Anda di halaman 1dari 10

Untuk Bapak Azis

Term Of Reference
Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (PKM FBS)
BEM FBS UNJ
Peserta 30 – 40 orang

Hari / Tanggal Sabtu, 5 Mei 2007

Waktu 14.30 – 15.00 WIB

Tempat Mega Mendung (dalam konfirmasi)

Materi Manajemen aksi

Tujuan penyampaian materi Peserta dapat mengetahui :


a. Definisi manajemen aksi
b. Alasan mengapa perlu ada manajemen aksi
c. Bagian-bagian penting dari panitia aksi
d. Apa saja yang harus diatur dalam sebuah
aksi
Langkah-langkah membuat manajemen aksi
Bentuk kegiatan Materi (75 %) dan simulasi (25 %)

Catatan panitia Tolong penjelasan materi dibuat dalam bentuk


powerpoint dan dicopy dalam bentuk CD.
Contact person Firman (08561805665) atau Rif’at (08568642466)

“Mahasiswa adalah aset umat. Ia bersifat elitis dan eksklusif. Jumlahnya hanya 2 %
dari penduduk Indonesia yang 200 juta jiwa. Mahasiswa aktivis lebih elitis lagi,
mungkin hanya ada 1 mahasiswa aktivis di antara 10 mahasiswa. Namun, agenda
yang mereka perjuangkan sangat populis, dan realistis. Mahasiswa-lah yang bisa
membangkitkan semangat perlawanan rakyat terhadap rezim tiran. Mahasiswa-lah
yang bisa mengawal reformasi hingga ke titik tujuan. Rakyat menaruh harapan atas
kekuatan intelektual dan kekuatan aksi yang mahasiswa miliki. Jadi, pahami dirimu
dan sekitarmu, dan mari kita bergerak lagi !
Reformasi belum usai !”
Dengan kekuatan intelektual di atas rata-rata masyarakat awam, mahasiswa
memiliki kemudahan untuk mengakses berbagai informasi wacana dan peristiwa
dalam lingkup lokal hingga internasional. Begitu juga dengan kemudahan akses
literatur ilmiah dan gerakan-gerakan pemikiran, yang pada tujuan akhirnya akan
menentukan ideologi atau sistem hidup yang akan dijalaninya. Buku yang ia baca,
informasi yang ia terima, tokoh-tokoh yang ia ajak bicara, adalah beberapa faktor
utama yang kelak sangat berpengaruh terhadap idealisme hidupnya.

Selain kekuatan intelektual yang identik dengan aktivitas ilmiah, mahasiswa juga
memiliki kewajiban untuk menguatkan potensi kepekaan sosial politiknya. Disebut
kepekaan sosial karena mahasiswa pada dasarnya adalah bagian dari rakyat.
Apapun yang terjadi pada rakyat maka mahasiswa akan turut juga merasakannya.
Kenaikan BBM, harga bahan pokok, listrik, dan air misalnya akan memberi ekses
terhadap aktivitas kuliah.

Disebut kepekaan politik, karena gejolak sosial yang terjadi umumnya selalu
merupakan hasil side effect dari aktivitas politik, semisal disahkannya suatu UU. UU
Ketenagakerjaan misalnya akan mempengaruhi kesejahteraan dan taraf hidup para
buruh.

Setelah cerdas secara profesi keilmuan dan cerdas sosial politik, maka sebagai
gerakan ekstraparlementer mahasiswa memiliki kewajiban moral untuk
mengimplementasikan pengetahuannya itu dalam bentuk pengabdian kepada
masyarakat. Atau dengan kata lain menyuarakan kepentingan kebenaran dan
rakyat.

Berbagai metode dapat dilakukan. Dari bentuk pendampingan, advokasi, public


hearing, audiensi dengan pemerintah dan legislatif, hingga demonstrasi (aksi).
Demonstrasi adalah cara paling efektif dalam menyuarakan kebenaran, khususnya
jika dilaksanakan pada rezim yang antidemokratis dan tiran.
Dalam makalah ini, akan dibahas sekelumit tentang manjamen demonstrasi atau
aksi, yang selanjutnya akan disebut dengan MoA (Management of Action).
Pengetahuan akan MoA ini menjadi penting agar niatan yang benar itu dapat
mencapai hasil optimal karena dilakukan dengan cara yang benar pula.

