Anda di halaman 1dari 40

PERATURAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR PER.26/MEN/2008

TENTANG

KEWENANGAN PENERBITAN, FORMAT, DAN PEMERIKSAAN SERTIFIKAT


KESEHATAN DI BIDANG KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKAT KESEHATAN
DI BIDANG MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan koordinasi dan
pelayanan sertifikat kesehatan di bidang mutu dan
keamanan hasil perikanan, dipandang perlu
menetapkan kewenangan penerbitan, format, dan
pemeriksaan sertifikat kesehatan tersebut;
b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan
Menteri;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang


Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3821);
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4433);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional Indonesia;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;

302
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;
9. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004,
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 58/M Tahun 2008;
10. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 50 Tahun 2008;
11. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008;
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.04/MEN/2005 tentang Bentuk dan Jenis Serta
Tata Cara Penerbitan Dokumen Tindakan Karantina
Ikan;
13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan
Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan
Penyakit Ikan Karantina;
14. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.08/MEN/2007;
15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.21/MEN/2006 tentang Tindakan Karantina Ikan
Dalam Hal Transit;
16. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.01/MEN/2007 tentang Pengendalian Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
17. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina Ikan
Untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan
Penyakit Ikan Karantina Dari Luar Negeri dan Dari
Suatu Area ke Area Lain di Dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia;
18. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.01/MEN/2002 tentang Sistem Manjemen Mutu

303
Terpadu Hasil Perikanan;
19. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik
Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di
Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan;
20. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.16/MEN/2006 tentang Penetapan Tempat-Tempat
Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama
dan Penyakit Ikan Karantina;
21. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.17/MEN/2006 tentang Penetapan Jenis-Jenis
Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media
Pembawa dan Sebarannya;
22. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


TENTANG KEWENANGAN PENERBITAN, FORMAT, DAN
PEMERIKSAAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI BIDANG
KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI
BIDANG MUTU DAN HASIL PERIKANAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Sertifikat Kesehatan (Health Certificate/HC) di Bidang Karantina Ikan
adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina atau
pejabat yang berwenang di Negara asal atau transit yang menyatakan
bahwa media pembawa yang tercantum didalamnya tidak tertular hama
dan penyakit ikan karantina dan/atau penyakit ikan yang disyaratkan.
2. Sertifikat Kesehatan (Health Certificate/HC) di Bidang Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh
laboratorium yang menyatakan bahwa ikan dan hasil perikanan telah
memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan untuk konsumsi
3. Hasil Perikanan adalah ikan termasuk biota perairan lainnya yang
ditangani dan/atau diolah dan/atau dijadikan hasil akhir yang berupa ikan
segar, ikan beku dan olahan lainnya yang digunakan untuk konsumsi
manusia dan/atau bahan lainnya.

304
4. Tempat Pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai,
pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan
dengan negara lain, dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu, yang
ditetapkan sebagai tempat untuk mengeluarkan media pembawa hama
dan penyakit ikan.
5. Pemeriksaan dokumen/sertifikat adalah tindakan untuk mengetahui
kelengkapan dan keabsahan dokumen/sertifikat yang disyaratkan.
6. Penolakan adalah tindakan tidak diizinkannya media pembawa media
pembawa/hasil perikanan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik
Indonesia.
7. Pengeluaran adalah mengeluarkan media pembawa dan/atau hasil
perikanan dari wilayah Negara Republik Indonesia.
8. Laboratorium adalah laboratorium yang ditunjuk untuk dan atas nama
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan sebagai
otoritas kompeten, untuk menerbitkan sertifikat kesehatan di bidang mutu
dan keamanan hasil perikanan.
9. Petugas Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Petugas Karantina
adalah pegawai negeri tertentu yang diberi tugas untuk melakukan
tindakan karantina berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
10. Pengawas Mutu adalah Pegawai Negeri yang mempunyai kompetensi
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian sistem jaminan
mutu dan keamanan hasil perikanan yang diangkat/ditunjuk oleh otoritas
kompeten.
11. Pemilik adalah orang atau badan hukum yang memiliki media
pembawa/hasil perikanan dan/atau yang bertanggung jawab atas
pengeluaran atau transit media pembawa/hasil perikanan.
12. Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang selanjutnya
disebut Media Pembawa adalah ikan dan/atau benda lain yang dapat
membawa hama dan penyakit ikan karantina.
13. Surat Persetujuan Muat adalah dokumen resmi yang ditandatangani
petugas karantina di tempat pengeluaran, yang menyatakan bahwa
media pembawa setuju untuk dimuat ke atas alat angkut.
14. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan
15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan.

BAB II
PERSYARATAN PENGELUARAN
MEDIA PEMBAWA HAMA/HASIL PERIKANAN
Pasal 2
(1) Setiap media pembawa yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara

305
Republik Indonesia wajib dilengkapi sertifikat kesehatan (Health
Certificate/HC) di bidang karantina ikan apabila disyaratkan oleh negara
tujuan.
(2) Setiap hasil perikanan yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara
Republik Indonesi awajib dilengkapi sertifikat kesehatan (Health
Certificate/HC) di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan.
(3) Pengeluaran media pembawa dan hasil perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib melalui tempat-tempat
pengeluaran yang telah ditetapkan oleh Menteri.
(4) Sertifikat kesehatan (Health Certificate/HC) sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) dan ayat (2), wajib dilaporkan dan diserahkan oleh pemilik kepada
petugas karantina di tempat pengeluaran untuk dilakukan pemeriksaan.

BAB III
KEWENANGAN PENERBITAN
Pasal 3
(1) Sertifikat kesehatan di bidang karantina ikan diterbitkan oleh Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Ikan.
(2) Sertifikat Kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan
diterbitkan oleh pengawas mutu hasil perikanan atau petugas
laboratorium.
BAB IV
FORMAT DAN PEMERIKSAAN DOKUMEN

Bagian Kesatu
Format
Pasal 4
(1) Format sertifikat kesehatan di bidang karantina ikan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1), adalah sebagaimana tercantum dalam
lampiran 1.
(2) Format sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil
perikanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2), untuk tujuan :
a. Negara anggota Uni Eropa, menggunakan format sertifikat
kesehatan sebagaimana tercantum dalam :
1) Lampiran 2 untuk hasil perikanan secara umum;
2) Lampiran 3 untuk hasil perikanan berupa paha kodok;
3) Lampiran 4 untuk hasil perikanan berupa bekicot.
b. Negara selain negara anggota Uni Eropa, menggunakan format
sertifikat kesehatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5
atau menggunakan format yang disesuaikan dengan ketentuan
306
yang disyaratkan oleh negara tujuan.
(3) Penggunaan istilah dalam bahasa asing untuk sertifikat kesehatan di
bidang mutu dan keamanan hasil perikanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), disesuaikan dengan ketentuan yang disyaratkan oleh
negara tujuan.
Bagian Kedua
Pemeriksaan Dokumen
Pasal 5
(1) Petugas Karantina melakukan pemeriksaan dokumen yang disyaratkan.
(2) Yang dimaksud dengan dokumen yang disyaratkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. Sertifikat kesehatan di bidang karantina ikan;
b. Sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan.

