Deskripsi materi yang diajarkan meliputi pengetahuan dasar pengolahan air untuk
komsumsi pabrik dan domestic.
Sasaran Pelatihan
Materi Pelatihan
Dasar teori
Alur pengolahan air
Standard operasional prosedur
Mesin dan peralatannya
1. PENGOLAHAN AIR
1.1. Pendahuluan
Untuk suatu pabrik pengolahan kelapa sawit, air merupakan kebutuhan yang vital, sebab
sebagian besar memerlukan air. Air yang dipergunakan haruslah memenuhi criteria yang
ditetapakan dan apabila perolehan tersebut kurang memenuhi syarat maka suatu
pengolahan khusus (water treatment) perlu diadakan agar air tersebut dapat
dipergunakan.
Pengolahan air untuk kebutuhan pada pabrik kelapa sawit dimulai dari masuknya air ke
dalam tangki atau bak pengendap dan bersamaan dengan itu dilakukan pemberian bahan
kimia. Hasil pengolahan dialirkan ke tangki / bak penampung, untuk kemudian
dipompakan ke water tower melalui saringan (filter).
Water treatment plant pada pabrik kelapa sawit merupakan stasiun proses perlakuan air
untuk menghilangkan sebagian atau semua zat-zat yang tidak diperlukan yang terdapat
dalam air sesuai dengan mutu dan kondisi yang diinginkan.
Dalam proses pengolahan air ini, maka tahapan yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Pengumpulan (koagulasi)
b. Netralisasi
c. Penyaringan
d. Sterilisasai
Teori Dasar
Walaupun proses penggumpalan merupakan hal yang sangat rumit, dapat dikatakan
secara sederhana bahwa dengan membubuhkan garam alumunium akan terbentuk
gumpalan lunak yang terdiri dari alumunium hidroksida.
Gumpalan ini mengandung muatan listrik positif dank arena itu saling tolak-menolak.
Penetralan muatan positif itu oleh ion negatif seperti ion sulfat akan menyebabkan
terjadinya penggabungan partikel yang halus tadi, sehingga terbentuklah endapan besar
yang berbentuk lender berongga.
Adanya gerakan air akan menggabungkan lagi partikel itu sehingga terbentuk endapan
yang lebih besar. Ketika proses penggabungan ini berlangsung partikel melayang yang
semula berada dalam air itu akan terjaring dengan menghasilkan gumpalan yang lebih
berat yang mudah tenggelam ke dasar. Demikian juga halnya dengan
mikroorganisme(jasad renik) yang ikut terjaring dan terlebih-lebih lagi partikel melayang
yang sejak semula sudah bermuatan listrik negatif menjadi sangat mudah untuk terikat
oleh gumpalan tersebut dan dengan cara inilah warna dapat dihilangkan.
Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa suatu proses penggumpalan akan berhasil baik jika
memenuhi standard sebagai berikut :
Jumlah ion alumunium harus cukup untuk membentuk gumpalan yang tidak larut.
Jumlah anion kuat seperti sulfat harus cukup karena ion positif inilah yang akan
menetralkan muatan negative.
Pengaturan pH harus tepat pada tingkatan tertentu karena keadaan dan kondisi air
yang berbeda-beda, maka ketetapannya hanya dapat ditentukan dengan jalan
melakukan percobaan di laboratorium.
Alat Penggumpalan
Proses koagulasi yang sempurna terdiri dari tiga tahapan yaitu pencampuran,
penggumpalan dan pengendapan. Sering juga ketiga-tiga tahapan itu dicakup dalam suatu
alat.
Besarnya ruang pengendapan di rancang untuk waktu pengendapan ± 5 jam sehingga air
yang jernih dapat diperoleh dengan mudah. Endapan lumpur kebanyakan terjadi pada
Air jernih yang diperoleh harus disesuaikan pH nya menjadi 7 (netral) agar aman dipakai
dirumah-rumah dan tidak merusak pipa, pompa diesel atau turbin yang mempergunakan
sebagai pendingin.
Jenis alat penjernihan yang kedua adalah terbentuk silinder berdiri (vertikal) dengan lantai
yang berbentuk kerucut terbalik.
