Anda di halaman 1dari 15

Kolonialisme Di Asia Tenggara

Febta Pratama, M.Pd.

Makalah Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Kewarganegaraan

Disusun Oleh

Dahlia (202015500356)
Fajar Arinoto (202015500099)
Wandi Hanafi (202015500110)
Nirmala Witri Widiastuti (202015500087)
Muhammad Zufar Puteh (202015500137)

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN dan PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kolonialisme Di Asia Tenggara ” tepat waktu.
Makalah “ Kolonialisme Di Asia Tenggara ” disusun guna memenuhi tugas Dosen
Bapak Febta Pratama, M.Pd. pada mata kuliah Sejarah Asia Tenggara di Universitas
Indraprasta PGRI. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Febta Pratama, M.Pd.
selaku Dosen mata kuliah Sejarah Asia Tenggara. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penuls juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini

Jakarta, 24 Maret 2021

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................2
BAB II Pembahasan .......................................................................................................3
A. Kolonialisme Perancis Di Indochina.....................................................................3
B. Kolonialisme Spanyol dan Amerika Di Filipina..................................................4
C. Kolonialisme Inggris di Myanmar dan Semenanjung Malaya.............................6
D. Kolonialisme Portugis di Malaka dan Timor-timor.............................................7
E. Kolonialisme Belanda di Nusantara.....................................................................8
BAB III Penutup ...........................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolonialisme adalah suatu bentuk penguasaan atau penjajahan yang dilakukan oleh
suatu negara (kolonialis) terhadap suatu daerah atau bangsa lain dalam rangka
memperluas wilayah kekuasaannya. Kolonialisme ditandai dengan adanya
penguasaan suatu daerah, kemudian disusul dengan pemindahan penduduk dari
negara kolonial ke wilayah yang telah dikuasai tersebut. Sejak abad ke-15, proses
kolonialisme yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa dipusatkan ke suatu kawasan
yang disebut Dunia Timur.
Terdapat enam negara yang menerapkan kolonialisme di Asia Tenggara, diantarnya:
Portugis, Inggris, Spanyol, Belanda, Perancis, dan Amerika Serikat. Kedatangan
keenam negara tersebut tidak terjadi secara bersamaan, tetapi diawali oleh kedatangan
bangsa Portugis yang pertama kali mendarat di Malaka pada tahun 1511. Sehingga
Portugislah yang pertama kali membuka jalur masuk ke Asia Tenggara terutama
dalam hal perdagangan. Namun, pada akhirnya daerah kekuasaan Portugis hanya
sebagian kecil dari wilayah Asia Tenggara yaitu pulau Timur. Selanjutnya, disusul
oleh kedatangan bangsa Spanyol dan Belanda. Spanyol menduduki Philipina setelah
kemudian berhasil menaklukkan Cebu (1565) dan Manila (1571), hingga kemudian
daerah kekuasaan tersebut direbut oleh Amerika dengan Spanish-American war
tahun1898.
Berdasarkan bentuk kolonialisme yang diterapkan oleh negara-negara Eropa di Asia
Tenggara, Wilson dalam tulisannya menguraikan terdapat dua bentuk kolonialisme,
yaitu: liberal colonialism (Inggris dan Amerika Serikat) dan repressive colonialism
(Spanyol, Belanda, Perancis).Pada liberal colonialism, negara penguasa masih
menghargai aturan hukum, kebebasan rakyat, partisipasi politik, dan peluang
melakukan kegiatan ekonomi. Selain itu, terdapat peluang untuk menyatakan
kemerdekaan. Sedangkan pada repressive colonialism, semua hal dilakukan secara
tertutup dan terbatas baik dalam partisipasi politik maupun kebebasan masyarakat.
Sehingga tercipta keterlambatan dalam perkembangan kegiatan ekonomi.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Kolonialisme Perancis di Indochina?
2. Bagaimana Kolonialisme Spanyol dan Amerika di Filipina?
3. Bagaimana Kolonialisme Inggris di Myanmar dan Semenanjung Malaya?
4. Bagaimana Kolonialisme Portugis di Malaka dan Timor-timor?
5. Bagaimana Kolonialisme Belanda di Nusantara?