Pasal 6
(1) Untuk melakukan cek silang (cross check) terhadap keabsahan sertifikat
kesehatan yang diterbitkan oleh pengawas mutu hasil perikanan atau
petugas laboratorium disampaikan kepada UPT Karantina Ikan di tempat
pengeluaran.
(2) Tembusan sertifikat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat disampaikan langsung oleh pengawas mutu hasil perikanan atau
petugas laboratorium, atau melalui fasilitas elektronik.
(3) Petugas karantina tidak boleh menerbitkan surat persetujuan muat
terhadap hasil perikanan, sebelum pemilik menunjukkan sertifikat
kesehatan ikan yang asli.

Pasal 7
Pemeriksaan untuk sertifikat kesehatan di bidang karantina ikan dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 8
(1) Apabila hasil perikanan yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara
Republik Indonesia tidak dilengkapi sertifikat kesehatan, petugas
karantina melakukan tindakan penolakan terhadap hasil perikanan
tersebut.
(2) Terhadap hasil perikanan yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara
Republik Indonesia, petugas karantina wajib melakukan pemeriksaan
atas keabsahan sertifikat kesehatan.
(3) Sertifikat kesehatan dianggap sah apabila sertifikat kesehatan
merupakan dokumen asli yang diterbitkan oleh pengawas mutu hasil

307
perikanan atau petugas laboratorium, dan/atau UPT Karantina Ikan, dan
sesuai dengan tembusan sertifikat kesehatan yang diterima.
(4) Apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditemukan ketidakabsahan atau ketidaksesuaian dokumen sertifikat
kesehatan, maka terhadap hasil perikanan tersebut dikenakan tindakan
penolakan.
(5) Apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
hasil perikanan telah dilengkapi dengan sertifikat kesehatan, maka
petugas karantina di tempat pengeluaran menerbitkan Surat Persetujuan
Muat (SPM).

BAB V
TARGET PEMERIKSAAN DI BIDANG KARANTINA IKAN
DAN DI BIDANG MUTU HASIL PERIKANAN
Pasal 9
(1) Target pemeriksaan di bidang karantina ikan dalam rangka menerbitkan
sertifikat kesehatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 6.
(2) Target pemeriksaan di bidang mutu hasil perikanan dalam rangka
menerbitkan sertifikat kesehatan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 7.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 10
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku semua peraturan pelaksanaan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.34/MEN/2003 tentang
Kewenangan Penerbitan dan Format Sertifikat Kesehatan di Bidang Karantina
Ikan dan Sertifikat Kesehatan di Bidang Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
masih berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan
Peraturan Menteri ini.

BAB VII
PENUTUP
Pasal 11
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor KEP.34/MEN/2003 tentang Kewenangan Penerbitan dan
Format Sertifikat Kesehatan di Bidang Karantina Ikan dan Sertifikat Kesehatan
di Bidang Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

308
Pasal 12
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggai 22 Desember 2008

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Rl,

ttd

FREDDY NUMBERI
Disalin sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Supranawa Yusuf

309
DAFTAR LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR.PER.26/MEN/2008
TENTANG
KEWENANGAN PENERBITAN, FORMAT, DAN PEMERIKSAAN SERTIFIKAT
KESEHATAN DI BIDANG KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI
BIDANG MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

NOMOR
ISI LAMPIRAN
LAMPIRAN
1 Format sertifikat kesehatan di bidang karantina ikan
2 Format sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil
perikanan secara umum
3 Format sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil
perikanan berupa paha kodok.
4 Format sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil
perikanan berupa bekicot
5 Format sertifikat kesehatan ikan yang disesuaikan dengan
ketentuan yang disyaratkan oleh Negara tujuan
6 Target pemeriksaan di bidang karantina ikan
7 Target pemeriksaan di bidang mutu dan hasil perikanan

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I

ttd

FREDDY NUMBERI

Disalin sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Supranawa Yusuf

310
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
PER.27/MEN/2008
TENTANG

INSTALASI DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA


KARANTINA IKAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang pelaksanaan
pengawasan untuk mencegah masuknya hama dan
penyakit ikan karantina ke dalam wilayah Negara
Republik Indonesia, perlu diatur instalasi karantina ikan
sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan karantina
ikan;

b. bahwa Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan


Nomor KEP.15/MEN/2003 tentang Instalasi Karantina,
perlu disempurnakan sesuai dengan Pasal 6 ayat (1),
Pasal 63 ayat (3), dan Pasal 64 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina
Ikan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu mengatur
instalasi dan tempat penimbunan sementara karantina
ikan dengan Peraturan Menteri;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang


Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3482);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4661);
3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara

311
Republik Indonesia Nomor 4433);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4197);
5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun 2008;
6. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 50
Tahun 2008;
7. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004,
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 58/M Tahun 2008;
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan
Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan
Penyakit Ikan Karantina;
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.08/MEN/2007;
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.21/MEN/2006 tentang Transit;
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan Pemasukan
Media Pembawa Berupa Ikan Hidup Sebagai Barang
Bawaan Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina Untuk
Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan
Karantina Dari Luar Negeri dan Dari Suatu Area ke Area
Lain di Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.21/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan;

312
14. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik
Penyusunan Peraturan Perundang–undangan di
Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan;
15. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.16/MEN/2006 tentang Penetapan Tempat-tempat
Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama
dan Penyakit Ikan Karantina;
16. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.17/MEN/2006 tentang Penetapan Jenis-Jenis
Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media
Pembawa dan Sebarannya;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


TENTANG INSTALASI DAN TEMPAT PENIMBUNAN
SEMENTARA KARANTINA IKAN.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Tempat Pemasukan dan Tempat Pengeluaran adalah pelabuhan laut,
pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos,
pos perbatasan dengan negara lain, dan tempat-tempat lain yang dianggap
perlu, yang ditetapkan sebagai tempat untuk memasukkan dan/atau
mengeluarkan media pembawa hama dan penyakit ikan karantina.
2. Instalasi Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut instalasi, adalah tempat
beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan
untuk melaksanakan tindakan karantina.
3. Tempat Penimbunan Sementara (TPS) adalah bangunan dan/atau lapangan
atau tempat lain yang disamakan dengan kawasan pabean untuk menimbun
barang, sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.
4. Tindakan Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut tindakan karantina,
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya
hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke
area lain di dalam negeri, atau keluarnya hama dan penyakit ikan karantina
dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
5. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di
pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu
lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.

