Kemudian sejak Nopember 1998 sampai Juli 1999 praktis gerakan mahasiswa mati.
Bahkan momentum pemilu dilewatkan dengan manis oleh gerakan mahasiswa. Memasuki
akhir Juli, tepatnya ketika peringatan 27 Juli gerakan mahasiswa mulai bangkit kembali. Di
kota-kota seperti Jakarta, Surabaya, Solo, Yogyakarta, Bandung, Makassar, Tasik,
Purwokerto melakukan aksi, dan di beberapa daerah bisa membangun front yang luas. Aksii
besar kembali muncul ketika peringatan 17 Agustus, aksi-aksi kembali terjadi diberbagai
kota. Namun relatif hanya gerakan mahasiswa di Jakarta yang mampu mempertahankan
resistensinya dengan penolakannya terhadap RUU-PKB sampai SU MPR. Kota-kota lain tidak
menunjukan resistensi yang kuat dengan dukungan mobilisasi yang kuat pula. Pasang surut
gerakan mahasiswa, yang termanifestasi dalam aksi-aksinya, terlihat sekali bahwa hampir
setiap organisasi perlawanan mahasiswa di berbagai kota, selama ini sangat bergantung
pada momentum politik yang ada. Setiap ada momentum biasanya gerakan akan
membesar, namun ketika tidak ada momentum maka gerakan akan kembali mengecil.
Momentum memang sangat membantu dalam memobilisir perlawanan mahasiswa. Namun
ketergantungan terhadap momentum yang ada hanya akan membuat gerakan menjadi
statis dan mandeg.
Hal ini tentu akan menghambat tercapainya perjuangan dalam gerakan mahasiswa.
Kemandegan ini disebabkan adalah kesalahan cara pandang gerakan dalam menempatkan
prioritas kerja organisasi. Roda gerak sebuah organisasi haruslah meletakkan prioritas
utamanya pada pembangunan basis. Seluruh aktifitas, baik aktifitas sekretariat dan aktifitas
panggung lainnya (diskusi besar/kecil dan bahkan aksi-aksi massa yang dilakukan) harus juga
dimaknai sebagai pembangunan basis. Apabila pembangunan basis tidak dilakukan maka
organisasi mudah sekali menjadi elitis, jauh dari massa, akibatnya adalah kesulitan
mobilisasi dan jelas dampak paling buruk akan mudah mengalami kemandekan.
Pembangunan basis adalah perwujudan konkret dari kepemimpinan dalam suatu wilayah
kampus. Keberhasilan pembangunan basis diukur dari ke berhasilan struktur mobilisasi kita
yang konkret. Yang tidak bergantung pada momentum politik saja. Akan tetapi bisa
melakukan mobilisasi kapan saja dengan kesadaran penuh dari anggota-anggotanya. Suatu
wilayah basis akan berdiri pada saat kehadiran kita di suatu kampus memegang peranan
yang menentukan dalam menetapkan arah dan tujuan kedepan. Konkretnya bahwa
organisasi-organisasi atau aliansi-aliansi berupa komite, Himpunan, solidaritas ataupun
kelompok studi yang didirikan maupun organisasi-organisasi formal kampus seperti Senat,
BEM, Maperwa, Pers Mahasiswa, UKM ada di bawah kepemimpinan langsung kita.
Kepemimpinan langsung dijamin melalui kelompok inti kita yang memegang dan memiliki
posisi berpengaruh dalam tubuh organisasi-organisasi yang ada. Dengan penguasaan
tersebut, maka akan memudahkan struktur mobilisasi massa.
Sebelum melakukan investigasi sosial terhadap satu kampus, kita harus terlebih dulu
menentukan prioritas kampus dalam satu wilayah berdasarkan geo-politiknya untuk
diorganisir. Dalam jumlah tenaga organiser yang masih sedikit tentu tidak semua kampus
akan kita garap, terutama pada kota-kota yang memiliki banyak universitas. Prioritas
kampus dipilih berdasarkan kampus-kampus yang bergolak, dan maju tidaknya
(radikal/moderat) program tuntutannya. Setelah menentukan prioritas kampus maka
langkah kita selanjutnya untuk membangun basis dalam satu kampus.
Pembangunan Wadah
a. Dimulai dengan Kelompok Diskusi (KD) yang merupakan wadah bagi mahasiswa untuk
secara rutin dan sistematis mengenal dan mempelajari teori-teori maju, situasi nasional,
problematika masyarakat, organisasi dan banyak lagi. Organisasi juga akan mampu
melihat dan memilih mahasiswa yang maju, kemudian melakukan rekruitmen anggota.
Dalam situasi sekarang, yang memungkinkan propaganda teori maju dilakukan lebih
leluasa, sekaligus masih kuatnya kesadaran perlawanan (sisa beruntunnya momentum
lalu), akan mempermudah pembentukkan sebuah KD. Semua kampus menjadi target
terbentuknya KD, hingga ke fakultas dst. Tidak lagi ada penghalang bagi terbentuknya KD
dan aktifitas diskusi apapun. Kepemimpinan kita atas KD-KD itulah yang menjamin
bahwa semuanya tidak akan sekedar menjadi kelompok elitis dan sekedar tukang bicara.
