Anda di halaman 1dari 28

PRODUKSI DAN PEMASARAN MIE KOREAN SPICY

DENGAN SUBTITUSI TEPUNG TAPIOKA

PROPOSAL TUGAS AKHIR


PROYEK USAHA MANDIRI (PUM)

Oleh
ACHMAD RAFIK FAUZI
NIM B32192244

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2022
PRODUKSI DAN PEMASARAN MIE KOREAN SPICY
DENGAN SUBTITUSI TEPUNG TAPIOKA

PROPOSAL TUGAS AKHIR


PROYEK USAHA MANDIRI (PUM)

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Teknologi Pertanian (A.Md.TP)
di Program Studi Teknologi Industri Pangan
Jurusan Teknologi Pertanian

Oleh
ACHMAD RAFIK FAUZI
NIM B32192244

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman di Indonesia, serta dampak
pandemi Covid-19 yang mengakibatkan perekonomian menurun drastis. Hal
tersebut membuat persaingan pada usaha kuliner semakin ketat, diperlukan ide-ide
makanan yang sesuai dengan perkembangan zaman sekarang. Saat ini sebagian
besar masyarakat Indonesia sedang menyukai budaya Korea terutama pada
generasi milenial. Semakin lama budaya Korea banyak diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari para pecinta budaya Korea, mulai dari fashion, make up,
korean skincare, makanan, gaya bicara, hingga bahasa (Mar'a, 2020). Hal tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai ide baru dalam bisnis kuliner saat ini, salah satunya
yaitu makanan dengan cita rasa masakan Korea.
Mie adalah produk makanan yang biasanya sering dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Definisi mie adalah produk makanan yang dibuat dari
tepung gandum atau tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan
yang lain dan bahan tambahan makanan yang diijinkan, berbentuk khas mie dan
siap dihidangkan setelah dimasak (Anonim, 2005 dalam Andriyani 2008).
Berdasarkan saat sebelum dikonsumsi, mie dapat digolongkan dalam beberapa
kelompok yaitu mie basah, mie kering dan mie instant. Karakteristik fisik yang di
miliki oleh ketiga jenis mie juga berbeda. Dan menurut komponen penyusunnya,
mie dibagi menjadi dua yaitu mie gluten dan starch base. Mie gluten adalah jenis
mie yang komponen pengikatnya berasal dari gluten untuk mengikat pati yang ada
dalam mie (Retnaningsih, 2005). Sedangkan mie starch base adalah jenis mie
yang tidak memakai gluten dalam komponen penyusunnya atau bisa disebut
juga mie non-gluten.
Korean Spicy Sauce (Gochujang) merupakan bumbu khas Korea yang
terbuat dari cabai merah bubuk yang diaduk dengan saus cabai merah fermentasi
Korea. Berwarna merah tua agak kecokelatan, berfungsi untuk menambahkan rasa
pada makanan agar terasa lebih enak sekaligus membantu system pencernaan.
Rasanya pedas dan asin (Kwon, 2014).
Tepung tapioka merupakan suatu jenis bahan pangan yang dibuat dari
umbi akar ketela pohon atau dalam bahasa indonesia disebut singkong. Bahan
pangan tersebut merupakan pati yang diekstrak dengan air dari umbi singkong,
kemudian disaring, cairan hasil saringan kemudian diendapkan. Bagian yang
mengendap tersebut selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga diperoleh
butiran-butiran pati halus berwarna putih, yang disebut tapioka (Luthana, 2004).
Pemakaian Tepung Tapioka sebagai Subtitusi Pembuatan Mie Korean Spicy ini
bertujuan untuk mengurangi angka ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap
tepung terigu dan mulai memanfaatkan tepung tapioca sebagai produk olahan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diambil
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung
Tapioka?
2. Bagaimana analisis kelayakan usaha produksi Mie Korean Spicy dengan
Subtitusi Tepung Tapioka?
3. Bagaimana strategi pemasaran Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung
Tapioka?
1.3 Tujuan
Tujuan pada pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri tersebut adalah:
1. Mengetahui proses produksi Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung
Tapioka.
2. Mengetahui analisis kelayakan usaha produksi Mie Korean Spicy dengan
Subtitusi Tepung Tapioka.
3. Mengetahui strategi pemasaran Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung
Tapioka.
4. Mengetahui daya terima terhadap produk Mie Korean Spicy dengan Subtitusi
Tepung Tapioka
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari Proyek Usaha Mandiri (PUM) tersebut adalah:
1. Menambah nilai jual dan pemanfaatan tepung tapioka sebagai olahan pangan.
2. Menghasilkan ide olahan mie yang dapat diterima masyarakat.
3. Membuka peluang usaha baru dalam memproduksi mie Korean spicy
dengan bahan baku tepung tapioca.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mie Basah