313
6. Kepala Pusat adalah Kepala Pusat Karantina Ikan.
7. Petugas Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut petugas karantina, adalah
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan
karantina berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Ikan adalah unit kerja teknis yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pusat Karantina
Ikan.

Pasal 2

Setiap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik


Indonesia wajib:
a. dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang di negara asal dan negara transit, kecuali media pembawa yang
tergolong benda lain;

b. melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;

c. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pemasukan


untuk keperluan tindakan karantina.

Pasal 3
(1) Pelaksanaan tindakan karantina dapat dilakukan oleh petugas karantina di
luar tempat pemasukan dan pengeluaran, baik di dalam instalasi yang telah
ditetapkan maupun di luar instalasi yang telah ditetapkan.
(2) Yang dimaksud dengan di luar instalasi yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah TPS.
(3) TPS yang dapat digunakan sebagai tempat pelaksanaan tindakan karantina
adalah TPS yang telah memenuhi persyaratan teknis dan ditetapkan oleh
Kepala Pusat.
(4) TPS yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
berupa antara lain:
a. lapangan penumpukan;
b. bangunan/gudang; dan/atau
c. gudang dingin (cold storage atau chilling room).

Pasal 4
(1) Instalasi dan/atau TPS dapat milik pemerintah maupun milik perorangan
atau badan hukum.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis instalasi dan/atau TPS
milik perorangan atau badan hukum ditetapkan oleh Kepala Pusat.

314
Pasal 5
Instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum dapat dibangun di
tempat tertentu, apabila:
a. Pemerintah belum dapat membangun instalasi dan/atau TPS di tempat
tersebut; dan/atau
b. instalasi dan/atau TPS milik pemerintah yang ada di tempat tersebut tidak
mampu menampung media pembawa yang perlu dikenakan tindakan
karantina.

Pasal 6
(1) Untuk memperoleh penetapan sebagai instalasi dan/atau TPS milik
perorangan atau badan hukum, pemohon mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Kepala Pusat yang tembusannya disampaikan kepada Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Ikan dimana instalasi dan/atau TPS
berada.
(2) Kepala Pusat setelah menerima surat permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), membentuk tim penilai untuk melakukan penilaian terhadap
kelayakan instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum.
(3) Tim yang dibentuk oleh Kepala Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
sekurang-kurangnya berjumlah 2 (dua) orang petugas karantina yang
memenuhi syarat.
(4) Tim penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2), melakukan penilaian
kelayakan tempat pelaksanaan tindakan karantina terhadap instalasi
dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum yang akan ditetapkan.
(5) Tim penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari petugas
karantina Pusat Karantina Ikan dan UPT Karantina Ikan dimana instalasi
dan/atau TPS berada.
(6) Tim penilai setelah melakukan penilaian terhadap kelayakan instalasi
dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum, paling lambat dalam
waktu 3 (tiga) hari kerja telah menyampaikan laporan hasil penilaian kepada
Kepala Pusat.
(7) Kepala Pusat setelah menerima laporan hasil penilaian dalam waktu paling
lambat 3 (tiga) hari kerja harus menerbitkan keputusan penetapan atau
penundaan sebagai instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan
hukum.

Pasal 7
(1) Penetapan sebagai instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan
hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6) dilakukan setelah
penilaian instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum
tersebut memenuhi persyaratan teknis.
(2) Penundaan penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6)
dilakukan apabila instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan
315
hukum yang dinilai, tidak memenuhi persyaratan teknis.

Pasal 8
(1) Penetapan instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) berlaku selama 6 (enam)
bulan.
(2) Instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum yang habis
masa berlakunya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diusulkan
kembali oleh pemilik untuk perpanjangannya.
(3) Permohonan perpanjangan masa berlaku instalasi dan/atau TPS milik
perorangan atau badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) hari kerja sebelum habis
masa berlakunya.
(4) Penilaian kelayakan perpanjangan instalasi dan/atau TPS milik perorangan
atau badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),
dilakukan oleh tim penilai yang terdiri dari petugas karantina yang
memenuhi syarat pada UPT Karantina Ikan dimana instalasi dan/atau TPS
berada.
(5) Apabila pada UPT Karantina Ikan dimana instalasi dan/atau TPS berada
tidak terdapat petugas karantina yang memenuhi syarat untuk melakukan
penilaian, maka penilaian dapat dilakukan oleh tim penilai yang terdiri dari
petugas karantina Pusat Karantina Ikan atau petugas karantina Pusat
Karantina Ikan bersama UPT Karantina Ikan terdekat.

Pasal 9
(1) Biaya yang timbul sebagai akibat dari penilaian kelayakan instalasi dan/atau
TPS milik perorangan atau badan hukum, dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Apabila pemerintah belum dapat membiayai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) maka segala biaya yang timbul sebagai akibat dari penilaian
kelayakan instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum,
dibebankan kepada pemilik atau pemohon penetapan instalasi dan/atau
TPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 10
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku semua peraturan pelaksanaan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.15/MEN/2003 tentang
Instalasi Karantina Ikan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum
diganti berdasarkan Peraturan Menteri ini.

