ACARA V
PEMBUATAN PRODUK FERMENTASI
Penanggung jawab :
A. Latar Belakang
Mikrobiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
mikroorganise atau organisme mikroskopis. Mikrobiologi erat kaitannya dengan
kehidupan terutama bidang pangan. Dalam bidang pangan, peranan
mikroorganisme sangat kompleks. Ada yang menguntungkan dan ada yang
merugikan. Mikroorganisme yang bersifat merugikan dalam bidang pangan
meliputi mikroorganisme penyebab kerusakan pangan serta infeksi dan penyakit
yang ditularkan melalui pangan.
Mikroorganisme yang menguntungkan dalam bidang pangan biasanya
digunakan dalam pengolahan pangan. Pengolahan pangan yang biasanya
melibatkan peranan mikroorganisme adalah proses fermentasi. Fermentasi
merupakan cara untuk memproduksi berbagai produk yang menggunakan biakan
mikroba melalui aktivitas metabolisme baik secara aerob maupun anaerob.
Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba pada substrat organik
yang sesuai. Terjadinya fermentasi dapat menyebabkan perubahan sifat bahan
pangan akibat pemecahan kandungan bahan pangan tersebut sehingga
memungkinkan makanan lebih bergizi, lebih mudah dicerna, lebih aman, dapat
memberikan rasa yang lebih baik dan memberikan tekstur tertentu pada produk
pangan.
Hasil-hasil fermentasi tergantung pada jenis bahan pangan (substrat),
jenis mikroba dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan
metabolisme mikroba Salah satu aplikasi penggunaan mikroorganisme dalam
bidang pangan adalah dalam pembuatan tempe, tape dan yoghurt
Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang terbuat dari beras,
beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-
makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang
berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan
banyak mikroorganisme.
Tempe adalah makanan hasil fermentasi yang sangat terkenal di
Indonesia. Tempe yang biasa dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah tempe
yang menggunakan bahan baku kedelai. Fermentasi kedelai oleh kapang dalam
proses pembuatan tempe menyebabkan perubahan kimia maupun fisik pada biji
kedelai, menjadikan tempe lebih mudah dicerna oleh tubuh. Produk tempe
biasanya berupa padatan dan bebrbau khas serta berwarna putih keabu-
abuan.Tempe segar tidak dapat disimpan lama, karena tempe tahan hanya selama
2 x 24 jam, lewat masa itu, kapang tempe mati dan selanjutnya akan tumbuh
bakteri atau mikroba perombak protein, akibatnya tempe cepat busuk ( Sarwono,
2005).
Yogurt merupakan produk hasil fermentasi menggunakan susu sapi segar
yang dipasteurisasi, lalu ditambah inokulum bakteri asam laktat Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophillus pada suhu 40-45°C dan diinkubasi
selama 24 jam pada suhu sekitar 42°C. Menurut Wahyudi (2006), karakter rasa
yoghurt adalah khas asam.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum pembuatan produk fermentasi adalah mengetahui
pembuatan yoghurt, tape dari ubi kayu/ubi jalar, dan tempe serta mengetahui
aplikasi mikroba pada olahan pangan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bau Normal/khas
Rasa Asam/khas
Konsistensi Homogen
8 Cemaran Mikroba:
Salmonella Negatif/25 g
b. Tape
Tape merupakan makanan hasil fermentasi yang dilakukan oleh
mikroorganisme, terutama kapang dan khamir. Rasa manis tape sendiri
disebabkan oleh kadar gula dari tape itu sendiri. Dalam proses fermentasi, pati
akan berubah menjadi gula oleh kapang jenis Chlamydomucor dan oleh
mikroorganisme ragi Saccaromyces cereviceae gula diubah menjadi alkohol.
Saccaromyces cereviceae yang biasanya dijual dipasar dalam bentuk ragi
bercampur tepung beras. Ragi tape yang sering kita jumpai dipasar merupakan
adonan khusus yang dibuat dengan mencampurkan biakan khamir, tepung beras
dan berbagai macam bumbu (kayu manis, bawang putih, laos, dan jahe). Bumbu-
bumbu ini dapat bersifat senyawa anti mikroba yang mampu mengurangi jumlah
mikroba non khamir, sebagai sumber nutrient dan sebagai pembentuk rasa dan
aroma pada produk tape. Kualitas tape sangat tergantung pada kondisi lingkungan
yaitu suhu dan kondisi anaerob, jenis bahan yang digunakan dan lama fermentasi.