A. Tujuan Penulisan
Adapapun tujuan masalah dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengetahui Kolonialisme Perancis di Indochina.
2. Mengetahui Kolonialisme Spanyol dan Amerika di Filipina.
3. Mengetahui Kolonialisme Inggris di Myanmar dan Semenanjung Malaya.
4. Mengetahui Kolonialisme Portugis di Malaka dan Timor-timor.
5. Mengetahui Kolonialisme Belanda di Nusantara.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kolonialisme Perancis di Indochina.
Bersamaan dengan tertanamnya pengaruh Belanda di kepulauan Nusantara
saudagar Perancis mencoba membuka perdagangan dengan Asia Tenggara. Pada
tahun 1601 sebuah ekspedisi mendarat di Banten, pada tahun 1603 maskapai dagang
Hindia Timur didirikan di Paris.
Selanjutnya minat Perancis ke Asia Tenggara dilanjutkan oleh misionaris gereja
Roma Katolik. Pada tahun 1615 biarawan Jesuit menjalankan misinya di Fai Fo,
sebelah selatan dari Tourane. Keberhasilannya menyebabkan pengiriman ke Tongkin
pada tahun 1627 seorang biarawan bernama Alexandre de Rhodes yang tidak dikenal
hanya sebagai misionaris yang berhasil tetapi juga metodenya untuk menulis bahasa
Vietnam ke dalam tulisan latin menggunakan tulisan Cina.
Seorang misionaris Perancis bernama Pierre Joseph Georges Pigneau yang berjasa
menolong Nguyen Ahn dari ancaman Tayson bersaudara pada tahun 1777. Perancis
membantu Nguyen Ahn untuk merebut kekuasaan dari tangan Tayson bersaudara.
Pada tahun 1802, Nguyen Ahn dapat merebut kembali kekuasaan atas Vietnam
dengan bantuan Perancis. Nguyen Ahn memproklamasikan dirinya sebagai kaisar
Gia Long dan Annam disebutnya sebagai kerajaan Vietnam (kerajaan selatan).
Bersamaan dengan itu masuklah imperialisme Perancis di sana.
Mula-mulanya Gia Long memberikan keleluasaan bergerak kepada misionaris
Perancis di Vietnam. Pengganti-penggantinya bersikap curiga terhadap perkembangan
agama Roma Katolik, seperti Minh Amng, Thieu Tri, dan Tu Duc semuanya anti
Roma Katolik dan menindasnya. Justru karena penindasan inilah memberi alasan
kepada Perancis untuk menyerbu Indocina, ini terjadi di masa Tu Duc.
Pada masa Tu Duc agama Katolik ditindasnya dan ini memberi alasan kepada
Perancis untuk menyerbu Cochin Cina dan pada tahun 1858 dengan alasan
melindungi warganegaranya. Ketika menyerbu Hue tentara Perancis dikalahkan
(1858-1862). Pada tahun 1862 ditandatangani perdamaian Saigon yang berisi (1)
Cochin Cina timur diserahkan kepada Perancis; (2) Tourane, Balat, Kuang An dibuka
untuk Perancis dan (3) kebebasan agama Roma Katolik.
Dengan perluasan daerah ini Perancis berhasil menaklukkan IndoChina Selatan,
tinggal lagi Vietnam dan Laos. Pada tahun 1870 kegiatan Perancis ditumpahkan

3
menghadapi Rusia dan dalam keadaan lumpuh, dikalahkan Jerman (masa Bismark).

