menetapkan kelasRumahSakit.
BABIV
PEMBINAANDANPENGAWASAN
Pasal16
(1) Pemerintahdaerahkabupaten/kotamelakukanpembinaandanpengawasanterhadap
pelaksanaanPeraturanini terhadap RumahSakitdiwilayahnya.
(2) Pemerintah daerah provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaanPeraturanini padapemerintahdaerahkabupaten/kotadiwilayahnya.
(3) PemerintahmelakukanpembinaandanpengawasanterhadappelaksanaanPeraturanini
padapemerintahdaerahprovinsi.
(4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
bimbingan,supervisi,konsultasi, pendidikandanlatihandankegiatanpemberdayaan lain.
Pasal17
(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Pemerintah Daerah Propinsi,
PemerintahDaerahKabupaten/Kota sesuaidengankewenanganmasing-masing dapat
mengambil tindakanadministratif.
(2) Tindakanadministratif sebagaimanadimaksudpadaayat (1)dapat berupa:
a. teguranlisan,
b. tegurantertulis,atau
c. pencabutanizin.
(3) Tindakanadministratif sebagaimanadimaksudpadaayat (2)dilaksanakansesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.
BABV
KETENTUANPERALIHAN
Pasal18
12
(2)Padasaatperaturaninimulaiberlaku,izinRumahSakityangsedangdalamproses,
dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 tentangRumahSakit.
BABVI
KETENTUANPENU
TUP Pasal 19
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit beserta perubahannya, dicabut dan
dinyatakan tidakberlaku.
Pasal 20
Ditetapkandi
Jakarta
pada tanggal27Januari2010
Menteri,
dr. EndangRahayuSedyaningsih,
MPH,DR.PH
13
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2004,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4741);
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK1XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
8. Peraturan Meriteri Kesehatan Nomor 1 575/Mer,kes/Per/Xl/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
14
439/Menkes/PerNl/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1575/MenkeslPerlXl/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 355/Menkes/PerN/2006 tentang
Pedoman Pelembagaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/Menkes/PeriXII2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Kesehatan;
SAKIT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
3. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ atau jenis penyakit.
6. Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh mata
maupun teraba oleh panca-indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien
dan (umumnya) merupakan bagian dan suatu bangunan gedung ataupun
bangunan gedung itu sendiri.
7. Prasarana adalah benda maupun jaringan I instansi yang membuat suatu sarana
yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
8. Tenaga tetap adalah tenaga yang bekerja di rumah sakit secara puma waktu
dan berstatus pegawai tetap.
15
BAB II
PENETAPAN KELAS
Pasal 2
(1) Setiap rumah sakit wajib mendapatkan penetapan kelas dan Menteri.
(2) Rumah sakit dapat ditingkatkan kelasnya setelah lulus tahapan pelayanan akreditasi
kelas dibawahnya.
Pasal 3
BAB III
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT UMUM
Pasal 4
Pasal 5
16
BABIV
RUMAH SAKIT UMUM
Bagian Kesatu
Rumah Sakit Umum Kelas A
Pasal 6
(1) Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan
Spesialis penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13
(tiga belas) pelayanan Medik Sub Spesialis.
(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana dimaksud
pada ayat (I) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik
Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis,
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan
Penunjang Non Klinik.
(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan lbu Anak IKeluanga Berencana.
(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat membenikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) han seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dan Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dan Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.
(7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdini dan Pelayanan Mata,
Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan
Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan
Kedokteran Forensik.
(8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dan Pelayanan Bedah Mulut,
Konsenvasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi dan Penyakit
Mulut.
17
(9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dan pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
(10) Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dan Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Obstetni dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan,
Syanaf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Panti, Onthopedi dan
Gigi Mulut.
(11) Pelayanan Penunjang Klinik terdini dan Penawatan lntensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Stenilisasi lnstrumen dan Rekam Medik.
(12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdini dan pelayanan LaundiylLinen, Jasa Bogal
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas
Medikdan Penampungan Air Bersih.
Pasal 7
(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 18 (delapan belas) orang dokter
umum dan 4 (empat) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 6 (enam)
orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap.