Mie adalah produk makanan yang biasanya sering dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Definisi mie adalah produk makanan yang dibuat dari
tepung gandum atau tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan
yang lain dan bahan tambahan makanan yang diijinkan, berbentuk khas mie dan
siap dihidangkan setelah dimasak (Anonim, 2005 dalam Andriyani 2008).
Berdasarkan saat sebelum dikonsumsi, mie dapat digolongkan dalam
beberapa kelompok yaitu mie basah, mie kering dan mie instant. Mie basah
disebut juga mie kuning adalah jenis mie yang mengalami perebusan dengan
kadar air mencapai 52% sehingga daya tahan atau keawetannya cukup singkat.
Pada suhu kamar hanya bertahan sampai 10 – 12 jam. Setelah itu mie akan berbau
asam dan berlendir atau biasa disebut basi (Widyaningsih dan Murtini 2006).
Menurut Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2017) Komposisi gizi mie basah per
100 g bahan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1 Komposisi Gizi Mie Basah per 100 g


Komposisi Jumlah
Energy (kal) 88
Protein (g) 0,6
Lemak (g) 33
Karbohidrat (g) 14,0
Kalsium (mg) 14
Besi 6,8
Vitamin A 0
Vitamin B1 (mg) 0,00
Vitamin C (mg) 0
Air (mg) 80,0
Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2017)
Kualitas mie basah sangat bervariasi karena perbedaan bahan pengawet
dan proses pembuatannya (Widyaningsih dan Murtini, 2006). Mie basah adalah
mie mentah yang sebelumnya dipasarkan mengalami perebusan dalam air
mendidih terlebih dahulu. Pembuatan mie basah dengan cara tradisional dapat
dilakukan dengan bahan utama tepung terigu dan bahan pendukung seperti air,
telur pewarna dan bahan tambahan pangan. Mie basah yang baik mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Berwarna putih atau kuning
b. Tekstur agak kenyal
c. Tidak mudah putus (Anonim,2005 dalam Andriyani, 2008)

Mie basah yang baik adalah mie yang secara kimiawi mempunyai nilai
kimia yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Standar Mutu Mie
Basah (SNI 2987-2015). Persyaratan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Syarat Mutu Mie Basah


Persyaratan
No Kriteria Uji Satuan
Mie Basah Mentah Mie Basah Matang
1 Keadaan
1.1 Bau - Normal Normal
1.2 Rasa - Normal Normal
1.3 Warna - Normal Normal
1.4 Tekstur - Normal Normal
2 Kadar air Fraksi Maks 35 Maks 65
massa %
3 Kadar protein Fraksi Min 9.0 Min 6.0
(Nx6.25) massa %
4 Kadar abu tidak larut Fraksi Min 0,05 Maks 0,05
dalam asam massa %
5 Bahan berbahaya
5.1 Formalin (HCHO) - Tidak boleh ada Tidak boleh ada
5.2 Asam borat (H3BO3) - Tidak boleh ada Tidak boleh ada
6 Cemaran logam Mg/kg
6.1 Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 1,0 Maks. 1,0
6.2 Kadmium (Cd) Mg/kg Maks.0,2 Maks.0,2
6.3 Timah (Sn) Mg/kg Maks 40,0 Maks 40,0
6.4 Merkuri (Hg) Mg/kg Maks.0,05 Maks.0,05
7 Cemaran arsen(As) Mg/kg Maks 0,5 Maks 0,5
8 Cemaran mikroba
8.1 Angka lempeng total Maks 1x Maks 1x
Koloni/g
8.2 Escherichia coli APM/g Maks. 10 Maks.10
8.3 Salmonella sp. - Negatif/25 g Negatif/25 g
8.4 Staohylococcus aureus Koloni/g Maks 1x Maks 1x