Akan tetapi terdapat pembagian kerja yang konkret untuk aktivitas KD. Sehingga
sekaranglah saatnya setiap organisasi mahasiswa menerjunkan organiserrnya demi
mendirikan KD. Pengorganisiran dengan membentuk KD, dengan prespektif penguasaan
kampus ini bisa dibagi dalam dua (2) macam KD, yaitu KD Universitas dan KD Fakultas.
Keduanya jangan dipahami hanya sebatas pembedaan teritori.
- Mobilisasi mahasiswa satu kampus untuk terlibat diskusi. Sehingga setiap diskusinya
harus dioranisir dengan pengumuman dan undangan semaksimal seluruh mahasiswa
tahu dan tertarik. - Menjadi alat guna membuka kontak di fakultas yang belum ada
kelompok diskusi fakultas (KDF)
- Bukan sebagai embrio organisasi tingkat kampus, tapi lebih sebagai jalan bagi pelibatan
sebanyak mungkin mahasiswa untuk berkumpul dan berdiskusi. Terutama mahasiswa
yang belum terwadahi dalam KDF.
- Menjadi alat bagi kawan yang ditempatkan di KDU untuk mencari mahasiswa maju demi
rekruitmen organisasi. Dan bersama organiser kita, kawan maju baru ini akan terlibat
dalam mendirikan KDF.
- Berperan penting untuk menjaga aktifitas ditingkat universitas. Terutama ketika KDF
belum terbentuk atau belum kuat (sebagai wadah mahasiswa fakultas)
- Mematangkan mahasiswa fakultas yang telah berhasil termobilisasi dalam KDU dengan
diskusi dan aktifitas politik lainnya.
- Mengkoordinasi secara serius kawan baru yang maju untuk kemudian diprespektifkan
sebagai pengurus Menjadi embrio bagi komisariat fakultas organ universitas kita
- kom-fak. Dengan membentuk kelompok kawan maju, dan kemudian secara bersama
merencanakan pendinamisan diskusi dan politisasi mahasiswa fakultas yang belum
maju. Secara kontinyu demikianlah KDF berjalan.
- Mensetting penguasaan fakultas dari mulai struktur lembaga mahasiswa yang ada
sekarang (senat, eksekutif, persma) hingga memenangkan propaganda di fakultas
(mis.:selebaran tempal yang rutin). Sehingga pada keseluruhan mahasiswa harus diambil
kepemimpinan (jurusan, angkatan, kelompok olah raga/seni/agama).
Berikut ini merupakan langkah-langkah yang perlu dalam melancarkan kampanye massa dan
perjuangan massa :
1. Investigasi dan analisa yang menyeluruh atas isu-isu dan tuntutan-tuntutan, satukan
massa mahasiswa pada analisis ini, dan tetapkan bentuk perjuangan yang tepat. Tahap
atau langkah ini mencakup penetapan target minimum dan maximum dalam realisasi
tuntutan-tuntutan dan dalam mempopulerkan isu-isu tersebut. Tentu saja merupakan
keharusan untuk mengkaitkan atau menempatkannya dalam analisa umum demokrasi
sejati. Yang penting harus diperhitungkan juga adalah penentuan kekuatan kita
berhadapan dengan kekuatan musuh.
2. Tetapkan rencana-rencana aksi, anggaran dan jadwal. Langkah ini sangat penting dan
menentukan dalam menjabarkan rencana aksi secara pasti, dalam arti bentuk dan
tingkat mobilisasi dan propaganda, penentuan perlengkapan-perlengkapan yang
diperlukan, tetapkan dan jalankan jadwal kerja (mulai mendirikan panggung sampai
puncak kampanye atau perjuangan hingga penutupan atau perhentiannya) begitu juga
harus ditentukan tempat, pembagian tugas, cara keterlibatan mahasiswa secara umum
dan perorangan tertentu secara khusus.
3. Adakan penilaian terhadap kampanye massa dan perjuangan massa untuk menarik
pelajaran dari sana guna aksi di lain hari. Penilaian sangat menentukan untuk membuat
rencana ke depan. Secara khusus sangat penting mencatat faktor-faktor yang
menyumbang keberhasilan aktivitas-aktivitas politik yang digunakan dalam kampanye
atau perjuangan tersebut. Kesalahan dan kekeliruan harus pula di catat. Penilaian juga
memasukan orang-orang potensial untuk direkrut ke dalam organisasi kita.
2. Ketahui bilamana mundur dalam posisi menang! Pada saat aksi massa berlangsung keras
dan kasar, karena harus berhadapan dengan bayonet, pentungan, gas air mata dan juga
peluru maka kita perlu mengambil langkah mundur kalau memang kekuatan kita tidak
memungkinkan. Dengan segala cara dan perhitungan yang mungkin, ketimbang tuntutan
kita lepas dan hancur tota1 atau para mahasiswa menjadi kapok dan demoralisasi dan
organisasi menjadi keropos total.Dalam kasus ini, maka prinsip yang harus diingat dan
digunakan adalah mundur satu langkah dan maju dua langkah ke depan. Akan tetapi hal
yang penting dan menentukan adalah mengetahui kapan dan bilamana prinsip ini harus
diterapkan suatu penilaian yang obyektif atas situasi diperlukan apakah kita dapat terus
berjalan ataukah kita betul-betul menghadapi jalan buntu.