Kesempatan baik ini tidak dipergunakan oleh Tu Duc untuk mengusir Perancis.
Malah dalam menghadapi petualangan Francisgarnier menyerbu Tongkin dan Hanoi
dan kemudian dikalahkan Vietnam, Perancis menawarkan penyelesaian perundingan
dan Vietnam menerima perjanjian Saigon 1874 yang merugikan Vietnam (padahal
Vietnam menang perang) dimana ditentukan bahwa Hanoi dikembalikan kepada
Vietnam, Vietnam mengakui Cochin Cina sebagai milik Perancis dan Vietnam
mengakui kebebasan bagi para penganut Roma Katolik.
B. Kolonialisme Spanyol dan Amerika di Filipina.
Pertama kali bangsa Spanyol menjejakkan kaki di wilayah Asia Tenggara adalah di
Philipina pada 16 Maret 1521 dengan membawa misi ekspedisi ilmiah di bawah
kepemimpinan Ferdinand De Magelhaens dan menundukkan wilayah utara dengan
mudah dan tanpa perlawanan yang berarti. Latar belakang kedatangan bangsa Spanyol
ke Philipina adalah karena keberhasilan Sultan Muhamad Al-Fatih menaklukkan
Konstatinopel pada 1453 yang dilanjutkan dengan blokade perdagangan kerajaan
Turki Utsmani di Laut Tengah terhadap pedagang Eropa Barat sehingga Bangsa Barat
mencari daerah produsen rempah-rempah.
Pada tahun 1542 Ruy Lopez de Villalobos berangkat dari Meksiko untuk
menaklukkan daerah tersebut. Dialah yang memberikan nama “Philippines” sebagai
penghormatan kepada Raja Spanyol Philip II. Berangkat dari Meksiko dengan
pasukannya yang kuat. Perang berlangsung antara tahun 1565-1572, perang ini
berakhir dengan penaklukan tiga kerajaan Islam yang belum lama didirikan di Manila
yaitu Raja Sulaiman, Raja Matarda, dan Raja Lakandula. Raja Matarda dan Raja
Lakandula lebih dulu tunduk kepada Spanyol dan kemudian memeluk agama Kristen,
sedangkan Raja Sulaiman melawan sampai gugur.
Proses penjajahan Spanyol di Philipina adalah melakukan perlawanan dengan
penduduk asli yang telah beragama Islam maka orang spanyol menyebut mereka
dengan bangsa Moro. Sepanjang kolonialisme Spanyol di Philipina orang-orang Moro
tidak pernah sama sekali dapat ditaklukan dan ditundukkan. Tercatat paling tidak
terdapat enam kali periode peperangan antara bangsa Moro dengan Spanyol.
Perang Moro I, diawali dengan kedatangan bangsa Spanyol pada tahun 1565 yang
dipimpin oleh Don Miguel Lopes de Lagaspi dan berakhir ketika mereka berhasil

4
menjajah Brunei Darusssalam di Borneo pada tahun 1578. Dua tahun kemudian
peperangan berlanjut kembali, pasukan Lagaspi berhasil mengalahkan Raja Sulaiman,

kepala pemerintahan di Manila dan menyerahkan Raja Lakadula yang memerintah di


Tondu. Sejak saat itu Philipina resmi dijajah Spanyol. Perang Moro II tahap ini
berlangsung antara tahun 1587-1599). Perang Moro III dimulai dengan penyerangan
kaum Muslim ke Kepulauan yang telah dikuasai Spanyol. Berakhir pada tahun 1635,
ketika Spanyol atas bantuan orang-orang Jesuit berhasil membuat benteng kuat di
Zamboanga.
Perang Moro IV di mana dititikberatkan pada keberhasilan Sultan Nasrudin dalam
mempersatukan kaum muslim yang tersebar di berbagai pulau di bawah
kepemimpinannya dalam sebuah perjanjian persekutuan pada tahun 1645. Beberapa
daerah yang bergabung antara lain: Lanao, Zamboanga, Davao, Cotabato, Cagayan de
Auro dan Bukitnon. Pada tahun 1656, nasrudin mengumandangkan seruan jihad
kepada seluruh kaum muslimin untuk memerangi Spanyol. Pada tahun 1663 Spanyol
berhasil diusir dari wilayah Zamboanga dan berjanji tidak akan melakukan intervensi
terhadap sultan-sultan di wilayah Selatan.
Perang Moro V berkecambuk sejak tahun 1718, ketika pasukan Spanyol ingin
mencoba lagi menaklukkan Zamboanga dan berakhir ketika Spanyol berhasil
menaklukkan ibukota Kesultanan Sulu, Jolo. Perang Moro VI pecahan pada tahun
1851 ketika Spanyol menduduki ibukota Solo, Jolo dan berakhir dengan perjanjian
yang dipaksakan pada tahun 1876. Tahap akhir Perang Moro ini tidak berarti
perlawanan kaum muslim padam, di berbagai tempat berkecamuk perlawanan
terhadap Spanyol pada tahun 1898, ketika pasukan Amerika Serikat berhasil
mengusir Spanyol dari Philipina. Philipina pun memasuki era baru dibawa penjajahan
Amerika Serikat. di bawah penjajahan Amerika Serikat kekuatan Islam nyaris
lumpuh sama sekali, kecanggihan persenjataan dan artileri tentara Amerika Serikat
berhasil meruntuhkan sebagian misili Islam.
Tujuan penjelajahan Spanyol di Filipina adalah ;
1. Ingin menguasai rempah-rempah namun ternyata tidak berhasil karena Philipina
tidak menghasilkan rempah-rempah dan hanya menjadi Bandar transito.
berusaha untuk menutupi kekurangan ini dengan mencoba mengeksploitasi emas
dan ternyata kawasan ini juga tidak menghasilkan emas, akhirnya Spanyol
berusaha meningkatkan posisi Manila sebagai Bandar transito yang penting di

5
Asia Tenggara. namun ketika Inggris membangun Hongkong (1842) kedudukan
Manila sebagai Bandar transito jatuh.
2. Untuk memperluas hubungan dagang dengan Cina dan Jepang. Hubungan yang
terjalin ternyata gagal karena Cina dan Jepang melakukan praktek isolasi.