8.5 Bacillus cereus Koloni/g Maks 1x Maks 1x

8.6 Kapang Koloni/g Maks 1x Maks 1x

9 Deoksinivalenol Maks.750 Maks.750


Sumber : SNI 2987-2015
2.2 Korean Spicy Sauce
Korean Spicy Sauce (Gochujang) merupakan bumbu khas Korea yang
terbuat dari cabai merah bubuk yang diaduk dengan saus cabai merah fermentasi
Korea. Berwarna merah tua agak kecokelatan, berfungsi untuk menambahkan rasa
pada makanan agar terasa lebih enak sekaligus membantu system pencernaan.
Rasanya pedas dan asin (Kwon, 2014). Pada zaman dulu Gochujang mengandung
sedikit etanol yang didapat dari fermentasi beras, yang mengakibat Gochujang di
Indonesia masuk dalam kategori non-halal. Akan tetapi Korean Spicy Sauce
(Gochujang) sekarang sudah banyak yang menggunakan bahan-bahan yang
mudah di dapat dan masuk dalam kategori halal. Berikut bahan pembuatan
Gochujang dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Bahan Pembuatan Gochujang
No. Bahan
1. Bubuk Cabe
2. Tepung ketan
3. Gula
4. Garam
5. Kecap asin
6. Air
Sumber : Rustka (2015)
2.3 Tepung Terigu
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir/ biji
gandum yang di haluskan, sering digunakan sebagai bahan dasar berbagai produk
olahan dan salah satunya digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan mie.
Pada tepung terigu terdapat gliadin dan glutenin. Apabila dilakukan penambahan
air dan dikenai perlakuan mekanis (pengadukan, pengulenan, atau penggilingan)
akan menjadi gluten. Gluten memiliki sifat elastis dan plastis, dua sifat yang
penting untuk menghasilkan mi yang dapat dicetak, kenyal, dan tidak mudah
putus. Semakin tinggi kadar protein tepung terigu, semakin banyak gluten yang
dapat terbentuk, sehingga semakin kenyal dan elastis pula mie yang dihasilkan
(Astawan, 2008). Kandungan protein total pada tepung terigu bervariasi antara 7%
– 18%, tetapi pada umumnya 8% – 14%. Sekitar 80% dari protein tersebut
merupakan gluten (Koeswara, 2009). Menurut jenisnya tepung terigu dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu :
1. Tepung terigu protein tinggi (Hard/Strong Flour) dengan kandungan protein
11 - 13%
2. Tepung terigu protein sedang (Medium Flour) dengan kandungan protein 9-
11%
3. Tepung terigu protein rendah (Soft/Weak Flour) dengan kandungan protein 7-
9% (Subagjo, 2007).
Pada pembuatan mie diperlukan tepung terigu protein tinggi karena agar
menghasilkan tekstur yang kenyal dan elastis. Biasanya adonan setelah diuleni
sampai kalis lalu di diamkan terlebih dahulu. Tujuannya agar glutennya terbentuk
sehingga adonan menjadi kenyal dan elastic. Berikut komposisi yang terdapat
pada terigu dapat dilihat pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Komposisi tepung terigu tiap 100 g
No. Unsur gizi Jumlah
1. Air (g) 11,8
2. Lemak (g) 1,0
3. Besi (mg) 6,3
4. Fosfor (mg) 150
5. Kalsium (mg) 22
6. Karbohidrat (mg) 77,2
7. Vitamin B1 (mg) 0,35
8. Vitamin B2 (mg) 0,47
9. Serat (mg) 0,3
10. Protein (g) 9,0
Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2019)
2.4 Tepung Tapioka
Tepung tapioka merupakan suatu jenis bahan pangan yang dibuat dari
umbi akar ketela pohon atau dalam bahasa indonesia disebut singkong. Bahan
pangan tersebut merupakan pati yang diekstrak dengan air dari umbi singkong,
kemudian disaring, cairan hasil saringan kemudian diendapkan. Bagian yang
mengendap tersebut selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga diperoleh
butiran-butiran pati halus berwarna putih, yang disebut tapioka (Luthana, 2004).
Tepung ini sering digunakan untuk membuat makanan, bahan perekat, dan banyak
makanan tradisional yang menggunakan tapioka sebagai bahan bakunya.
Penggunaan tepung tapioka sebagai pembuatan mie sebenarnya sudah ada, Mie
Lethek merupakan produk mie dari kabupaten Bantul yang terbuat dari
tepung tapioka dan tepung gaplek terfermentasi yang di produksi dengan mesin
tradisional. Mie Lethek tergolong mie kering yang diproses dengan
penjemuranhingga kadar airnya mencapai 10% atau lebih rendah. Mie Lethek
menjadi produkyang tergolong produk diversifikasi pangan yang telah lama