Bahan dasar pembuatan tape biasanya digunakan ubi kayu atau beras ketan
(Anonymous, 1993).
Pati yang terkandung dalam beras terdiri dari amilosa dan amilopektin
yang berbeda. Sedangkan pada beras ketan kandungannya 90% berupa pati dan
selebihnya merupakan amilosa 2% dan amilopektin 88,89% maka dapat dikatakan
bahwa amilosa hampir tidak ada dalam beras ketan. Beras ketan dan beras biasa
mempunyai kandungan amilosa dan amilopektin yang berbeda. Butiran pati pada
umumnya mengandung 15-30% amilosa dan 10-85 amilopektin, khususnya yang
dinamakan varietas waxy atau glutinous dari beberapa bahan berpati hampir
sepenuhnya disusun oleh amilopektin. Pati merupakan homopolimer glukosa
dengan ikatan α-glikosidis. Pati penyusun beras ketan terdiri dari amilopektin
termasuk polimer glukosa yang memiliki banya percabangan yang disusun oleh
rantai-rantai lurus yang terdiri dari 20-30 unit glukosa dengan ikatan α 1,4-
glikosidis pada atom C nomor 2 dan 3. Sedangkan pada ubi kayu kandungan
karbohidrat antara 30-60%. Pati yang terkandung dalam ubi kayu adalah amilosa
dan amilopektin. Kandungan amilosa adalah 17-20% sedangkan kandungan
amilopektinnya adalah 80-83%. Semakin tua ubi kayu kandungan patinya
semakin tinggi (Syarief, 1988).
Menurut Winarno dan Betty (1974), fermentasi adalah reaksi oksidasi
reduksi di dalam system biologi yang menghasilkan energi. Sebagai donor dan
akseptor elektron yang digunakan adalah karbohidrat dalam bentuk glukosa.
Senyawa tersebut akan diubah secara enzimatis menjadi suatu bentuk lain
misalnya alkohol. Ada 2 macam hasil utama dari proses fermentasi yang
berhubungan dengan proses pengawetan makanan yaitu asam dan alkohol.
Sejumlah makanan hasil fermentasi alkohol juga dapat menjadi asam jika selama
produksi alkohol kondisinya adalah aerobik, dimungkinkan timbul bakteri yang
memproduksi asam asetat/asam cuka.
Tape mempunyai rasa yang spesifik yaitu manis, alkoholis dan kadang-
kadang asam. Hal ini karena terjadi perubahan pada bahan dasar menjadi tape.
Mula-mula pati yang ada dalam bahan dipecah oleh enzim menjadi dekstrin dan
gula-gula sederhana. Gula-gula yang terbentuk selanjutnya dihidrolisis menjadi
alkohol, pada fermentasi lebih lanjut alkohol dioksidasi menjadi asan-asam
organik antara lain asam asetat, asam suksinat dan asam malat. Asam-asam
organik dan alkohol membentuk ester yang merupakan komponen cita rasa
(Srimaryati, 1978).
Pembuatan tape ada 2 jenis jamur yang berperan yaitu Endomycopsis
fibullgera untuk mengubah pati menjadi gula sehingga tape berasa manis
dan Saccaromyces cereviceae/Rhizopus oryzae yang mengubah gula menjadi
alkohol. Jika proses ini berlangsung terus dan tidak diatur sehingga gula yang ada
langsung diubah menjadi asam organik, sehingga tape akan berasa manis dan
alkoholik serta sedikit asam. Tetapi ada juga yang menggunakan ragi tape dari
campuran populasi Aspergillus, Saccaromyces, candida, Hansenulla, Bakteri
Acetobacter untuk hidup secara sinergis. Aspergillus untuk menyederhanakan
amilum. Saccaromyces candida dan Hansenulla berfungsi untuk mengurai gula
menjadi alkohol dan asam-asam organik selama fermentasi terus berlanjut. Dan
Acetobacter berfungsi untuk mengubah alkohol menjadi asam cuka.