3. Menyebarkan agama Nasrani. Penyebaran agama Kristen di Filipina berhasil


terutama Katolik dibandingkan dengan penyebaran di negara-negara lainnya di
Asia Tenggara
C. Kolonialisme Inggris di Myanmar dan Semenanjung Malaya.
Inggris mendapat kesempatan baik untuk menanamkan kedudukannya di Burma
(Myanmar) ketika mendapatkan izin dari Raja Alaungpaya mengangkat dirinya
sebagai raja di Ava pada tahun 1753-1760. Dengan bantuan inggris Alaungpaya
berhasil menguasai seluruh Burma.
Tujuan Inggris membantu Alaungpaya waktu itu adalah untuk mengkonsolidir
Burma sebagai rintangan terhadap ekspansi Perancis dari Indo China ke barat.
Tetapi raja- raja Burma pengganti Alaungpaya makin kuat kedudukannya dan
tidak diperalat Inggris. Hal ini oleh Inggris dipandang sebagai ancaman, karena itu
kekuatan Burma haru dihancurkan, hal itulah yang mendorong timbulnya peperangan
antara Inggris dengan Burma sampai tiga kali, yaitu Perang Burma-Inggris I (1824-
1826), Perang Burma-Inggris II (1852-1853), Perang Burma-Inggris III (1885)

Tahun 1709 Inggris mendapatkan pulau penang dari Sultan Kedah (Sultan
Abdullah) sebagai imbalan bagi Inggris yang telah melindungi kerajaan kedah dari
ancaman Slangor dan Siam. Selanjutnya tahun 1800 Inggris memperoleh daerah
Provinsi of Wellesley di pantai kedah
Pada tahun 1826 pulau Pinang, Malaka dan Singapura di satukan Inggris dalam
satu wilayah kekuasaannya yang disebut Straits Settlements (wilayah pemukiman
selat malaka) yang berpusat di pulau Pinang, kemudian dipindahkan ke Singapura
tahun 1832. Wilayah kekuasaan Inggris ini menjalankan pemerintah secara langsung
dan daerah ini merupakan basis Inggris untuk meluaskan daerah kekuasaannya ke
pedalaman.
Inggris berusaha memperluas daerah kekuasaannya menanamkan pengaruhnya di
Malaya secara perlahan dan bertahap agar tidak timbul perlawanan Sultan-sultan
Malaya, di mana Sultan akan menerima Residen Inggris sebagai Penasihat dalam
6
pemerintah dan semua urusan administrasi dan keuangan harus dijalankan menurut
nasihat Residen selain urusan dapat dan agama. Perjanjian pangkor menunjukkan
perubahan politik secara langsung atau tidak langsung mengurangi kekuasaan Sultan
sebagai kepala negara dan Inggris telah mengambil ahli kewajiban-kewajiban politik
dari Sultan dan Bangsawan Melayu, di mana urusan agama diserahkan seluruhnya
kepada Sultan. Perdagangan pun hampir seluruhnya berada di tangan Inggris. Setelah
berhasil menetapkan Residen Inggris berusaha menyatukan kerajaan-kerajaan itu di
bawah Resident-General yang mengapai semua Residen masing-masing kerajaan.
Tahun 1896 Keempat kerajaan (Perak, Selangor, Negeri sembilan dan pahang yang
pada tahun 1874 dan 1888 melakukan perjanjian pada Inggris dan menerima Residen)
menanda tangani Treaty of Federation, yang menyatakan tergabung dalam federasi
dan mengakui Residen-General.sejak itu mereka berada di bawah pemerintahan pusat
yang bercorak persekutuan yang dikenal dengan Negeri-negeri Melayu bersekutu
(Federated Malay States), sedangkan Johor, Kedah, Perlis, Kelantan dan Trenggono
yang dikuasai Siam diserahkan pada Inggris (1909), tapi mereka menolak bergabung
karena takut kehilangan kekuasaan di negerinya masing-masing, maka mereka disebut
Unfederated Malay States.
D. Kolonialisme Portugis di Malaka dan Timor-timor.
Di akhir abad ke-15 muncullah bangsa Portugis yang berpetualang menyeberangi
samudera untuk menemukan jalur perhubungan yang baru dengan Asia. Akhirnya
pada 1511 M di bawah pimpinan Don Alfonso De Albuequerque berhasil
menaklukkan Malaka yang merupakan bandar perdagangan di Asia Tenggara. Namun
keberadaan bangsa Portugis di Malaka ini selalu mendapat gangguan dari wilayah
lainnya tapi mereka mampu bertahan di sana hingga tahun 1574 M. Kedatangan
bangsa Portugis disebabkan oleh :
1. Semangat untuk menaklukkan bangsa yang dulu pernah melaklukkan negara
mereja dalam hal ini orang Islam (Rencquesta).
2. Terputusnya perdagangan antara Lisabon dengan kawasan Laut Tengah akibat
jatuhnya Konstatinopel ke tangan Turki pada tahun 1453 sehingga Portugis harus
mencari jalan sendiri ke Timur khususnya Indonesia untuk mencari rempah-
rempah.
3. Perubahan besar di Eropa sekitar tahun 1500-an Masehi pada masa Renaissance.
Hal ini mengakibatkan perubahan mental yang besar pengaruhnya bagi bangsa