ada di kabupaten Bantul sebagai produk unggulan yang berbahan pangan
lokal. Mie dengan subtitusi tapioka dapat digunakan sebagai alternative diet
bebas gluten. Adapun kandungan gizi dari tepung tapioka dapat dilihat pada tabel 2.5
Tabel 2.5 Kandungan gizi pada tepung tapioka
No. Kandungan Gizi Nilai Gizi
1 Energi (kalori/100gr) 362
2 Karbohidrat (%) 6,99
3 Air (%) 12,9
4 Protein (%) 0,59
5 Lemak (%) 3,39
Sumber: Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2021)
2.5 Garam
Garam (NaCl) dalam proses pembuatan mie dapat memberikan cita rasa,
meningkatkan tekstur mie, meningkatkan elastisitas dan kelenturan, serta
mengikat air (Jatmiko, 2014). Menurut Sulistyaningsih (Wiwin, 2017). Garam
adalah senyawa Ionik yang terdiri dari ion positif (Kation) dan Ion negatif (anion),
sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari
hasil reaksi asam dan basa.
2.6 Minyak Wijen
Minyak dari biji wijen telah digunakan sebagai minyak makan, seasoning,
atau salad oil. Minyak wijen mengandung banyak asam lemak tak jenuh, terutama
asam oleat (C18:1) dan asam linoleat (C18 :2 , Omega-6). Minyak wijen juga
mengandung banyak vitamin E dan komponen fungsional lainnya yang berguna
bagi kesehatan. Minyak wijen yang dihasilkan dari proses pengepresan dingin ini
dikenal dengan nama virgin sesame oil (VSO). VSO mempunyai potensi sebagai
minyak kesehatan karena mengandung komponen omega-6 (35,5 – 49,5 %),
omega-9 (37,5 – 45,4 %) dan beberapa komponen antioksidan seperti vitamin E,
karoten, dan komponen lignan (Handajani, 2010).
2.7 Bubuk Cabai
Bubuk cabai atau cabai bubuk merupakan salah satu jenis cabe yang sudah
diproses dalam bentuk bubuk sehingga jika ingin mengkonsumsinya akan sangat
lebih mudah dibandingkan harus mengolahnya dalam bentuk lain. Penanganan
pascapanen cabai masih sederhana sehingga tingkat kerusakannya cukup tinggi,
mencapai 40%. Oleh karena itu, penanganan pascapanen cabai merahperlu
diperbaiki mulai dari panen, pengemasan, pengangkutan hingga penyimpanan
untuk meningkatkan dayasimpan, nilai jual produk, dan pendapatan petani. Bubuk
cabai merupakan salah satu penanganan pasca panen agar tingkat kerusakan cabai
semakin rendah (Sudaryati, 2013)
2.8 Bawang Putih Bubuk
Bubuk bawang putih merupakan salah satu perasa gurih alami untuk
makanan. Bubuk bawang putih yang terbuat dari bawang putih yang diolah
sedemikian rupa hingga berbentuk serbuk. Kandungan dalam bawang putih dapat
menjadi penambah rasa gurih alami yang aman dikonsumsi. Bubuk bawang putih
mengandung protein, lemak, vitamin B5 dan B9 serta mineral (kalium, kalsium,
fosfat, dan besi). Bawang putih mengandung senyawa allisin yang memiliki daya
antibakteri (Febri, 2019).
2.9 Proses Pembuatan Mie Korean Spicy Dengan Subtitusi Tepung Tapioka
Proses pembuatan Mie Korean Spicy Dengan Subtitusi Tepung Tapioka
yaitu pertama menyiapkan alat dan bahan. Kemudian tepung tapioka, terigu,
garam, bubuk bawang putih dicampur dan dilakukan pengadukan secara manual
menggunakan air panas mendidih sampai adonan tidak lengket atau kalis.
Pencampuran bertujuan agar adonan tercapai pengembangan optimal dari gluten
dan penyerapan airnya, pada kondisi tersebut gluten baru terbentuk secara
maksimal (Mariana, 2019). Setelah adonan kalis di lakukan proses pembentukan
lembaran menggunakan mesin penggiling mie manual atau dapat digiling
menggunakan rolling pin sesuai dengan ukuran alat. Pembentukan lembaran
dengan roll pengepres menyebabkan pembentukan serat – serat gluten yang halus
dan esktensibel (Anonim, 2003). Potong adonan menggunakan gilingan
pemotong, pemotongan lembaran adonan bertujuan untuk mendapatkan untaian
mie. Kemudian mie langsung direbus di dalam panci berisi air mendidih selama ±
3 menit. Api yang digunakan untuk merebus mie harus besar agar waktu
perebusan singkat. Jika waktu perebusan lama, mie akan menjadi lembek karena
ada kandungan air yang masuk ke dalam mie (Astawan,2006). Tiriskan mie,
kemudian di tambah minyak wijen. Penambahan minyak bertujuan agar tekstur