MANAJEMEN AKSI
Pengertian
Aksi (demontrasi) adalah suatu model pernyataan sikap, penyuaraan pendapat,
opini, atau tuntutan yang dilakukan dengan jumlah massa terntentu dan dengan
teknik tertentu agar mendapat perhatian dari pihak yang dituju tanpa
menggunakan mekanisme konvensional (birokrasi). Demonstrasi juga bertujuan
untuk menekan pembuat keputusan untuk melakukan sesuatu.

Latar Belakang dan Tujuan


Aksi umumnya dilatarbelakangi oleh matinya jalur penyampaian aspirasi atau
buntunya metode dialog.. Dalam trias politika, aspirasi rakyat diwakili oleh anggota
legislatif. Namun dalam kondisi pemerintahan yang korup, para legislator tak dapat
memainkan perannya, sehingga rakyat langsung mengambil ‘jalan pintas’ dalam
bentuk aksi.
Aksi juga dilakukan dalam rangka pembentukan opini atau mencari dukungan
publik. Dengan demikian isu yang digulirkan harapannya dapat menjadi snowball.
Dari isu mahasiswa menjadi isu masyarakat kebanyakan, seperti dalam kasus aksi
menuntut mundur Soeharto.

Landasan Hukum
Aksi adalah hak bahkan dalam situasi tertentu dapat menjadi kewajiban. Ia
dilindungi oleh UU positif. Selain Declaration of Human Right (freedom of speech),
hak aksi juga dilindungi oleh UUD 1945 pasal 28 beserta amandemennya. Secara
lebih spesifik, aksi ini kemudian diatur dengan adanya UU No. 9/1998 tentang
Mekanisme Penyampaian Pendapat di Muka Umum.
UU ini mengharuskan panitia aksi harus memberikan pemberitahuan kepada pihak
kepolisian setidaknya 3 hari menjelang hari H. Ketentuan lainnya adalah, didalam
surat pemberitahuan itu harus ada nama penanggung jawab aksi, waktu
pelaksanaan, rute yangh dilewati, isu yang dibawa, jumlah massa, dan bentuk aksi.
Selain itu ada juga larangan untuk melakukan aksi pada hari-hari tertntu dan
tempat-tempat tertentu.

Dalam pandangan aktivis, UU ini pada awal pengesahannya dicurigai sebagai alat
untuk mengibiri suara kritis mahasiswa dan rakyat. Dan pada perkembangannya, UU
inilah yang digunakan oleh rezim berkuasa via aparat kepolisian untuk mematikan
suara oposan, dengan banyak menyeret para aktivis ke penjara.
Kode Etik
Untuk menjaga konsistensi gerakan, beberapa elemen gerakan mahasiswa memiliki
kode etik aksi. Kode etik ini pula yang menjadi faktor pembeda aksi yang satu
dengan aksi yang lainnya.
Di KAMMI misalnya, kode etiknya adalah memulai dan menutup aksi dengan doa,
tidak membaurkan peserta aksi putra dengan putri, dan tidak mencemooh
seseorang dari cacat fisiknya. Faktor pembeda lainnya adalah lirik lagu-lagu
perjuangan dan kata-kata pekik teriakan.

MEKANISME LAHIRNYA KEPUTUSAN AKSI


Keputusan aksi sebaiknya didiskusikan secara matang analisis SWOT-nya. Organisasi
intra kampus mempunyai mekanisme yang berbeda namun hampir sama dengan
mahasiswa ekstra. Di ekstra jalur pengambilan keputusan lebih pendek sehingga
keputusan aksi dapat lebih cepat dieksekusi.

