Anda di halaman 1dari 4

Humbungan PMII dan Kampus1

Oleh: Waki Ats Tsaqofi

Universitas adalah tempat untuk memahirkan diri kita, bukan saja di lapangan technical and
managerial know how, tetapi juga di lapangan mental, di lapangan cita-cita, di lapangan
ideologi, di lapangan pikiran. Jangan sekali-kali universitas menjadi tempat perpecahan.
(Soekarno, Kuliah umum di Universitas Pajajaran, Bandung, 1958).

Pendahuluan
Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun
di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan
kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Dalam sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional,
seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah wadah organisasi yang berbasis
kampus. ini penting untuk dijadikan bahan diskursus dalam sebuah proses kaderisasi. Karena
bagaimana kita mengetahui, mengisi bahkan menguasi kampusnya jika tidak tahu dan mampu
mempetakan potensi-potensi strategis kampus kita masing-masing. Tentu banyak lagi sesuatu
yang harus kita hadapi di waktu kita melakukan proses kaderiasasi PMII, dari itu kita perlu
mempunyai strategi dalam melakukan proses pengorganisasian kampus minimal dalam hal ini
kita dapat melakukan beberapa hal penting;
Pertama, Mampu mempetakan pos-pos strategis di dalam kampus, misalnya analisis
steakhoders (siapa dan kelempok mana saja yang mempunyai kekuatan dan pengaruh di dalam
kampus). Kedua, melakukan proses life in di dalam kampus, misalnya proses diskusi, kelompok
sosial yang potensial, membangun persekawanan atau hubungan emosional yang kuat. Ketiga,
mampu menemukan kelemahan dan kekuatan kita di hadapan organisasi ekstra kampus lain,
seperti HMI, GMNI, KAMMI dan lain-lain. Keempat, mampu mengendalikan proses-proses
dinamika intra kampus; Senat Mahasiswa (SEMA) Dewan Mahasiswa (DEMA), Lembaga Pers
mahasiswa (LPM), Unit Kegiatan Mahsiswa (UKM) dan lain-lain. Kelima, mampu malakukan
pola komunikasi strategis dengan pimpinan dengan tidak menghilangkan identitas
independensinya. Keenam, mampu melakukan prsoses dukungan sosial dari kekuatan alumni.

Dipresentasikan pada acara Mapaba Luar biasa, Sabtu, 21 Nopember 2015

Mahasiswa dan Organisasi


Seakan dua kata tersebut tidak dapat dipisahkan, karena dengan organisasi inilah mahasiswa
dapat mengembangkan diri dalam wawasan, dan potesi yang dimilkinya.Tapi hal itu tidak
disadari oleh setiap mahasiswa, sebagian lain justru dalam golongan yang lebih besarorganisasi dijadikan momok atau penghambat dalam akademiknya. Kebanyakan mereka
berpendapat bahwa dengan ikut berorganisasi akan menjadikan nilai anjlok, prestasi buruk, juga
menyita banyak waktu, biaya dan tenaga. Tetapi sedikit sekali yang berfikir tentang dampak
positif yang nantinya menjadi bekal kelak kembali ke masyarakat.
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang terdiri dari sebelas
fakultas dan lima puluh jurusan, dengan ciri dan karakter yang berebeda. Di kampus ini
organisasai bisa dibedakan menjadi dua, yaitu organisasi intra kampus dan organisasi ekstra
kampus. Organisasi intra kampus adalah organisasi yang secara administrative dan struktural
berhubungan dengan kampus, sedangkan organisasi ekstra kampus adalah organisasi
independen yang baik struktur dan administrasinya lepas dari manapun serta mempunyai
aturanaturan secara mandiri, dan lepas dari pengawasan manapun. Sehingga organ ini lebih
berani menyuarakan aspirasi secara lantang.
Organisasi intra kampus di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai
berikut, Senat Mahasiswa Universitas (SEMA-U) Dewan Mahasiswa Universitas (DEMA-U),
Unit Kegiatan Mahsiswa (UKM), Senat Mahasiswa Fakultas (SEMA-F), Dewan Mahasiswa
(DEMA-F), dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Sedangkan organisasi ekstra kampus di
antaranya adalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KMMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Pemuda
Patriotik Indonesia (GPPI), dan lainnya.
Tipologi Mahasiswa
Dalam dunia kampus pasti tidak akan pernah lepas dari kata mahasiswa. Mahasiswa merupakan
komponen utama, karena disitulah para mahasiswa itu berproses mengembangkan dirinya.
Selain itu, mahasiswa merupakan unsur terbanyak diluar civitas akademika yang ada.
Mahasiswa yang banyak itu, pastinya juga membawa karakter dan budaya yang berbeda-beda
karena datang dari berbagai penjuru daerah.
Sebagai anggota PMII yang juga merupakan mahasiswa perlu memahami tipe-tipe dari
mahasiswa, sehingga mampu menempatkan dirinya dalam tipe yang seperti apa. Dalam

pengklasifikasian ini sifatnya tidak bisa dibilang paten, karena setiap diri kita bisa membuat
tipologi sesuai dengan yang kita lihat dan rasakan. Yang paling penting dari pengklasifikasian
mahasiswa ini adalah, kita mampu memetakan jenis-jenis mahasiswa sehingga mampu
bermain dalam lingkungan tersebut.
a.