mie terlihat halus dan tidak lengket (Widyahningsih, 2006). lalu diberi bumbu
Korean Spicy sauce dan dikemas.
2.10 Pemasaran
Menurut Kotler (Kharisma, 2016) pemasaran adalah suatu proses sosial
yang didalamnya individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dari pihak lain.
Sedangkan menurut william J.Stanton dan Charles Futrell (2013:11)
pemasaran dalah salah satu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang, jasa, ide kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan organisasi.
Pemasaran adalah kegiatan meneliti kebutuhan dan konsumen
(probel/search), menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen (product), menentukan tingkat harga (price),
mempromosikan agar produk dikenal konsumen (promotion), dan
mendistribusikan produk ke tempat konsumen (place) (Suryana,2006).
1) Produk (Product)
Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah suatu barang
atau jasa. Dalam istilah yang lebih luas dan lebih fundamental, produksi dapat
diartikan sebagai pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil
yang diinginkan oleh konsumen. Hasil itu dapat berupa barang atau jasa. Dalam
pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang atau jasa (Abdul,
2008).
2) Harga (Price)
Harga merupakan faktor penting dalam bauran pemasaran dan menentukan
ranah pemasaran yang diolakasikan oleh sebuah perusahaan. Sementara menurut
Bayu Swastha, harga dapat difinisikan sebagai sejumlah uang (ditambah beberapa
barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapat sebuah kombinasi dari
barang berserta pelayanannya (Catur, 2006).
3) Tempat (Place)
Penentuan tempat yang mudah terjangkau dan dilihat akan memudahkan
bagi konsumen untuk mengetahui, mengamati dan memahami dari suatu produk
atau jasa yang ditawarkan.
BAB 3. METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Proyek Usaha Mandiri (PUM) Pembuatan Mie Korean Spicy Dengan
Subtitusi Tepung Tapioka dilaksanakan dari bulan Maret – Juni 2022 di
Perumnas Ponjen, RT 04/RW 06, Desa Kencong, Kecamatan Kencong,
Kabupaten Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam produksi Mie Korean Spicy dengan Subtitusi
Tepung Tapioka yaitu, mesin penggiling manual, rolling pin, sendok, baskom, panci,
kompor, gas LPG, piring, mangkuk.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan Mie Korean Spicy Dengan Subtitusi
Tepung Tapioka yaitu, tepung terigu, tepung tapioka, air panas, bubuk bawang putih,
garam, minyak wijen, Korean Spicy sauce.
3.3 Metode Pelaksanaan
3.3.1. Survei pasar
Survei pasar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui harga pada bahan
yang akan digunakan untuk memproduksi Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung
Tapioka. Survei dilakukan di lingkungan sekitar tempat produksi yaitu dengan harga
tepung terigu Rp. 12.500/kg, bawang putih bubuk Rp.1000/pcs, bubuk cabai Rp.
5000/pcs, garam Rp.2000/bungkus, singkong Rp. 2.500/kg, minyak wijen Rp.
5000/botol, Gochujang sauce Rp. 10.000/kg, minyak goring Rp. 24.500/liter.
3.3.2. Pra Produksi
Proyek Usaha Mandiri (PUM) Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung
Tapioka diawali dengan tahap proses pra produksi yang berguna untuk membantu
kelancaran sebuah proses pelaksanaan produksi dan menentukan formulasi yang tepat
untuk memudahkan acuan dalam formulasi pelaksanaan produksi. Mengetahui adanya
anggaran biaya yang dibutuhkan agar lebih mudah dalam perhitungan dan dapat
mengetahui proses produksi tersebut layak atau tidak. Formulasi pra produksi Mie
Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung Tapioka dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Formulasi pra produksi Mie Korean Spicy dengan Subtitusi
Tepung Tapioka
No. Komponen Berat
1. Tepung terigu 25 gr
2. Tepung tapioka 250 gr
3. Bawang putih bubuk 500 mg
4. Air 200 ml
5. Minyak wijen 16 ml
6. Garam 2 gr
7. Korean Spicy sauce 4 gr
8. Bubuk cabai 5 gr
Sumber : Modifikasi resep dari UMKM mie lethek bendo, Bantul (2021)