7
Eropa. Selain itu menumbuhkan semangat kepeloporan, penjajahan, termasuk
penjelajahan untuk mencari daerah-daerah baru di luar Eropa.
4. Penemuan-penemuan yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti penggunaan mesiu, peta bumi, kompas dan sarana pelayaran ke
seluruh dunia dan mempunyai semangat penjajahan,

Pada tahun1510 Alfonso d’Alburquerque berhasil menaklukkan Goa dan Malaka


setahun kemudian pada 1511. Sebelumnya pemimpin kekuasaan Portugis adalah
Francisco De Almeida telah berhasil menguasai perdagangan di pantai Malabar tetapi
menolak untuk memperluas ekspansinya ke Malaka.

Para pedagang Portugis tiba di Timor untuk pertama kali dalam rentang tahun
1509 sampai 1511. Sebagaimana kelompok-kelompok pedagang Eropa di Nusantara
pada umumnya, mereka datang demi rempah-rempah, cendana, dan hasil alam tropis
lainnya. Kemudian, sejumlah biarawan Dominikan mendirikan pemukiman Portugis
di Lifau, Oekusi dan mulai berdakwah di pulau tersebut.
Portugis memperkenalkan agama Katolik, sistem abjad latin, percetakan, dan
sekolah formal kepada rakyat Timor. Bahasa Portugis digunakan dalam peribadatan,
bisnis, dan biokrasi, berdampingan dengan bahasa Melayu dan Tetun buat urusan
sehari-hari. Pada 1642, Francisco Fernandes dan pasukan Topasses (indo Portugis-
Flores) pimpinannya memulai ekspedisi militer. Satu demi satu, raja-raja pulau timor
mereka tundukkan, dan akhirnya, pada 1702, terciptalah koloni baru yang secara
resmi mereka namai Timor Portugis, dengan ibukota di Lifau.
E. Kolonialisme Belanda di Nusantara.
Kedatangan Belanda ke Indonesia berawal dari wilayah Belanda yang sempit dan
keadaan alamnya yang merupakan daerah dataran rendah dengan pantai Samudra
Atlantik, memaksa Belanda untuk mencari nafkah di laut. Biasanya para pedagang
ini membeli rempah-rempah di Lisabon (ibu kota Portugis) untuk disebarkan ke
Eropa Barat dan Utara. Negeri Belanda pada waktu itu masih merupakan negara
jajahan Spanyol. Tahun 1585 Belanda tidak dapat lagi membeli rempah-rempah dari
Lisabon karena Portugis juga dikuasai oleh bangsa Spanyol. Dengan demikian maka
putuslah hubungan perdagangan rempah-rempah antara Lisabon dengan Belanda yang
akhirnya mengakibatkan Belanda menderita kerugian Sejak itu Belanda berusaha
sendiri untuk menjelajahi samudra dengan tujuan untuk mencari rempah-rempah dari
daerah asalnya yaitu Indonesia.
8
Armada Belanda yang pertama berusaha mencapai Indonesia dipimpin Van Neck,
namun gagal titik bulan April 1595 Belanda memulai pelayarannya menuju
Nusantara dengan 4 buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dan de
Keyzer. Dalam pelayarannya menuju Timur Belanda menempuh rute: Belanda -
Pantai Barat Afrika - Tanjung Harapan - Samudra Hindia - Selat Sunda - Banten.
Pada 5 Juni 1596 empat kapal Belanda mendekati Pantai Barat Sumatera dan 12 hari
kemudian mereka mencapai Banten di daerah Jawa Barat Daya.
Kedatangan Belanda pertama kali ke Banten sudah diatur untuk menunjukkan rasa