Cara pembuatan ragi yaitu mencampur tepung beras dengan bermacam-
macam bumbu seperti lada, laos, bawang putih, kayu manis. Fungsi dari bumbu-
bumbu tersebut berperan penting disamping merupakan penghambat jasad renik
atau mikroorganisme tertentu juga dapat memberikan aroma pada tape yang
dihasilkan. Kayu manis (Cinnanommn burmani) mengadung aldehit sinamat yang
aktif melawan bakteri. Kayu manis juga mampu menyumbang rasa manis, mampu
mencegah germinasi bakteri yang tidak diinginkan. Selain itu kayu manis juga
mengandung eugenol aktif (Sudigdo, 1978).
Peningkatan jumlah penduduk dunia telah mendorong manusia untuk
mencari pemenuhan kebutuhan hidupnya. Salah satu solusi yang ditawarkan
adalah mengoptimalkan praktik biologi.
Bioteknologi adalah penggunaan makhluk hidup dan proses di dalamnya
untuk menghasilkan produk tertentu. Bioteknologi memanfaatkan bakteri, ragi,
kapang, alga, sel tumbuhan, atau jaringan hewan. Penerapan bioteknologi
memadukan berbagai disiplin ilmu, seperti mikrobiologi, biokimia, genetika,
biologi molekuler, kimia, rekayasa proses, dan teknik kimia. Saat ini
telah dikembangkan berbagai penerapan bioteknologi, contohnya teknik
rekombinasi gen, kultur jaringan, hidroponik, radiasi, dan inseminasi buatan.
Berdasarkan proses dan peralatan yang digunakan, bioteknologi dapat di
bedakan atas :
Bioteknologi Konvensional
Praktik bioteknologi yang dilakukan dengan cara dan peralatan sederhana
tanpa melakukan rekayasa genetika.
Contohnya : sake, bir, wine, yoghurt, roti, kecap, tape, oncom, tempe.
Bioteknologi Modern
Praktik bioteknologi yang diperkaya dengan teknik rekayasa genetika,yaitu
suatu teknik pemanipulasian materi genetika.
Contohnya : dihasilakan tanaman tahan hama dan penyakit.
Bakteri yang berperan pada tape singkong adalah Saccharomyces
elipsoides. Sedangkan bakteri yang berperan pada tape ketan adalah
Saccharomyces cereviseae.
Menurut Dwijosepitro dalam Tarigan (1998) ragi tape merupakan
populasi campuran yang terdiri dari spesies-spesies genus Aspergilius.
Saccharomyces, Candida, Hansenulla, dan bakteri Acetobacter. Genus tersebut
hidup bersama-sama secara sinergis. Aspergilius menyederhanakan tepung
menjadi glukosa serta memproduksi enzim glukoamilase yang akna memecah pati
dengan mengeluarkan unit-unit glukosa, sedangkan Saccaromyces, Candida dan
Hansenulla dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat
organik lain. Sementara itu Acetobacter dapat merombak alkohol menjadi asam.
Beberapa jenis jamur juga terdapat dalam ragi tape, antara lain Chlamydomucor
oryzae, Mucor sp, dan Rhizopus sp.
Saccharomyces cereviseae adalah jenis khamir utama yang berperan
dalam produksi minuman beralkohol seperti bir, anggur, dan juga digunakan
untuk fermentasi adonan daalm perusahaan roti dan fermentasi tape. Kultur yang
dipilih harus dapat tumbuh dengan baik dan mempunyai toleransi yang tinggi
terhadap alkohol serta mampu menghasilkan alkohol dalam jumlah banyak
(Irianto, K., 2006).
Saccharomyces cereviseae merupakan spesies yang bersifat fermentatif
kuat. Tetapi dengan adanya oksigen, Saccharomyces cereviseae juga dapat
melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbondioksida dan air.
Kedua sistem tersebut menghasilkan energi, meskipun yang dihasilkan dari
respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan melalui fermentasi (Fardiaz, S., 1992).
Kandungan mikroba dalam makanan dapat memberikan keterangan yang
mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengelolaan pangan
tersebut, sehingga mikroba dapat digunakan untuk indikator mutu pangan. Selain
itu, produk hasil fermentasi seperti tempe dan tape memiliki nilai gizi yang lebih
tinggi dari pada bahan awalnya. (Waluyo,2007).