3.3.3. Proses Produksi


Proses produksi dilaksanakan dengan beberapa tahap yaitu persiapan alat dan
bahan, penimbangan bahan, pencampuran tepung dan bahan lainnya sehingga
membentuk adonan, penggilingan, pemotongan, perebusan, kemudian penirisan dan
pemberian bumbu. Berikut bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi :
Tabel 3.2 Berikut bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi
No. Komponen Berat
1. Tepung terigu 250 gr
2. Tepung tapioka 2½ kg
3. Bawang putih bubuk 5 gr
4. Air 2 liter
5. Minyak wijen 160 ml
6. Garam 15 gram
7. Korean Spicy sauce 50 gr
8. Bubuk cabai 50 gr
Sumber : Modifikasi resep dari UMKM mie lethek bendo, Bantul (2021)

3.3.4. Pemasaran
Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung Tapioka
dipasarkan melalui media sosial serta informasi dari mulut ke
mulut. Pemasaran Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung
Tapioka dilaksanakan secara tidak langsung (online) dengan cara
mempromosikan dari berbagai media sosial. Mie Korean Spicy
dengan Subtitusi Tepung Tapioka dikemas menggunakan kemasan
sterofoam dengan label kemasan yang sesuai dengan produk yang
dijual.

Tepung Tapioka dan


Tepung Terigu

Air mendidih
(100°C), garam dan Pencampuran hingga kalis
bawang putih bubuk

Tepung Penipisan dan Pembaluran


Tapioka

Tepung Tapioka Pembuatan untaian


(Pemotongan)

Air mendidih Perebusan


(100°C), ± 3menit

Penirisan

Api kecil
Pemasakan
Minyak
goreng
Minya Seasoning
k wijen

Lab Packing
Gambar3.1 Diagram Alir Pembuatan Mie Korean Spicy dengan Subtitusi
Tepung Tapioka

3.4 Rencana Analisis Biaya


3.4.1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Produksi Mie Korean Spicy dengan Subtitusi
Tepung Tapioka
Biaya tetap yang digunakan dalam usaha produksi Mie Korean Spicy
dengan Subtitusi Tepung Tapioka berupa biaya penyusutan alat dan biaya
untuk pembelian beberapa alat produksi. Rancangan biaya tetap (fixed
cost) produksi Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung Tapioka dapat
dilihat pada tabel 3.3.
Tabel3.3 Rencana Biaya Tetap Produksi Mie Korean Spicy dengan Subtitusi
Tepung Tapioka
Harga/ Umur
Total Nilai susut/
No Alat Jumlah Satuan Ekonomis
(Rp) Bulan (Rp)
(Rp) (bulan)
1. Penggiling 1 115.000 115.000 84 1.369,04
2. Baskom besar 2 6.000 12.000 60 200
3. Sendok 2 1.000 2.000 84 23,80
4. Mangkok 1 12.000 12.000 40 300
5. Panci 1 90.000 90.000 84 1.071,42
6. Kompor 1 250.000 250.000 84 2.976,19
7. Piring 1 2.000 2.000 40 50
8. Rolling pin 1 15.000 15.000 84 178,57
9. Saringan besi 1 12.000 12.000 84 142,85
Total biaya tetap 6.311,87

Dari Tabel 3.3 menunjukkan rancangan biaya tetap (fixed cost)


produksi Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung Tapioka seharga Rp
6.311,87 biaya tetap yang dihasilkan tersebut dikalikan 2bulan dengan
demikian total biaya tetap menjadi Rp12.623,74
3.4.2. Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost) Produksi Mie Korean Spicy dengan
Subtitusi Tepung Tapioka
Biaya tidak tetap yang digunakan dalam usaha produksi Mie Korean
Spicy dengan Subtitusi Tepung Tapioka berupa biaya pembelian bahan
setelah pakai (bahan baku dan bahan pembantu) dan biaya gaji untuk upah
karyawan. Rancangan biaya tidak tetap (variable cost) produksi Mie
Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung Tapioka dapat dilihat pada tabel
3.4.
Tabel 3.4 Rancangan Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Mie Korean
Spicy dengan Subtitusi Tepung Tapioka
Jumlah 1x Jumlah 15x
Jumlah 1x Harga/
No. Bahan Produksi Produksi
Produksi Satuan (Rp)
(Rp) (Rp)
1. Tepung terigu 250 gr 12.000/kg 3.000 45.000
2. Singkong 5 kg 2.500/kg 12.500 187.500
3. Bawang putih 5 gr 2000/pcs 2.500 37.500
bubuk
4. Minyak wijen 160 ml 5000/140 ml 5.555 83.325
5. Bubuk cabai 50 gr 5000/100 gr 2.500 37.500
6. Garam 15 gr 2000/500 gr 120 1.800
7. Korean Spicy 50 gr 10.000/kg 500 7.500
sauce
8. Transportasi 1 10.000 10.000 150.000
9. Tenaga kerja 1 15.000 15.000 225.000
11. LPG 30 menit 1.333/jam 666,5 9.997,5
12. Kuota 200 mb 5000/gb 1.000 15.000
13. Kemasan 10 33.000/100 biji 3.300 49.500
14. Label 10 100/ biji 1.000 15.000
15. Minyak goreng 150 ml 24.500/ liter 3.675 55.125
Total biaya tidak tetap 61.316,5 904.747,5
Dengan demikian total biaya tidak tetap = Rp. 904.747,5

3.4.3. Analisis Kelayakan Usaha


Setiap kali proses produksi Mie Korean Spicy dengan Subtitusi
Tepung Tapioka menghasilkan 10 kemasan, sehingga 15 kali
produksi diperoleh 150 kemasan.

