Oleh :
Dosen Pembimbing
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk sosial, yang mana manusia mempunyai
kebutuhan untuk berinteraksi dengan manusia yang lain. Dalam skema interaksi sosial
dalam jumlah yang jamak, manusia membentuk pola interaksi dalam ruang dan waktu
dengan beberapa aspek kesamaan yang kemudian disebut sebagai kelompok social.
Dari beberapa kelompok social akan berkembang bila dipotret dalam setting ruang dan
waktu yang lebih luas dimana terjadi interaksi yang terdiri lebih dari satu kelompok
social yang akan melahirkan konsep masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat atau lebih kecil dalam kehidupan kelompok
social secara disadari atau tidak disana terlahir suatu aturan baik tertulis maupun tidak
tertulis yang disepakati bersama. Aturan ini yang nantinya berfungsi sebagai nilai
kepatutan dalam berinteraksi. Individu dalam kkelompok social kan dinilai oleh
komunal dalm kelompok menjadi terhormat, bermartabat dan nilai positif akan
disandarkan pada aturan tersebut. Aturan tersebut kemudian kita kenal dengan norma,
hukum, atau etika yang masing-masing istilah akan diletakkan pada konteks yang
berbeda.
Dewasa ini pekerjaan mengalami sebuah pergerakan yang luar biasa dari fungsi
utamanya. Pekerjaan pada dasarnya sebagai usaha survival bermetamorfosis menjadi
velue dari kualitas diri individu. Kini pekerjaan menjadi identitas baru dan menbentuk
kelompok baru yang menyusun dinamika dalam bermasyarakan. Individu-individu
berafiliasi dalam suatu kelompok dengan bidang pekerjaan yang sejenis. Kemudian
menyebutnya kelompok profesi tertentu. Kemudian menjadi syarat dalam kelompok
tersebut dengan keahlian, kemapuan tertentu dalam satu bidang pekerjaan yang sama.
Kelompok profesi ini lantas diformulasi secara formal manjadi asosiasi profesi
yang memiliki badan hukum serta aturan yang kemudian di sepakati secara format
mengikat pada anggotanya. Sehingga assosiasi profesi ini akan bisa di terima secara
umum di masyarakat umum dalam prespektif formal baik di hadapan hukum Negara
maupun internasional.
Melihat fenomena perkembangan keprofesian yang berkembang pesat, ini pun
terjadi pada profesi psikolog. Profesi psikolog salah satu kelompok profesi dari
berbagai kelompok profesi yang ada di masyarakat dunia. Profesi psikolog di Indonesia
tergolong kelompok profesi yang cukup muda. Jika kita melihat perkembangan
kelompok profesi yang ada di Indonesia kelompok profesi psikolog mengalami
perkembangan yang cukup pesat pada usia yang relative lebih muda dibandingkan
kelompok profesi yang terdahulu. Kelompok profesi psikolog ini yang kemudian
menamai asosiasinya yang dianggap sah oleh hukum yakni HIMPSI Himpunan
Psikologi Indonesia.
Semua asosiasi psikologi di seluruh dunia mempunyai kode etik yang menjadi
aturan bagi anggotanya. Yang mana kode etik ini bertujuan mengatur bagaimana pola
kehidupan keprofesian agar terhindar dari hal-hal yang kemudian merugikan anggota
secara khusus dan semua masyarakat secara umum.
Kode Etik Psikologi merupakan hasil nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
landasan hukum yang dimiliki tiap-tiap Negara. Berdasarkan nilai luhur tersebut,
Pendidikan Tinggi telah menghasilkan Psikolog dan Ilmuwan Psikologi, yang
senantiasa menghargai dan menghormati harkat maupun martabat manusia serta
menjunjung tinggi terpeliharanya hak-hak asasi manusia. Psikolog dan Ilmuwan
Psikologi selalu melandaskan diri pada nilai-nilai tersebut dalam kegiatannya
pada bidang pendidikan, penelitian, pengabdian diri serta pelayanan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan tentang perilaku manusia, baik dalam bentuk pemahaman
bagi dirinya maupun pihak lain, serta memanfaatkan pengetahuan dan kompetensinya
bagi kesejahteraan umat manusia.
Selain itu para Psikolog dan Ilmuwan Psikologi selalu berupaya menjamin
kesejahteraan umat manusia dan memberikan perlindungan kepada masyarakat
pengguna jasa dan praktik psikologi, serta semua pihak yang terkait dengan jasa dan
praktik psikologi atau pihak yang menjadi objek dari studinya, yang tujuannya untuk
bersama-sama saling mensejahterakan.
Akan tetapi setiap Negara memiliki kebijakan dan peraturan masing-masing,
dan kebijakan-kebijakan tersebut belum pasti sama secara keseluruhan, seperti hal nya
Kode Etik Psikologi yang dibuat oleh HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) dan
Kode Etik Psikologi APA (American Psychological Association). Diantara keduanya
tidak secara keseluruhan identik, dimana selain terdapat kesamaan dan terdapat pula
perbedaan. Dengan demikian penulis pada kesempatan ini, kami malakukan study
perbandingan kode etik yang di miliki oleh HIMPSI sebagai organisasi Profesi
psikologi yang sah di Indonesia dengan kode etik yang dimiliki oleh American
Psychological Association (APA). Dari studi perbandingan ini diharapkan kita
mengetahui kekurangan dan kelebihan dari masing kode etik yang dimiliki. Sehingga
kita bisa mengambil manfaat sebagai refleksi dan usaha penyempurnaan kode etik
HIMPSI yang diharapkan semakin baik di kemudian hari.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu kode etik?
b. Apa fungsi dari kode etik?
c. Apa perbedaan antara kode etik Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI)
dengan kode etik American Psychological Association (APA)?
C. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui pengertian kode etik.
b. Untuk mengetahui fungsi dari kode etik.
c. Untuk mengetahui perbedaan antara kode etik Himpunan Psikologi Indonesia
(HIMPSI) dengan kode etik American Psychological Association (APA).
D. MANFAAT PENULISAN
a. Untuk dapat memahami pengertian kode etik
b. Untuk dapat memahami fungsi dari kode etik
c. Untuk dapat memahami perbedaan antara kode etik Himpunan Psikologi
Indonesia (HIMPSI) dengan kode etik American Psychological Association
(APA).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KODE ETIK
a. Pengertian Kode Etik
Kode etik terdiri atas dua kata kode dan etik. Kode Etik menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah norma dan asas yg diterima oleh kelompok
tertentu sebagai landasan tingkah laku, tanda (kata-kata, tulisan) yang
disepakati untuk maksud tertentu (untuk menjamin kerahasiaan berita,
pemerintah, dan sebagainya), atau kumpulan peraturan yang bersistem.
(http://kbbi.web.id/kode; 2016). Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang
bearti adat istiadat/ kebiasaan yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang
baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Etika juga dapat
diartikan sebagai kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai yang
mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat
(http://cyberlawncrime.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-etika-kode-etik-
dan-fungsi.html ; 2016). Kode etik secara istilah yakni suatu aturan, tata cara,
atau prinsip yang mengatur dalam sebuah kelompok social mengenai kecakapan
atau nilai ideal yang disepakati bersama.
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis
dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola
aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Kode etik bersifat mengikat
pada anggota social tersebut. Kode etik menjadi rambu-rambu yang akan
memberikan konsekuensi penilaian kecakapan layak atau tidak layak, baik atau
tidak baik individu sebagai bagaian dari kelompok tertentu. Individu akan
mendapatkan nilai positif dari lingkungannya jika mampu mematuhi kode etik
yang berlaku. Individu akan mendapatkan penilaian sebaliknya atau negative
jika melanggar kode etik tersebut. Secara umum kode etik tidak memberikan
konsekuensi materil atau konsekuensi seperti pada yang diterapkan pada produk
hokum positif, seperti undang-undang kuhp dan sejenisnya.
b. PERBEDAAN
• HIMPSI membahas tentang batasan kompetensi, APA tidak
• HIMPSI lebih rinci dalam pasal konflik kepentingan, APA tidak
• HIMPSI terdapat pasal manipulasi penelitian, APA tidak
• Penghormatan harkat & martabat dalam kode etik HIMPSI lebih rinci
daripada APA
• Informed consent dalam HIMPSI lebih rinci
• Isu etika kode etik HIMPSI lebih rinci
• Bentuk-bentuk, jenis-jenis dan segala macam tentang pelanggaran di
HIMPSI lebih rinci
• Kode etik HIMPSI terdapat pasal tentang psikologi forensic
B. PERBANDINGAN KODE ETIK ‘HIMPSI’ DAN ‘APA’ SECARA KHUSUS
a. Psikolog spesialis
Kode etik APA memiliki bagian yang mengatur khusus tentang
psikolog-psikolog yang bekerja pada bidang-bidang khusus. Pada bagian
standard etika terdapat penjelasan mengenai kode etik untuk psikolog industri,
klinis, pendidikan dan trainer.HIMPSI belum membahas secara khusus
mengenai kode etik di bidang psikologi
Secara umum kode etik HIMPSI sudah sesuai diterapkan di Indonesia. Kode etik
HIMPSI dengan bentuk yang detail dan terperinci. Kode etik HIMPSI mampu manjelaskan
serja mengatur dengan jelas berbagai aspek yang mendetail secara konseptual maupun secara
teknis kegiatan psikologi. Hal ini sebagai upaya untuk memperkecil resiko konflik yang terjadi
dari kegiatan psikologi. Memberikan perlindungan kepada anggota agar terhindar konflik antar
angota dan konflik anggota dengan non-anggota atau masyarakat umum bahkan konflik yang
dimungkinkan dengan profesi lain.
Kode etik psikologi HIMPSI akan lebih ideal bila di sertakan penjelasan. Penjelasan
kode etik ini bisa berupa Petunjuk pelaksanan (Juklak) dan Petuntuk Teknis (Juknis) atau
dengan format penjelasn yang lain. Dengan adanya penjelasan ini di harapkan tidak terjadi
multitafsir yang nantinya akan memicu timbulnya masalah di kemudian hari.
Kode etik psikologi juga belum memiliki kekuatan hukum positif yang nantinya
mampu mengikat sampai pada ranah pidana maupun perdata. Pelanggaran yang dilakukan
hanya berkonsekuensi secara etik yang menurut kami tidak cukup kuat memberikan efek jerah.
Sehingga kasus pelangaran kode etik ini bukan menjadi permasalahan yang serius untuk
disikapi dengan baik.
Kemudian menjadi permasalahan kode etik HIMPSI hanya berlaku pada anggota dari
HIMPSI. Kode etik HIMPSI belum mampu manjadi regulasi semua kegiatan psikologi yang
diselengarakan selain anggota HIMPSI. Pada dasarnya kegiatan psikologi yang terselengara
bukan dari anggota HIMPSI tidak mempunyai konsekuensi apapun kepada HIMPSI. Dampak
dari kegiatan tersebut tidak bisa termonitor oleh HIMPSI. Jika terjadi masalah di kemudian
hari masyarakat akan menjadi korban dari keiatan tersebut. Tanggung jawab moril HIMPSI
atas kejadian tersebut pada masyarakat pun diharapkan ada. Karena masyarakat umum melihat
HIMPSI sebagai otoritas nasional dalam kegiatan psikologi.
Menyongsong pasar bebas HIMPSI hendaknya memperbaharui regulasi yang mengatur
tenaga professional psikologi asing yang masuk ke Indonesia. Dengan di bukanya ASEAN Free
Trade Area (AFTA), kini mulai berbondong-bondong tenaga profesi psikologi yang masuk di
Indonesia. HIMPSI belum mempunyai regulasi yang mampu mengantur segala sesuatu yang
akan menjadi dampak dari masuknya tenaga profesi psikologi yang masuk ke Indonesia.
Sehingga banyak penyempurnaan yang harus segera di lakukan oleh HIMPSI terkait
dengan kode etik psikologi Indonesia. Langkah penyempurnaan ini tentunya harus dibarengi
dengan kampanye atau pendidikan umum kepada masyarakat terkait dengan kegiatan
psikologi. Upaya ini tentunya membutuhkan kerjasama dari berbagai elemen masyarakat.
Karjasama dibangaun dengan kesadaran bersama akan pentingnya penyelanggaraan kegiatan
psikologi yang ideal. Peran HIMPSI, pemerintah eksekutif dan legislative, serta aparat penegak
hukum harus saling bersimbiosis. Sehingga masyarakat umum akan terlindungi dalam hal
kegiatan psikologi secara menyeluruh.
BAB IV
PENUTUP