Bahan kimia dapat dimasukkan memakai pompa dan dapat diinjeksikan ke dalam pipa air
masuk. Dari pencampuran tersebut, air dipaksa bergerak ke atas.
Pada saat naik ke atas penggumpalan perlahan-lahan terjadi dan masuk keperangkap
penggumpalan yang telebih dahulu. Air jernih ditampung sebagai limpahan atas (over
flow) yang harus dinetralkan pH nya.
Pada bagian bawah lantai kerucut terbalik tadi terdapat dua pipa yang masing-masing
adalah pipa pembuang lumpur yang harus dibuka 3 kali sehari dan pipa pencuci yang
hanya dipergunakan pada saat mencuci.
Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan untuk proses koagulasi ini dinamakan koagulan. Koagulan
yang dipergunakan untuk proses koagulasi pada pabrik kelapa sawit memakai Alumunium
Sulfat (tawas) dengan rumus kimianya Al2 (So4)3 . 18H2 O dan untuk menaikan pH
digunakan Soda Ash (Na2CO3). Reaksi yang terjadi adalah dengan alkalinitas yang memang
sudah terkandung di dalam air ataupun penambahan sehingga dapat membentuk flock
dari Al(OH)3.
- Pencampuran
- Penggumpalan
- Pengendapan
Soda ash dengan rumus kimia Na2CO3 . dipergunakan secara luas sebagai bahan untuk
netralisasi atau untuk menaikan pH air. Soda ash juga dipakai untuk menaikan pH air yang
belum diolah (raw water) apabila air tersebut rendah, dengan tujuan agar alum dapat
berfungsi optimal. Dengan jalan memberikan soda ash sampai pH 6.5 – 7.5
Limpahan air yang berasal dari water clarifier tank atau water settling basin yang mau
masuk ke tangki / bak penampungan, mempunyai pH dibawah 7.
Disamping faktor kesehatan, pH juga penting bagi pipa yang mengalirkan itu berkenan
dengan terjadinya korosi dalam suasana asam.
Jar Test
Tujuan dilakukan analisa ini adalah untuk mengetahui banyaknya soda ash dan alum
(tawas) agar air sungai yang keruh yang akan masuk ke dalam sand filter terjadi/
terbentuk flokulasi sehingga sand filter berfungsi dengan baik
Pengambilan contoh/sampel dilakukan setiap terjadi perubahan warna air/hujan atau
sesuai dengan keutuhan pada air yang akan masuk ke klarifier
Alat-alat:
- Flokulator dengan beaker glas
- 4 beaker glass 1000 ml
- 1 pipet 100 ml tanpa penyempitan di mulutnya
- 2 buret, 2 beaker glass 200 ml
- pH meter
Bahan :
a) Alum 0.5 %
Cara membuatnya 5 gram alum dicampurkan 1000 ml aquadest, 1 ml larutan ini
equivalent dengan 10 ppm
Prosedur :
i) Masukkan sampel air ke dalam 4 beaker glass (A,B,C, dan D) 1000 ml, masing-masing
sebanyak 500 ml
ii) Check pH dari sampel tersebut, apabila pH air rendah maka tambahkan soda ash
dengan menggunakan buret sehingga pH nya naik menjadi 6.0 -7.0 catat banyaknya
pemakain sodah ash
iii) Tambahkan soda ash yang sama banyaknya dengan atas untuk 3 sampel air lainnya
iv) Masukkan alum ke dalam beaker glass secara bersamaan (jangan sedikit-sedikit)
dengan konsentrasi sebagai berikut :
Cuaca Normal A B C D
Cuaca Hujan A B C D
Alum (ml), ppm 65 70 75 80
Penyaringan adalah operasi melewatkan suatu cairan yang mengandung zat tersuspensi
melalui medium penyaring yang pori-pori sehingga terpisah antara cairan dan padatan.