Secara garis besar mekanisme lahirnya keputusan aksi adalah sbb :

1. Diskusi awal (Tim/Dept. Khusus : bidang Sospol), dteruskan ke :


2. Diskusi Lanjutan (pelibatan kader, (unsur UKM), menghadirkan pakar, penerbitan
Pers Release), lalu
3. Pembentukan Tim Teknis Aksi
4. Aksi di lapangan

MERANCANG AKSI
Dalam merancang aksi, hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah : planning aksi,
perangkat aksi, pelaksanaan, dan kegiatan paska-aksi.

Planning Aksi
Dalam tahap perencanaan aksi, hal urgen yang perlu diperhatikan adalah :
- Tema / Grand Issue
Pilihlah tema atau isu yang sedang hangat menjadi bahan pembicaraan (up to date)
atau relevan atau sesuai dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan.
Kemudian fokuskan, agar informasi atau opini yang hendak dibangun tidak bias.

- Target
Susun target. Baik target teknis seperti pencapaian jumlah massa dan blow up
media, dan target esensi seperti isu tuntutan aksi. Begitu juga target siapa yang
pihak yang hendak dituju.

- Skenario
Seperti halnya film, aksi butuh skenario, yang menjadi acuan bergeraknya aksi.
Skenario ini mencakup rute, tokoh orator, happening art, dan acara lainnya.
Sebaiknya skenario disiapkan lebih dari satu. Jika ada sesuatu hal di lapangan tak
memungkinkan berjalannya sebuah skenario, dapat diganti dengan skenario lain
(plan B).

- Massa
Dalam aksi yang mengandalkan massa, strategi penggalangan massa menjadi
penting, demikian juga dengan cara mengendalikan massa jika massa berjumlah
besar.

- Pemberitahuan
Tergantung pada kebutuhan. Jika kita memutuskan untuk menulis pemberitahuan,
maka lakukan sesuai dengan UU No. 9/1998. Begitu juga dengan pemberitahuan
kepada media massa (release awal) agar kelak mereka dapat meliput kita.

- media interest
Aksi yang ‘menarik’ akan disukai oleh media. Karena itu perlu diperhatikan sebuah
momen yang khusus didesain untuk konsumsi jurnalis foto, selain press release
untuk jurnalis berita.

- Format
Format atau bentuk aksi adalah pilihan dari banyak bentuk aksi. Pilihannya ada
dua, format kekerasan atau nirkekerasan. Sebagai ‘penjaga gawang’ gerakan
moral, maka seyogyanya aksi mahasiswa bersifat nirkekerasan. Aksi nirkekerasan ini
sangat bervariatif sekali. Dimulai dari aksi diam (bisu), orasi, happening art, aksi
topeng, mmogok makan, hingga ke blokade, pengepungan, dan boikot.

Perangkat Aksi
Perangkat aksi adalah person-person yang terlibat dalam suksesnya sebuah aksi.
Mereka diantaranya adalah :
- Korlap
Koordinator Lapangan adalah pemegang komando ketika aksi sedang berjalan.
Peserta aksi harus mentaati setiap arahan dari korlap. Korlap memperoleh masukan
informasi dari perangkat lain yang akan digunakannya untuk mengambil
keputusankeputusan penting. Korlap juga yang bertugas menjaga stamina massa
agar tidak loyo dan tetap konsentrasi ke aksi. Korlap bukanlah amanah instant. Ia
diperoleh dari proses jangka panjang. Korlap adalah orang paling mengerti tentang
isu yang sedang diperjuangkan, sehingga wawasan pengetahuannya dapat
dikatakan lebih banyak dari yang lainnya. Korlap dapat juga berorasi.

- Orator
Terkadang diperlukan orator khusus selain korlap, khususnya pada aksi aliansi atau
aksi yang melibatkan tokoh. Para orator ini menyampaikan orasi berdasarkan isu
yang telah disepakati bersama. Bobot suatu orasi ditentukan oleh susunan kalimat,
data up to date, dan kualitas pernyataan sikap.

- Agitator
Agitator adalah pembangkit semangat massa dengan pekik teriakan disela-sela orasi
korlap dan orator. Ia juga membantu korlap untuk menjaga stamina massa dengan
memimpin lagu dan yel-yel.