(4) Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik hams ada masing-masing minimal 3 (tiga)
orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap.
(5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 3 (tiga) orang
dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga
tetap.
(6) Untuk Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut hams ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.
(7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang
dokter subspesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai
tenaga tetap.
(8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Pasal 8
18
(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
(3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan pemndang-undangan.
Pasal 9
(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata laksana.
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanari medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Bagian Kedua
Rumah Sakit Umum Kelas B
Pasal 10
(1) Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2
(dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.
(2) Kritenia, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik
Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik
dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) han seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdini dan Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetni dan Ginekologi.
19
(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dan Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
(7) Pelayanian Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dan 13 (tiga belas)
pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggonokan, Syanaf, Jantung dan
Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paw, Orthopedi, Urologi, Bedah
Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.
(8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdini dan Pelayanan Bedah Mulut,
Konservasi/Endodonsi, dan Peniodonti.
(9) Pelayanan Kepenawatan dan Kebidanan terdiri dan pelayanan asuhan kepenawatan
dan asuhan kebidanan.
(10) Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dan 4 (empat) subspesialis dasar yang
meliputi:Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi.
(11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dan Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
(12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri ciari pelayanan LaundiylLinen, Jasa Boga I
Dapur, Teknik dan Pemehharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik
danPenampungan Air Bersih.
Pasal 11
(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 (dua belas) orang dokter umum
dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter
spesialis dengari masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap.
(4) Pada Pelayanan Spesialis Penunijang Medik harus ada masing-masing minimal 2
(dua) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu ) orang dokter spesialis
sebagal tenaga tetap.
(5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal I (satu) orang
dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter spesialis sebagal tenaga
tetap pada pelayanan yang berbeda.
(6) Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal I (satu)
orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.
(7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang
dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang doktei subspesialis sebagai tenaga tetap.
(8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
20
(9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.
Pasal 12
(1) Sarana prasarana Rumah Sakit hams memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteni.
(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
(3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 13
(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata Iaksana.
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang meclis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
(3) Tata ?aksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS), hospital bylaws dan Medical Staff by laws.
Bagian Ketiga
Rumah Sakit Umum Kelas C
Pasal 14
(1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat)
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
(2) Kritenia, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
(3) Pelayanan Medik Umum terdini dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
(4) Pelayanan Gawat Dawnat haws dapat membenikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh) jam dan 7 (tujuh) han seminggu dengan kemampuan melakukan pemeniksaan
awal kasus-
21
(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dan Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetni dan Ginekologi.
(7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dan Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
(8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dan pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
(9) Pelayanan Penunijang KIlnik terdiri dan Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik
(10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dan pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga /
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan
Penampungan Air Bersih.
Pasal l5
(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum dan
2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua)
orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
(4) Pada setiap Pefayanan Spesialis Penunjarig Medik masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
(5) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Pasal 16
(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
(3) Peralatan radiologi harus memenuhi stanciar sesuai dengari ketentuan peraturan
perundang-undangan.
22
Pasal 17
(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata laksana.
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manaemen
Rumah Sakit (SIMS) dan hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Bagian Keempat
Rumah Sakit Umum Kelas D
Pasal 18
(1) Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyal fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang KIlnik dan Pelayanan Penunjang Non Kliriik.
(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
(4) Pelayanan Gawat Dawrat harus dapat membenikan pelayanan gawat darurat 24 (duan
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hail seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat dawrat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dan 4 (empat) jenis
pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,
Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
(7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdini dan pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
(8) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dan Perawatan High Care Unit, Pelayanan Darah,
Gizi, Farmasi, Stenilisasi Instrumen dan Rekam Medik
(9) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdini dan pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga I
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
23
Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan
Penampungan Air Bersih.
PasaI 19
(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesualkan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum dan I
(satu) orang dokter gigi sebagal tenaga tetap.
(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter spesialis dan 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan I (satu)
orang dokten spesialis sebagai tenaga tetap.
(4) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Pasal 20
(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
(3) Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 21
(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata Iaksana.
