TINJAUAN PUSTAKA
A. Sabun Yoghurt
1. Susu
5
gula laktosa yang cukup tinggi yaitu 5%.
Menurut Susilorini dkk. (2007), susu segar setelah diperah harus
segera didinginkan ataupun diolah lebih lanjut untuk dapat dikonsumsi
dengan aman. Penanganan susu biasanya dilakukan dengan pemanasan.
Secara umum, pemanasan bertujuan untuk membunuh semua
mikroorganisme patogen dan menonaktifkan enzim-enzim alami sebanyak
mungkin sehingga tidak dapat merusak zat-zat yang terkandung dalam
susu. Selanjutnya Shewfelt (2009) menambahkan bahwa produk susu
sangat menarik bagi ahli pangan karena sifat fungsionalnya (berperan
langsung pada fungsi suatu bahan dalam produk pangan). Banyak
pangan formulasi dikembangkan dengan memanfaatkan keuntungan dari
sifat fungsional protein susu seperti yoghurt, puding, keju, dan fonder (keju
cair) adalah akibat sifat fungsional susu.
2. Yoghurt
6
Yoghurt adalah susu yang diasamkan melalui fermentasi dengan
menggunakan biakan starter, yakni pupukan murni Lactobacillus
bulgariens dan Streptococcus thermophilus. Pembuatan yoghurt
merupakan proses fermentasi dari gula susu (laktosa) menjadi asam laktat
yang menyebabkan tekstur yoghurt menjadi kental. Cara pembuatannya
adalah menambahkan bakteri Lactobacillus bulgariens pada susu yang
tidak pasteurisasi. Kemudian diinkubasi pada suhu 40 oC – 45oC selama 2-
6 jam lalu diaduk (Murti, dkk., 2009). Sedangkan menurut Rihastuti, dkk.
(2011) susu fermentasi adalah produk susu yang telah mengalami
fermentasi dengan inokulasi kultur starter bakteri penghasil asam laktat.
Produk susu fermentasi ini sering disebut juga produk susu asam karena
rasanya asam. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bakri dan Saparino
(2015) yang menyatakan bahwa yoghurt adalah susu yang telah
difermentasi dengan sejenis bakteri penghasil asam. Teksturnya menjadi
lebih kental dengan cita rasa yang asam. Produk yoghurt yang dihasilkan
oleh fermentasi bakteri susu dan bakterinya dikenal dengan nama kultur
yogurt. Kandungan bakteri dalam yoghurt yaitu Lactobacillus delbrueckii
subsp. Bulgaricus dan Streptococcus salivarius subsp. Bakteri
thermophilus. Selain itu, ada juga Lactobacillus acidophilus dan bifido.
Yoghurt terdiri dari 2 jenis, yaitu yoghurt tanpa rasa (plain yoghurt)
dan yoghurt dengan penambahan berbagai rasa. Yoghurt dengan
penambahan rasa sangat disukai oleh konsumen, terutama anak-anak
karena menghasilkan rasa yang lebih enak (Mahmood, dkk., 2008).
Selanjutnya Farinde, dkk. (2010) menyatakan bahwa saat ini, yoghurt
sering ditambahkan buah, selain menambah cita rasa juga dapat
digunakan untuk meningkatkan kandungan gizi yoghurt seperti vitamin
dan mineral.
Mutu yoghurt sangat dipengaruhi oleh komposisi dan persiapan
dari kultur mikroba yang terdiri dari bakteri termofilik dan mesofilik
Streptococcus thermophillus yang hidup pada suhu optimum 42-45oC (pH
= 6,5) dan Lactobacillus bulgaricus dengan suhu optimum 38-42oC (pH =
7
5,5). Perbandingan yang digunakan adalah 1:1 yang dalam
pertumbuhannya bersifat saling menguntungkan. Aktivitas enzim
proteolitik dapat menguraikan protein susu menjadi asam amino dan
memberi flavor khas pada yoghurt (Wahyudi, 2006 dalam Prabandari,
2011). Syarat mutu yoghurt menurut SNI 2981:2009 dapat dilihat pada
Tabel 2.
8
sehingga kandungan zat–zat gizi lainnya meningkat, selain itu yoghurt
sesuai bagi penderita Lactose Intolerance atau yang tidak toleran
terhadap laktosa.
3. Sabun
a. Pengertian sabun.
Sabun adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam alkali.
Hasil penyabunan tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol, dan
sisa alkali atau asam lemak yang berasal dari lemak yang telah
terhidrolisa oleh alkali (Fessenden, 1992). Sedangkan Badan Standarisasi
Nasional melalui Standar Nasional Indonesia (SNI) mengamanatkan
bahwa sabun mandi merupakan senyawa natrium atau kalium dengan
asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk
padat, berbusa, dengan atau penambahan lain serta tidak menyebabkan
iritasi pada kulit (SNI, 1994).