- Negosiator
Terkadang diperlukan person yang khusus bertugas untuk melakukan negosiasi.
Negosiasi ini dilakukan kepada aparat polisi atau pihak-pihak yang ingin dituju jika
aksi di-setting audiensi.

- Humas
Tim Humas adalah salah satu elemen penting aksi. Tim humas bertanggung jawab
dalam menjembatani aksi kepada para jurnalis. Mereka membuat pers release.
Bobot Pers Release itu dibuat berdasarkan nilai-nilai jurnalistik. Disebut sukses jika
media tidak bias memuat tuntutan atau opini yang hendak digulirkan oleh aksi.

- security/border
Tim ini bertugas menjaga keamanan peserta aksi. Mereka juga wajib untuk
mengidentifikasi para penyusup atau aparat yang hendak memprovokasi agar aksi
berakhir chaos. Tim ini memiliki bahasa tersendiri yang hanya diketahui oleh
sedikit orang dari peserta aksi.

- Dokumenter

Tim ini memback-up tim humas. Tetapi inti tugasnya adalah mendokumentasi aksi
dari awal hingga akhir serta membuat kronologis aksi. Dokumentasi ini dengan
kamera, handycam ataupun notes. Data ini akan digunakan sebagai bukti otentik
jika aksi mengalami kekerasan dari aparat atau massa lain.

- medik
Tugas ini memang spesifik bagi mereka yang menguasai ilmu medis. Umumnya
adalah mahasiswa kedokteran atau mereka yang pernah terlibat dalam aktivitas
kepalangmerahan atau bulan sabit merah. Tim ini memberikan pertolongan
pertama kepada peserta aski yang mengalami cidera.

- Logistik
Dalam aksi yang disetting lama dan melelahkan. Tim logistik bertugas untuk
menyediakan sarana untuk membugarkan peserta aksi seperti air minum, snack dan
sound system. Terkadang, mereka juga membuat dan mendesain kertas tuntutan
atau karikatur.

- tim kreatif
Tim ini memiliki kewenangan untuk mendesain sebuah atraksi seni atau instalasi
sesuai amanat hasil musyawarah.

Pelaksanaan dan Pasca Aksi


Saat massa telah terkumpul di tempat yang telah ditentukan, maka korlap
sebaiknya tidak langsung memberangkatkan peserta aksi sebelum ada taujih
(nasehat) dan doa. Selain itu perlu juga adanya pemanasan (warming up) dengan
cara melatih yel-yel atau orasi untuk pencerdasan peserta aksi. Warming-up ini
bertujuan untuk mensolidasi peserta aksi. Setelah kompak, solid, dan cerdas
barulah aksi dimulai.

Saat aksi, peserta wajib menghormati komnado korlap dan turut menjaga
keamanan aksi hingga aksi usai. Jika aksi disetting serius atau aksi bisu maka
peserta harus menjauhkan dari kegiatan senda gurau dan ketidakseriusan.

Seusai aksi, maka peserta menutupnya dengan doa. Evaluasi juga dilakukan untuk
meningkatkan kualitas aksi berikutnya. Tim humas juga memonitoring media untuk
memantau keberhasilan blow-up media dan tingkat ke-bias-an tuntutan.

TIPS DAN TRIKS


- Angle foto
Foto dapat berbicara lebih banyak dari kata-kata. Maka desain aksi yang
menyediakan angle foto yang baik akan membuat aksi lebih mudah ter-blow up.
Misalnya: aksi LSM Pro Fauna yang membuat balon kura-kura raksasa dalam
menentang eksploitasi kura-kura sebagai komoditas.

- kalimat poster
Kalimat poster biasanya juga menjadi incaran fotografer. Pilihlah kalimat yang
cerdas namun tetap mencerminkan akhlak seorang mahasiswa. Unik dan kreatif
adalah kuncinya. Misal : IMF = International Monster Fund.

- Uniform
Keseragaman pakaian peserta aksi juga dapat menarik perhatian. Pakaian
putihputih, hitam-hitam atau mengenakan pakaian seperti orang utan untuk aksi
mendukung keberlangsungan orang utan.