Saringan yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah saringan bertekanan (pressure
filter) atau disebut juga sand filter. Prinsip kerja dari saringan ini adalah pemisahan
padatan yang tersuspensi terdapat pada air dengan melewati media penyaring. Hasil
saringan berupa air yang bebas dari padatan selanjutnya dalirkan ke tangki menara (water
tower) dengan bantuan pompa (water treated pump). Saringan ini dipasang secara
vertical. Sebagai media penyaring dipakai pasir dan kadang-kadang antrasit yang digiling.
Perlu diketahui bahwa air jernih yang keluar dari penyaringan ini belum bebas dari ion
terutama penyebab kesadahan, misalnya ion ca²+ dan ion Mg²+ .
Selama operasi zat-zat yang tersuspensi bertahan didalam medium penyaring dan lama
kelamaan perbedaan tekanan dalam system penyaring menjadi semakin besar. Apabila
hal ini terjadi maka cara kerja alat yang optimal. Perlakuan back wash adalah mengalirkan
balik arah air secara berlawanan dengan maksud padatan-padatan berupa lumpur dapat
teraduk dan keluar bersama tekanan yang masuk dengan yang keluar ≥ 5 psi.
Untuk kesempurnaan pengadukan dan mempercepat lumpur keluar dipakai alat bantu
berupa compressor.
Air setelah berada di water tower tank (menara air) akan dialirkan secara gravitasi untuk
keperluan boiler, pengolhan pendinginan mesin turbin dan kebutuhan domestic.
a. Sterilisasi
b. Pelunakan
Untuk air keperluan domestic perlu dilakukan proses sterilisasi atau pembasmian kuman-
kuman sebab air ini digunakan untuk keperluan minum, mandi dan cuci.
Sedangkan untuk air keperluan ketel uap diperlukan air yang lunak dan mendekati murni
(kadar silica dan hardness yang rendah), sehingga diperlukan proses pengolahan air
selanjutnya yakni softener atau proses dimineralisasi.
Ad. a. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pembasmi kuman-kuman yang masih lolos dari saringan.
Sterilisasi sering juga disebut chlorinisasi karena pada umumnya untuk proses
sterilisasi digunakan senyawa chlor, misalnya dengan kaporit (CaOCl2)
Bila chlorinisasi dilakukan dengan kaporit, maka didalam air kaporit akan terurai
menurut reaksi :
Protoplasma bakteri dioksidasi sehingga bakteri akan mati. Oksidasi OCl tidak
hanya dapat mengoksidasi senyawa organic dari protoplasma akan tetapi juga
dapat mengabsorbsi senyawa organic yang terdapat dalam air.
Setelah air menjalani proses sterilisasi air sudah bebas dari kuman-kuman dan
dapat dipergunakan untuk air minum,mandi dan cuci. Penggunaan kaporit untuk
tujuan ini dipakai 0.2 – 0.5 ppm.
Pada pabrik kelapa sawit dikenal 2 pejenis pelunakan air sebagai berikut :
- Softener jenis penukar ion yang berfungsi untuk menurunkan kesadahan air
(Total Hardness)
- Proses demineralisasi atau penukar kation & anion berfungsi untuk
menurunkan kesadahan, silica dan TDS
Softener
Dalam softener terdapat resin, yang disebut juga resin penukar kation natrium
Mekanisme proses pelunakan dalam bejana penukar ion sebagai berikut :
- Air mengandung ion-ion kalsium dan magnesium masuk ke dalam bejana / kolam
penukar ion
- Dalam kolam terdapat ribuan butiran-butiran (partikel) resin, dan tiap-tiap partikel
mengandung ion natrium. Dan pertukaran ion mulai berlangsung. Ion-ion kalsium dan
magnesium diserap oleh resin, dan sebaliknya resin akan melepaskan ion-ion natrium
- Lama kelamaan resin akan kehabisan ion- ion natriumnya sehingga yang terdapat
sekarang adalah ion-ion kalsium dan magnesium, meskipun sebenarnya masih
terdapat sedikit ion natrium dalam resin tersebut.