Selanjutnya Qisti (2009) menambahkan bahwa sabun adalah
bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua
komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan
sodium atau potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan
reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak
nabati atau lemak hewani. Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal
dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan
KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Sabun dibuat dengan dua
cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses
saponifikasi minyak akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol,
sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses
saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali,
sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas
dengan alkali.
Lemak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
9
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan
diesterifikasi dengan gliserol. Masing-masing lemak mengandung
sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12
(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu
juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun
melalui proses saponifikasi dengan larutan Natrium Hidroksida
membebaskan gliserol (Baysinger, 2004).
10
c. Kualitas sabun.
11
kulit.
12
b) Penggunaan NaOH dengan konsentrasi 30% dalam pembuatan
sabun transparan (Hambali, 2007).
c) Penggunaan NaOH dengan konsentrasi 30% dalam pembuatan
sabun transparan madu (Qisti, 2009).
d) Penggunaan NaOH 50 % dalam pembuatan sabun padat dari minyak
goreng bekas (Dalimunthe, 2009).
e) Penggunaan NaOH dengan konsentrasi 30% dalam sifat organoleptik
pada sabun transparan dengan penambahan madu (Sinatrya, 2009).
f) Penggunaan NaOH dengan konsentrasi 31% dari pembuatan sabun
transparan dari Virgin Coconut Oil (Usmania, 2012).
g) Penggunaan NaOH 30% dalam pembuatan sabun padat dari lemak
abdomen sapi (Rahayu, 2012).
2) Minyak kelapa.
13
merupakan asam lemak jenuh. Asam laurat dalam minyak kelapa
mempunyai jumlah yang paling banyak, sehingga tahan terhadap
ketengikan akibat oksidasi. Selain itu terdapat juga kandungan asam
lemak tak jenuh dalam minyak kelapa (Alamsyah, 2005).
3) Minyak zaitun.
14
4) Mentega putih.
5) Madu.
15
sebanyak 31,0%. Fruktosa dan glukosa merupakan monosakarida. Madu
juga mengandung gula jenis disakarida, yaitu sukrosa sebanyak 1,5%,
maltosa sebanyak 7,2%, turanosa, isomaltosa, dan maltulosa. Selain
monosakarida dan disakarida, madu juga mengandung trisakarida
sebanyak 4,2% dan campuran mineral vitamin sebanyak 0,5%.
Madu mengandung sejumlah asam, yaitu asam amino sebesar
0,05– 0,1% dan asam organik sebesar 0,17–1,17%. pH rata-rata madu
adalah 3,9 dengan rata-rata pH sebesar 3,4–6,1. Persentase komposisi
minor madu adalah asam sekitar 0,57%, protein sekitar 0,266%, nitrogen
sekitar 0,043%, asam amino sekitar 0,1%, mineral sekitar 0,17%, dan
beberapa komponen lain, seperti koloid, flavonoid yang merupakan
turunan senyawa fenol, dan vitamin yang semuanya membentuk sekitar
2,1% dari seluruh komposisi madu (National Honey Board, 2019).
Rostita (2007) menyebutkan bahwa madu mengandung zat
antibakteri sehingga baik untuk mengobati luka bakar dan penyakit infeksi.
Adanya rasio perbandingan karbon terhadap nitrogen yang tinggi,
kekentalan madu yang membatasi pelepasan oksigen, oksidasi glukosa
yang menghasilkan H2O2 dan sifat osmolaritas yang tinggi membuat
bakteri sulit untuk hidup. Selanjutnya Adji (2008) menambahkan bahwa
madu yang alami bersifat perservatif atau mengawetkan. Selain itu, madu
juga memiliki sifat higroskopis yaitu menarik air dari lingkungan sekitarnya.
Sehingga madu dapat digunakan untuk mengompres luka luar yang
bersifat basah karena cairan dan nantinya akan ditarik oleh madu.
B. Penyuluhan
1. Pengertian
16
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup
(Deptan, 2006).
Menurut Kusnadi (2011), penyuluhan pertanian adalah upaya
menyampaikan informasi (pesan) yang berkaitan dengan bidang pertanian
oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya baik
secara langsung maupun tidak langsung maupun tidak langsung agar
mereka tahu, mau, dan mampu menggunakan inovasi teknologi pertanian
baru. Selanjutnya Muqtakdir (2015) menambahkan bahwa, penyuluhan
pertanian adalah suatu proses penyebarluasan informasi yang berkaitan
dengan upaya perbaikan dan pembangunan sektor pertanian demi
tercapainya peningkatan kualitas, produktivitas, dan meningkatnya
pendapatan petani dan kesejahteraan keluarganya. Tujuan tersebut akan
tercapai dengan adanya suatu proses penyuluhan.