- Propaganda
Propaganda dibuat untuk mencerdaskan masyarakat di sekitar aksi agar mereka
mendukung aksi. Jika aksi dipusat keramaian, maka selebaran propaganda dapat
menjadi bacaan yang mengusik perhatian.

- pers release
Selain data 5W+1H, pers release juga disusun dengan kalimat baik dan sudah sesuai
dengan bahasa koran, sehingga redaktur tidak banyak mengedit. Adanya tambahan
data dan angka dapat menambah bobot release.

- yel/lagu
Ciptakanlah yel-yel yang khas dan mudah diingat. Lagu bisa diperoleh dengan
mengubah lirik dari lagu yang populis. Yel dan Lagu akan memelihara stamina
massa.

- Symbolized
Simbolisasi perlu dilakukan untuk mencuri perhatian media jika massa aksi tidak
terlalu banyak. Misalnya : aksi membawa tikus ke kantor DPRD untuk menyindir
anggota dewan yang tak ubahnya seperti tikus-tikus pengerat.

- aliansi taktis
Untuk memperkuat posisi tawar, aliansi kadang diperlukan. Aliansi didasarkan pada
pertimbangan kesamaan ideologi, atau kesamaan isu , atau kesamaan metode. Jika
aliansi ini adalah dari universitas, maka bendera masing-masing universitas wajib
untuk ditonjolkan.

- menghadapi wartawan
Jika jurnalis TV mewawancarai peserta aksi, sebaiknya peserta tersebut
mengarahkannya kepada tim humas atau korlapnya agar jurnalis itu dpat
mewawancarai person yang lebih valid dalam memberikan keterangan. Ketika di
wawancara, demonstran yang efektif merancang pesannya supaya bisa disampaikan
secara utuh dalam tempo 10 hingga 15 detik. Setelah pesan disampaikan secara
singkat, padat, dan utuh - baru kemudian dilakukan elaborasi. Ini menjaga agar
pesan utama secara utuh tetap bisa tersiar walaupun mungkin elaborasinya
terpotong. Hal ini disebabkan karena spot berita TV sangat singkat, berbeda
dengan media cetak yang dapat memuat banyak.

Berhadapan dengan wartawan, jauhilah sikap arogan, tampakkanlah sikap ramah


dan bersahabat. Sikap arogan membuat wartawan menjaga jarak, bahkan pada titik
puncaknya wadah asosiasi mereka akan memboikot setiap kegiatan aksi kita.

Beberapa pertanyaan dari wartawan yang bisa diantisipasi oleh setiap peserta aksi
adalah:
- Mengapa anda berada disini?
- Apa yang ingin anda capai?
- Apakah demonstrasi ini sungguh-sungguh merupakan solusi?
- Apa yang bisa dilakukan oleh khalayak untuk masalah yang anda perjuangkan?

So, Selamat Berjuang !


Sampai Jumpa di jalanan !
(Disampaikan pada sebuah Daurah Marhalah KAMMI, Maret 2004. Salam rindu
untuk akhi Darma Wijaya yang sekarang di Jakarta, kapan kita aksi
bersama lagi ?)

Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di

dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan


kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang
terlibat di dalamnya.

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi


cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah
bangsa.

[sunting] Sejarah

Gerakan mahasiswa yang tertua yang tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa
Indonesia adalah Perhimpoenan Indonesia di Belanda, yang didirikan pada 1922
oleh Mohammad Hatta, yang saat itu sedang belajar di Nederland
Handelshogeschool di Rotterdam.

Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam
perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah
Angkatan '66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional,
sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan.
Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar
kekuasaan Orde Baru, di antaranya Akbar Tanjung, Cosmas Batubara Sofyan
Wanandi, Yusuf Wanandi, dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya
laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk
mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis
Indonesia). Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat hadiah
yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabibet
pemerintahan Orde Baru.

[sunting] Masa Orde Baru


Dalam perkembangannya di kemudian hari, Orde Baru juga banyak mendapatkan
koreksi dari gerakan mahasiswa seperti dalam gerakan-gerakan berikut:

• Gerakan anti korupsi yang diikuti oleh pembentukan Komite Anti Korupsi,
yang diketuai oleh Wilopo (1970).

• Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama di masa Orde Baru


pada 1972 karena Golkar dinilai curang.

• Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972


yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.

• Gerakan mahasiswa Indonesia 1974 . Gerakan memprotes PM Jepang Kakuei


Tanaka yang datang ke Indonesia pada 1974. Gerakan ini kemudian
berkembang menjadi peristiwa Malari pada 15 Januari 1974, yang
mengakibatkan dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden.
• Gerakan mahasiswa Indonesia 1978 . Gerakan yang mengkritik strategi
pembangunan dan kepemimpinan nasional pada 1977-1978 yang
mengakibatkan untuk pertama kalinya kampus-kampus perguruan tinggi
Indonesia diserbu dan diduduki oleh militer. Hal ini kemudian diikuti oleh
dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di
seluruh Indonesia.

• Pasca diberlakukannya NKK/BKK, jalur perjuangan lain ditempuh oleh para


aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap
represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi
kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (himpunan mahasiswa islam),
PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia), PMKRI (Pergerakan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) atau yang lebih
dikenal dengan kelompok Cipayung. Mereka juga membentuk
kelompokkelompok diskusi dan pers mahasiswa.

• Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan


akademik dan kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987 -
1990 sehingga akhirnya demonstrasi bisa dilakukan mahasiswa di dalam
kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luar kampus termasuk
menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.

• Gerakan mahasiswa Indonesia 1998 . Gerakan yang menuntut reformasi dan


dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998, yang
akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai
tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah
untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Gejayan, Tragedi
Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung. Gerakan ini terus
berlanjut hingga pemilu 1999.

Gerakan mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa tahun


sembilan puluhan yang ditandai dengan tumbangnya Orde Baru dengan ditandai
lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998.

Gerakan ini diawali dengan terjadinya krisis moneter di pertengahan tahun 1997.
Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang.
Tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat
gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat simpati
dan dukungan dari rakyat.

Gedung wakil rakyat, yaitu Gedung DPR/MPR dan gedung-gedung DPRD di daerah,
menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia. Seluruh elemen
mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan untuk
menurunkan Soeharto. Organ mahasiswa yang mencuat pada saat itu antara lain
adalah FKSMJ,Forum Kota, HMI MPO, KAMMI karena mempelopori pendudukan
gedung DPR/MPR.

Perjuangan mahasiswa menuntut lengsernya sang Presiden tercapai, tapi


perjuangan ini harus melalui tragedi Trisakti dan tragedi semanggi dengan gugurnya
beberapa mahasiswa akibat bentrokan dengan aparat militer bersenjata.

Daftar Organ Gerakan Mahasiswa 1998 di Jakarta


Jakarta

• LMND - Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi [1]

• FKSMJ - Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta

• Forkot / Forum Kota - Forum Komunitas Mahasiswa se-Jabotabek [2]

• Famred - Front Aksi Mahasiswa Untuk Reformasi dan Demokrasi

• Front Nasiona l [3]

• Front Jakarta

• KamTr i - Kesatuan Aksi Mahasiswa Trisakti

• KAMM I - Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

• HMI MPO - Himpunan Mahasiswa Islam -Majelis Penyelamat Organisasi

• KB U I - Keluarga Besar Mahasiswa UI

• FAM U I - Front Aksi Mahasiswa UI

• Komrad - Komite Mahasiswa dan Rakyat untuk Demokrasi

• Gempur - Gerakan Mahasiswa untuk Perubahan

• Forum Bersama / Forbes

• Jaringan Kota / Jarkot [4]

• LS-ADI Jakarta - Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia

• HMR - Himpunan Mahasiswa Revolusioner

Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK)


adalah kebijakan pemerintah untuk mengubah format organisasi kemahsiswaan
dengan melarang Mahasiswa terjun ke dalam politik praktis, yaitu dengan SK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0457/0/1990 tentang Pola Pembinaan dan
Pengembangan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, dimana Organisasi
Kemahasiswaan pada tingkat Perguruan Tinggi bernama SMPT (senat mahasiswa
perguruan tinggi).