- Air yang keluar dari softener sudah lunak (soft) dan tidak mengandung ion-ion natrium
dan magnesium, selanjutnya ditampung pada soft water tank
- Apabila resin-resin tersebut kehabisan ion natriumnya maka perlu resin tersebut
diregenerasi dengan tujuan mengadakan kembali ion natrium memakai larutan
natrium chloride (NaCl). Yang biasa digunakan adalah garam non yodium. Dalam
praktek regenerasi dilakukan kalau kandungan hardness sudah dalam batas (maximum
5 ppm). Untuk mengontrol total hardness diperiksa secara rutin di laboratorium.
Proses demineralisasi adalah proses untuk menghilangkan ion yang terlarut dalam air.
Proses ini banyak digunakan untuk mengolah air yang digunakan untuk umpan ketel uap
(Boiler feed water), air proses dan beberapa penggunaan lain
Pada dasarnya pengolahan dengan cara ini ada 2 langkah yaitu :
a. Penukar kation (Cation Exchanger)
b. Penukar anion (Anion Exchanger)
Kedua pengolahan tersebut dapat digabungkan secara seri. Dengan demikian dalam
demineralization ini ada cation exchanger yang berisi resin asam (cation exchanger
resin) dan anion exchanger yang berisi basa (anion exchanger resin)
Air pertama masuk ke dalam cation exchanger dan baru kemudian mengalir melalui
anion exchanger dan keluar sebagai air yang telah bersih (demineralized water)
Didalam cation exchanger, cation-cation yang ada dalam air seperti Ca²+, Mg²+, Fe²+,
Cu²+, dll akan ditukar dengan hydrogen ion (H+).
Fungsi penukar kation tersebut adalah :
- Menghilangkan / mengurangi kesadahan yang disebabkan oleh garam-garam
kalsium dan magnesium dalam air
- Menghilangkan / mengurangi zat-zat padatan (dissolved solid). Air yang keluar dari
cation exchanger ini dialirkan kembali ke anion exchanger
Cation Exchanger
Reaksi sebagai berikut :
(Ca) (SO4) (Ca) (H2SO4)
(Mg) (Cl) + ZH -------> Z (Mg) + (HCl)
(Na) (HCO3) (Na) (H2SO3)
(NO3)
Z ialah : senyawa complek dari cation exchanger resin
Anion Exchanger
Air yang keluar dari bejana / kolam penukar kation selanjutnya mengalir ke dalam
bejana penukar anion yang mengandung resin basa kuat. Fungsi penukar anion adalah :
menyerap asam-asam seperti SO4, Cl, CO3, NO3, SiO3 akan ditukar dengan hydroxyl ion
(OH) dari anion resin.
Reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut :
(H2SO4) SO4
(HCl) = 2ZOH --------------> Z(Cl) + H2O
(HNO3) (NO3)
Z adalah senyawa komplek dari anion exchanger resin
Resin tersebut karena proses ion exchanger ini suatu saat akan jenuh dan kurang
bahkan tidak dapat melakukan ion exchanger selanjutnya. Dalam hal ini resin harus
diregenerasi kembali.
Untuk maksud ini cation exchanger resin, diregenerasi dengan menggunakan larutan
asam sulfat H2SO4, anion exchanger resin menggunakan larutan caustic soda (NaOH).
Reaksi regenerasi ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Cation Exchanger
Mg (Mg)
Z Ca + H2SO4 ------------> ZH + (Ca) SO4
Na (Na)
Anion Exchanger
SO4 (SO4)
Z (Cl) + NaOH --------------> (OH) + Na (Cl)
(NO3) (NO3)
Untuk menjaga silica dalam boiler water max 125 ppm, maka silica dalam demineralized
water (boiler feed water make up) dibatasi maximum 10 ppm. Jadi dalam hal ini kadar
selepas demineralisasi merupakan control parameter. Juga total dissolved solid (TDS)
maximum 100 ppm dan total hardness maximum 5 ppm.
Air telah dilunakan akan dialirkan ke dalam tangki soft water tank atau boiler feed water
tank untuk dilakukan pemanasan dan diharapkan suhu pada tangki ini diatas 90°C.
Untuk mengontrol silica, hardness, TDS dan pH ini diperiksa secara rutin di laboratorium.