Akademis

Mahasiswa seperti ini biasanya adalah mahasiswa yang menonjol dalam bidang nilai akademik.
Waktunya kebanyakan digunakan untut menuntut ilmu. Dan yang parah dari mahasiswa ini
adalah, ketika mereka hanya berorientasi nilai saja.
b.

Aktivis

Mahasiswa ini adalah mahasiswa yang bergabung dalam organisasi tertentu, baik ekstra maupun
intra. Sekarang, banyak anggapan negative bagi mahasiswa aktivis ini. Mulai dari sering bolos,
sampai dengan sering membantah dosen. Sayangnya pendapat ini memang digunakan oleh
orang-orang yang kurang suka pada aktivis dan ingin menjatuhkannya.
c.

Hedonis (Mahasiswa Hura-hura)

Yaitu mahasiswa yang hidup dengan mengikuti perkembangan zaman, up to date, gaul dan
populer, namun usaha mengikuti perkembangan zaman tidak dibarenge dengan kesadaran
bahwa perkembangan zaman bersifat absurd yakni menawarkan kesenangan tanpa manfaat.
Bersinggungan dengan label hedoni ini, kita mengenal istilah borjuis, yaitu golongan kaya
dengan kehidupan mewah yang membangun tembok besar dengan orang-orang proletar dan anti
borjuasi, golongan ini biasanya bersikap apatis terhadap realitas sosial-politik.
PMII dan Kampus
PMII sebagai organisasi yang berbasis kampus, agaknya tidak berlebihan jika dinamika
kehidupan sosial dan politik kampus menjadi garapan secara dialogis-konstrukstif dalam proses
perumusan kebijakan (decision making) kampus dalam mengatasi problem dalam konteks
akademik atau non-akademik. Pula dengan organisasi ekstra kampus semacam PMII
independensi organisasi sangat menguntungkan bagi profesionalisme organisasi, sebab tidak
mempunyai kepentingan politik (conflict of interest) yang berafiliasi terhadap penguasa kampus
(Senat Universitas), kecuali kepentingan keadilan dan kebenaran menjadi gerakan yang
dominan untuk diperjuangkan.
Kekuatan, informasi dan startegi menjadi harga mati yang harus dimiliki bagi organisasi
ekstra (PMII), jika ingin mengelola sebuah kampus dan dianggap organisasi ektstra yang lebih
mudah tingkat keterterimaannya (akseptabilitas) dimata para mahasiswa dan organisasi lainnya.

Pergerakan Mahassiswa Islam Indonesia (PMII) juga harus mampu memposisikan diri secara
proporsional baik personal atau institusionalnya, agar pola komunikasi organisasi ekstra dengan
kampus tetap kritis, rasionalis dan objektif dalam menjaga keprofesionalan organisasi.
Pemaknaan kritis, rasionalis dan objektif perspektif politik adalah bagaimana organisasi
ektra kampus tidak terjerembab dalam kubangan kepentingan politik sesaat, yang dalam
sejarahnya justru akan mengakibatkan PMII kehilangan jati dirinya sebagai organisasi yang
berjalan dalam real politik yang sebenarnya. PMII harus mampu menganalisis secara
konfrehensif dinamika politik kampus, tidak cukup hanya menjadi penonton atau lebih parah
lagi berubah menjadi sikap apatis.
Pembangkangan sipil, sebagai aksi intelektual dalam mempengaruhi sebuah kebijakan sah
untuk dilakukan selama proses dialektika tidak memberikan ruang bagi keadilan (justice) untuk
bermain di dalamnya. Tetapi selama proses dialogis masih cukup relevan, maka yang demikian
itu menjadi tidak relevan lagi disematkan pada organisasi sekelas PMII.
Politik kampus adalah sebuah dinamika politik yang terjadi di dalam kampus. Selain itu
politik kampus tidak hanya berbicara masalah perebutan kekuasaan di kalangan mahasiswa saja
semisal dalam perebutan kursi tertinggi organisasi intra, SEMA-U, DEMA-U, UKM, SEMA-F,
DEMA-F,HMJ, dan organisasi-organisasi yang ada di dalam kampus. Namun politik kampus
juga terjadi di gedung Akademik atau biasa kita sebut Rektorat, banyak konsolidasi-konsolidasi
politik antar pejabat kampus yang bermain politik dengan lawan politik mereka di dalam gedung
Rektorat demi perebutan kursi panas dari Rektor sampai Sekertaris Jurusan (Sekjur).
Berpolitik di kampus adalah sebuah pembelajaran yang sangat penting untuk kawankawan mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa masih tidak dewasa dalam menghadapi situasi
politik di kampus. Karena itu dalam berpolitik di kampus ada beberapa hal yang harus kita
pahami. Pertama kita harus paham latihannya, yang dimaksud di sini adalah manajemen konflik
yang menjadikan adanya sebuah konflik antar sesama agar nuansa pertarungan semakin hidup.
Kedua yang harus kita pahami bahwa politik kampus adalah politik kebangsaan bukan
berkebangsatan, maksudnya yakni politik di dalam kampus adalah politik yang bernuansa
nasionalis bukan ekstrimis dan radikal. Dan Ketiga, Politik kampus adalah harus bernuansa
politik senyum bukan politik praktis yang menghalalkan segala cara.

Anda mungkin juga menyukai