316
Pasal 11
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor KEP.15/MEN/2003 tentang Instalasi Karantina Ikan, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 12

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2008
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I,
ttd

FREDDY NUMBERI
gar eraturan Menteri ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita
Disalin sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Supranawa Yusuf

317
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
PER.28/MEN/2008
TENTANG

JENIS, TATA CARA PENERBITAN,


DAN FORMAT DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.04/MEN/2005 tentang Bentuk dan Jenis
Serta Tata Cara Penerbitan Dokumen Tindakan
Karantina Ikan, perlu disempurnakan sesuai dengan
Pasal 51 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2002 tentang Karantina Ikan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, dipandang perlu menetapkan
ketentuan mengenai jenis, tata cara penerbitan, dan
format dokumen tindakan karantina ikan dengan
Peraturan Menteri;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3482);
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4433);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4197);
4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun 2008;

318
5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 50
Tahun 2008;
6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004,
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 58/M Tahun 2008;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.08/MEN/2007;
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.21/MEN/2006 tentang Transit;
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan Pemasukan
Media Pembawa Berupa Ikan Hidup Sebagai Barang
Bawaan Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina Untuk
Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan
Karantina Dari Luar Negeri dan Dari Suatu Area ke Area
Lain di Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.21/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan;
12. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik
Penyusunan Peraturan Perundang–undangan di
Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan;
13. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.41/MEN/2003 tentang Tata Cara Penetapan dan
Pencabutan Kawasan Karantina Ikan;
14. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.42/MEN/2003 tentang Persyaratan Pemasukan
Media Pembawa Berupa Ikan Hidup;
15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan
Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan
Penyakit Ikan Karantina;

319
16. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.16/MEN/2006 tentang Penetapan Tempat-tempat
Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama
dan Penyakit Ikan Karantina;
17. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.17/MEN/2006 tentang Penetapan Jenis-Jenis
Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media
Pembawa dan Sebarannya;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


TENTANG JENIS, TATA CARA PENERBITAN, DAN
FORMAT DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Petugas Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut petugas karantina, adalah
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan
karantina berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Dokumen Utama adalah dokumen yang pengelolaannya dilakukan oleh
instansi karantina ikan di tingkat Pusat, yang isinya menerangkan bahwa
media pembawa yang tercantum di dalamnya bebas dari hama dan
penyakit ikan karantina (HPIK) dan/atau hama dan penyakit ikan yang
disyaratkan, dan merupakan kelengkapan administratif atas media
pembawa yang akan dilalulintaskan.
3. Dokumen Pendukung adalah dokumen wajib yang pengelolaannya
dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Ikan, yang isinya
menerangkan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya
dikenakan salah satu dari tindakan karantina atau tindakan lainnya.
4. Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish
and Fish Products) adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh
petugas karantina, yang menyatakan bahwa media pembawa yang
tercantum di dalamnya bebas dari HPIK dan/atau hama dan penyakit ikan
yang disyaratkan.

320
5. Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik adalah dokumen resmi yang
ditandatangani oleh petugas karantina untuk pengeluaran media pembawa
dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya
bebas dari HPIK dan/atau hama dan penyakit ikan yang disyaratkan.
6. Sertifikat Pelepasan Karantina Ikan adalah dokumen resmi yang
ditandatangani oleh petugas karantina, yang menyatakan bahwa media
pembawa yang tercantum di dalamnya bebas dari HPIK dan/atau hama dan
penyakit ikan yang disyaratkan, sehingga dapat dimasukkan ke dalam
wilayah Negara Republik Indonesia atau ke suatu area di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
7. Surat Penahanan Sementara adalah dokumen resmi yang ditandatangani
oleh petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang
menyatakan bahwa terhadap media pembawa yang tercantum di dalamnya
dikenakan tindakan penahanan.
8. Surat Penolakan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas
karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa
terhadap media pembawa yang tercantum di dalamnya dikenakan tindakan
penolakan.
9. Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan adalah dokumen resmi
yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat
pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa yang
tercantum di dalamnya diperintahkan masuk ke instalasi karantina ikan
untuk dikenakan tindakan karantina ikan.
10. Surat Keterangan Masuk Tempat Penimbunan Sementara (TPS) Karantina
Ikan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di
tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa
yang tercantum di dalamnya diperintahkan masuk ke TPS karantina ikan
untuk dikenakan tindakan karantina ikan.
11. Berita Acara Pemusnahan adalah berita acara yang dibuat dan
ditandatangani oleh petugas karantina dan beberapa saksi di tempat
pemasukan/pengeluaran, sebagai bukti bahwa media pembawa yang
tercantum di dalamnya telah dikenakan tindakan pemusnahan.
12. Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan adalah dokumen resmi
yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pengeluaran, yang
menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya dapat
dilalulintasbebaskan ke luar wilayah Negara Republik Indonesia atau ke
area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
13. Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina, yang selanjutnya
disebut media pembawa, adalah ikan dan/atau benda lain yang dapat
membawa HPIK.

321
14. Pemeriksaan Dokumen/Sertifikat adalah tindakan untuk mengetahui
kelengkapan dan keabsahan dokumen/sertifikat yang disyaratkan.
15. Pemilik Media Pembawa adalah orang atau badan hukum yang memiliki
media pembawa dan/atau yang bertanggung jawab atas pemasukan,
pengeluaran, atau transit media pembawa.
16. Persyaratan Lain adalah dokumen di luar dokumen utama dan dokumen
pendukung karantina ikan yang harus dipenuhi/dilengkapi oleh pemilik
terhadap media pembawa yang dilalulintaskan.
17. Instalasi Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut instalasi, adalah tempat
beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan
untuk melaksanakan tindakan karantina.
18. Tempat Penimbunan Sementara (TPS) Karantina Ikan adalah bangunan
dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan kawasan
pabean untuk menimbun barang, sementara menunggu pemuatan atau
pengeluarannya.
19. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di
pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk
lalulintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.
20. Surat Keterangan Transit adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh
petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan
bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya disetujui untuk
diangkut-lanjut/diangkut terus ke negara/area tujuan.
21. Surat Keterangan Benda Lain adalah dokumen resmi yang ditandatangani
oleh petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang
menyatakan bahwa media pembawa berupa benda lain yang tercantum di
dalamnya dalam keadaan baik dan/atau tidak rusak/busuk atau tidak tertular
HPIK.
22. Surat Pemberitahuan Tindakan Karantina Ikan Terhadap Alat Angkut adalah
dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat
pemasukan/pengeluaran, yang berisikan pemberitahuan bahwa akan
dilakukan tindakan karantina terhadap alat angkut media pembawa.
23. Surat Persetujuan Bongkar adalah dokumen resmi yang ditandatangani
oleh petugas karantina di tempat pemasukan, yang menyatakan bahwa
media pembawa disetujui untuk dibongkar dari atas alat angkut.
24. Surat Persetujuan Muat adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh
petugas karantina di tempat pengeluaran, yang menyatakan bahwa media
pembawa disetujui untuk dimuat ke atas alat angkut.