Menurut Sarles et.al(1956), dalam proses fermentasi bahan makanan
seperti tempe dan tape diperlukan adanya starter. Starter yang umum digunakan
adalah kapang dan khamir. Dengan enzim yang dimiliki oleh kapang dan khamir
tersebut, enzim tersebut akan memecah karbohidrat, protein dan lemak menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Seperti monosakarida, gula reduksi, asam amino,
gliserol, dan asam lemak. Pada beberapa makanan proses fermentasi akan
menghasilkan alcohol, terutama pada fermentasi menggunakan ragi. Beberapa
bakteri juga dapat digunakan pada saat tahap produksi akhir dan untuk
membentuk karakter fisik produk.
c. Tempe
Tempe adalah salah satu produk pangan di Indonesia yang proses
pembuatannya dengan cara memfermentasi kacang kedelai atau kacang-kacangan
lainnya oleh kapang Rhizopus oligosporus. Tempe merupakan makanan alami
yang baik untuk kesehatan dan juga mengandung anti oksidan yang dapat
menghambat infiltrasi lemak / LDL teroksidasi ke dalam jaringan pembuluh
darah, sehingga dapat mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah yang
memicu timbulnya penyakit jantung koroner.
Tempe merupakan sumber protein nabati yang mempunyai nilai gizi yang
tinggi daripada bahan dasarnya. Tempe dibuat dengan cara fermentasi, yaitu
dengan menumbuhkan kapang Rhizopus oryzae pada kedelai matang yang telah
dilepaskan kulitnya. Inkubasi / fermentasi dilakukan pada suhu 25 o-37o C selama
36-48 jam. Selama inkubasi terjadi proses fermentasi yang menyebabkan
perubahan komponen-komponen dalam biji kedelai. Persyaratan tempat yang
dipergunakan untuk inkubasi kedelai adalah kelembaban, kebutuhan oksigen dan
suhu yang sesuai dengan pertumbuhan jamur (Hidayat, dkk. 2006).
Terdapat berbagai metode pembuatan tempe. Namun teknik pembuatan
tempe di Indonesia secara umum terdiri dari tahapan perebusan, pengupasan,
perendaman dan pengasaman, pencucian, inokulasi dengan ragi, pembungkusan
dan fermentasi
1. Perebusan
Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap perebusan
berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air sebanyak
mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai supaya
nantinya dapat menyerap asam pada tahap perendaman.
2. Pengupasan
Kulit biji kedelai dikupas agar miselium fungi dapat menembus biji kedelai
selama proses fermentasi. Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, diinjak-
injakkan dengan kaki, atau dengan alat pengupas kulit biji.
3. Perendaman
Setelah dikupas, biji kedelai direndam, tujuannya ialah untuk hidrasi biji kedelai
dan membiarkan terjadinya fermentasi laktat secara alami agar diperoleh
keasamaan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat
dicirikan oleh munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat
pertumbuhan bakteri lactobacillus. Perendaman bermanfaat meningkatkan nilai
gizi dan menghilangkan bakteri-bakteri beracun.
4. Pencucian
Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin
dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri
dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan fungi.
5. Inokulasi dengan ragi
Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe atau laru
daun jati, spora kapang dalam medium tepung, ataupun kultur R. Oligosporus
murni. Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penebaran inokulum pada
permukaan pembungkusan atau inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat
perendaman, dibiarkan beberapa lama lalu dikeringkan.
6. Pembungkusan dan fermentasi
Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan dalam wadah
untuk fermentasi. Berbagai bahan pembungkus atau wadah dapat digunakan asal
dapat memungkinkan masuknya udara karena kapang tempe memmbutuhkan
oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau plastik diberi lubang
dengan cara ditusuk-tusuk. Biji-biji kedelai yang telah dibungkus dibiarkan untuk
mengalami proses fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh pada permukaan
dan menembus biji-biji kedelai, menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat
dilakukan pada suhu 200C-370C selama 18-36 jam. Waktu fermentasi yang lebih
singkat biasanya untuk tempe yang banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi,
sementara proses tradisional menggunakan laru dari daun biasanya membutuhkan
waktu fermentasi sampai 36 jam.
Menurut Prescott et.al (2008), fermentasi adalah penggunaan piruvat atau
derivatnya sebagai aseptor electron untuk mengoksidasi NADH menjadi NAD+ .
Sedangkan menurut Schlegel (1994), fermentasi adalah proses penguraian bahan-
bahan organik menjadi ATP dengan hidrogen sebagai akseptornya.
Proses fermentasi juga mengurangi beberapa senyawa anti nutrisi. Asam
fitat turun lebih dari 50% pada proses pembuatan tempe kedelai maupun non
kedelai (Sutardi et al., 1993 dan Darmadjati et al., 1996). Hal ini terjadi karena
aktivitas fitase meningkat selama proses fermentasi. Fitase adalah enzim yang
menghidrolisa fitat menjadi inositol dan asam fosfat, dan oleh karenanya sifat
metal-chelting menjadi hilang.
