Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ASIA TENGGARA MASA KOLONIAL


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia
Dosen Pengampu Itsnawati Nurrahmah Saputri, M.A.

Disusun Oleh :
Annisa Eka Susilowati (53010210014)
Lutfiyadin Rizqi (53010210130)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asia Tenggara Masa Kolonial”
dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Sejarah Asia. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang Masa Kolonial di Asia Tenggara bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................
C. TUJUAN............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. SEJARAH ASIA TENGGARA PADA MASA KOLONIAL..........................
B. ASIA TENGGARA PADA MASA KOLONIAL.............................................
C. AKHIR MASA KOLONIAL ASIA TENGGARA...........................................

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hubungan internasional merupakan interaksi yang dilakukan oleh suatu negara dengan
negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan suatu negara. Interaksi dalam
hubungan internasional dapat dilakukan melalui berbagai macam kawasan, seperti interaksi
yang dilakukan oleh negara-negara yang berada dalam kawasan Asia Tenggara. Kerjasama
Kawasan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta mendapat keuntungan yang
seimbang antar negara kawasan tersebut. Adapun 10 negara yang berada dalam Kawasan
Asia Tenggara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Laos,
Myanmar, Kamboja dan Brunei Darussalam.
Asia Tenggara merupakan wilayah yang memiliki sumber daya alam yang beraneka
ragam. Kekayaan sumber daya alam tersebut membuat bangsa kolonialisme terpikat untuk
melakukan perjalanan ke Asia Tenggara dengan tujuan untuk memanfaatkan serta
mengambil sumber daya alam, ekspansi jalur perdagangan dan penyebarluasan wilayah
kekuasaan. Kolonialisme pada dasarnya merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu negara
untuk menyebarluaskan pengaruh politik, ekspansi wilayah kekuasaan dan eksploitasi
terhadap negara koloni agar suatu negara dapat memperoleh keuntungan bagi negaranya
sendiri. Terdapat enam negara Eropa yang menerapkan sistem kolonialisme di kawasan Asia
Tenggara, yakni Portugis, Inggris, Spanyol, Belanda, Perancis, dan Amerika Serikat.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menarik rumusan masalah yaitu
“bagaimana sejarah perkembangan Asia Tenggara pada masa kolonial”.

C. TUJUAN
Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Asia Tenggara pada masa kolonial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH ASIA TENGGARA MASA KOLONIAL
Perkembangan secara keseluruhan di wilayah Asia Tenggara banyak didominasi oleh
pengaruh kedatangan negara-negara Eropa ke Asia Tenggara sejak abad ke-19. Kedatangan
negara-negara Eropa dilatarbelakangi oleh kepentingan ekspansi kekuasaan dan peluang
perekonomian yang sangat baik di Asia Tenggara. Pengaruh kedatangan negara-negara Eropa
terinduksi dalam kehidupan sosial, penggambaran ulang batas-batas politik di Asia Tenggara.
Tarling (1999) dalam tulisannya The Cambridge History of Southeast Asia.

B. ASIA TENGGARA PADA MASA KOLONIAL


Ada beberapa faktor yang mempercepat penyebaran pengaruh Eropa ke Asia Tenggara,
yaitu :
1. Meningkatnya industrialisasi yang berdampak pada meningkatnya pula kekuatan
ekonomi dan politik yang menyebar keluar Eropa.
2. Kemajuan di bidang komunikasi yang semakin terbuka, sehingga akses keluar Eropa
semakin terbuka.
3. Integrasi negara Eropa yang mampu memimpin dan mengontrol sumber daya yang
dimilikinya.
4. Persaingan antar negara-negara Eropa yang menjadikan Asia Tenggara sebagai salah satu
sasaran ekspansi kekuasaan.