322
25. Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Tindakan Karantina Ikan Terhadap
Media Pembawa di Atas Alat Angkut adalah dokumen resmi yang
ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan dan/atau
pengeluaran, yang berisikan pemberitahuan bahwa media pembawa yang
tercantum di dalamnya akan dikenakan tindakan karantina di atas alat
angkut.
26. Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan
adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di
tempat pemasukan atau kawasan pabean, yang menyatakan bahwa media
pembawa yang tercantum di dalamnya disetujui dikeluarkan dari tempat
pemasukan atau kawasan pabean untuk pelaksanaan tindakan karantina
ikan atau dilalulintasbebaskan.
27. Surat Pemusnahan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh
petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan
bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya dikenakan tindakan
pemusnahan.
28. Kewajiban Tambahan adalah persyaratan dokumen yang ditetapkan oleh
Menteri mengenai persyaratan teknis dan/atau manajemen penyakit.

BAB II
JENIS DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN

Pasal 2
(1) Dokumen tindakan karantina terdiri dari dokumen utama dan dokumen
pendukung.
(2) Dokumen utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for
Fish and Fish Products);
b. Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik;
c. Sertifikat Pelepasan Karantina Ikan.
(3) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Surat Penahanan Sementara;
b. Surat Penolakan;
c. Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan;
d. Surat Pemusnahan;
e. Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan;
f. Surat Keterangan Transit;
g. Surat Keterangan Benda Lain;
h. Surat Pemberitahuan Tindakan Karantina Ikan Terhadap Alat Angkut;
i. Surat Persetujuan Bongkar;
323
j. Surat Persetujuan Muat;
k. Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Tindakan Karantina Ikan Terhadap
Media Pembawa di Atas Alat Angkut;
l. Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa Dari Tempat
Pemasukan;
m. Surat Keterangan Masuk Tempat Penimbunan Sementara (TPS)
Karantina Ikan;
n. Berita Acara Pemusnahan.

BAB III
TATA CARA PENERBITAN DOKUMEN
Bagian Kesatu
Dokumen Utama

Pasal 3
(1) Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish
and Fish Products) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a,
diterbitkan apabila media pembawa yang akan dikeluarkan dari wilayah
Negara Republik Indonesia telah dilakukan tindakan karantina dan/atau
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh negara tujuan.
(2) Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2) huruf b, diterbitkan apabila media pembawa yang akan dikeluarkan
dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
telah dilakukan tindakan karantina dan dinyatakan bebas dari HPIK.
(3) Sertifikat Pelepasan Karantina Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2) huruf c, diterbitkan apabila media pembawa yang dimasukkan di
tempat pemasukan telah dilengkapi dengan Sertifikat Kesehatan Ikan
Domestik dan/atau Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health
Certificate for Fish and Fish Products) dari area atau negara asal dan
setelah dilakukan tindakan karantina, media pembawa tersebut dinyatakan
bebas dari HPIK atau tidak busuk/rusak.

Pasal 4
(1) Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish
and Fish Products) dan Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik diterbitkan di
tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan.
(2) Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish
and Fish Products) dan Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik merupakan
kelengkapan dokumen pengeluaran/pengiriman media pembawa dan hanya
berlaku untuk 1 (satu) kali pengeluaran/pengiriman media pembawa.

324
(3) Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish
and Fish Products) dan Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik dapat digunakan
sebagai kelengkapan pengiriman media pembawa paling lama 3 (tiga) hari
kalender sejak diterbitkan.

Bagian Kedua
Dokumen Pendukung

Pasal 5
Surat Penahanan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1)
(3) huruf a, diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan terhadap
media pembawa di tempat pemasukan, ternyata media pembawa tersebut:
a. tidak dilengkapi dengan sertifikat kesehatan dari negara/area asal
dan/atau dokumen kewajiban tambahan yang disyaratkan;
b. merupakan jenis yang dilindungi yang tidak dilengkapi dengan
persyaratan lain.
Surat Penahanan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2)
(3) huruf a, diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan terhadap
media pembawa di tempat pengeluaran, ternyata media pembawa tersebut
merupakan jenis yang dilindungi, dilarang, atau dibatasi yang tidak
dilengkapi dengan persyaratan lain.

Pasal 6
Surat Penolakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b,
diterbitkan apabila:
a. setelah dilakukan penahanan selama 3 (tiga) hari atau kurang di tempat
pemasukan, ternyata pemilik tidak dapat melengkapi sertifikat kesehatan
atau media pembawa tidak bebas dari HPIK;
b. setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat
pemasukan/pengeluaran, ternyata media pembawa tersebut merupakan
jenis yang dilarang atau dibatasi tidak dilengkapi dengan kewajiban
tambahan yang disyaratkan;
c. setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat
pemasukan/pengeluaran, ternyata media pembawa tersebut rusak, busuk,
atau tidak diketahui pemiliknya;

325
d. setelah dilakukan pemeriksaan di atas alat angkut, media pembawa tertular
HPIK golongan I atau tidak dapat dibebaskan dari HPIK golongan II setelah
diberi perlakuan.

Pasal 7
(1) Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (3) huruf c, diterbitkan apabila media pembawa yang
masuk dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia atau
antararea di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, atau akan
dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri,
diperintahkan masuk ke instalasi karantina ikan untuk dikenakan tindakan
karantina ikan lebih lanjut.
(2) Surat Keterangan Masuk Tempat Penimbunan Sementara (TPS) Karantina
Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf m, diterbitkan
apabila media pembawa yang masuk dari luar negeri ke dalam wilayah
Negara Republik Indonesia atau antararea di dalam wilayah Negara
Republik Indonesia, atau akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik
Indonesia ke luar negeri, diperintahkan masuk ke TPS karantina ikan untuk
dikenakan tindakan karantina ikan lebih lanjut.