Kerak ketel atau lumpur ketel hamper tidak pernah terdiri dari satu jenis tetapi
biasanya merupakan kerak yang terdiri dari campuran kerak tersebut, kadang-
kadang kerak mengandung unsur besi.
Cara menghindar terbentuknya kerak pada ketel antara lain :
1. Menggunakan air sebagai air umpan yang tidak atau sedikit mengandung
unsure Ca dan Mg
2. Menggunakan air kondensat yaitu air kondensat dari pabrik di tampung /
disalurkan kembali ke rumah ketel / bak air umpan
Golongan A
Menghilangkan zat yang berbahaya dalam air umpan yaitu dengan melunakkan di
luar ketel dengan cara :
a. Pelunakkan secara thermis (pemanasan)
b. Pelunakkan dengan soda
c. Pelunakkan dengan pembubuhan phospat
d. Pelunakkan dengan jalan menghilangkan silikat
e. Pelunakkan dengan jalan pertukaran ion
Golongan B
Pembubuhan bahan-bahan / zat kepada air umpan sehingga zat / bahan di dalam
air umpan yang sulit melarut, dirubah menjadi zat dalam bentuk kompleks ataupun
kolloida.
Golongan C
Mengusahakan terjadinya lumpur ketel yang mudah dibuang dari dalam ketel
dengan jalan spui. Lumpur ketel diusahakan terjadinya dengan jalan :
a. Pembubuhan soda
b. Pembubuhan tri Natrium Phospat
c. Pembubuhan bahan organic
Catatan : Na2CO3 dan K2CO3 sama fungsinya, tetapi K2CO3 lebih mahal dari
pada Na2CO3
1.4.2 Zat-zat yang menimbulkan masalah pada boiler atau steam line serta cara penanganan
dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:
Pengawasan terhadap water treatment yang paling efektif adalah dengan cara analisa
sampel air. Pengawasan terhadap boiler melalui cara analisa air dapat dilakukan
bertahap (periodik) sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pabrik. Dari hasil analisa
sampel air dapat diambil tindakan yang tepat terhadap boiler, yaitu:
- Pengaturan boiler chemical pump
- Pengaturan jam blow down dan lamanya blow down
- Membuat estimasi terhadap perubahan temperatur deaerator.
Melakukan penggantian rutin terhadap alat-alat mechanical yang sudah aus, seperti
bearing pompa, bearing electromotor, shaft pompa, seal pompa, dan bealting
motoran
Melakukan pengecekan berkala terhadap Clarifier dan sand filter
Melakukan pemeriksaan dan perbaikan terhadap pipa-pipa
Melakukan pemeriksaan semua valve, baik ball valve, gate valve, dan check valve
yang digunakan di stasiun ini
Melakukan service rutin terhadap semua electromotor yang ada di stasiun ini
Melakukan pemeriksaan terhadap semua body-body tangki yang ada distasiun ini
dan memastikan tidak adanya kebocoran.
Norma-norma Kesehatan dan Keselamatan Kerja perlu diperhatikan untuk stasiun ini,
adapun yang perlu disediakan antara lain :
Helm : Untuk pelindung kepala para karyawan dari benturan benda
keras.
Sepatu Safety : Untuk melindungi kaki karyawan dari benturan benda keras
Ear Plug : Untuk melindungi telinga karyawan dari suara yang keras,
karena karyawan juga bekerja di areal boiler yang menghasilkan
suara yang keras
Masker : Untuk pelindung pernapasan dari debu atau serat-serat fiber
yang halus yang berterbangan saat operasional
Sarung tangan : Untuk menjaga tangan karyawan dari goresan dan sifat bahan
kimia yang korosif dan panas
APAR dan Hidran : Harus disediakan ditempat yang mudah dijangkau dan mudah
dilihat untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran
Rambu-rambu : Memastikan tersedianya semua rambu K3, seperti tanda awas
api, awas licin, dan semua belting tertutup.
P3K : Menyediakan alat-alat P3K yang lengkap, terutama untuk
kecelakaan yang berhubungan dengan luka bakar dan luka
goresan.