NKK/BKK menjadi dua akronim yag menjadi momok bagi aktivis Gerakan Mahasiswa
tahun 1980-an. Istilah tersebut mengacu pada kebijakan keras rezim Presiden
Soeharto pada tahun 1978 melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed
Joesoef untuk membungkam aksi kritis mahasiswa terhadap jalannya pembangunan
dan kebijaksanaan pemerintah saat itu.

[sunting] Latar belakang

Simbol institusi perlawanan mahasiswa saat itu adalah Dewan Mahasiswa, organisasi
intra kampus yang berkembang di semua kampus. Karena Dewan Mahasiswa
menjadi pelopor gerakan mahasiswa dalam menolak pencalonan Soeharto pasca
pemilu 1977, kampus dianggap tidak normal saat itu dan dirasa perlu untuk
dinormalkan. Lahirlah kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) sekaligus
pembubaran dan pelarangan organisasi intra universitas di tingkat perguruan tinggi
yaitu Dewan Mahasiswa.

Dan sejak 1978 itulah, ketika NKK/BKK diterapkan di kampus, aktivitas


kemahasiswaan kembali terkonsentrasi di kantung-kantung Himpunan Jurusan dan
Fakultas. Mahasiswa dipecah-pecah dalam disiplin ilmu nya masing-masing. Ikatan
mahasiswa antar kampus yang diperbolehkan juga yang berorientasi pada disiplin
ilmunya, misalnya ada Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI), Ikatan
Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) dan sebagainya.

[sunting] Penolakan Pembentukan BKK


Perjalanan upaya realisasi organisasi kemahasiswaan terpusat dalam
kemahasiswaan di kampus-kampus Indonesia berjalan sangat beragam. Pemerintah
memang mengganti keberadaan Dewan Mahasiswa (Universitas) dengan Badan
Koordinasi Kemahasiswaan (BKK). Menurut peraturan menteri, Ketua BKK adalah
dosen yaitu Pembantu Rektor III. Bayangkan absurd-nya dan aneh-nya peraturan
itu. Sebuah Lembaga Kemahasiswaan, tetapi Ketua nya Dosen.

Di ITB, kampus yang paling keras menolak kebijaksanaan tersebut, BKK nyaris tak
pernah jelas eksistensinya. Para dosen juga tampaknya enggan bermusuhan dengan
para yunior-nya, mahasiswa yang jelas menentang habis keberadaan BKK. Di UGM,
de facto BKK memang ada namun juga tidak berjalan. Tidak ada Senat Mahasiswa
di tingkat Fakultas yang peduli dengan lembaga tersebut. Yang ajaib di UII
Yogyakarta. Di Kampus Perguruan Tinggi Islam tertua di Indonesia itu, Dewan
Mahasiswa memang dibubarkan. Tetapi reinkarnasi menjadi BKK. Hanya saja Ketua
BKK adalah mahasiswa juga, jadi masih dalam format Dewan Mahasiswa juga.

Di Salatiga, Kampus Universitas Kristen Satya Wacana juga melakukan kreasi


serupa. Keberadaan BKK diakui namun pengurusnya berasal dari mahasiswa sendiri.
Sedangkan di ibukota negara, Universitas Indonesia memang memiliki BKK tetapi
fungsi sehari-hari dijalankan oleh Forum para Ketua Senat Mahasiswa Fakultas, dan
dinamakan Forkom UI.

Beberapa anggota DPR sempat mengusulkan pengajuan hak interpelasi oleh Syafi'i
Sulaiman dan kawan-kawan tentang NKK/BKK, pada tahun 1979. Pengusul adalah
anggota Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP) dari Nahdlatul Ulama (NU),
sedangkan para 24 pengusul lainnya terdiri dari anggota F-PP dan Fraksi Partai
Demokrasi Indonesia (F-PDI). Inilah satu-satunya usul interpelasi dalam era Orde
Baru sejak pemilu 1977. [1].

Anda mungkin juga menyukai