Pasal 8

Surat Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf d,


diterbitkan apabila:
a. setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat
pemasukan atau pengeluaran, ternyata media pembawa tersebut tertular
HPIK golongan I atau tidak dapat dibebaskan atau disembuhkan dari HPIK
golongan II;
b. setelah dilakukan penolakan di tempat pemasukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6, media pembawa tidak segera dibawa ke luar wilayah Negara
Republik Indonesia atau ke area asal;
c. setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat
pemasukan atau pengeluaran, ternyata media pembawa tersebut rusak,
busuk, atau tidak diketahui pemiliknya;
d. setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat
pemasukan, ternyata media pembawa tersebut merupakan jenis-jenis yang
dilarang pemasukannya atau berbahaya bagi sumber daya ikan.

Pasal 9

(1) Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf e, diterbitkan apabila setelah
dilakukan tindakan pemeriksaan secara visual, media pembawa tersebut
tidak termasuk jenis ikan/produk perikanan yang dilarang atau

326
dibatasi/diatur pengeluarannya.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku terhadap
media pembawa yang pengeluarannya tidak dikenakan tindakan karantina.

(3) Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan yang telah diterbitkan
hanya berlaku untuk 1 (satu) kali pengeluaran/pengiriman media pembawa.

Pasal 10

Surat Keterangan Transit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf f,
diterbitkan apabila media pembawa melakukan transit di dalam/luar kawasan
pabean atau area pelabuhan atas persetujuan petugas karantina, yang akan
diangkut-lanjut/terus ke negara/area tujuan.

Pasal 11
Surat Keterangan Benda Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
huruf g, diterbitkan apabila terhadap media pembawa yang berupa benda lain
setelah dilakukan pemeriksaan, dinyatakan dalam keadaan baik, dan/atau bebas
dari HPIK.

Pasal 12
(1) Surat Pemberitahuan Tindakan Karantina Ikan Terhadap Alat Angkut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf h, diterbitkan apabila
alat angkut yang mengangkut media pembawa berasal dari daerah wabah
dan/atau alat angkut tersebut dapat menjadi sumber penyebaran HPIK.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku apabila setelah
dilakukan pemeriksaan terdapat alasan-alasan yang cukup kuat bahwa alat
angkut tersebut dapat menjadi sumber penyebaran HPIK.

Pasal 13
Surat Persetujuan Bongkar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf
i, diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa
yang berada di atas alat angkut ternyata media pembawa tersebut:
a. telah dilengkapi dengan sertifikat kesehatan dari Negara atau area asal atau
persyaratan lain; dan/atau
b. tidak merupakan media yang dilarang, dibatasi, atau diatur pemasukannya,
rusak, atau busuk; dan/atau
c. tidak terdapat tanda-tanda tertular HPIK.

Pasal 14
Surat Persetujuan Muat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf j,
diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa
ternyata media pembawa tersebut:
a. tidak merupakan media pembawa yang dilarang, dibatasi, atau diatur

327
pengeluarannya; dan/atau
b. telah dilengkapi dengan sertifikat kesehatan atau persyaratan lain; dan/atau
c. tidak terdapat tanda-tanda tertular HPIK atau hama dan penyakit ikan yang
disyaratkan oleh Negara atau area tujuan.

Pasal 15
Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Tindakan Karantina Ikan Terhadap Media
Pembawa di Atas Alat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
huruf k, diterbitkan apabila media pembawa yang berada di atas alat angkut tidak
mungkin diturunkan sehingga tindakan karantina akan dilakukan di atas alat
angkut.

Pasal 16
Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa Dari Tempat Pemasukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf l, diterbitkan apabila setelah
dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat pemasukan, ternyata
media pembawa tersebut:
a. telah dilengkapi dengan sertifikat kesehatan dari area/negara asal dan
disetujui untuk dikenakan tindakan karantina ikan lanjutan di luar kawasan
pabean; dan/atau
b. telah dilengkapi dengan Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk
Perikanan dari area asal, disetujui untuk dapat dilalulintasbebaskan.

Pasal 17
Berita Acara Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf
m, diterbitkan apabila terhadap media pembawa telah dikenakan tindakan
pemusnahan.

Pasal 18
a. Seluruh dokumen tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
diterbitkan oleh petugas karantina di tempat-tempat pemasukan atau
pengeluaran media pembawa, setelah pemilik media pembawa melunasi
penerimaan negara bukan pajak karantina ikan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
b. Seluruh dokumen tindakan karantina yang telah diterbitkan merupakan
kelengkapan lalu lintas media pembawa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 hanya berlaku untuk 1 (satu) kali pemasukan atau pengeluaran
media pembawa.

328
Pasal 19
Setiap tindakan karantina terhadap media pembawa wajib diterbitkan dokumen
tindakan karantina yang diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pemasukan
dan pengeluaran media pembawa dan segera disampaikan kepada pemilik atau
pihak yang berkepentingan.

Pasal 20
Dokumen tindakan karantina yang diterbitkan oleh petugas karantina
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3), dapat disampaikan
langsung oleh petugas karantina atau melalui fasilitas elektronik kepada instansi
lain yang memerlukan.
BAB IV
FORMAT DOKUMEN

Pasal 21
Format dokumen tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2) dan ayat (3), adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Menteri ini.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 22
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku semua peraturan pelaksanaan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.04/MEN/2005 tentang
Bentuk dan Jenis Serta Tata Cara Penerbitan Dokumen Tindakan Karantina Ikan
masih berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan
Peraturan Menteri ini.

BAB V
PENUTUP

Pasal 23
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.04/MEN/2005 tentang Bentuk dan Jenis Serta Tata Cara
Penerbitan Dokumen Tindakan Karantina Ikan dicabut d an dinyatakan tidak
berlaku.

329
Pasal 24
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 31 Desember 2008
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I,

ttd

FREDDY NUMBERI
tiap orang mengetahuinya, Peraturan nteri ini diundangkan dengan pene
Disalin sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Supranawa Yusuf

