DEFINISI
Kegiatan pengadaan barang (baik medis maupun non-medis) harus melalui rangkaian
proses. Ada yang prosesnya mudah dan cepat, namun ada juga yang memiliki
rangkaian panjang. Perbedaan tersebut dikarenakan jenis barang yang bermacam-
macam, mulai dari aspek harga, Pemasok baru atau lama, baru sekali order atau sudah
repeat order, lokal atau impor, termasuk katergori asset atau non-asset, dan masih
banyak lagi variabelnya.
RS Mutiara Hati telah memiliki Unit Pembelian yang bernaung dibawah Departemen
Umum. Selain itu, terdapat rekan-rekan di Corporate yang juga menangani
pembelian. Semuanya tidak akan dapat bekerja dengan optimal tanpa dukungan dari
semua unsur di rumah sakit. Untuk mengatur kinerja dan koordinasi semua unsur di
rumah sakit diperlukan sebuah Pedoman yang dipahami bersama.
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup
Batasan Operasional
1. Barang Non-Medis adalah segala jenis barang yang tidak termasuk kategori
obat-obatan atau farmasi, instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
2. Unit Pembelian Barang adalah suatu bagian dari Bagian Umum RS Mutiara
Hati yang memiliki tugas untuk melakukan kegiatan pengadaan barang melalui
proses pembelian, penyewaan, dan konsinyasi. Dalam Unit ini terdapat Staff
Pembelian Barang Non-Medis dan Staff Pembelian Barang Medis.
3. Staff Pembelian Barang Non-Medis adalah karyawan Unit Pembelian Bagian
Umum RS Mutiara Hati yang memiliki tugas untuk melakukan kegiatan pengadaan
barang non-medis.
4. Pemasok adalah individu atau organisasi yang menjual atau menyewakan
barang.
BAB III
TATA LAKSANA
Pembelian Barang
PO Draft berisi permintaan barang rutin. PR berisi permintaan barang tidak rutin.
SPB berisi permintaan bahan basah gizi.
1. Kualifikasi barang yang tercantum dalam PO Draft, PR, dan SPB telah
dimengerti secara tepat oleh Unit Pembelian.
2. Barang yang dibeli sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan yang diminta.
3. Apabila harga barang < Rp. 5.000.000 (5 juta rupiah), maka PR
ditandatangani oleh Staff dan Manager Logistik.
4. Jika ≥hargaRp.5.barang000.000 (lima juta rupiah) dan < Rp. 30.000.000
(tiga puluh juta rupiah), maka PR ditandatangani oleh Direktur.
5. Sedangkan untuk harga barang >30.000.000 (tiga puluh juta rupiah), PR
ditandatangani oleh Presiden Direktur.
6. Jika harga barang ≥ 5.000.000 akan(lima juta rupiah), maka pada lampiran
penawaran ditandatangani oleh Manager FAD.
7. Setelah mendapatkan Pemasok untuk barang yang akan dibeli, Unit
Pembelian memulai proses pembuatan Purchase Order (PO). Jika Pemasok yang
dipilih merupakan Pemasok yang baru, maka didaftarkan terlebih dahulu untuk
diinput ke computer oleh Accounting. Penawaran dilampirkan pada PO yang akan
ditandatangani oleh Manager.
8. Untuk kelompok barang yang distok, PO dibuat melalui program Vesalius.
Jika harga barang≥Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) dan termasuk kelompok
barang asset, maka dibuatkan PO melalui program SAP. PO Manual yang dibuat
melalui program Excel adalah untuk kelompok barang bahan basah gizi yang diminta
melalui SPB dan barang yang tidak termasuk kelompok barang asset serta tidak
merupakan barang yang distok.
9. Barang yang akan dibuatkan PO melalui sistem SAP, terlebih dahulu
dibuatkan nomor asetnya oleh Accounting.
10. PO melalui system Vesalius ditandatangani oleh Unit Pembelian, Manager
Unit Pembelian, dan Manager Logistik. PO dengan system SAP hanya ditandatangani
oleh Manager Unit Pembelian. PO yang dibuat secara manual melalui program Excel
ditandatangani oleh Unit Pembelian dan Manager Unit Pembelian.
11. PO yang telah ditandatangani diinformasikan ke Pemasok melalui telephone,
faximile, atau diambil langsung oleh Pemasok.
12. Jika barang yang dibeli tidak ada di Pemasok atau harus tersedia saat itu juga,
maka pembelian dilakukan secara tunai. Pembuatan PO tetap mengikuti prosedur di
atas.
13. Apabila terdapat PO yang berusia lebih dari 1 (satu) bulan, dan setelah
diperiksa ternyata status barangnya adalah discontinue, ataupun ternyata sudah tidak
diperlukan lagi, maka PO nomor tersebut akan ditutup. Untuk barang yang
bersifat indent, usia PO bisa sampai dengan 6 (enam) bulan sebelum diputuskan
untuk
14. Pembuatan PO dengan sistem SAP harus memperhatikan kode-kode sebagai
berikut, yaitu kode C1 untuk pembelian dengan PPN menggunakan mata uang dollar
Amerika ($), kode CB untuk pembelian dengan PPN menggunakan mata uang
Rupiah (IDR), serta kode CN untuk pembelian tanpa PPN.
Sebelum membeli barang umum, gizi, dan medis non disposable, terlebih dahulu Unit
Pembelian melakukan seleksi terhadap beberapa Pemasok. Untuk pembelian obat,
seleksi dilakukan oleh farmasi. Seleksi dilakukan dengan membandingkan penawaran
yang diberikan oleh Pemasok. Jumlah Pemasok yang dibandingkan minimal tiga,
kecuali untuk barang-barang tertentu yang dengan Pemasok yang terbatas. Pemasok
yang terpilih dimasukkan ke dalam Daftar Pemasok.
BAB IV
DOKUMENTASI
Kegiatan pengadaan barang non-medis perlu dilakukan agar rumah sakit dapat
menyediakan kebutuhan yang tepat guna dengan cara yang tepat pula.
Bagi pihak-pihak yang terkait, khususnya Unit Pembelian, diharapkan Pedoman ini
dapat membantu mereka dalam memahami segala seluk beluk pengadaan barang non-
medis di RS Mutiara Hati., serta dapat melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap
hal-hal yang tidak diinginkan.
Namun, tentu saja Panduan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu diperlukan saran
dari berbagai pihak demi perbaikan ke arah yang lebih baik.