Faktor keempat ini merupakan faktor yang membawa pengaruh yang paling dominan di
Asia Tenggara. Dimana, persaingan di antara negara-negara Eropa inilah yang kemudian
menimbulkan kolonialisme di negara-negara Asia Tenggara. Tindakan kolonialisme negara
Eropa tergambar dari pengembalialihan kekuasaan di negara yang dijajah yang kemudian
berpengaruh pada kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Kekuatan kolonial kemudian
menerapkan konsep yang jauh berbeda dari konsep Asia Tenggara sebelumnya, yang pada
umumnya berbentuk kerajaan. Terdapat perubahan dalam hal batas-batas politik yang tidak
lagi didasarkan pada hubungan ekonomi, sosial, budaya, etnis atau kemiripan geografis
melainkan batas wilayah didasarkan pada batas kekuasaan negara-negara Eropa di Asia
Tenggara untuk meminimalisir terjadinya konflik perebutan wilayah.
Terdapat enam negara yang menerapkan kolonialisme di Asia Tenggara, diantaranya
Portugis, Inggris, Spanyol, Belanda, Perancis dan Amerika Serikat. Kedatangan keenam
negara tersebut tidak terjadi secara bersamaan, tetapi diawali oleh kedatangan bangsa
Portugis yang pertama kali mendarat di Malaka pada tahun 1511. Sehingga Portugislah yang
pertama kali membuka jalur masuk ke Asia Tenggara terutama dalam hal perdagangan.
Namun, pada akhirnya daerah kekuasaan Portugis hanya sebagian kecil dari wilayah di Asia
Tenggara yaitu pulau Timor. Selanjutnya, disusul oleh kedatangan bangsa Spanyol dan
Belanda. Spanyol menduduki Philipina setelah berhasil menaklukkan Cebu (1565) dan
Manila (1571) hingga kemudian daerah kekuasaan tersebut direbut oleh Amerika dalam
Spanish-American war tahun 1898. Hal ini sebagai bentuk kegagalan Spanyol dalam
melawan intervensi atas Philipina terkait sejumlah perebutan wilayah termasuk di dalamnya
penguasaan atas Sulu.
Sedangkan kolonialisme Belanda terbagi ke dalam dua periode, yaitu periode pertama
disebut masa kekuasaan VOC, Dutch East India Company (1605-1799). Dimana, masa
kekuasaan ini difokuskan oleh bangsa Belanda dalam mengejar keuntungan maksimal
melalui perdagangan monopoli. Belanda menetapkan Batavia (Jakarta) sebagai pusat jalur
perdagangannya. Selanjutnnya, periode kedua ketika pemerintah Belanda mengambil alih
aset yang dimilikinya (1825) dan setelah Napoleonic wars, ekspansi wilayah kekuasaan
meluas ke seluruh wilayah Indonesia. Namun, perlawanan bangsa Indonesia yang didasarkan
pada nasionalisme hingga tahun 1949, Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
Selanjutnya ekspansi yang dilakukan oleh Inggris yang kemudian mendominasi wilayah
Asia Tenggara setelah menaklukkan wilayah Malaka dari Portugis (1641). Dilatarbelakangi
oleh kepentingan perekonomian potensial yang ada di China dan India mendorong Inggris
untuk menguasai Burma. Perjuangan ekspansi ke Burma membuat Inggris harus melewati
Anglo-Burmese wars (1824-1826, 1852, 1885-1886). Persaingan ekspansi sedikit mereda
setelah penandatanganan traktat anglo-dutch tentang batas-batas kekuasaan di Asia Tenggara
tahun 1824. Burma sendiri berada dibawah kekuasaan dua aturan yaitu dari Inggris dan India.
Pada tahun 1953, Burma terpisah dari India dan berhasil menegosiasikan kemerdekaannya
kepada Inggris pada tahun 1948. Ekspansi wilayah lainnya oleh Inggris juga meluas ke
Penang (1786), Singapura sebagai pusat perdagangan Inggris dan Malaka sebagai dasar
ekspansi ke Malaysia Peninsula (1874-1914).
Kemudian, ekspansi oleh Perancis dan Vietnam (1858) menjadikan Cochin China sebagai
dasar ekspansi Perancis atas Indochina (Cochin China, Annam, Tongking, Laos, dan
Kamboja) tahun 1907. Tetapi setelah Perang Dunia II, Vietnam menolak intervensi Perancis
dan berhasil menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1946. Selain, negara-negara Eropa,
Amerika Serikat juga terlibat dalam ekspansi wilayah di Philipina menaklukkan Spanyol
(1898). Berdasarkan bentuk kolonialisme yang diterapkan oleh negara-negara Eropa di Asia
Tenggara, Wilson dalam tulisannya menguraikan terdapat dua bentuk kolonialisme, yaitu
liberal colonialism (Inggris dan Amerika Serikat) dan repressive colonialism (Spanyol,
Belanda, Perancis). Pada liberal colonialism, negara penguasa masih menghargai aturan
hukum, kebebasan rakyat, partisipasi politik, edukasi terbuka, dan peluang melakukan
kegiatan ekonomi. Selain itu, terdapat peluang untuk menyatakan kemerdekaan. Sedangkan
pada repressive colonialism, semua hal dilakukan secara tertutup dan terbatas baik dalam
partisipasi politik maupun kebebasan masyarakat. Sehingga, tercipta keterlambatan dalam
perkembangan kegiatan ekonomi.