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
(3) Tatakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Pasal 22
BAB V
RUMAH SAKIT KHUSUS
Pasal 23
24
Jenis Rumah Sakit khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung,
Kanker,
Orthopedi, Paw, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit lnfeksi,
Bersalin,
Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kulit dan
Kelamin.
Pasal 24
menjadi:
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A;
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B;
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Kriteria klasifikasi dan unsur sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24
meliputi ketersediaan sumber daya manusia pada Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik
Spesialis sesuai kekhususannya, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik, Pelayanan Keperawatan dan Penunjang Klinik.
Pasal 28
25
(1) Kriteria kiasifikasi dan unsur administrasi dan manajemen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 meliputi struktur organisasi dan tata laksana.
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsure
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta
administrasi umum dan keuangan.
(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tugas dan fungsi, susunan
dan uraian jabatan, tata hubungari kerja, standar operasional prosedur, hospital bylaws &
medical staff bylaws.
Pasal 29
Rumah Sakit Khusus harus memenuhi jumlah tempat tidur sesuai dengan klasifikasinya
berdasarkan kebutuhan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan mi.
Pasal 30
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 31
(1) Menteri melakukan pembmnaan dan pengawasan dalam peraturan menteri mi kepada
pemerintah daerah provinsi.
(2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan dalam klasifikasi Rumah Sakit
kepada pemerintah daerah Kabupaten I Kota.
(3) Apabila Gubernur belum mampu melakukan pembinaan dan pengawasan dalam
kebijakan klasifikasi setelah dilakukan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1)
maka untuk sementara pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Menteri.
(4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan
lain.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
(1) Rumah sakit yang tidak memenuhi kriteria klasifikasi sebagaimana diatur dalam
ketentuan mi akan disesuaikan kelasnya dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
BAB III
METODE PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN RUMAH SAKIT
bekerja di rumah sakit yang tidak didesain dengan baik, juga memberikan
kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan tingkat stress pasien.
:: 90% Dokter menyatakan bahwa:
sikap pasien lebih baik terhadap staf medik jika berada pada ruangan yang
didesain dengan baik.
:: 79% Perawat percaya bahwa:
rumah sakit yang didesain dengan baik akan sangat membantu mereka
dalam menyelesaikan pekerjaan.
:: 99% Perawat dan 100% Dokter setuju bahwa:
mereka tidak merasakan dampak apapun dari desain fisik bangunan rumah
sakit.
27
Hasil riset tersebut hanya menegaskan saja penyataan Dr. Beverly Malone, Sekjen
NRC (Royal College of Nursing),
”Para perawat pasti merasakan dampak desain lingkungan kerja mereka terhadap kinerja
maupun terhadap kesembuhan pasien. Berjalan menyusuri koridor panjang dan dan
merawat pasien setiap hari, dalam penghawaan bangunan yang buruk dan ruang rawat
yang tidak didesain dengan baik, sangat berakibat negatif terhadap upaya pelayanan
kesehatan yang profesional dan tidak kondusif bagi kesembuhan pasien.”
28
Tabel berikut ini menunjukkan daftar bagian dari sebuah rumah sakit yang dapat
membantu kita untuk memvisualisasikan ukuran/besaran ruang tiap-tiap bagian rumah
sakit (Porter, 1982). Tabel ini hanya dapat digunakan untuk Fasilitas Kesehatan atau
Rumah Sakit yang bukan merupakan Rumah Sakit Pendidikan.
Contoh:
Luas kotor Ruang Laundry adalah 1.08m2 (tiap bed yang disediakan RS)
Maka, Luas bersihnya adalah = 1.08 / 1.5
= 0.72m2
Dalam pemrograman dan perencanaan sebuah rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan, kebanyakan arsitek dan manajer rumah sakit menggunakan standar ini
ditambah dengan sirkulasi untuk menentukan luas riil rumah sakit dan menentukan biaya
untuk pengajuan sebuah proyek rumah sakit. Sehingga diharapkan produk perencanaan
rumah sakit nantinya —baik masih berupaMaster Program maupun Master Plan, atau
bahkan ketika sudah memasuki tahap Design Development Plan― dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik maupun profesional dengan kualitas yang
optimal.
e. Jumlah dan jenis konsumen menurut klasifikasi pelayanan dari institusi . Data ini
bisa berdasarkan pada 1 – 2 tahun
terakhir dan jumlah porsi yang disajikan selama 3 – 6 bulan
terakhir. Dirumah sakit bisa saja berdasarkan bor ( bad ocupansi rate )
i. Berbagai Standarisasi.