Menurut van den Ban dan Hawkins (2009), penyuluhan dikenal
secara luas dan diterima oleh mereka yang bekerja di dalam organisasi
pemberi jasa penyuluhan, tetapi tidak demikian halnya pada masyarakat
luas. Penyuluhan merupakan salah satu pendidikan non formal yang
diberikan kepada petani. Penyuluhan yang diberikan kepada petani
biasanya disebut dengan penyuluhan pertanian. Margono (2009)
menambahkan bahwa, konsep penyuluhan pertanian yang diberikan
kepada para petani memiliki dasar-dasar penyuluhan yang sebenarnya
dialami oleh para petani, seperti hambatan petani. Konsep-konsep
tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan, sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta
wawasan yang memadai. Tugas agen penyuluhan adalah
meniadakan hambatan tersebut dengan cara menyediakan informasi
dan memberikan pandangan mengenai masalah yang dihadapi.
b. Motivasi, sebagian petani kurang memiliki motivasi mengubah perilaku
karena perubahan yang diharapkan berbenturan dengan motivasi
yang lain. agen penyuluhan memberikan motivasi pada para petani
17
yang sedang melakukan aktivitas usaha tani.
c. Sumberdaya, beberapa organisasi penyuluhan bertanggung jawab
untuk meniadakan hambatan yang disebabkan oleh kekurangan
sumber daya.
d. Wawasan, sebagian petani kurang memilki wawasan untuk
memeperoleh sumber daya yang diperlukan, sehingga tugas para
penyuluh adalah memberikan suatu informasi terkait dengan
permasalahan yang dihadapi oleh petani.
e. Kekuasaan, penyedia informasi yang tidak mungkin membawa
perubahan dalam hal kekuasaan petani.
2. Tujuan Penyuluhan
3. Sasaran Penyuluhan
18
dikelompokkan sebagai:
a. Sasaran utama penyuluhan pertanian adalah sasaran penyuluhan yang
secara langsung terlibat dalam kegiatan bertani dan mengolah
usahatani. Termasuk dalam kelompok ini adalah petani dan
keluarganya.
b. Sasaran penentu dalam penyuluhan pertanian adalah bukan pelaksana
kegiatan bertani dan berusahatani, tetapi secara langsung atau tidak
langsung terlibat dalam penentuan kebijakan pembangunan pertanian.
Termasuk dalam kelompok ini adalah pengusaha atau pimpinan
wilayah; tokoh-tokoh informal; para peneliti dan para ilmuwan; lembaga
pengkreditan; produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan
bertani; pedagang dan lembaga pemasaran yang lainnya; industri
pengolahan hasil pertanian.
c. Sarana pendukung penyuluhan pertanian adalah pihak-pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung tidak memiliki hubungan
kegiatan dengan pembangunan pertanian, tetapi dapat diminta
bantuannya guna melancarkan penyuluhan pertanian. Termasuk dalam
kelompok ini adalah: para pekerja sosial; seniman; konsumen hasil-
hasil pertanian.
Selanjutnya Mardikanto (2009) menambahkan bahwa penyebut
‘sasaran’ atau objek penyuluhan pertanian, yaitu: petani dan keluarganya
telah menempatkan petani dan keluarganya dalam kedudukan “yang lebih
rendah” dibanding penentu kebijakan pembangunan pertanian, para
penyuluh pertanian, dan pemangku kepentingan pembangunan pertanian.
Sehingga Mardikanto (1996) telah mengganti istilah “sasaran penyuluhan”
menjadi penerima manfaat (beneficiaries). Kemudian Deptan (2006)
mengamanatkan bahwa pihak yang paling berhak memperoleh manfaat
penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara. Sasaran utama
penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha. Sasaran antara
penyuluhan atau pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok
atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta
19
generasi muda dan tokoh masyarakat.
C. Kerangka Pikir
Sabun adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam alkali.
Hasil penyabunan tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol, dan
sisa alkali atau asam lemak yang berasal dari lemak yang telah
terhidrolisa oleh alkali. Campuran tersebut berupa masa yang kental,
masa tersebut dapat dipisahkan dari sabun dengan cara penggaraman,
bila sabunnya adalah sabun natrium, proses pengggaraman dapat
dilakukan dengan menambahkan larutan garam NaCl jenuh (Fessenden,
1992).
Yoghurt adalah susu yang telah difermentasi dengan sejenis bakteri
penghasil asam. Teksturnya menjadi lebih kental dengan cita rasa yang
asam. Produk yoghurt yang dihasilkan oleh fermentasi bakteri susu dan
bakterinya dikenal dengan nama yoghurt cultures (Bakri dan Saparino,
2015).
Sabun yoghurt adalah sabun yang terbuat dari yoghurt. Pembuatan
sabun susu yoghurt menjadi materi dalam kegiatan penyuluhan.
Penyuluhan yang dilakukan bertujuan untuk memerikan stimulus atau
rangsangan responden untuk kemudian mempersepsikan inovasi.
Menurut Kusnadi (2011), penyuluhan pertanian adalah upaya
menyampaikan informasi (pesan) yang berkaitan dengan bidang pertanian
oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya baik
secara langsung maupun tidak langsung maupun tidak langsung agar
mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi teknologi pertanian
baru. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat dilihat skema
kerangka pikir dalam kegiatan kajian seperti berikut:
20
Gambar Kerangka Pikir.
1.
21