3. Adakan penilaian sehari-hari terhadap seluruh jalannya perjuangan massa! Supaya kita
selalu berada pada puncak situasi dan kita bisa menentukan setiap langkah kita, maka
kita melakukan asessmen sehari-hari atas seluruh jalannya perjuangan massa.
Sekali kita bekerja memperluas sel dan cabang organisasi kita menjadi sel dan
cabang yang lebih besar, maka harus juga disolidkan semua anggota dan kekuatan
persatuan organisasional dan politis kita. karena itu, hanya melalui kerja saling menguatkan
antara ekspansi dan konsolidasi kita dapat mewujudkan langkah maju dan menentukan
untuk perjuangan demokrasi sejati. Bagaimana, kita mengerjakan ini? Kita mengerjakan hal
ini dengan setahap demi setahap memperkenalkan dan memimpin anggota-anggota kita
pada keyakinan mengikuti dan mematuhi praktek kepemimpinan bersama. Kita
mempraktekkan kepemimpinan bersama, pertama sekali dan paling penting, dengan
menjalankan perencanaan bersama atas kerja pendidikan, politik dan organisasional
kelompok. Konsolidasi di sini dilakukan dalam konteks teori dan praktek revolusioner.
Dengan kerja pendidikan, kita mengidentifikasi bahan-bahan yang menurut anggota harus
dipelajari untuk mengasah pemahaman mereka terhadap isu-isu yang sedang dihadapi,
menempa pengetahuan teoritis mereka, mempertajam skill menjalankan taktik dan
kecerdasan politik mereka atau membimbingnya dalam kerja mengorganisir. Jadwal-jadwal
disusun berdasarkan prioritas. Studi-studi ini dilakukan secara intensif. Kerja politik kita
dalam sel atau cabang pada pokonya meliputi pengadaan kegiatan-kegiatan propaganda,
pendidikan, menggerakan massa untuk kampanye massa dan perjuangan massa,
mengorganisir kawan-kawan mahasiswa lain dalam organisasi dan aliansi kita dan merekrut
lebih banyak lagi ke organisasi kita. Jadi perencanaan kerja politik kita utamanya mencakup
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan- berikut ini: Di mana kita berada sekarang ini?
Bagaimanakah situasi ditempat ini? Sejauh mana kita te1ah menuntaskan kerja kita? Apakah
target kita? apakah issu yang kita hadapi dan bisa kita maksimalkan? Jenis kegiatan apakah
yang yang kita adakan? Bagaimanakah dengan aktivitas-aktivitas persiapannya? Siapakah
yang, bertanggung Jawab atas tugas- tugas ini? Kapan kita akan melancarkan kampanye
massa dan perjuangan massa? Bagaimana kita mengatasi kekurangan dan rintangan. Hanya
dengan, mengurai pertanyaan-pertanyaan dasar ini kita dapat menjamin bahwa kita sampai
pada rencana komprehensif yang dalam berakar pada kondisi yang ada dan satu! bila
diimplementasikan akan mendorong kerja kita beberapa langkah ke depan. Disamping itu
kita adakan, sesion asessmen dan kritik-diri secara tetap dan teratur untuk memastikan
mulusnya jalan kerja kita. Identifikasi kecenderungan positif dan negatif agar kita bisa
bertindak atas ini, garis besarkan status atau keadan kita agar kita dapat menyusun rencana
berikutnya; dan juga keseimbangan organisasional. Baik asessmen dan kritik-diri merupakan
peralatan penting dalam kerja kita untuk mengatasi munculnya perbedaan yang problematis
dan menghambat. Dua soal organisasional yang sama pentingnya adalah soal keamanan dan
keuangan. Bagian dari perencanaan harus meliputi asessmen kebijakan keamanan yang
akan menjamin keamanan anggota dan organisasi keselurahan. Soal keuangan seperti
pengumpulan iuran atau sumbangan dan juga anggaran kebutuhan sel/cabang harus
dibahas pula. Sekali kita merancang program aksi kita bersama-sama, kita berlanjut pada
pelaksanaan secara bersama atas dua prioritas tugas kita : ekspansi dan konsolidasi.
Sepanjang kerja ini, kita adakan pengecekan dan monitoring terhadap kemajuan kerja kita
dan terus mengamati keadaan/kesehatan pribadi kawan-kawan kita.
Akhirnya, tetaplah ingat bahwa selalu ada kegembiraan dalam mengorgansir massa
mahasiswa untuk perjuangan demokrasi sejati! Pada waktu kita berorganisasi kita
mengetahui dan sadar terdapat jutaan jiwa-jiwa pemberani dan tangguh yang sama-sama
bekerja seperti kita demi tugas mulia dan perjuangan hidup-mati di seluruh tanah air
Indonesia