Dalam perencanaan kebutuhan bahan makanan harus
mempedomani menu baku, resep baku, porsi baku dan
bumbu baku yang dipakai.
Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu
metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan
nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori Rumah Sakit pada tiap unit kerja di fasilitas
pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan,
secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.
Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah,
yaitu :
Pada dasarnya metode WISN ini dapat di gunakan di rumah sakit, puskesmas dan sarana
kesehatan lainnya, atau bahan dapat digunakan untuk kebutuhan tenaga di Kantor Dinas
Kesehatan. Sebagai contoh dibawah ini disajikan penggunaan metode WISN di sarana
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
30
Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja tersedia
masing-masing kategori SDM yang bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu
tahun.
Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah sebagai
berikut :
1. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah setempat,
pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam 1 tahun 250 hari kerja (5 hari x
50 minggu). (A)
2. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja setiap
tahun. (B)
4. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait tentang Hari Libur
Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002-2003 ditetapkan 15 Hari Kerja dan 4 hari kerja
untuk cuti bersama. (D)
5. Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (selama kurun
waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa
pemberitahuan/ijin. (E)
6. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah, pada
umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari kerja/minggu). (F)
Keterangan :
31
TABEL VI.8
Perawat Dokter
Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya unit kerja dan
kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masayarakat di dalam dan di luar RS.
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan kategori
1. Bagan Struktur Organisasi RS dan uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing
unit dan sub-unit kerja.
2. Keputusan Direktur RS tentang pembentukan unit kerja struktural dan fungsional,
misalnya: Komite Medik, Komite Pangendalian Mutu RS. Bidang/Bagian Informasi.
3. Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja di RS.
4. PP 32 tahun 1996 tentang Rumah Sakit.
5. Peraturan perundang undangan berkaitan dengan jabatan fungsional SDM
kesehatan.
6. Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) pada
tiap unit kerja RS.
32
3.4 Analisa Organisasi
1. Unit Kerja Fungsional Langsung, adalah unit dan sub-unit kerja yang langsung
terkait dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan di dalam dan di
luar RS, misalnya : Intalasi Rawat Inap, Intalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat
Darurat, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi/Apotik, Unit
Pelayanan Home Care dll.
2. Unit Kerja Fungsional Penunjang, adalah unit dan sub-unit kerja yang tidak
langsung berkaitan dengan penyelenggaraan :
Apabila ditemukan unit atau sub-unit kerja fungsional yang belum diatur atau ditetapkan
oleh Direktur, Depkes, Pemda (Pemilik RS) perlu ditelaah terlebih dahulu sebelum
disepakati ditetapkan keberadaanya. Selanjutnya apakah fungsi, kegiatan- kegiatannya
dapat digabung atau menjadi bagian unit kerja yang telah ada.
Setelah unit kerja dan sub unit kerja di RS telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi atau pendidikan untuk menjamin mutu,
efisensi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan/pelayanan di tiap unit kerja RS.
Data kepegawaian, standar profesi, standar pelayanan, fakta dan pengalaman yang
dimiliki oleh penanggung jawab unit kerja adalah sangat membantu proses penetapan
kategori SDM di tiap unit kerja di RS.
33
BAB IV
TINDAK LANJUT
TindakLanjutSetelahPenyusunanRencana
Setelah dokumen perencanaan tersusun tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah:
34
BAB V
PENUTUP
Undang-UndangNomor25Tahun2007 tentangPenanamanModal
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2007 Nomor67,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4724);
Undang-UndangNomor 36Tahun2009 tentangKesehatan (LembaranNegara Republik
Indonesia Tahun2009Nomor 144, TambahanLembaranNegara RepublikIndonesia
Nomor5063);
35