330
DAFTAR LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER.28/MEN/2008
TENTANG
JENIS, TATA CARA PENERBITAN, DAN FORMAT
DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN
NOMOR
ISI LAMPIRAN KODE
LAMPIRAN
1 DOKUMEN UTAMA
a. Bentuk Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health KI-D1
Certificate for Fish and Fish Products)
b. Bentuk Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik KI-D2
c. Bentuk Sertifikat Pelepasan Karantina Ikan KI-D3
2 DOKUMEN PENDUKUNG
a. Bentuk Surat Penahanan Sementara KI-D4
b. Bentuk Surat Penolakan KI-D5
c. Bentuk Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan KI-D6
d. Bentuk Surat Pemusnahan KI-D7
e. Bentuk Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan KI-D8
f. Bentuk Surat Keterangan Transit KI-D9
g. Bentuk Surat Keterangan Benda Lain KI-D10
h. Bentuk Surat Pemberitahuan Tindakan Karantina Ikan Terhadap KI-D11
Alat Angkut
i. Bentuk Surat Persetujuan Bongkar KI-D12
j. Bentuk Surat Persetujuan Muat KI-D13
k. Bentuk Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Tindakan Karantina KI-D14
Ikan Terhadap Media Pembawa di Atas Alat Angkut
l. Bentuk Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa Dari KI-D15
Tempat Pemasukan
m. Surat Keterangan Masuk Tempat Penimbunan Sementara KI-D16
Karantina Ikan KI-D17
n. Bentuk Berita Acara Pemusnahan

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I,

ttd

FREDDY NUMBERI
Disalin sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Supranawa Yusuf

331
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER.29/MEN/2008
TENTANG
PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sumber daya hayati perikanan merupakan salah


satu modal dasar pembangunan nasional yang sangat
penting dalam rangka meningkatkan taraf hidup,
kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat;
b. bahwa pemasukan media pembawa berupa ikan hidup
dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik
Indonesia dapat memberi peluang akan terbawanya
hama dan penyakit ikan berbahaya dan dapat pula
berdampak terhadap perubahan dalam keseimbangan
biota dan lingkungan hidup;
c. bahwa Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor KEP.42/MEN/2003 tentang Persyaratan
Pemasukan Media Pembawa Berupa Ikan Hidup, perlu
disempurnakan sesuai dengan Pasal 2, Pasal 3, Pasal
4 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2002 tentang Karantina Ikan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c,
dipandang perlu menetapkan persyaratan pemasukan
media pembawa berupa ikan hidup dengan Peraturan
Menteri;
Mengingat : (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3482);
(2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4433);
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
332
Nomor 4197);
(4) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun 2008;
(5) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 50
Tahun 2008;
(6) Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004,
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 58/M Tahun 2008;
(7) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.04/MEN/2005 tentang Bentuk dan Jenis Serta
Tata Cara Penerbitan Dokumen Tindakan Karantina
Ikan;
(8) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.08/MEN/2007;
(9) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan Pemasukan
Media Pembawa Berupa Ikan Hidup Sebagai Barang
Bawaan Ke Dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia;
(10) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina Untuk
Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan
Karantina Dari Luar Negeri dan Dari Suatu Area Ke
Area Lain di Dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia;
(11) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.21/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan;
(12) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik
Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di
Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan;

333
(13) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.08/MEN/2004 tentang Tata Cara Pemasukan Ikan
Jenis atau Varietas Baru Ke Dalam Wilayah Republik
Indonesia;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA
PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP.
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:


1. Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) adalah dokumen resmi yang
ditandatangani oleh petugas karantina atau pejabat yang berwenang di
negara asal atau negara transit yang menyatakan bahwa media pembawa
yang tercantum di dalamnya tidak tertular hama dan penyakit ikan karantina
dan/atau hama dan penyakit ikan yang disyaratkan.
2. Pemasukan adalah memasukkan media pembawa dari luar negeri ke dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
3. Media Pembawa adalah ikan dan/atau benda lain yang dapat membawa
hama dan penyakit ikan karantina.
4. Surat Izin Pemasukan Ikan Hidup, yang selanjutnya disebut surat izin,
adalah surat yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
yang menyatakan persetujuan atas pemasukan ikan hidup dari luar negeri.
5. Tindakan Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut tindakan karantina,
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya
Hama dan Penyakit Ikan Karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke
area lain di dalam negeri, atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari
dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
6. Instalasi Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut instalasi, adalah tempat
beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan
untuk melaksanakan tindakan karantina.
7. Pemilik media pembawa, yang selanjutnya disebut pemilik, adalah orang
atau badan hukum yang memiliki media pembawa dan/atau yang
bertanggung jawab atas pemasukan media pembawa.
8. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan.
9. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perikanan Budidaya.
10. Kepala Pusat adalah Kepala Pusat Karantina Ikan.
11. Dinas adalah Dinas Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab di bidang perikanan.

334
Pasal 2
(1) Pemasukan media pembawa berupa ikan hidup hanya diperbolehkan
melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pemasukan media pembawa berupa ikan hidup wajib dilengkapi dengan
surat izin dan Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) dari Negara asal.

Pasal 3
(1) Petugas karantina melakukan tindakan penolakan terhadap:
a. media pembawa berupa ikan hidup yang tidak dilengkapi dengan surat
izin dan Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) dari Negara asal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2);
b. media pembawa berupa ikan hidup yang dilengkapi dengan Sertifikat
Kesehatan (Health Certificate) tetapi tidak dilengkapi dengan surat izin.
(2) Petugas karantina melakukan tindakan penahanan terhadap media
pembawa berupa ikan hidup yang dilengkapi dengan surat izin tetapi tidak
dilengkapi dengan Sertifikat Kesehatan (Health Certificate).

Pasal 4
(1) Setelah dilakukan penolakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf b, maka terhadap media pembawa tersebut segera dibawa keluar dari
wilayah negara Republik Indonesia.
(2) Apabila dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari setelah penolakan, media
pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dikeluarkan dari
wilayah Republik Indonesia oleh pemiliknya, maka terhadap media
pembawa tersebut dilakukan tindakan pemusnahan oleh petugas karantina.
(3) Apabila pemilik tidak mampu untuk mengeluarkan media pembawa dari
wilayah negara Republik Indonesia yang dibuktikan dengan surat
pernyataan, maka terhadap media pembawa tersebut dapat dilakukan
pemusnahan dalam kurun waktu kurang dari 3 (tiga) hari.

Pasal 5
(1) Untuk memperoleh surat izin, pemilik wajib terlebih dahulu mengajukan
permohonan pemasukan media pembawa berupa ikan hidup secara tertulis
kepada Direktur Jenderal.
(2) Permohonan pemasukan media pembawa berupa ikan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diajukan secara tertulis atau melalui faksimili pada
hari dan jam kerja dengan dilampiri rekomendasi dari Kepala Dinas
setempat.

Pasal 6
(1) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
disetujui, maka Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan
surat izin selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja.

335
(2) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
berisikan:
a. nama pemilik media pembawa;
b. nama jenis media pembawa (nama ilmiah dan nama dagang);
c. jumlah dan/atau ukuran media pembawa;
d. alamat pengirim media pembawa (eksportir);
e. alamat penerima media pembawa (importir);
f. tempat pemasukan media pembawa (pelabuhan laut/udara);
g. negara asal dan/atau transit media pembawa;
h. masa berlaku surat izin.
(3) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
pemilik dan tembusannya disampaikan kepada Pusat Karantina Ikan dan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Ikan setempat di tempat pemasukan
baik secara langsung atau melalui faksimili.
(4) Tembusan surat izin yang disampaikan kepada UPT Karantina Ikan
setempat di tempat pemasukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
selambat-lambatnya sudah diterima 2 (dua) hari kerja sebelum media
pembawa tiba di tempat pemasukan.

Pasal 7
(1) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) tidak
disetujui, maka Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan
surat keterangan penolakan yang disertai dengan alasan-alasannya.
(2) Surat keterangan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada pemilik selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
kerja sejak permohonan diterima dengan lengkap.

Pasal 8
Terhadap pemasukan media pembawa berupa ikan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 berlaku ketentuan persyaratan dan tindakan karantina
untuk pemasukan media pembawa hama dan penyakit ikan karantina yang
ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 9
(1) Setiap pemasukan media pembawa berupa ikan hidup wajib dilaporkan
kepada petugas karantina di tempat pemasukan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) petugas
karantina melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan surat izin dan
Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) dari Negara asal.
(3) Apabila media pembawa telah dilengkapi dengan surat izin dan Sertifikat
Kesehatan (Health Certificate) dari Negara asal sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), maka terhadap media pembawa dilakukan pemeriksaan
kebenaran isi dokumen pemasukan tersebut dengan media pembawa yang
dimasukkan.
336
(4) Apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
terdapat perbedaan jenis atau kelebihan jumlah media pembawa yang
dimasukkan dengan yang tercantum pada surat izin atau Sertifikat
Kesehatan (Health Certificate), maka terhadap perbedaan jenis atau
kelebihan jumlah tersebut dilakukan tindakan penolakan.
(5) Apabila dalam kurun waktu 3 (tiga) hari setelah penolakan media pembawa
tidak dikirim kembali ke luar negeri, maka terhadap media pembawa
tersebut dilakukan pemusnahan.
(6) Apabila pemilik tidak bersedia mengirim kembali media pembawa, yang
dibuktikan dengan surat pernyataan, maka terhadap media pembawa
tersebut dapat dilakukan pemusnahan dalam kurun waktu kurang dari 3
(tiga) hari kalender.

Pasal 10
Surat izin dan Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) dari Negara asal dianggap
benar apabila terdapat kesesuaian antara isi surat izin dan Sertifikat Kesehatan
(Health Certificate) dari Negara asal dengan media pembawa yang dimasukkan.

Pasal 11
(1) Pemasukan kembali media pembawa yang ditolak di luar negeri dapat
dilakukan tanpa harus dilengkapi surat izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3.
(2) Terhadap pemasukan media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikenakan tindakan karantina ikan.

Pasal 12
Peraturan Menteri ini tidak berlaku terhadap pemasukan media pembawa berupa
ikan hidup dengan jenis atau varietas baru.

Pasal 13
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku semua peraturan pelaksanaan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.42/MEN/2003 tentang
Persyaratan Pemasukan Media Pembawa Berupa Ikan Hidup masih berlaku
sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan Peraturan Menteri
ini.

Pasal 14
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor KEP.42/MEN/2003 tentang Persyaratan Pemasukan Media
Pembawa Berupa Ikan Hidup, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

337
Pasal 15
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 31 Desember 2008

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I,


ttd
FREDDY NUMBERI

r sdiundangkan dengan psia.


Disalin sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Supranawa Yusuf

338
KEPUTUSAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KEP.76/MEN/2008

TENTANG

PELAKSANAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA


NATIONAL SINGLE WINDOW Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN KELAUTAN
DAN PERIKANAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Peraturan
Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan
Sistem Elektronik Dalam Kerangka Indonesia National
Single Window, maka untuk mendukung penggunaan
sistem elektronik dalam penanganan dokumen
kepabeanan dan perizinan yang berkaitan dengan
ekspor dan/atau impor dipandang perlu menetapkan
Prosedur Operasional Standar dan Sen/ice Level
Arrangement dalam kerangka Pelaksanaan Indonesia
National Single Window di Lingkungan Departemen
Kelautan dan Perikanan;
b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan
Menteri;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang


Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan;
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan;
3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 50 Tahun 2008;
4. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008;
5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Penggunaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka
Indonesia National Single Window;
339
6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 58/M Tahun 2008;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2007;
8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik
Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di
Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


TENTANG PELAKSANAAN SISTEM ELEKTRONIK
DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE
WINDOW Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN KELAUTAN
DAN PERIKANAN.
PERTAMA : Melaksanakan sistem elektronik dalam kerangka Indonesia
National Single Window d\ Lingkungan Departemen Kelautan
dan Perikanan.
KEDUA : Sistem elektronik dalam kerangka Indonesia National Single
Window sebagaimana dimaksud diktum PERTAMA
digunakan dalam penanganan dokumen kepabeanan dan
perizinan yang berkaitan dengan ekspor dan/atau Impor di
bidang Perikanan.
KETIGA : Pelaksanaan sistem elektronik dalam kerangka Indonesia
National Single Window sebagaimana dimaksud diktum
PERTAMA dilakukan oleh Pusat Karantina Ikan secara
koordinasi dengan instansi terkait dan unit kerja di lingkungan
Departemen Kelautan dan Perikanan.
KEEMPAT : Apabila pengguna jasa belum memiliki sarana dan prasarana
yang memadai dan/atau sistem elektonik tidak berfungsi,
maka penanganan dokumen perizinan dapat dilakukan
secara manual.
KELIMA : Pelaksanaan lebih lanjut terhadap sistem elektronik dalam
kerangka Indonesia National Single Window dalam bentuk
Prosedur Operasional Standar dan Service Level
Arrangement ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal atas nama
Menteri.
KEENAM : Biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Keputusan
ini dibebankan kepada anggaran Departemen Kelautan dan
Perikanan.

340
KETUJUH : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggai ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggai 22 Desember 2008

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Rl,

ttd

FREDDY NUMBERI

Disalin sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Supranawa Yusuf

341

Anda mungkin juga menyukai