C. AKHIR MASA KOLONIAL ASIA TENGGARA


Kolonialisme di Asia Tenggara akhirnya berakhir melalui revolusi yang dilakukan oleh
negara-negara di Asia Tenggara. Pada saat itu, konsep dominan yang diterapkan untuk
mengalahkan kolonialisme adalah gejolak pergerakan nasionalisme dari negara-negara yang
terjajah. Nasionalisme ini dimaksudkan sebagai wujud rasa yang menginginkan restorasi atas
kemerdekaan negara mereka. Lebih lanjut, Wilson menguraikan terdapat tiga sumber yang
membuat perkembangan nasionalisme di Asia Tenggara, yaitu :
1. Kepercayaan setempat dimana pergerakan nasionalis pertama di Burma dipimpin oleh
penganut Budha (1906), demikian halnya nasionalis dari Indonesia yang dipimpin oleh
Sarekat Islam (1902).
2. Pendidikan Barat, dimana para pelajar kemudian semakin memahami nasionalisme.
3. Gerakan sosial radikal yang dilatarbelakangi oleh sosialisasi dengan paham komunis,
seperti PKI Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kolonialisme di Asia Tenggara sebagai
wujud ekspansi yang mendatangkan keuntungan yang sangat besar bagi bangsa Eropa.
Dimana Asia Tenggara merupakan wilayah yang sangat berpotensi untuk mendapatkan
keuntungan maksimal dalam hal perdagangan. Sedangkan negara-negara di Asia Tenggara
sendiri khususnya yang berada dalam repressive colonialism mengalami kerugian yang
sangat besar. Namun, seiring dengan perkembangan negara-negara di Asia Tenggara berhasil
melakukan revolusi melalui konsep nasionalisme yang membawa negara-negara Asia
Tenggara pada keluar dari kolonialisme dan menyatakan kemerdekaannya.
Menurut penulis sendiri, kolonialisme di Asia Tenggara merupakan salah satu langkah
negara-negara Eropa yang bersaing untuk menguasai dunia. Hal ini terlihat dimana Asia
Tenggara merupakan wilayah potensial yang berpengaruh khususnya dalam perdagangan dan
pertanian. Sehingga mengekspansi wilayah di Asia Tenggara memberi jalan untuk
melakukan ekspansi wilayah di luar Asia Tenggara. Kemudian kolonialisme di Asia
Tenggara juga perlu dianalisis dari segi dampaknya ke wilayah tetangga Asia Tenggara.
Namun, Tarling dalam tulisannya hanya terfokus pada kronologis kolonialisme dan dampak-
dampak internal di Asia Tenggara.
Kolonialisme adalah suatu bentuk penguasaan atau penjajahan yang dilakukan oleh suatu
negara (kolonialis) terhadap suatu daerah atau bangsa lain dalam rangka memperluas wilayah
kekuasaannya. Kolonialisme ditandai dengan adanya penguasaan suatu daerah, kemudian
disusul dengan pemindahan penduduk dari negara kolonial ke wilayah yang dikuasainya
tersebut. Sejak abad ke-15, proses kolonialisme yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa
dipusatkan ke suatu kawasan yang disebut Dunia Timur.
Pelayaran Samudera yang dilakukan Bangsa Barat (Portugis) menuju India dan Indonesia
(Nusantara). Proses kolonialisme yang dipusatkan pada Dunia Timur, khususnya Kepulauan
Indonesia pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari kondisi ekonomi, sosial dan politik yang
terjadi di Dunia Barat saai itu. Kebutuhan akan rempah-rempah yang mendorong pencarian
daerah-daerah utama penghasil rempah-rempah serta semangat untuk menyebarkan agama
Nasrani menjadi pendorong kuat pencarian dan penaklukan daerah-daerah baru
(Reconquista).
Di sisi lain, terdapat pula ihal yang tidak bisa diabaikan keberadaannya bagi perkembangan
kolonialisme Eropa, yaitu jatuhnya Konstantinopel sebagai ibukota Romawi Timur ke tangan
penguasa Kerajaan Turki Usmani pada tahun 1453. Dengan jatuhnya Konstantinopel sebagai
satu-satunya jalur perdagangan ke Dunia Timur, maka pengaruh perdagangan di sekitar Laut
Tengah dan Asia Barat dikuasai oleh bangsa Turki. Pada saat itu banyak para pedagang
Eropa yang merasa dirugikan oleh peraturan-peraturan dagang yang diberlakukan oleh Turki.
Kondisi demikian, akhirnya mendorong pedagang-pedagang Eropa untuk mencari sendiri
jalan ke Dunia Timur dalam rangka untuk mendapatkan barang-barang dagangan, termasuk
rempah-rempah yang laku dan sangat dibutuhkan di pasaran Eropa.

DAFTAR PUSTAKA

Church, Peter. 2009. A Short History of South-East Asia. New Jersey : Wiley.
Cipto, Bambang. 2007. Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Comlab, Aero. n.d. A Short History of South East Asia.
Maulana, Ahmad. 2015. Kolonialisme dan Imperialisme Pengertian dan Perbedaannya [Online].
Tersedia dalam: http://www.informasibelajar.com/2015/08/kolonialisme-dan-imperialisme.html
[Diakses pada 15 Okt 2021].
Tarling, Nicholas. 1999. The Cambridge of Southeast Asia Vol. Three, From 1800 to the 1930.
Cambridge: Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai