Anda di halaman 1dari 7

NASIONALISME VIETNAM

Jaka Samudri
Keadaan Kolonialisme di Asia Tenggara
Kedatangan negara-negara Eropa pada abad ke 19 dilatarbelakangi oleh
kepentingan ekspansi kekuasaan dan peluang perekonomian yang sangat baik di Asia
Tenggara. Pengaruh kedatangan negara-negara Eropa dapat dilihat pada kehidupan
sosial, penggambaran ulang batas-batas politik di Asia Tenggara. Ada beberapa faktor
yang mempercepat penyebaran pengaruh Eropa ke Asia Tenggara, yaitu: pertama,
meningkatnya industrialisasi yang berdampak pada meningkatnya kekuatan ekonomi
dan politik yang menyebar keluar Eropa. Kedua, kemajuan di bidang komunikasi yang
semakin terbuka, sehingga akses keluar Eropa semakin terbuka. Ketiga, integrasi negara
Eropa yang mampu memimpin dan mengontrol sumber daya yang dimilikinya. Dan
keempat, persaingan antar negara-negara Eropa yang menjadikan Asia Tenggara sebagai
salah satu sasaran ekspansi kekuasaan.
Faktor keempat ini merupakan faktor yang membawa pengaruh yang paling
dominan di Asia Tenggara. Di mana, persaingan di antara negara-negara Eropa inilah
yang kemudian menimbulkan kolonialisme di negara-negara Asia Tenggara. Tindakan
kolonialisme negara Eropa tergambar dari pengambilalihan kekuasaan di negara yang
dijajah yang kemudian berpengaruh pada kehidupan masyarakat Asia Tenggara.
Kekuatan kolonial kemudian menerapkan konsep yang jauh berbeda dari konsep Asia
Tenggara sebelumnya, yang pada umumnya berbentuk kerajaan. Terdapat perubahan
dalam hal batas-batas politik yang tidak lagi didasarkan pada hubungan ekonomi, sosial,
budaya, etnis atau kemiripan geografis. Melainkan, batas wilayah didasarkan pada batas
kekuasaan negara-negara Eropa di Asia Tenggara untuk meminimalisir terjadinya
konflik perebutan wilayah.
Terdapat enam negara yang menerapkan kolonialisme di Asia Tenggara,
diantaranya: Portugis, Inggris, Spanyol, Belanda, Perancis dan Amerika Serikat 1.
1Dalam pengantar buku Roeslan Abdulgani. Problem Masionalisme, Regionalisme, dan

Keamanan di Asia tenggara. (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1995). Hlm
xii

Kedatangan keenam negara tersebut tidak terjadi secara bersamaan, tetapi diawali oleh
kedatangan bangsa Portugis yang pertama kali mendarat di Malaka pada tahun 1511.
Sehingga Portugislah yang pertama kali membuka jalur masuk ke Asia Tenggara
terutama dalam hal perdagangan. Namun, pada akhirnya daerah kekuasaan Portugis
hanya sebagian kecil dari wilayah di Asia Tenggara yaitu di pulau Timor. Selanjutnya,
disusul oleh kedatangan bangsa Spanyol dan Belanda. Spanyol menduduki Philipina.
Sedangkan kolonialisme Belanda terbagi ke dalam dua periode, yaitu periode pertama
disebut masa kekuasaan VOC (1605-1799). Di mana, masa kekuasaan ini difokuskan
oleh bangsa Belanda dalam mengejar keuntungan maksimal melalui perdagangan
monopoli. Selanjutnya, periode kedua yaitu periode Hindia Belenda.
Kemudian, ekspansi oleh Perancis atas Vietnam (1820-1870), yang menjadikan
Cochin China sebagai dasar ekspansi Perancis atas Indochina (Cochin China, Annam,
Tongking, Laos, dan Kamboja). Tetapi, setelah Perang Dunia II, Vietnam menolak
intervensi Perancis dan berhasil menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1946. Selain,
negara-negara Eropa, Amerika Serikat juga terlibat dalam ekspansi wilayah di Philipina
menaklukkan Spanyol (1898).
Berdasarkan bentuk kolonialisme yang diterapkan oleh negara-negara Eropa di Asia
Tenggara, terdapat dua bentuk kolonialisme, yaitu: liberal colonialism (Inggris dan
Amerika Serikat) dan repressive colonialism (Spanyol, Belanda, Perancis). Pada liberal
colonialism, negara penguasa masih menghargai aturan hukum, kebebasan rakyat,
partisipasi politik, edukasi terbuka, dan peluang melakukan kegiatan ekonomi. Selain
itu, terdapat peluang untuk menyatakan kemerdekaan. Sedangkan pada repressive
colonialism, semua hal dilakukan secara tertutup dan terbatas baik dalam partisipasi
politik maupun kebebasan masyarakat. Sehingga, tercipta keterlambatan dalam
perkembangan kegiatan ekonomi.
Kolonialisme di Asia Tenggara akhirnya berakhir melalui revolusi yang
dlakukan oleh negara-negara di Asia Tenggara. Pada saat itu, konsep dominan yang
diterapkan untuk mengalahkan kolonialisme adalah gejolak pergerakan nasionalisme
dari negara-negara yang terjajah. Nasionalisme ini dimaksudkan sebagai wujud rasa
yang menginginkan restorasi atas kemerdekaan negara mereka. Terdapat tiga faktor
yang membuat perkembangan nasionalisme di Asia Tenggara, yaitu: pertama,

kepercayaan setempat; kedua, pendidikan Barat, di mana para pelajar kemudian


semakin memahami nasionalisme; ketiga, gerakan sosial radikal yang dilatarbelakangi
oleh sosialisasi dengan paham komunis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kolonialisme di Asia
Tenggara sebagai wujud ekspansi yang mendatangkan keuntungan yang sangat besar
bagi bangsa Eropa. Di mana Asia Tenggara merupakan wilayah yang sangat berpotensi
untuk mendapatkan keuntungan maksimal dalam hal perdagangan. Sedangkan negaranegara di Asia Tenggara sendiri khususnya yang berada dalam repressive colonialism
mengalami kerugian yang sangat besar. Namun, seiring dengan perkembangan, negaranegara di Asia Tenggara berhasil melakukan revolusi melalui konsep nasionalisme yang
membawa negara-negara Asia Tenggara pada keluar dari kolonialisme dan menyatakan
kemerdekaannya.
Perancis di Vietnam
Politik kolonial Perancis yang diterapkan di Indocina dikonsentrasikan di bisang
politik, ekonomi, sosial dan budaya. Di bidang politik dapat dilihat dengan adanya
pembagian teritorial Indocina, khususnya Vietnam menjadi lima wilayah penguasaan.
Pembagian ini dimaksudkan untuk memudahkan kontrol dan memecah belah. Wilayah
Annam, Tongking, Laos dan Kamboja dijadikan sebagai daearah protektorat kolonila
Perancis yang langsung berada di bawah kekuasaan menteri luar negeri. Sejak tahun
1889 Kamboja, Cochin-Cina, Annam, Tongking, Laos dijadikan sebuah Union IndoChina.2
Di lain sisi terdapat bidang ekonomi, Perancis melakukan eksploitasi terhadap
kekayaan alam dan penduduk Indo-Cina. Namun, eksploitasi penduduk gagal karena
Perancis ragu-ragu dalam memperluas pendidikan khususnya di Vietnam. Perancis takut
jika timbul nasionalisme di kalangan terpelajar dan keterbatasan biaya yang dimiliki
oleh Perancis. Selain itu, Perancis dalam pertanian juga memanfaatkan kaum agamis
sebagai penguasa tanah. Kaum agamis juga memanfaatkan siswa-siswa dan pengajar di
sekolah. Namun setelah Paus mengeluarkan larangannya, maka kaum agamis tidak ikut
campur lagi dalam urusan politk, ekonomi, dan sosial-budaya yang menyebabkan
Perancis kesulitan dalam menjalankan programnya.
2Hall, D.G.E. Sejarah Asia Tenggara.(Surabaya: Usaha Nasional, 1988). Hlm 713

Sebenarnya Perancis lebih menitikberatkan penguasaan di bidang sosial dan


budaya dengan tujuan utamanya adalah menjadikan orang-orang Vietnam berbudaya
Perancis, sehingga akan lebih mudah menguasai Vietnam di sektor-sektor lain. Perancis
menggunakan politk asimilasi, yaitu dengan memasukkan budaya Perancis ke Vietnam
yang dilakukan dengan progran asosiasi3 melalui pendidikan.
Politik asosiasi yang diterapkan oleh Perancis melahirkan golongan terpelajar
dan menimbulkan nasionalisme Vietnam. Golongan terpelajar yang berlatar belakang
pendidikan Barat tersebut mempelopori gerakan kemerdekaan Vietnam dengan
pembentukan organisasi politik untuk mencapai kemerdekaan Vietnam. Salah satu
tokoh pergerakan kemerdekaan Vietnam dari golongan terpelajar yaitu Ho Chi Minh
yang mendapat pendidikan komunis di Rusia. Merupakan tokoh utama dalam gerakan
nasionalisme Vietnam.
Perjuangan kemerdekaan diwujudkan dalam oraganisasi-oraganisai politik. Tiap
organisasi politik mempunyai ideologi yang berbeda dan dalam perkembangannya
menimbulkan konflik yang berkepanjangan antara kaum nasionalis dan komunis.
Ideologi komunis tersebut masuk melalui partai nasional. Organisasi-organisasi politik
tersebut antara lain:
1.

Partai Politik Konstitusional dan Tongking

Mendapat pengaruh paham baru dikalangan terpelajar, melalui organisasi ini


kaum cendekiawan mempelopori gerakan perlawanan terhadap imperialisme. Partai ini
didirikan tahun 1907 yang diikuti oleh berdirinya organisasi politik lain misalnya: Partai
konstitusional yang dipimpin oleh Quang Chiev, partai Tongkin dipimpin oleh Pham Qi
Yunh. Kedua partai ini melalukan perlawanan terhadap imperialis dan kolonial Perancis
dengan melakukan pembaharuan di berbagai bidnag melalui garis demokrasi.4
2.

Partai Revolusi Pemuda Anam

Partai Revolusioner Pemuda Anam dipimpin oleh Ho Chi Minh yang awalnya
didirikan di Kanton 1929. Tahun 1930 mendapat dukungan dari mayoritas penduduk
Vietnam dan menjadi partai yang kuat, serta mendirikan partai Komunis Vietnam.
3Ibid.

4Ibid.....Hlm 717.

Gerakan perjuangannya menggunakan strategi perang revolusioner yang dipandang


sebagai satu-satunya gerakan yang paling efektif untuk mencapai tujuan partai. Pokokpokok tujuan partai antara lain: Melawan imperilaisme Perancis, Facisme dan kaum
revolusioner yang berideologi kapitalis; Membentuk negara Vietnam yang merdeka
secara penuh; Dan mendirikan pemerintah yang terdiri dari kaum buruh, petani, militer.
Semenjak berdirinya partai komunis Vietnam dan anggota pergerakan masuk ke
partai nasional, partai nasional pecah menjadi 2 gerakan yaitu: Pergerakan/gerakan
nasional di bawah partai nasional yang pada awalnya merupakan kaki tangan kolonial.
Dan gerakan komunis di bawah partai komunis yang melawan kolonial dengan
memunculkan gerakan yang berkaitan dengan ekonomi. Kedua golongan ini sukar
disatukan karena perbedaan ideologi. Tingginya perbedaan menimbulkan konflik
sehingga perpecahan dan ketegangan selalu terjadi. Partai komunis mengikuti dan
mangimplementasikan garis besar perjuangan Marxisme-Leninisme yang diperkaya
deangn strategi perjuangan komunis Cina.
Gerakan komunis Vietnam merupakan gabungan strategi komunisme MarxismeLeninisme Rusia dan Cina. Oleh karena itu, dalam gerakan melawan Perancis strategi
yang digunakan adalah strategi perang revolusioner. Vietnam menyerap strategi perang
di Cina yang memiliki tahap sebagai berikut: mengganggu musuh, pengacauan yang
lebih besar terhadap pertahanan musuh dan melakukan gerakan serangan terbuka.
Sebaliknya, Perancis mempunyai benteng pertahanan yang kuat di Vietnam yaitu di
Dien Bien Piu yang merupakan sasaran gerakan perjuangan Vietnam. Ketika gerakan
perjuangan belum selesai, terjadi perang Pasifik. Jepang berhasil menguasai Indocina
dan dalam waktu singkat menguasai Asia Timur Raya dan Asia Tenggara. Bulan Juli
1941 Perancis Jatuh5, sehingga terjadi persetujuan antara Perancis dan Jepang yang
berisi Jepang telah diberi hak jalan dan menggunakan pangkalan militer/perang
Perancis untuk kepentingan militer Jepang serta ekonomi di Indocina dan Asia
Tenggara. Hal ini berarti penguasaan Jepang atas Indocina dengan sistem pemerintahan
yang berbeda. Pada saat pergantian kekuasaan, terjadi juga pergantian strategi
perjuangan.
Ketika Jepang berkuasa, semua partai politik di Vietnma dibubarkan pada tahun
1941. Organisasi-organisasi yang dibolehkan hanya organisasi sosial, ekonomi,
5Ibid.....Hlm 760.

keagamaan. Kaum komunis Vietnam memanfaatkan kondisi tersebut (pergantian


kekuasaan) dengan melakukan kongres nasional. Dalam kongres tersebut dihadiri oleh
para wakil-wakil dari berbagai gerakan perjuangan. Kongres tersebut bertujuan
mempersatukan langkah dan gerakan perjuangan kemerdekaan serta memperkuat
perlawanan melawan imperialisme. Maka, ketika masuknya imperialis baru, kemudian
terbentuknya gerakan baru yaitu Liga Kemerdekaan Vietnam yang kemudian dikenal
dengan Viet minh, dipimpin oleh Ho Chi Minh. Tujuan utama liga adalah melenyapkan
dominasi Perancis dan kekuasaan Jepang di Vietnam. Melalui gerakan inilah, gerakan
komunis mempunyai kesempatan memperoleh massa yang banyak di bawah tekanan
Jepang. Dapat dikatakan bahwa, dibawah tekanan Jepang gerakan komunisme hampir
menguasai gerakan lain misalnya gerakan nasional sosialis. Gerakan-gerakan frontal
tidak dapaat dilakukan, oleh karena itu melakukan kerjasama dengan berbagai pihak
termasuk dengan pemerintah Vietnam antara tahun 1944-1945.
Agustus 1945 Jepang menderita kekalahan dalam perang Pasifik yaitu ketika
kota Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945) di bom atom oleh
Sekutu. Pada saat Jepang menyerah, Perancis kembali ke Vietnam untuk menguasai
Vietnam kembali. Tanggal 25 Agustus 1945, penguasa Vietnam sebagai boneka Jepang
Bao Dai menyerahkan kekuasaannya kepada Ho chi Minh. Ketika terjadi Vacuum of
Power, kondisi ini dimanfaatkan oleh gerakan Vietminh untuk memproklamirkan
kemerdekaan Vietnam pada 2 September 1945, dengan nama Republik Sosialis
Demokrasi Vietnam dan Ho Chi Minh sebagai penguasanya dan sejal saat itulah
Vietnam merdeka.
Setelah kemerdekaan Vietnam diproklamirkan Perancis berhasil menguasai
kembali benteng Dien Bien Piu dengan bantuan Amerika dan terjadilah perang
kemerdekaan Vietnam. Bao Dai diangkat oleh Perancis sebagai penguasa resmi Vietnam
pada maret 1947. Bao Dai memiliki kewenangan untuk menguasai dan memerintah di
Vietnam di bawah penguasaan dan pengawasan Perancis. Pengangkatan ini diakui oleh
Amerika dan Inggris sebagai penguasa yang sah di Vietnam. Sementara itu, dilain
pihak pada bulan Januari 1950 Rusia dan Cina mengakui pemerintahan Ho Chi Minh
sebagai pemerintahan yang berdaulat di Vietnam.
Ho Chi Minh kemudian digantikan oleh Vo Nguyen Giap (4 Januari 1954).
Gerakan Viet minh di bawah Vo Nguyen Giap melawan kaum nasionalis yang mendapat

bantuan dari Amerika dengan Perancis. Melakukan perlawanan dengan cara


mengadakan serangan-serangan secara intensif terhadap pos-pos pertahanan Perancis.
Gerakan Viet minh di bawa Vo Nguyen Giap dapat menguasai kembali basis pertahanan
Perancis di Dien Bien Phu dan berhasil mengalahkan Perancis. Vietminh didukung
sepenuhnya oleh Rusia dan RRC.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa gerakan nasionalisme di Vietnam,
dilatar belakangi oleh: Faktor Internal ( Penderitaan akibat Imperialisme, Munculnya
golongan terpelajar, Persamaan etnik di Indocina). Dan Faktor Eksternal ( Ideologi dari
Barat, Kemenangan Jepang atas Rusia, Revolusi Cina, Revolusi Turki dan Revolusi
Rusia).

Daftar Pustaka
Hall, D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional
Roeslan Abdulgani. 1995. Problem Masionalisme, Regionalisme, dan Keamanan di
Asia tenggara. Yogyakarta: Duta Wacana University Press

Anda mungkin juga menyukai