a) Total biaya produksi = Total biaya tetap + total biaya tidak tetap
= Rp. 12.623,74 + Rp. 904.747,5
= Rp. 917.371,24
b) Harga pokok penjualan = Total Biaya Produksi /Kemasan
= Rp. 917.371,24/ 150
= Rp. 6.115,80
= Rp. 6.500 (dibulatkan)
c) Harga jual = Total biaya produksi + laba / jml kemasan
= Rp. 917.371,24 + (40% x 917.371,24)/ 150
= Rp. 8.562,13
= Rp. 9.000(dibulatkan)
d) Total pendapatan = Harga Jual x Jumlah Unit Kemasan
= Rp. 9.000 x 150
= Rp. 1.350.000
e) Keuntungan = total pendapatan – total biaya produksi
= Rp. 1.350.000 – 917.371,24
= Rp. 432.628, 76
f) Laju Keuntungan = (Keuntungan/Total B.Produksi) x 100%
= (Rp. 432.628, 76/Rp. 917.371,24)x 100%
= 47,15 %
g) B/C Ratio = Total Pendapatan/Total Biaya Produksi
= Rp. 1.350.000/Rp. 917.371,24
= 1.47
h) Biaya Variabel/ unit = Total Biaya Variabel / Kemasan
= Rp. 904.747,5/150
= Rp. 6.031,65

i) BEP (Produksi) =

= 4,24 ( dibulatkan 4)

j) BEP (Rupiah) =
=

= Rp. 38.265

3.5 Strategi Pemasaran


2.11Pemasaran Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung Tapioka dilaksanakan
secara tidak langsung (online) dengan cara mempromosikan dari berbagai media
sosial. Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung Tapioka dikemas
menggunakan kemasan sterofoam dengan label kemasan yang sesuai dengan
produk yang dijual. Target utama pemasaran dari produk Mie Korean Spicy
dengan Subtitusi Tepung Tapioka yaitu kalangan remaja, tapi tidak dipungkiri
untuk anak-anak sampai orang dewasa. Dari hal tersebut, proses pemasaran
produk akan mudah dikarenakan produk tersebut cocok untuk kalangan yang suka
rasa pedas dan budaya makanan korea. Strategi Pemasaran
Langkah – langkah strategi pemasaran berkaitan dengan kondisi pasar
yang luas dan memiliki orientasi pembelian yang macamnya berbeda – beda
dalam setiap pasar. Suatu perusahaan harus mengidentifikasi setiap pasar yang
paling menarik dan dapat memenuhi secara efektif. Oleh karenanya, perlu adanya
langkah-langkah yang dapat direncanakan sehingga dapat tepat sasaran dan sesuai
dengan strategi pemasaran. Berikut merupakan langkah – langkah yang perlu
ditempuh dari jantung strategi pemasaran modern yaitu segmenting, targeting, dan
positioning (Kotler, 2000).
1. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar merupakan prosing pengelompokan konsumen yang
semula heterogen (luas) menjadi homogen dalam artian memiliki kebutuhan,
keinginan, preferensi dan perilaku pembelian yang sama.
2. Target Pasar
Target pasar merupakan keputusan manajerial dimana perusahaan akan
memilih segmen mana dan siapa yang harus dilayani. Selanjutnya,
perusahaan akan mengevaluasi dan memutuskan beberapa segmen pasar yang
dicakup dan selanjutnya akan dilayani.
3. Posisi Pasar
Posisi pasar merupakan sebuah proses untuk membangun dan
mempertahankan posisi di suatu tempat tertentu yaitu di pasar (benak
konsumen) tentang apapun yang ditawarkan.

3.6 Parameter Pengamatan


4.6.1 Pengawasan Mutu Bahan Buku
Bahan baku merupakan bahan utama dan bahan pendukung dalam
pembuatan produk Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung Tapioka.
Pengawasan mutu bahan baku dilakukan dengan tujuan menjamin kualitas
bahan baku tersebut. Cara yang digunakan untuk melakukan pengawasan
mutu bahan baku yakni melalui pengamatan secara fisik dan sensori.
Pengamatan fisik meliputi warna, aroma, tekstur dan penampakan seperti
pada tabel 3.5
Tebel 3.5 Pengawasan Mutu Bahan Baku Mie Korean Spicy dengan Subtitusi
Tepung Tapioka
No. Bahan Baku Tolak Ukur
1. Tepung terigu Berwarna putih, bertekstur halus, tidak
berjamur dan tidak kadaluarsa
2. Singkong Kuli berwarna merah, batang besar dan
lurus, umbi berwarna putih
3. Bawang putih bubuk Tidak berbau apek
4. Air Tidak berbau, bening, dan tidak memiliki
rasa
5. Minyak wijen Warna agak kecoklatan, kental, aroma
wangi yang tajam
6. Garam Tidak menggumpal, bersih, rasa tidak
tajam dan pahit.
7. Korean Spicy sauce Tidak berjamur, sedikit kental, aroma
bubuk cabai
8. Bubuk cabai Berwarna merah tua sedikit oranye, aroma
cabai tajam