Fermentasi kedelai menjadi tempe juga mengubah aroma kedelai yang
berbau langu menjadi aroma khas tempe. Jamur yang berperanan dalam proses
fermentasi tersebut adalah Rhizopus oligosporus. Beberapa sifat penting dari
Rhizopus oligosporus antara lain meliputi: aktivitas enzimatiknya, kemampuan
menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin , vitamin B, kebutuhannya akan
senyawa sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan spora, dan penertisi miselia
jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai (Kasmidjo, 1990).
Proses fermentasi pembuatan tempe memakan waktu 36 – 48 jam. Hal ini
ditandai dengan pertumbuhan kapang yang hampir tetap dan tekstur yang lebih
kompak. Jika proses fermentasi terlalu lama, menyebabkan terjadinya kenaikan
jumlah bakteri, jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur juga menurun dan
menyebabkan degradasi protein lanjut sehingga terbentuk amoniak. Akibatnya,
tempe yang dihasilkan mengalami proses pembusukan dan aromanya menjadi
tidak enak. Hal ini terjadi karena senyawa yang dipecah dalam proses fermentasi
adalah karbohidrat (Winarno, 1980). Tempe segar mempunyai aroma lembut
seperti jamur yang berasal dari aroma miselium kapang bercampur dengan aroma
lezat dari asam amino bebas dan aroma yang ditimbulkan karena penguraian
lemak makin lama fermentasi berlangsung, aroma yang lembut berubah menjadi
tajam karena terjadi pelepasan amonia (Astawan, 2004).
Selain sebagai sumber zat gizi, tempe juga memilki manfaat untuk
menjaga kesehatan tubuh. Tempe mengandung senyawa anti bakteri yang aktif
melawan bakteri gram positif dan bakteri penyebab diare seperti Salmonela typhii,
Shigella flexneri, dan Escherechia coli K 70 (B) H19 (Affandi dan Mahmud 1985;
Mahmud, 1987).
III. METODE PRAKTIKUM
Pembuatan Yoghurt
A. Alat dan Bahan
Alat : 1. Erlenmeyer 250 ml
Bahan : 1. Susu segar
2. Susu skim
3. Bakteri Streptococcus thermophilus, Lactobacillus bulgaricus ,
dan Lactobacillus asidofilus (konsentrasi 5%; 7,5%; dan 10%)
B. Prosedur Kerja
B. Prosedur Kerja
Pembuatan Tempe
A. Alat dan Bahan
Alat : 1. Baskom 5. Pengaduk
2. Saringan 6. Tampah
3. Dandang 7. Kompor
4. Kipas angin
Bahan : 1. Kacang kedelai
2. Ragi tempe
3. Pembungkus (daun pisang dan plastik)
B. Prosedur Kerja
Kacang kedelai yang telah bersih direndam selama 12-18 jam dengan
air dingin biasa (proses hidrasi agar biji kedelai menyerap air sebanyak
mungkin)
Ditaburkan 0,25%; 0,5%; 0,75% ragi tempe sedikit demi sedikit sambil
diaduk supaya merata
A. Hasil Pengamatan
Pembuatan Yoghurt
Konsentrasi bakteri 1%
Panelis Viskositas Flavor
1 3 3
2 3 4
3 4 4
4 4 3
5 2 3
6 2 4
7 3 4
8 2 4
9 3 4
10 2 3
11 2 3
12 3 5
13 2 3
14 3 3
15 4 5
Jumlah 42 55
Rata-
2,8 3,6
rata
Konsentrasi bakteri 5%
Panelis Viskositas Flavor
1 2 4
2 2 3
3 2 3
4 3 4
5 3 5
6 2 6
7 3 5
8 2 4
9 2 4
10 2 4
11 2 2
12 2 4
13 2 4
14 3 4
15 2 3
Jumlah 25 60
Rata-
2,3 4
rata
Keterangan :
Kekerasan : Flavor :
1 = Tidak keras 1 = Tidak khas
2 = Sedikit Keras 2 = Sedikit khas
3 = Agak Keras 3 = Agak khas
4 = Keras 4 = Khas
5 = Sangat Keras 5 = Sangat khas
Pembuatan Tempe
Konsentrasi ragi 0,25%
Kekerasan Flavor
Panelis Daun Plastik Daun Plastik
pisang pisang
1 1 1 2 1
2 2 1 3 2
3 3 3 2 1
4 2 1 3 1
5 3 1 3 3
6 2 1 2 1
7 3 2 1 1
8 2 2 2 1
9 3 1 3 2
10 3 1 3 1
11 3 1 1 1
12 3 2 1 2
13 1 1 1 1
14 1 1 2 1
15 1 1 2 3
Jumlah 33 20 31 22
Rata-
2,2 1,3 2,1 1,5
rata
Konsentrasi ragi 0,5%
Kekerasan Flavor
Panelis Daun Plastik Daun Plastik
pisang pisang
1 3 1 3 2
2 4 1 3 2
3 3 2 4 2
4 4 2 4 3
5 4 1 4 1
6 4 1 4 1
7 3 1 2 1
8 2 1 2 1
9 4 1 2 1
10 4 1 3 1
11 4 1 2 1
12 4 1 3 2
13 4 1 3 1
14 5 1 3 2
15 4 1 3 1
Jumlah 56 17 45 22
Rata-
3,7 1,1 3 1,5
rata
A. Kesimpulan
Yogurt merupakan produk hasil fermentasi menggunakan susu sapi segar
yang dipasteurisasi, lalu ditambah inokulum bakteri asam laktat
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus pada suhu 40-
45°C dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu sekitar 42°C.
Berdasarkan pengujian, yoghurt dengan penambahan inokulum bakteri
dengan konsentrasi bakteri 1% memperoleh nilai terbesar dari segi
viskositas yaitu 2,8 atau dapat diartikan yoghurt dengan perlakuan tersebut
memiliki viskositas yang agak kental. Kemudian berdasarkan
viskositasnya perlakuan dengan penambahan inokulum bakteri konsentrasi
5% memperoleh poin 4 yang menjelaskan bahwa yoghurt dengan
perlakuan penambahan inokulum bakteri dengan konsentrasi 5% memiliki
flavor yang khas.
Tape merupakan makanan hasil fermentasi yang dilakukan oleh
mikroorganisme, terutama kapang dan khamir. Dalam proses fermentasi,
pati akan berubah menjadi gula oleh kapang jenis Chlamydomucor dan
oleh mikroorganisme ragi Saccaromyces cereviceae gula diubah menjadi
alkohol.
Tempe adalah salah satu produk pangan di Indonesia yang proses
pembuatannya dengan cara memfermentasi kacang kedelai atau kacang-
kacangan lainnya oleh kapang Rhizopus oligosporus.
Tempe yang dibungkus dengan menggunakan daun pisang menghasilkan
tekstur dan flavor yang lebih baik dan lebih disukai oleh panelis jika
dibandingkan dengan tempe yang dibungkus dengan menggunakan
plastik. perlakuan penambahan konsentrasi ragi terbaik ialah tempe yang
diberi penambahan ragi dengan konsentrasi 0,75% karena menghasilkan
tekstur dan aroma tempe yang diinginkan oleh panelis
B. Saran
Pada praktikum pembuatan produk fermentasi, alangkah lebih baik jika
dilakukan dengan perlakuan alat yang steril. Agar produk yang dihasilkan
terbentuk seperti yang diinginkan. Selain itu juga dilakukan dalam ruangan
yang tidak banyak mengandung mikroba lainnya agar produk tidak
terkontaminasi oleh mikroorganisme lain yang dapat merusak produk.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, A.K. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan Hari Purnomo. Jakarta: UI-Press.
Endi, Ridwan. 1988. Tempe sebagai bahan pangan, makanan, dan obat. Medika
14(8) : 744-749
Mahmud, M. K. 1987. Penggunaan makanan bayi formula tempe dalam diit bayi
dan anak balita sebagai upaya penanggulangan masalah diare (desertasi).
Institut Pertanian Bogor.
Pato, U. 2003. “Potensi Bakteri Asam Laktat yang diisolasi dari Dadih untuk
Menurunkan Resiko Penyakit Kanker”. Jurnal Natur Indonesia, 5(2): 162-
166. Pusat Penelitian Bioteknologi. Pekanbaru: Universitas Riau.
Wahyudi, A. dan Sri, S. 2008. Bugar Dengan Susu Fermentasi. Malang: UMM
Press.