persahabatan dan menyembunyikan perasaan sejati yang sesungguhnya, sehingga
para bangsawan Jawa dari Banten berdatangan ke kapal-kapal Belanda dan
menyambutnya dengan baik, karena orang Jawa awalnya mengira bahwa Belanda
adalah mitra dagang yang baik dan orang Jawa mengundang para pedagang Belanda
untuk Berniaga dengan bebas di pelabuhan mereka serta mendapat izin dari
Mangkubumi. Akan tetapi kesempatan yang bagus ini disalahartikan oleh Belanda
dengan cara ingin memperoleh keuntungan secara besar-besaran, mereka juga
melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji dan melakukan penekanan terhadap
rakyat Banten. Dengan kesombongannya Belanda telah diusir dari Banten.
Pada tanggal 28 November 1598 rombongan baru di bawah pimpinan Jacob van
Neck dan Van Waerwyck dengan 8 buah kapal tiba di Banten titik kedatangan
Belanda pada saat itu bernasib baik karena hubungan Banten dengan Portugis
memburuk sehingga mereka diterima dengan baik. Sikap dari Van Neck sendiri juga
sudah diatur dengan sangat hati-hati dan pandai mengambil hati para pembesar
Banten. Jacob van Neck dibantu oleh Van Waerwyck dan Van Heemskerck pandai
membawa diri dan sanggup menahan hati bila berhadapan dengan Mangkubumi,
bahkan permohonan untuk menghadap Sultan pun dikabulkan. Dengan membawa
hadiah piala berkaki emas sebagai tanda persahabatan, Van Neck menghadap kepada
Sultan Abdul Mafakhir. Hasilnya Van Neck kembali ke Belanda dengan tiga kapal
yang penuh muatan, sedangkan Van Waerwyck dan Van Heemskerck melanjutkan
perjalanan ke Maluku dengan 5 buah kapal. Dengan keberhasilan 2 ekspedisi dagang
ke Indonesia ini pada akhirnya berduyun-duyun orang-orang Belanda untuk
berdagang.
Karena persaingan ketat antar sesama pedagang Belanda yang berlomba-lomba
untuk mendapatkan rempah-rempah dari negeri timur, maka keuntungan mereka pun
sedikit, dan bahkan rugi. Melihat kenyataan ini maka pada tahun 1602 dibentuknya

9
persatuan dagang yang kemudian diberi nama “Vereenigde Oost Indische
Compagnie” (VOC) dengan modal pertama 6,5 juta golden dan berkedudukan di
Amsterdam, dan tujuannya adalah mencari laba sebanyak-banyaknya di samping
untuk memperkuat kedudukan Belanda melawan kekuasaan Portugis dan Spanyol.
Setelah VOC bubar, Indonesia diserahkan kepada pemerintah Belanda (Republic
Bataaf). Pegawai-pegawai VOC menjadi pegawai pemerintah Belanda. Utang VOC
juga menjadi tanggungan negeri Belanda. Dengan demikian sejak tanggal 1 Januari
1800 Indonesia di sebut Hindia Belanda. Sejak saat itu di Indonesia berlangsung masa
kolonialisme.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

11
DAFTAR PUSTAKA

Firman, T. (2017, Mei 20). Timor Leste Pada Masa Kolonial. Diambil kembali dari tirto.id:
https://tirto.id/timor-leste-pada-masa-kolonial-co55
Gunawan, R. (2015). Sejarah Asia Tenggara. Bandung: Alfabeta.
Seprina, R. (2011, Juni 10). Bangsa Inggris di Asia Tenggara. Diambil kembali dari
http://recha-seprina.blogspot.com/2011/06/bangsa-inggris-di-asia-tenggara.html?m=

12

Anda mungkin juga menyukai