4.6.2 Pengawasan Proses Produksi


Pengawasan proses produksi Mie Korean Spicy dengan Subtitusi
Tepung Tapioka pengecekan setiap tahapan proses dengan mengawasi
bahan baku sesuai standar mutu yang ditetapkan. Adapun Standart
Operasional Prosedure (SOP) produksi Mie Korean Spicy dengan Subtitusi
Tepung Tapioka dapat dilihat pada tabel 3.6
Tabel 3.6 Standart Operasion Prosedure (SOP) proses produksi Mie Korean
Spicy dengan Subtitusi Tepung Tapioka
No. Tahapan Proses Tujuan Standar Mutu
1. Penerimaan bahan baku Mendapatkan bahan baku Bahan baku tidak
yang berkualitas dengan rusak, tidak
mutu yang baik kadaluarsa, tidak
busuk
2. Pencampuran (di uleni) Tepung tapioca, terigu, Adonan tercampur
dan bahan lain tercampur rata, tidak pecah,
sampai adonan kalis tidak lengket dan
kalis
3. Penipisan Adonan ditipiskan sesuai Adonan tidak
dengan ukuran dan pecah dan
ketebalan pas ketebalan sama
rata
4. Pemotong Adonan dipotong Membuat untaian
menggunakan alat mie
5. Perebusan Direbus ±3 menit agar Mie matang
mie matang sempurna dan
mengembang
6. Penirisan Mie diangkat Mengurangi
menggunakan saringan jumlah air
7. Pemasakan Digoreng dengan api Mie lebih
kecil berminyak dan
tekstur sedikit
kasar pada
permukaan
8. Seasoning Mie dilumuri minyak Menambah rasa
wijen dan diaduk dengan pada mie
Korean spicy sauce
9. Packing Di kemas dalam kemasan Produk terkemas
sterofoam dan diberi label dengan baik dan
siap dipasarkan.

4.6.3 Pengawasan Mutu Produk Jadi


Pengawasan mutu produk jadi menggunakan Uji Sensori dan
kekonsistensian jumlah. Uji Sensori produk yakni dengan metode uji
hedonik dan uji mutu hedonik. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat kesukaan panelis terhadap produk Mie Korean Spicy dengan
Subtitusi Tepung Tapioka. Uji organoleptik dilakukan secara mandiri
untuk memberi penilaian berdasarkan tingkat kesukaan terhadap produk
yang telah disediakan. Skala mutu hedonik dan skala hedonik dapat dilihat
pada table 3.7 dan 3.8
Tabel 3.7 Skala Uji Mutu Hedonik Organoleptik Mie Korean Spicy dengan
Subtitusi Tepung Tapioka
No. Atribut Mutu Tolak Ukur Kriteria
1. Warna Putih sedikit transparan 1. Transparan
2. Putih sedikit transparan
3. Kuning pudar
4. Kuning cerah
5. Sangat kuning cerah
2. Aroma Beraroma khas mie 1. Sangat tidak beraroma mie
2. Tidak beraroma mie
3. Agak beraroma mie
4. Beraroma mie
5. Sangat beraroma mie
3. Rasa Berasa khas aci 1. Berasa pahit
2. Sedikit pahit
3. Agak berasa khas aci
4. Berasa khas aci
5. Sangat berasa khas aci
4. Tekstur Lembut dan kenyal 1. Sangat tidak lembut dan kenyal
2. Tidak lembut dan kenyal
3. Agak lembut dan kenyal
4. Lembut dan kenyal
5. Sangat Lembut dan kenyal
5. Kenampakan Kokoh dan kompak 1. Sangat tidak kokoh dan
Kompak
2. Tidak kokoh dan
Kompak
3. Agak kokoh dan
Kompak
4. Kokoh dan kompak
5. Sangat kokoh dan Kompak

Tabel 3.8 Skala Uji Hedonik Organoleptik Mie Korean Spicy dengan Subtitusi
Tepung Tapioka
No. Atribut Mutu Kriteria
1. Warna 1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Agak suka
4. Suka
5. Sangat suka
2. Aroma 1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Agak suka
4. Suka
5. Sangat suka
3. Rasa 1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Agak suka
4. Suka
5. Sangat suka
4. Tekstur 1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Agak suka
4. Suka
5. Sangat suka
5. Kenampakan 1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Agak suka
4. Suka
5. Sangat suka

3.6.4. Pengawasan jumlah produk


Pengawasan jumlah produk dilihat dari kekonsistensian jumlah
produk setiap satu kali produksi. Data jumlah produk setiap satu kali
produksi disesuaikan dengan perhitungan yakni menghasilkan 10 kemasan
setiap kali produksi. Pengawasan kekonsistensian ini bertujuan agar proyek
usaha mandiri Mie Korean Spicy dengan Subtitusi Tepung Tapioka tetap
dalam kondisi untung, dikarenakan telah melebihi BEP produksi maupun
BEP rupiah.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai