Anda di halaman 1dari 17

massal.

Semenjak peristiwa tersebut pemerintah menerapkan kebijakan depolitisasi lewatmetode-


metode korporasi terhadap organisasi kemahasiswaan dan birokratisasi kampus.ntuk organisasi
intra kampus, melalui enteri endidikan dan 'ebudayaan, Dr.Syarif &hayeb, menerapkan S'
89:;;*234 tentang 1'';#''  1ormalisasi 'ehidupan'ampus atau #adan 'oordinasi 'emahasiswaan $.
Semenjak itu aksi protes mahasiswamenjadi sepi, yang ada hanya protes dalam skala kecil yang tidak
terdengar gaungnya. adatahun *23< mulai muncul kembali aksi-aksi dari mahasiswa dengan isu
utama penolakanterhadap pencalonan Soeharto sebagai presiden. 6eaksi re/im Orde #aru semakin
represif dengan dikeluarkannya S' 'opkamtib 1o. 89;'opkam;*23: tentang pembekuan
terhadapDewan ahasiswa  D $ yang sekian lama menjadi basis kekuatan perjuangan mahasiswa
pada le=el intra uni=ersitas. 'ebijakan-kebijakan yang represif tersebut menjadikan
gerakanmahasiswa semakin tidak terdengar. ada era tahun *2:8-an mahasiswa membuat pola
barudalam melakukan gerakan, yaitu dengan munculnya 'elompok Studi, 5S, enerbitanedia dan
'omite "ksi. ada tahun *228-an terjadi peningkatan kesadaran gerakanmahasiswa, terutama dengan
diberlakukannya Senat ahasiswa erguruan &inggi S&$dan nit 'egiatan ahasiswa  ' $.
Sehingga pada era tahun *228 ekskalasi politik mulai meningkat dengan dibarengi dengan berbagai
peristiwa yang semakin menguatkankesadaran mahasiswa. Selain itu peran organisasi ahasiswa
ekstra uni=ersitas pun tidak kalah besar karena merekalah yang mempunyai akses ke dunia luar yang
dikarenakanmemiliki jaringan yang sangat luas.'risis moneter pada pertengahan tahun *223 yang
kemudian berkembang menjadikrisis multi dimensional merupakan awal dari lahirnya peristiwa
reformasi. !al ini jugamerupakan momen yang sangat penting bagi gerakan mahasiswa untuk
kembalimengkonsolidasikan kekuatannya. #elajar dari %kegagalan( gerakan mahasiswa
*234maupun *23: gerakan mahasiswa *22: menggandeng kekuatan lain yaitu rakyat dan beberapa
kalangan intelektual yang selama ini menjadi oposisi pemerintah. uncak dari itusemua adalah
kerusuhan massal pada tanggal *+-*4 ei *22: dan dengan didudukinyagedung D6;6 pada
tanggal *2 ei *22: . "khirnya presiden Soeharto mengundurkandiri pada tanggal 92 ei
*22:.omentum krisis tersebut juga merupakan salah satu alasan didirikannya '"I 'esatuan "ksi
ahasiswa uslim Indonesia $. Dalam >orum Silaturahmi 5embagaDakwah 'ampus >S5D'$ ? pada
tanggal 9@-92 aret *22: di ni=ersitas uhammadiyahalang mengemuka pandangan bahwa perlu
adanya langkah-langkah konkret untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini, oleh karena itulah perlu
dibentuk suatu organisasi yang bisa memfasilitasi itu semua karena ruang gerak 5D' yang sangat
terbatas. Oleh karena itu,diluar forum >S5D' ? dibentuk tim formatur dan akhirnya terbentuklah
'"I yangdideklarasikan di ni=ersitas uhammadiyah alang pada tanggal 92 aret *22: setengah
jam setelah ditutupnya >S5D' secara resmi, deklarasi tersebut dinamakan Deklarasi alang.Sebagai
ketua diangkatlah >ahri !am/ah dan Sekum !aryo Setyoko. *+ hari setelahdideklarasikan, '"I
mengadakan acara yang cukup fenomenal yaitu 6apat "kbar ahasiswa dan 6akyat Indonesia di
lapangan asjid "l- "/har 7akarta yang dihadiri olehmahasiswa dan rakyat yang berjumlah sekitar 98
ribu orang. Semenjak itu '"I terus berperan dalam transisi perubahan bangsa ini termasuk pada
peristiwa 6eformasi.>ase setelah reformasi merupakan fase pembuktian apakah langkah yang
diambil olehmahasiswa dan rakyat dengan menurunkan re/im yang telah berkuasa selama +9
tahuntersebut tepat. #erbagai catatan sejarah telah tertoreh sesudah reformasi bergulir, sekali lagi
pertanyaan besar dinisbahkan kepada mahasiswa. "nggapan bahwa mahasiswa hanya %jagodalam
menurunkan re/im( diuji dalam fase pasca reformasi. ahasiswa berhasil menurunkanSoeharto
tetapi tidak bisa memberikan solusi siapa penggantinya yang pantas memimpin bangsa ini, karena
yang terjadi adalah tetap saja kaum elit birokrasi yang kemudian
menggantikan %#apak embangunan(. &etapi ada peran yang tetap bisa dijalankan yaitufungsi
kontrol terhadap pemerintah. >ungsi kontrol tersebut dibuktikan dengan sikap kritismahasiswa
terhadap presiden !abibie yang ternyata masih berbau Orde #aru. Demikian jugadengan
penggantinya yang katanya merupakan tokoh reformis yaitu 0us Dur dan egawatiyang terbukti
gagal manjalankan amanat reformasi. #erbagai aksi dilakukan untuk mengkritisi dan menentang
kebijakan pemerintah yang dianggap tidak memihak kepadarakyat. Aalaupun pada prakteknya
gerakan mahasiswa terpecah kedalam beberapa kubu,terutama ketika isu tentang penurunan
kembali presiden yang sedang berkuasa saat itu,sehingga walapun dalam beberapa kasus ada
beberapa gerakan mahasiswa yang secara tegasmenuntut pergantian kepemimpinan namun tidak
pernah bisa masif. !al ini dikarenakan tidak semua gerakan mahasiswa menyuarakan aspirasi yang
sama kalaupun ada itu pun hanyasetengah hati demi menjaga %gengsi( organisasinya. Sampai
dengan pemerintahan saat iniyang dipimpin oleh presiden Susilo #ambang Budhoyono, fungsi
kontrol mahasiswa tetapterlihat maskipun tidak sefrontal pendahulu-pendahulunya.

Potret Gerakan Mahasiswa Saat Ini

Sejarah panjang 0erakan ahasiswa merupakan salah satu bukti kontribusi mahasiswadalam
memperjuangkan kepentingan rakyat. ahasiswa mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
bangsa ini. ereka adalah bagian dari rakyat Indonesia yang turut merasakan penderitaan yang
dialami oleh rakyat. eskipun tidak dapat dinafikan sebagian dari gerakanmahasiswa yang
mempunyai target-target lain yang ingin dicapai selain darimemperjuangkan rakyat. 'ita juga tidak
dapat mengelak bahwa ada sebagian dari mahasiswayang aktif dalam pergerakan mahasiswa
mempunyai tujuan pragmatis yaitu menjadi penerus- penerus pendahulunya yang duduk
dipemerintahan atau juga dilembaga legislatif. !al inisangat memungkinkan untuk terjadi pada
gerakan mahasiswa yang memang tidak mempunyai =isi yang jelas dan tidak bisa
menginternalisasikan =isi gerakannnya dengan baik kepada anggota-anggotanya. Selain itu gerakan
mahasiswa hanya bermodalkan nurani dansemangat juang sehingga mahasiswa yang tidak memiliki
bekal kekuatan moral yang cukupakan cepat merasa lelah dan akan tergiur oleh godaan materi dan
kekuasaan. Oleh karenaitulah basis kaderisasi yang baiklah yang menjadi kunci untuk tetap menjaga
anggotanya dari penyimpangan-penyimpangan tujuan organisasi. 'aderisasi yang baik adalah
kaderisasi yangmampu menghasilkan anggota-anggota yang mempu menginternalisasaikan nilai-
nilaiorganisasi ke dalam dirinya serta setiap tindakannya, oleh karena itulah dibutuhkan dasar
ataulandasan yang tepat untuk bergerak bagi setiap pergerakan mahasiswa yaitu
penempatanideologi sebagai muatan utama. Ideologi merupakan hal yang sangat penting bagi
setiapgerakan mahasiswa, karena ideologilah yang akan mengontrok langkah dan gerakan yangakan
dibangun. Ideologilah yang nantinya menentukan =isi dari gerakan mahasiswa. 1ilai-nilai ideologi
inilah yang harus secara dini ditanamkan kepada anggota-anggotanya dan harusmempu menjadi
landasan bagi anggota tersebut.erbuahan sosial merupakan akumulasi dari perubahan indi=idu-
indi=idu. Sehingga perubahan sosial tidak akan tercapai selama belum adanya perubahan-perubahan
dalam diriindi=idu. emang adakalanya perubahan dapat dicapai hanya dengan beberapa indi=idu
yang berubah saja, namun perubahan tersebut tidak akan bertahan lama karena nantinya indi=idu-
indi=idu yang belum berubah akan mengakumulasikan kekuatan untuk menentang
perubahantersebut. erubahan juga tidak akan berlangsung dengan baik apabila digerakkan oleh
orang-orang yang dirinya sendiripun belum berubah. erbaikan yang ingin dicapai tidak
berhasildengan baik apabila yang ingin melakukan perbaikan tersebut tidak memperbaiki
dirinyaterlebih dahulu, ibarat menyuruh seseorang tetapi dia sendiri tidak melakukannya.
>enomenatersebut ternyata juga menghinggapi gerakan mahasiswa saat ini. #erbagai jargon
perubahandan perbaikan di dengungkan tetapi efeknya tidak terlalu besar. Salah satu
penyebabnyaadalah karena gerakan mahasiswa tersebut tidak mau melakukan perubahan terhadap
dirinya

sendiri baik secara organisasi meupun indi=idu-indi=idunya. #anyak gerakan mahasiswayang


berteriak anti korupsi tetapi dalam gerakan mahasiswa tersebut sendiri seringmelakukan
penyimpangan-penyimpangan keuangan. enyalahgunaan amanah yang telahdiberikan terutama
berkaitan dengan uang sering sekali terjadi pada beberapa organisasimahasiswa entah itu disadari
ataupun tidak. ulai dari hal yang dianggap sepele sepertimemanfaatkan fasilitas organisasi untuk
kepentingan pribadi sampai dengan me %mark up(uang organisasi. Selain itu banyak yang berteriak
atau mengusung anti kecurangan tetapimereka sendiri masih menyontek saat ujian. #agaimana mau
melakukan apabila dirinyasendiri tidak mau untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan buruknya.
ungkin hilangnya %6uherubahan( inilah yang menyebabkan perubahan yang selama
diperjuangkan oleh mahasiswa belum menampakkan hasilnya secara signifikan. Aahai gerakan
mahasiswa yang inginmelakukan perubahan ataupun mahasiswa yang ingin melakukan perbaikan,
cobalah untuk bertindak bijak dengan melakukan perubahan dan perbaikan mulai dari diri sendiri
terlebihdahulu

Pembuat pesawat merupakan salah satu profesi yang membanggakan sekaligus profesi yang
mungkin jarang terdengar terutama di Indonesia. Merancang,merangkai serta menguji
pesawat terbang bukanlah hal yang mudah diperlukan kesabaran,ketelitian dan keuletan
karena jika tidak tentu saja akan ada kendala yang terjadi pada pesawat. Diperlukan waktu
bertahun-tahun untuk menempuh pendidikan menjadi orang yang berprofesi sebagai pembuat
pesawat. Dalam hal ini diperlukan seseorang yang benar-benar ahli serta mengusai dalam
bidang ini. Berbicara tentang pesawat pernahkah kamu terbesit memikirkan betapa hebatnya
seorang yang membuat pesawat terbang yang kamu tumpangi? Salah satu dari mereka yang
membuat pesawat terbang ini bisa kamu jadikan sosok yang menginspirasi.
                 Ini mengenai orang yang pertama kali membuat kemajuan dalam bidang
perindustrian pesawat terbang di Indonesia sekaligus orang yang menginspirasi hidup saya.
Beliau adalah bapak teknologi Indonesia selain itu masih banyak gelar yang ia dapatkan,
tentu saja kalian semua  sudah mengetahui siapa sosok yang penuh inspiratif tersebut, ya
tentu saja beliau adalah bacharudhin jusuf habibie presiden ke 3 indonesia. Saya memang
belum pernah bertemu dengannya secara langsung tapi dengan mendengar ceritanya dari
berbagai sumber termasuk orang tua saya membuat saya benar-benar sangat mengaguminya
sejak kelas 6 SD. Pada saat itu saya melihat salah satu wawancaranya dari stasiun televisi
swasta yang menghadirkan beliau sebagai narasumber inspirasinya. Dalam wawancara itu
beliau menceritakan kisah perjalanan hidupnya mulai dari sekolah,cita-cita sampai akhirnya
pada kisah cintanya nah disinilah kekaguman saya pada beliau dimulai.  
            Habibie  menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor
dua di perusahaan pesawat terbang Messerschmitt Bölkow Blohm di Jerman. karir Habibie
begitu sangat cemerlang terutama dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie
menjadi “permata” di negeri Jerman dan iapun mendapat “kedudukan terhormat”, baik secara
materi maupun intelektualitas oleh orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie
menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan
teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem”
dan “Habibie Method“. Mungkin jika saya atau kalian diposisi beliau akan menetap di jerman
dengan kata lain merubah kewarganegaran menjadi jerman karena di jerman begitu sangat di
hormati dan pastinya gajinya sangat besar yang tentu saja saat zaman itu Indonesia belum
mampu. Tetapi pikiran itu tidak terbesit sedikit pun oleh beliau, habibie justru kembali ke
Indonesia dan ingin membangun perindustrian pesawat di negara tercinta.  Pada tahun 1968,
BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur untuk bekerja di industri pesawat terbang
Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas rekomendasi Pak
Habibie. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan pengalaman (SDM) insinyur
Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia dan membuat produk industri dirgantara
(dan kemudian maritim dan darat). Dan ketika (Alm) Presiden Soeharto mengirim Ibnu
Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, BJ
Habibie langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan prestise tinggi di Jerman. Hal
ini dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan teknologi pada bangsa ini.
Pada 1974 di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air. Iapun diangkat menjadi
penasihat pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan
teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, Habibie
masih sering pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan
Direktur Teknologi di MBB.
            Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di
Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia
diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap
sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie
juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan lainnya
            Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya yakni membawa
Indonesia menjadi negara industri berteknologi tinggi. Ia mendorong adanya lompatan dalam
strategi pembangunan yakni melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju.
Visinya yang langsung membawa Indonesia menjadi negara Industri mendapat pertentangan
dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri yang menghendaki pembangunan secara
bertahap yang dimulai dari fokus investasi di bidang pertanian. Namun, Habibie memiliki
keyakinan kokoh akan visinya, , dan ada satu “quote” yang terkenal dari Habibie yakni :
“I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane compared to one kilo
of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven
cents. And if you want to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I
don’t think we have enough.” (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.)
            Kalimat diatas merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan lawan politiknya.
Habibie ingin menjelaskan mengapa industri berteknologi itu sangat penting. Dan ia
membandingkan harga produk dari industri high-tech (teknologi tinggi) dengan hasil
pertanian. Ia menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah USD 30.000 dan 1
kg beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang hampir setara dengan 450
ton beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat dengan massa 10 ton, maka akan diperoleh
beras 4,5 juta ton beras.
            Pola pikir Pak Habibie disambut dengan baik oleh Pak Harto.Pres. Soeharto pun
bersedia menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk pengembangan proyek teknologi
Habibie. Dan pada tahun 1989, Suharto memberikan “kekuasan” lebih pada Habibie dengan
memberikan kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri strategis seperti Pindad,
PAL, dan PT IPTN.
            Jasa besar yang dilakukan habibie untuk mencapai cita-citanya membuat pesawat
bukanlah tanpa rintangan, kegagalan sering menjadi rintangannya tapi hal itu tidak membuat
beliau tidak menyerah menggapai cita-citanya.beliau mengispirasi saya dengan kata-katanya
seperti berikut : "Gagal hanya terjadi jika kita menyerah". Tidak ada orang yang berhasil
tanpa mengalami fase-fase perjuangan yang sarat dengan kegagalan. Tidak apa-apa,
kegagalan bukan pertanda bahwa Anda tidak mampu, tetapi pertanda bahwa Anda sudah
cukup kuat dan hebat untuk bekerja dan mencoba, hanya belum memenuhi apa yang
diinginkan alam dari Anda jika Anda ingin benar-benar sukses. Yang perlu Anda lakukan
adalah bangkit dari kegagalan dan mencoba lagi dengan lebih keras dan cerdas. Selain
kegagalan tentu saja masalah yang dihadapi habibie untuk menggapai cita-citanya juga
sangatlah besar. Bukan hanya pak habibie saja sih yang mempunyai masalah tapi setiap
makhluk hidup dimukan bumi ini juga pasti memiliki masalah tapi ada satu quote beliau yang
memotivasi saya : "Hanya sumber daya manusia yang ahli dan produktif saja yang dapat
menghadapi tantangan dan memecahkan masalah." Semua orang memiliki potensi diri
yang sama-sama luar biasanya dengan keunikan masing-masing. Bedanya, dalam
menghadapi masalah yang sama semua orang memiliki latar pengalaman berbeda dan sudut
pandang yang jelas tidak sama sehingga hal itu mempengaruhi mereka dalam menyikapi
masalah yang sama. Bagaimana Anda bisa mengecap orang lain hebat dalam menyelesaikan
masalah sedangkan Anda tidak bisa hanya karena Anda tidak mau berusaha? Apakah orang
lain dengan sendirinya menyelesaikan masalah tanpa bekerja untuk itu? Rasanya mustahil.
            Pak habibie di mata saya adalah sosok yang sangat genius,taat pada agama,pekerja
keras,mempunya jiwa nasionalisme yang tinggi dan ada lagi yang membuat saya terinspirasi
dengan sosok beliau yaitu ada pada kisah cintanya yang fenomenal dengan ibu ainun. Kisah
cinta fenomenal ini di buat novel serta di filmkan dengan judul habibie & ainun bahkan
banyak orang yang berkata bahwa kisah cinta beliau adalah romeo & julietnya indonesia.
Awal kisah cinta mereka memang unik berawal dari kata “gula jawa sekarang sudah menjadi
gula pasir” pada saat zaman SMA. Pada saat lulus sma mereka melanjutkan pendidikan
masing-masing dan mendapatkan karir yang cemerlang hingga akhirnya mereka
dipertemukan kembali dan menikah. Habibie & ainun kemudian tinggal di jerman. Ibu ainun
mendampingi habibie untuk menggapai cita-citanya, nah ada quote pak habibie yang bisa
dijadikan inspirasi juga nih buat kaula muda "Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup
temukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari
siapapun." Ketika Anda sedang berjuang, mungkin Anda merasa Anda tidak bisa berjuang
sendirian. Temukan orang yang bisa menemani Anda berjuang untuk mencapai tujuan Anda,
syukur bila tujuan itu ternyata tujuan bersama. Anda tidak memerlukan orang yang sempurna
uuntuk menemani perjuangan Anda, tetapi Anda membutuhkan orang yang bisa memahami
keadaan Anda, menyemangati Anda ketika Anda mulai lesu, dan hal-hal seperti inilah yang
membuat manusia semakin merasa dimanusiakan.
            Hingga pada akhirnya ibu ainun dipanggil oleh yang maha kuasa. Pada saat detik-
detik itu terjadi habibie dengan setia menemani ainun beliau mengikhlaskan kepergian ainun
dan berkata “Ainun,Saya sangat mencintaimu Tetapi Allah lebih mencintaimu Sehingga saya
merelakan kamu pergi”. Ketika kepergian ainun setiap hari jum’at habibie menyempatkan
diri untuk kemakam ainun. Memang kisah cinta mereka adalah kisah cinta yang abadi.
            Dari kisah inspiratif sosok bacharudhin jusuf habibie banyak pelajaran hidup dari
perjalanannya yang bisa kita jadikan inspirasi serta motivasi hidup kita. Mulai dari
kegagalan,cara memecahkan masalah, hingga pada perjalannya cintanya. Tentunya kita
semua generasi muda harus mencontoh semangat dan kerja keras pak habibie. saya atau
kalian harus bisa sama-sama mengarumkan nama indonesia dengan berbagai hal positif. 

Seorang pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan pancasila akan menerapkan nilai-nilai
luhur pancasila dalam memimpin suatu negara. Nilai-nilai tersebut diantaranya, yaitu: nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Kelima
nilai ini merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terpisahkan dan mengacu pada satu
tujuan. Adanya jiwa kepemimpinan pancasila yang dimiliki oleh seorang pemimpin negara,
diharapkan dapat membawa Indonesia dengan mudah mewujudkan cita-cita dan tujuan
bangsa Indonesia, agar menjadi bangsa yang gemilang dimasa yang akan datang.

"Kami butuh sosok pemimpin yang satu visi untuk melanjutkan pembangunan
yang saat ini sudah bagus. Kami percaya Pak Ganjar bisa melanjutkan itu," ungkap
dia.
 
Ganjar Pranowo, menurut Alwy, merupakan pemimpin yang berintegritas dan
dekat dengan rakyat. Ganjar Pranowo kerap disebut sebagai pemimpin yang
sangat egaliter. Selain itu, menurut dia,  Ganjar merupakan sosok yang artikulatif.
Menurut dia, masyarakat Indonesia senang dengan sosok pemimpin artikulatif.
 
"Kami di sini sering berdiskusi tentang Indonesia kedepan, termasuk harus seperti
apa calon pemimpin Indonesia selanjutnya. Pada prinsipnya, kami memiliki
kecocokan pada diri Pak Ganjar yang memiliki sifat tegas, dekat dengan rakyat dan
utamanya para alim ulama," 

Seorang pemimpin haruslah memiliki sebuah pendirian nya sendiri, hal itu guna
agara iya tidak mudah di pengaruhi oleh anggota nya yang lain, selain itu haruslah
memiliki sikap serta pendirian sebab iya memiliki visi dan misi tentunya, pemimpin
tentunya akan mendengar aspirasi bawahannya juga tetapi bukan berarti iya harus
meng iyakan semua suara tersebut, adakalanya suara tersebut harus di diskusikan
kepada semua anggota masyarakat sehingga menentukan nasib seluruh anggota
serta berdampak banyak bagi semua orang.

Saat ini, Indonesia dan seluruh negara lain di dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Era yang
ditandai dengan pemanfaatan robot pada sektor industri. Tak hanya itu, di era ini pun muncul Internet of
Things (IoT), big data, artificial intelligence, dan berbagai teknologi lainnya. Pada satu sisi perkembangan
teknologi itu bermanfaat bagi keberlanjutan sektor industri. Sebaliknya, revolusi industri dapat
menghilangkan banyak jenis pekerjaan. Agar tidak terdampak tersebut, setiap individu, termasuk generasi
muda, sebaiknya membekali diri mereka dengan future skill. Program Associate Bakti Pendidikan Djarum
Foundation, Galuh Paskamagma menjelaskan, future skill adalah kemampuan untuk beradaptasi dan
mencapai sebuah prestasi dalam situasi yang kompleks dan cepat berubah. Adapun future skill terdiri dari
dua jenis, yakni hard skill atau ilmu yag dipelajari lewat pendidikan formal. Selain itu, soft skill atau
keterampilan lunak yang biasanya didapatkan di luar pendidikan formal. Salah satu soft skill yang perlu
dikembangkan sebagai bekal untuk menghadapi perubahan yang dibawa revolusi industri 4.0 adalah
leadership atau kepemimpinan. Galuh mengatakan, leader adalah seseorang yang mampu membawa
pengikutnya ke masa depan yang lebih baik. Lalu, apa yang dibutuhkan dan harus dilakukan seorang leader
untuk mencapai masa depan lebih baik? Pentingnya visi Menurut Galuh, di masa mendatang dibutuhkan
pemimpin yang memiliki visi serta grit atau kegigihan untuk mewujudkan visinya tersebut. Visi adalah
deskripsi atau gambaran tentang masa depan lebih baik yang dimiliki oleh setiap leader atau pemimpin untuk
kelompoknya. Dengan kata lain, visi merupakan sesuatu yang ingin dicapai dikemudian hari. Galuh
mengungkapkan, visi dapat diibaratkan sebagai penunjuk jalan untuk bisa sampai ketempat tujuan.
“Misalnya, ketika seseorang mendapat rintangan di tengah-tengah perjalanannya, visi dapat membimbingnya
terus mencari jalan keluar untuk sampai ketujuan. Entah harus belok ke kiri, kanan, atau mengambil jalan
berputar,” terang dia. Namun demikian, merumuskan visi ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Terdapat dua komponen yang harus seorang pemimpin miliki sebelum menciptakan visi yang baik.
“Komponen pertama itu ada core ideology yang terdiri dari core value dan core purpose. Lalu yang kedua itu
visionary goal,” terang Galuh di acara Leadership Development Djarum Beasiswa Plus 2019/2020, di Hotel
Harris Gubeng, Surabaya, Minggu (9/2/2020). Ia menerangkan, core value merupakan prinsip hidup yang
akan terus dipegang teguh oleh setiap pemimpin apapun yang terjadi. Prinsip ini bisa bermacam-macam.
Contohnya, selalu berlaku jujur dalam segala situasi. Kemudian, core purpose adalah tujuan inti atau alasan
mengapa individu ada dan hidup di dunia. Menurut Galuh, tujuan itu tidak mungkin bisa 100 persen diraih.
Namun demikian, tujuan ini jugalah yang akan terus diperjuangkan dan membuat setiap pemimpin terus
bergerak ke arah lebih baik. Komponen terakhir adalah visionary goal. Menurut perempuan berusia 25 tahun
itu, visionary goal merupakan tujuan apa yang ingin dicapai. Tujuan itu, ia melanjutkan, dapat diimajinasikan
oleh siapa saja, mudah dikomunikasikan, membutuhkan 10-15 tahun untuk dicapai, dan menantang.
“Menantang di sini maksudnya, hal yang menimbulkan rasa ragu apakah kita dapat menaklukannya atau
tidak. Namun, di satu sisi, kita terus memacu diri untuk bisa menaklukan tantangan tersebut di masa
mendatang,” kata dia. Galuh melanjutnya, kemampuan untuk terus gigih berjuang mewujudkan visi itulah
yang dinamakan grit. Bahkan, grit bisa menjadi indikator kesuksesan seseorang yang lebih baik dari talenta
atau skill (kemampuan). Lihat Foto Salah satu Beswan Djarum, Theodorus Bima saat menjelaskan visi yang
dirancangnya di acara Leadership Development, Djarum Beasiswa Plus batch IV angkatan 2019/2020, yang
diselenggarakan di Hotel Harris, Gubeng, Surabaya, 9-12 Februari 2020.(KOMPAS.com/ANISSA DEA
WIDIARINI) “Kita sering mendengar kalau talenta itu menjamin kesuksesan. Padahal, kesuksesan seseorang
belum tentu berhubungan dengan talenta atau skill, melainkan pada usaha yang dilakukan,” terang
perempuan berambut panjang itu. Talenta dan skill yang ditambah dengan usaha serta kerja keras, niscaya
akan menghasilkan kesuksesan. Tak hanya itu, grit juga datang dari passion dan tujuan untuk mencapai
visionary goal. Untuk memiliki grit memang tidak mudah, namun bisa dilatih. Caranya dengan terus melatih
growth mindset atau keinginan untuk terus belajar. Hal-hal itulah yang ingin Djarum Foundation tanamkan
kepada para penerima beasiswa Djarum Beasiswa Plus, yang biasa disebut Beswan Djarum. Dalam acara
Leadership Development itu, para Beswan Djarum tampak sangat antusias mempelajari apa itu visi dan cara
mewujudkannya. Bahkan, mereka dengan semangat mencoba merumuskan visi mereka sendiri sesuai
dengan materi yang diberikan Galuh. Salah satunya, Ni Putu Rila Aristariana (22), mahasiswi asal Universitas
Warmadewa, Bali. Perempuan berkaca mata ini mengaku mendapat sudut pandang baru tentang apa itu visi.
“Awalnya saya tahu arti visi itu apa, tapi tidak pernah tahu ternyata visi yang benar itu seperti apa.
Contohnya, saat membuat visionary goal itu kan kita harus tahu deadline-nya kapan. Harus punya imajinasi
dan kemampuan yang mumpuni buat mencapai visinya itu,” ujar Rila. Sebagai informasi, Djarum Beasiswa
Plus merupakan wujud peran aktif Djarum Foundation dalam memajukan pendidikan Indonesia melalui
program beasiswa prestasi. Selain mendapatkan dana pendidikan selama satu tahun, para Beswan Djarum
juga mendapatkan berbagai macam pelatihan soft skill atau keterampilan lunak. Pelatihan tersebut meliputi,
Character Building, Leadership Development Competition Challenges, International Exposure, serta Nation
Building. Tujuan pelatihan itu, yakni menyerasikan hard skill dari perguruan tinggi dengan berbagai
keterampilan lunak. Dengan pelatihan tersebut, para Beswan Djarum diharapkan dapat menjadi pemimpin
masa depan bangsa yang cakap secara intelegensia maupun emosional.

Dalam merespon suasana krisis sebagaimana yang sedang berlangsung karena pandemi Covid-19 ini,
diperlukan pemimpin yang tidak lagi bekerja dengan cara yang biasa, monoton, dan konservatif.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo
mengatakan bahwa terdapat dua hal yang dibutuhkan oleh pemimpin saat ini, terutama mereka yang
bergerak di bidang pemerintahan.
“Dua hal tersebut adalah diperlukannya kepemimpinan yang inovatif dan kepemimpinan yang
melayani,” jelas Menteri Tjahjo dalam acara Upacara Pelepasan Peserta Pelatihan Kepemimpinan
Nasional (PKN) Tingkat I Angkatan XLIV di Kantor Lembaga Administrasi Negara (LAN), Jakarta, Kamis
(09/07).

Kepemimpinan yang inovatif merupakan model kepemimpinan yang berpikir untuk melakukan
terobosan dan berupaya menghadirkan masa depan dimasa sekarang. Sedangkan, kepemimpinan
melayani berasal dari sikap diri sendiri dimana dapat menjadi yang terdepan dalam memberikan
pelayanan.

Lebih lanjut, Tjahjo juga menyebutkan bahwa setidaknya ada sepuluh karakter yang dibutuhkan dalam
kepemimpinan melayani. Pertama, lebih banyak mendengar. Dengan mendengar, berarti pemimpin
berusaha untuk mengenali serta memahami apa yang diinginkan oleh tim kerjanya, bahkan
masyarakat.

Kedua, memahami orang lain dan berempati, dan ketiga adalah kemampuan untuk memprediksi
segala kemungkinan yang timbul dengan cepat. Kemampuan memprediksi ini adalah dimana
pemimpin tersebut belajar dari masa lalu, memahami realita saat ini, serta kemungkinan konsekuensi
dari sebuah keputusan di masa depan.

Poin penting selanjutnya adalah pengendalian diri serta kemampuan persuasif. Dapat mengendalikan
diri dapat memperkuat pemimpin yang melayani dan mampu persuasif adalah kemampuan untuk
meyakinkan orang lain, bukan dengan kewenangan atau kedudukan yang dimilikinya.
Mempunyai kemampuan dalam konsep dan mampu mengkomunikasikan konsep tersebut menjadi
poin keenam, dimana ini menjadi poin penting untuk memiliki impian besar dalam menghasilkan
sesuatu. Kemudian, kemampuan untuk mengatasi keadaan dengan cepat, sehingga dapat
menggerakkan orang banyak. Poin selanjutnya adalah kemampuan untuk memegang amanah yang
ditunjukkan dengan komitmen dalam melayani orang lain, serta selalu terbuka dan jujur.

Dua poin terakhir adalah kepedulian terhadap keselamatan masyarakat luas dan kemampuan untuk
membentuk lingkungan kerja yang kondusif. Kemampuan ini akan menciptakan rasa saling percaya
yang berujung pada kerja sama yang cerdas dalam tim kerja.

“Sepuluh karakter ini kami saring dari arahan dari Presiden Joko Widodo. Sehingga pemimpin di
pemerintahan cepat mengambil keputusan, cepat mengatasi birokrasi yang ada, mempercepat proses
perizinan dan pertumbuhan investasi di pusat daerah, serta kecepatan untuk melayani masyarakat,”
papar Menteri Tjahjo.

Dengan memiliki karakter kepemimpinan yang inovatif serta melayani, diharapkan 39 alumni PKN
Tingkat I Angkatan XLIV yang berasal dari berbagai kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah ini
dapat mengakselerasi terwujudnya birokrasi pemerintahan yang bersih, akuntabel, efektif, efisien, dan
dapat memberikan pelayanan publik yang prima serta berkualitas. Sehingga, di masa pandemi Covid-
19 yang mempercepat proses penerapan otomatisasi, artificial intelligence (AI), dan big data dalam
berbagai sektor kehidupan ini, alumni PKN Tingkat I Angkatan XLIV dapat menjadi pemimpin yang
cepat beradaptasi untuk dapat menjaga produktivitas kinerja dari unit kerja hingga instansi yang
dipimpinnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala LAN Adi Suryanto juga menjelaskan bahwa tujuan dari
diadakannya PKN Tingkat I ini adalah untuk mengembangkan dan menyiapkan kompetensi kooperatif
pada Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Madya yang dapat memobilisasi seluruh potensi pemerintah dan
masyarakat. “Hal ini diperuntukkan dalam meningkatkan daya saing bangsa dan percepatan
pembangunan nasional secara berkeadilan,” ujarnya.

Adi juga menjelaskan bahwa Angkatan XLIV ini telah menghasilkan sebuah naskah kebijakan (policy
paper) dengan tema Reformasi Birokrasi dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa. Ada pun naskah
kebijakan yang telah disampaikan kepada Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko ini berjudul
Transformasi Bagi Publik dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Bangsa. 

Mitos kepemimpinan yang paling berbahaya adalah bahwa seorang pemimpin tercipta saat dilahirkan – bahwa
ada faktor genetik pada kepemimpinan. Mitos itu juga menegaskan bahwa manusia memiliki atau tidak
memiliki sifat karismatik tertentu. Itu semua adalah omong kosong; nyatanya, yang benar adalah
kebalikannya. Para pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan (Warren G. Bennis)

Pendahuluan
Banyak orang salah mengerti tentang kepemimpinan. Mereka beranggapan bahwa kepemimpinan melekat di
dalam kekuasaan, posisi atau jabatan. Anggapan klasik tentang kepemimpinan adalah seseorang yang
memiliki posisi tertentu atau jabatan tertentu di dalam sebuah organisasi. Melalui posisi, kedudukan dan
kekuasaan yang dimilikinya, orang menjadi takut dan segan.

Saya pernah memiliki paham seperti itu waktu menjadi guru di sebuah SMU di Kota Semarang . Membuat
murid-murid takut dan tunduk pada saya, merupakan kehormatan yang layak saya terima sebagai seorang
pemimpin di tengah-tengah mereka. Saya beranggapan bahwa posisi (sebagai seorang guru) memang telah
menentukan kedudukan saya sebagai seorang pemimpin. Ternyata semua itu tidak betul. Pemimpin tidaklah
lahir dari kedudukan atau posisi. Bahkan lebih dari itu, pemimpin tidak dilahirkan tetapi dibentuk.

Banyak orang yang menjadi pimpinan di sebuah organisasi telah salah kaprah bertahun-tahun menganggap
dirinya (lahir) sebagai seorang pemimpin. Yang disebut pemimpin bukanlah pimpinan. Kepemimpinan, seperti
disebutkan oleh John Maxwell dalam bukunya Developing Leader within You, adalah pengaruh. Dengan
demikian, pemimpin adalah seseorang yang memiliki pengaruh kepada orang lain. Semakin luas pengaruhnya
maka semakin besar lingkup kepemimpinannya. Pengaruh apa? Pengaruh untuk bergerak mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Ken Blanchard menulis di dalam bukunya Lead Like Jesus seperti ini, Leadership is process of influence.
Anytime you seek to influence the thinking, behavior, or development of people toward accomplishing a goal in
their personal or professional lives, you are taking on the role of a leader. Artinya kurang lebih seperti ini.
Kepemimpinan adalah sebuah proses mempengaruhi. Setiap kali seseorang berusaha mempengaruhi cara
berpikir, perilaku atau perkembangan orang lain untuk mencapai tujuan hidupnya, seseorang itu sedang
menjalankan perannya sebagai pemimpin.

Memimpin Seperti Yesus


Para pakar kepemimpinan kini banyak menggunakan Yesus dan ajaran-Nya sebagai sebuah model
kepemimpinan. Di antara sekian banyak teori kepemimpinan yang berkembang akhir-akhir ini, Injil kembali
menjadi bahan pengajaran kepemimpinan dengan menempatkan Yesus sebagai modelnya. Yesus adalah
seorang pemimpin bahkan pemimpin yang besar. Ajaran Yesus di dalam Injil adalah sebuah pembelajaran
tentang kepemimpinan sejati yang dikenal dengan kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership), yang
hingga kini masih sangat relevan sebagai sumber inspirasi bagi kepemimpinan Kristen dimanapun
dikembangkan dan dipraktekkan. Mengapa Yesus?
Di dalam tiga setengah tahun pelayanan-Nya di bumi, Yesus memimpin 12 orang murid yang akhirnya menjadi
ujung dari ‘ujung tombak’ pemberiaan Injil ke seluruh dunia. Dari orang-orang Galilea, kasar dan tak
berpendidikan, Yesus mencetak 12 Rasul yang penuh dedikasi, berkarakter seperti diri-Nya dan berhasil
meneruskan apa yang menjadi keinginan-Nya. Yesus membentuk mereka menjadi seorang pemimpin melalui
pengajaran dan gaya hidup, dimana mereka bergaul langsung dengan-Nya dari hari ke hari dan mendengar
langsung pengajaran-Nya di setiap waktu. Kekristenan yang kita dalami hari-hari ini tidak pernah dapat
dilepaskan dari peranan para rasul yang berhasil di dalam menjalankan tugasnya. Dalam hal ini, Yesus
membuktikan satu hal, pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan. Apa saja yang Yesus ajarkan kepada para
murid-Nya?

Dalam model Yesus, seorang pemimpin adalah seorang yang mengubahkan. Pemimpin membawa pengaruh
untuk menghasilkan perubahan di dalam diri orang lain. Dalam konteks pendidikan, gereja, lembaga
pemerintahan, dapat ditarik paralelnya. Seseorang yang menduduki posisi puncak barulah disebut sebagai
pemimpin jika kehadirannya membawa perubahan positif bagi orang-orang disekitarnya. Perubahan nilai di
dalam diri orang-orang (yang terkena pengaruh tersebut) akan membentuk sebuah sistem nilai yang juga baru
di lingkungan dimana orang-orang itu berada. Fokus utamanya adalah pembentukan nilai-nilai di dalam diri
orang lain, sehingga terbentuk sebuah karakter dan kebiasaan (habits) yang bagus dan luar biasa, yang
mencerminkan Kristus.

Mengajar Perubahan
Yesus mengajar kepada para murid-Nya untuk menjadi agen perubahan. Di dalam Matius 9:16-17 dikatakan
“Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain
penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak
diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu
terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula,
dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya”

Perubahan berarti lahirnya sesuatu yang baru dan benar-benar baru. Melalui keberadaan kita di komunitas,
kita dituntut membawa dan melahirkan perubahan. Bukan justru menunda terjadinya perubahan dengan
alasan tradisi. Perubahan adalah proses untuk maju. Orang yang tidak mau berubah sesungguhnya tidak
punya dunia baru. Dirinya tidak ubahnya seperti kantong anggur lama yang siap ‘sobek’ karena diisi dengan
anggur baru.

Ada tiga tipe orang di dalam menyikapi perubahan. Tipe pertama adalah tipe orang yang anti perubahan.
Golongan ini tidak mau terjadi perubahan dan mempertahankan ‘status quo’. Dalam dunia pelayanan Yesus,
mereka adalah kaum Farisi. Kelompok agama ini takut sekali dengan dinamika perubahan yang terjadi saat
Yesus mulai terlihat di mengajar dimana-mana. Kelompok anti perubahan adalah kelompok yang tidak mau
perubahan terjadi karena hal itu akan sangat merugikan kepentingan mereka sendiri. Kalaupun perubahan
terjadi, mereka cuma akan mengkritisi perubahan tersebut dan menonton-nya dari jauh. Tipe kedua adalah
tipe yang mengikuti perubahan. Dalam kelompok ini, ketika perubahan terjadi, orang-orang akan menerjunkan
diri didalamnya dan mengikuti arus perubahan tersebut, melakukan penyesuaian-penyesuaian dan turut
berubah. Tetapi bukan kedua golongan tersebut yang Yesus maksudkan. Dia justru menghendaki (tipe ketiga)
kita sebagai agen perubahan; orang-orang yang menciptakan perubahan dimanapun mereka berada. Tentu
saja perubahan dimaksud adalah perubahan positif.

Konteks perubahan yang Yesus maksudkan adalah perubahan transformatif. Prosesnya seperti urut-urutan
biologis perubahan kepompong menjadi kupu-kupu yang indah.

Kepemimpinan yang Melayani


Selain berbicara tentang perubahan, Yesus mengajar sebuah hal penting yang tidak pernah ada di dalam teori
kepemimpinan kontemporer, yakni kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Kalaupun akhir-akhir ini
banyak teori kepemimpinan yang melayani telah dikembangkan dimana-mana, sebetulnya, ide tersebut digali
dari pengajaran Yesus tentang kepemimpinan yang melayani.

Jika dicermati, melayani adalah sebuah unsur yang sangat mewarnai kepemimpinan Yesus. Dalam bukunya
Chief Executive Officer, Laurie Beth Jones mengatakan, “Dia melayani orang-orang-Nya”. Bahkan dapat
dikatakan bahwa melayani adalah jiwa dari kepemimpinan rohani yang Yesus ajarkan kepada anak-anak-Nya.
Charles R. Swindoll, dalam bukunya Improving Your Serve: The Art of Unselfish Living, menulis sebagai
berikut. “Ia datang untuk melayani dan memberi. Oleh karena itu tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa
Tuhan juga menghendaki hal yang sama dalam diri kita. Setelah kita ditebus menjadi anak-Nya melalui iman
kita kepada Kristus, Tuhan ingin membentuk kita agar memiliki karakter yang telah menjadikan Kristus
berbeda dari orang-orang lain pada zaman-Nya. Tuhan berkehendak untuk mengembangkan sikap melayani
dan memberi dalam diri setiap anak-Nya, sama seperti yang dimiliki oleh Kristus”.

Konsep utama Yesus tentang kepemimpinan yang melayani, terlihat di dalam kalimatnya berikut ini. "Kamu
tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan
pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.” (Matius 20:25).

Melalui perkataan-Nya itu Yesus ingin membuat perbandingan bahwa kepemimpinan dengan gaya dunia
memiliki ciri-ciri otokratis; lebih banyak memerintah daripada melayani pengikut; lebih banyak menempatkan
pimpinan sebagai bos daripada pemimpin. Yesus mengajarkan bahwa seorang pemimpin justru harus menjauhi
hal-hal berbau otokratis. Gaya otokratis bertolak belakang dengan yang Yesus kehendaki dan tampilkan, yakni
kasih dan pengampunan.

Pemimpin yang otokratis tidak mau merendahkan dirinya di hadapan pengikutnya, terlebih tidak mau melayani
pengikutnya. Ia bahkan tidak memiliki kasih. Sebaliknya, bagi Yesus, pemimpin adalah pelayan bagi pengikut.
Bukan penguasa. Kepemimpinan ada bukan untuk memerintah tetapi untuk melayani. Hal tersebut sangat
jelas di dalam kalimatnya yang sangat terkenal, “Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi
besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di
antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.” (Markus 10:43-44)

Di dalam nats tersebut jelas terlihat ajaran Yesus bahwa langkah pertama untuk belajar memimpin, adalah
belajar mengikuti dengan cara memposisikan diri sebagai hamba. Hamba selalu mengikuti apa yang dikatakan
tuannya.

Pada waktu Yesus menyampaikan kalimat-Nya tersebut Ia ingin mengakhiri kontroversi di kalangan murid-
murid-Nya sendiri tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Semua murid-murid itu adalah pemimpin
yang sedang dipersiapkan dan kematangan mereka sebagai seorang pemimpin ditentukan oleh masa-masa
latihan bersama Yesus. Persoalannya adalah murid-murid dikacaukan oleh pemahaman yang salah tentang
kepemimpinan. Mereka lebih cenderung memahami kepemimpinan sebagaimana pemerintah-pemerintah
bertangan besi, dan keras terhadap rakyatnya sehingga mereka ingin menirunya.

Kepemimpinan dunia yang diktator bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat orang lain tunduk dan taat
kepada pemimpinnya. Lagipula, di dalam kerajaan Allah, bukan model kepemimpinan seperti itu yang Yesus
ajarkan. Menjadi yang pertama bukan berarti menguasai yang lain di posisi yang lebih tinggi. Bukan pula
menjadi seorang yang mengontrol, mengeksploitasi atau mendominasi orang lain. Pada waktu Yesus berkata,
“Jikalau kamu ingin menjadi yang pertama,” maksud-Nya menunjuk pada kepemimpinan yang artinya pertama
di dalam barisan atau kumpulan. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa keutamaan dalam kepemimpinan
bukanlah dibangun di atas dasar kekuasaan.

Salah seorang pakar manajemen, Robert Greenleaf, mengembangkan konsep “yang pertama” ke dalam dunia
sekular. Pada tahun 1970 Greenleaf menulis sebuah buku manajemen berjudul The Servant as Leader
(pelayan sebagai pemimpin). Ide pokoknya adalah, seorang pemimpin besar mula-mula harus melayani orang
lain, dan bahwa kenyataan yang sederhana ini merupakan inti dari kebesarannya sebagai seorang pemimpin.
Siapapun pasti mau menjadi yang pertama. Itu merupakan keinginan pribadi para murid, bahkan juga
keinginan kita semua. Persoalannya adalah apakah kita mau menjadi seorang hamba atau pelayan?

Penutup
Memimpin seperti Yesus (lead like Jesus) bukanlah perkara yang mudah tetapi sekaligus juga bukan sesuatu
yang sulit untuk dilakukan. Modalnya cuma satu yakni hati. Yesus mengajarkan kepemimpinan hamba dan
melayani, pada intinya, terpusat pada apa yang ada di dalam hati seorang pemimpin. Hati akan menentukan
apa yang terlihat keluar.

Pemimpin dengan hati drakula cuma hadir untuk menjajah orang lain, memanfaatkan sistem corrupt untuk
kepentingannya sendiri dan tidak memiliki integritas untuk memperjuangkan kebenaran. Tipikal pemimpin
model ini sekarang telah direpresentasikan dimana-mana, di lingkungan birokrat, politikus, pelayan
masyarakat bahkan di dalam gereja. Mereka menganggap dirinya sebagai pemimpin. Padahal, mereka adalah
hamba ambisi, hamba upahan dan hamba kekuasaan. Gereja dan kalangan pemerintahan khususnya, sudah
mengalami krisis di dalam hal kepemimpinan yang melayani. Orang-orang itu tidak melayani karena mereka
‘harus’ melayani sebagai sebuah tanggung jawab. Mereka melayani karena beban pekerjaan, upah atau
motivasi lainnya.

Pemimpin dengan hati Yesus tidak hadir dengan kekuasaan. Dia hadir dengan fungsi di dalam dirinya dan
fungsi ini mengarah pada tindakan untuk menghormati, melayani dan membuat sesuatu terjadi di dalam diri
orang lain. Tipikal pemimpin seperti inilah yang menjadi ideal kita bersama dan tentu saja harus kita
perjuangkan. Sudah bukan zamannya lagi pemimpin menjadi bos bagi anak buahnya. Pemimpin yang punya
hati sebagai hamba justru seorang pemimpin yang besar. Tangan Tuhan yang kuat akan mempromosikannya.
Coba buktikan.

aat ini, gaya kepemimpinan menjadi isu yang hangat dibicarakan. Dalam kajian soal kepemimpinan umat,
para pemimpin gereja saat ini banyak dikeluhkan soal kepemimpinan yang bukan memimpin dengan hati
gembala (herding leadership), melainkan memimpin dengan gaya herder. Masalah ini banyak terjadi di
gereja atau institusi di mana banyak pemimpin menjadi putus asa terhadap penerapan prinsip
kepemimpinan dan memilih jalan pintas, yaitu dengan gaya autokrasi bahkan kekerasan (gaya herder).
Sonny Eli Zaluchu menuliskan, "Kelemahan kepemimpinan gembala biasanya ditandai dengan sejumlah
aktivitas yang cenderung memaksakan kehendak, gaya penggembalaan yang tidak berkenan, mulut yang
tidak terkontrol, menguatnya pengaruh dan intervensi orang-orang tertentu dalam keputusan gembala
(orang kuat, anak, menantu), visi yang lemah, doa yang kurang, dan sikap yang mencerminkan kekunoan
(seperti plinplan, tidak mau mengakui kesalahan, dan sikap tidak mau tahu). Hal yang paling utama adalah
gembala yang tidak mau berubah dan selalu tertutup untuk menerima masukan karena menganggap diri
benar."

Jalan ini sering kali diambil karena paling "aman", yaitu adanya anggapan bahwa mereka (baca: pengikut
atau jemaat) tidak perlu tahu. Namun, model kepemimpinan herder ini menghasilkan kehancuran, baik
pada diri sendiri maupun organisasi yang dipimpin.

Lawan dari kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan dengan hati gembala, yang berbicara tentang
melayani, menuntun, mengarahkan, menantang, dan membantu untuk bertumbuh. Kepemimpinan
gembala tidak berbicara soal aktivitas manajemen belaka, tetapi menumbuhkan orang yang dipimpin. Itu
sebabnya, mengawasi dan menuntun yang dipimpin akan lebih mudah dan akan menunjukkan hasil yang
berbeda. Sudah dibuktikan bahwa orang yang dipimpin tidak dapat digerakkan atau dimotivasi oleh sebuah
birokrasi atau prosedur, sebagaimana teori manajemen. Orang hanya digerakkan oleh visi, nilai-nilai,
prinsip-prinsip, dan keyakinan tentang diri. Anthony D'Souza memberikan uraian tentang kepemimpinan
gembala:

Prinsip Kesetiaan dalam Kebenaran


Salah satu hal yang menjadi solusi dalam kepemimpinan saat ini adalah perlunya
pengembangan kepemimpinan yang berhati gembala.

     
"Bagi pemimpin gembala, produknya adalah para pengikut. Bukan keuntungan, bukan pangsa pasar. Para
pengikut itu sendiri yang menjadi tujuan dan produk dari upaya pemimpin gembala. Dan, karena itu, ketika
dombanya tetap hidup menghadapi berbagai bahaya dalam perjalanan, ketika mereka bertambah kuat,
gembala dengan setia menunaikan tugasnya. Domba memang harus dibimbing, didorong, dan dimotivasi
untuk mencapai kinerja terbaik. Namun, domba-domba inilah yang memenuhi pemimpin gembala ketika
tidur di malam hari dan yang pertama dicari ketika sinar mentari pagi menandai setiap hari baru. Gembala
benar-benar merupakan pelayan domba-dombanya. Pertumbuhan dan pemeliharaan terhadap mereka
menjadi tugas dan agendanya dalam mencapai kesuksesan."

Namun, dalam pengamatan saya, masalah terbesar yang dihadapi beberapa pemimpin Kristen adalah
memiliki minat yang rendah kepada orang-orang dan tidak memiliki kemampuan menjalin hubungan
dengan rekan-rekan (interpersonal relationship) serta tidak peduli pada masalah-masalah emosional orang
yang dipimpinnya. Hal lain adalah adanya sikap pesimis terhadap kehidupan di depan sehingga
menurunkan semangat organisasi yang dipimpinnya. Ciri lainnya yang paling banyak muncul dalam
kepemimpinan adalah bersikap antisosial, skeptis, kurang senyum, suka mendominasi, dan agresif
terhadap kepemimpinan berhati gembala.

Fakta lain adalah pemimpin, apa pun jenisnya, senang pendidikan formal, training, menghargai prinsip-
prinsip kepemimpinan, dan juga kemampuan manajemen. Namun, ada kelemahan mendasar kalau tidak
memiliki kepemimpinan gembala, yaitu hubungan (relationship). Padahal, kepemimpinan yang efektif,
sebagaimana yang ditemukan dalam riset pakar kepemimpinan, Kouzes dan Posner, adalah "hubungan"
(leadership is a relationship). Mereka berdua berkata, "Kepemimpinan adalah sebuah hubungan.
Kepemimpinan merupakan hubungan antara mereka yang terpanggil untuk memimpin dan mereka yang
memilih untuk mengikuti".

Dr. Stacy Rinehart dalam bukunya, Upside Down, menuliskan, "Sebagian besar orang percaya familier
dengan resep Yesus untuk keberhasilan kepemimpinan (Markus 10:43-44), tetapi ketika tiba saatnya untuk
mempraktikkan hal itu, banyak pemimpin meninggalkan nasihat Yesus di jalanan, di Galilea, dan mengikuti
tren kepemimpinan masyarakat." Banyak pemimpin mencoba mengikuti tren kepemimpinan dan
melupakan prinsip Yesus tentang kepemimpinan gembala.
Oleh karena itu, penulis akan mengkaji model kepemimpinan Kristen dan mencoba menemukan signifikasi,
modifikasi, dan formulasi ulang konsep kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam konteks
kepemimpinan Kristen yang dikaji secara hermeneutika dan teoretis.

Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Gembala

Pada bagian ini, penulis membahas hasil konsep kepemimpinan gembala yang juga sudah banyak diadopsi
oleh tren teori kepemimpinan secara umum.

Prinsip Kebaikan

Memimpin dengan kebaikan harus berpola pada kebaikan hati Allah. Dalam teologi, kata "kebaikan"
(goodness atau chrestotes) diidentikkan dengan kemurahan Allah (di bawah pembahasan Allah Mahakasih).
Albert Barnes (teolog) memberikan arti kata ini sebagai kindness yaitu kebaikan hati, keramahan,
perbuatan baik, kasih sayang. Allah itu baik, Ia penuh belas kasih, baik hati, penuh anugerah,
mementingkan kepentingan orang lain (altruisme) sehingga Allah yang penuh dengan kebaikan berarti
Allah yang mengasihi umat-Nya, Allah yang lemah lembut, baik hati, dan selalu memberikan anugerah, dari
zaman Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. Kasih setia Allah dicurahkan kepada umat-Nya, Israel,
meskipun mereka terus berdosa. Ketika Allah harus menghukum Israel karena kebebalan hati mereka yang
terus menyembah berhala, Ia tetap mengasihi mereka sehingga setelah mereka bertobat, Allah tetap
mengasihi dan memulihkan keadaan mereka. Namun, kebaikan Allah tidak pernah boleh dipisahkan dengan
keadilan-Nya.

Konsep kebaikan ini dapat diaplikasikan dalam kepemimpinan Kristen. Sifat moral Allah yang Mahabaik
menantang pemimpin Kristen untuk memiliki kebaikan moral dan semangat altruisme dalam karakternya.

Prinsip Ketulusan Hati

Kajian hermeneutika tentang ketulusan hati berbicara tentang integritas seorang pemimpin.
Raja Daud dalam Kitab Suci dikatakan, "Ia menggembalakan umat Israel dengan ketulusan hatinya, dan
menuntun mereka dengan kecakapan tangannya." (Mazmur 78:72) Itu sebabnya, memiliki kompetensi saja
dalam sebuah kepemimpinan tidaklah cukup, dibutuhkan juga ketulusan hati.
Rendahnya integritas telah menjadi masalah kepemimpinan, termasuk dalam kepemimpinan Kristen. John
Maxwell berkata, "Menurut survei di Amerika yang dilakukan terhadap sekitar 1.300 pimpinan perusahaan
dan pejabat di pemerintahan, ketika ditanya kualitas apakah yang paling penting dimiliki untuk sukses
menjadi pemimpin, sebanyak 71% dari mereka memilih integritas.

Kata integritas berarti keadaan yang sempurna, perkataan dan perbuatan menyatu dalam diri seseorang.
Seseorang yang memiliki integritas tidak meniru orang lain, tidak berpura-pura, tidak ada yang
disembunyikan, dan tidak ada yang perlu ditakuti. Kehidupan seorang pemimpin adalah seperti surat
Kristus yang terbuka (2 Korintus 3:2).
Integritas sebagai karakter bukan dilahirkan, melainkan dikembangkan setahap demi setahap dalam hidup
kita melalui kehidupan yang mau belajar dan keberanian untuk dibentuk Roh Kudus. Itu sebabnya, seorang
pemimpin terkenal berani berkesimpulan bahwa karakter yang baik akan jauh lebih berharga dan dipuji
orang daripada bakat atau karunia yang terhebat sekalipun. Kegagalan sebagai pemimpin bukan terletak
pada strategi dan kemampuannya dalam memimpin, melainkan pada tidak adanya integritas pada diri
pemimpin.
Prinsip Kecakapan

Memimpin dengan kecakapan berarti memiliki kompetensi. Menurut Dr. Yakob Tomatala, kompetensi
meliputi banyak hal, yaitu kompetensi karakter, pengetahuan, dan keahlian. Dalam tulisan
ini, penulis khusus mengambil dua hal dari kompetensi keahlian yang menolong menguatkan
kepemimpinan gembala kita, yaitu kecakapan hubungan antarmanusia (relationship) dan kecakapan
keahlian teknis. Ada dua kompetensi kepemimpinan. Pertama, kecakapan yang berkenaan dengan
"hubungan antarmanusia" atau disebut juga "keterampilan atau kecakapan sosial". Seorang pemimpin
yang baik tidak hanya menyadari bahwa ia membutuhkan orang lain, tetapi juga dengan penuh tanggung
jawab dapat membina hubungan baik dengan orang lain yang menjamin kerja sama yang baik dan
keberhasilan kerja. Hubungan baik dengan orang lain harus dimulai oleh pemimpin. Ia harus memiliki tekad
untuk menyukainya, dan menghidupinya dengan penuh tanggung jawab. Prinsip kepemimpinan Tuhan
Yesus tetap berlaku di sini, yaitu: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka ...." (Matius 7:12) Tekanan utama yang diberikan di sini adalah
bahwa apa saja yang dilakukan oleh seorang pemimpin mencerminkan apa saja yang akan/telah diperbuat
orang kepadanya. Apabila pemimpin menghendaki dan melaksanakan/membina hubungan baik dengan
siapa saja, ia pun akan menerima kebaikan dari tindakannya.
Kedua, kecakapan yang berkaitan dengan "hubungan pelaksanaan tugas", yaitu seorang yang disebut ahli,
tahu dan dapat melakukan tugasnya dengan baik dan benar. Keterampilan, keahlian, atau kecakapan tugas
berkaitan erat dengan hal-hal praktis yang bersifat teknis sehingga dapat juga disebut keahlian
teknis/praktis. Keahlian ini berkaitan erat dengan "bagaimana melaksanakan tugas", yang harus
dilaksanakan dengan baik dan pemimpin harus memiliki keahlian khas, khususnya yang berkenaan dengan
kecakapan memimpin.

Itu sebabnya, dalam memimpin, seseorang tidak boleh pernah berhenti belajar, baik dalam bentuk formal
maupun informal. Pembelajaran yang terus-menerus akan menghasilkan kecakapan yang lebih banyak lagi.
Pembelajaran tidak berfokus pada gelar, namun pada pemenuhan salah satu kunci sukses pemimpin
gembala, yaitu cakap, yang meliputi cakap mengajar, cakap berelasi, dan cakap memimpin.
Kajian hermeneutika terhadap kata "kesetiaan" adalah penting dalam kosakata teologi Kristen dan juga
pemimpin gembala. Setidaknya, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, pemimpin dituntut
Tuhan untuk mencintai kesetiaan (love mercy), di samping adil dan hidup dengan rendah hati di hadapan
Allah (Mikha 6: 8). Kesetiaan harus ditunjukkan di samping kasih sayang kepada masing-masing karena
Tuhan akan menjadi Allah mereka dalam kesetiaan dan kebenaran (Zakharia 7:9 dan 8:8). Setidaknya, ada
tiga alasan mengapa kesetiaan itu penting. Pertama, kesetiaan adalah yang terpenting dalam Hukum
Taurat (Matius 23:23); kedua, kesetiaan merupakan salah satu buah Roh Kudus yang harus ada dalam
kehidupan kita (Galatia 5:22); ketiga, kesetiaan merupakan salah satu yang harus dikejar di samping
keadilan, kasih, dan damai (2 Timotius 2:22).
Menurut pengamatan saya, banyak ahli kepemimpinan, dalam buku mereka, tidak menyukai kata
"kesetiaan" karena sering kali, kata itu disalahgunakan sebagai tameng untuk berlindung dari kegagalan
memimpin. Walaupun demikian, kesetiaan tidak boleh dihilangkan dalam kamus pemimpin gembala karena
tanpa kesetiaan, kita tidak berhak menuntut loyalitas yang sama dari pengikut kita. Justru ini yang menjadi
kunci keberhasilan pemimpin gembala.

Kesimpulan

Tren kepemimpinan telah berkembang sangat pesat dan dapat dengan mudah dipelajari secara mandiri.
Bahkan, nilai dan prinsip biblika telah mewarnai semua lini prinsip ilmu kepemimpinan. Namun, dalam lini
praktika, gereja diperhadapkan pada kompleksitas kultural, masalah sosial, dan konteks yang sangat
beragam. Saat ini, pemimpin tidak boleh berhenti dengan penerapan kepemimpinan dalam kehidupan. Ada
banyak keunikan yang akan ditemukan di lapangan. Seperti kata Robert Clinton, pemimpin sedang
memasuki university of life, tempat penerapan nilai kepemimpinan tidak pernah berhenti. Nilai-nilai itu
harus terus digali.
Salah satu hal yang menjadi solusi dalam kepemimpinan saat ini adalah perlunya pengembangan
kepemimpinan yang berhati gembala. Nilai ini bersumber dari Yesus sendiri, melalui hidup dan pengajaran-
Nya. Prinsip itu didasarkan pada kebaikan, ketulusan hati, kecakapan, dan kesetiaan dalam kebenaran.
Prinsip ini kekal, tetapi penerapannya membutuhkan waktu dan kerja keras dalam konteks masyarakat
pascamodern ini.

Hal ini ditegaskan oleh pernyataan Anthony D'Souza tentang hasil dalam menerapkan pemimpin gembala,
"Gembala adalah model bagi para pemimpin dari segala organisasi, termasuk perusahaan industri dan
komersial. Pemimpin dituntut untuk bertindak sebagai gembala sejati atas organisasinya, yang pertama-
tama dan terutama dilihat sebagai komunitas manusia. Dengan demikian, pemimpin semacam ini akan
memperoleh loyalitas dan komitmen dari para pegawai dan pelanggan; dan pada gilirannya, akan meraih
apa yang tidak pernah dapat diperintahkan oleh pemimpin lain."

https://www.neliti.com/publications/137819/kepemimpinan-gembala-suatu-kajian-filosofis-tentang-proses-
integrasi-kepemimpina

1. Problem Solving Decision Making

Pelatihan Problem solving akan menjadi skill yang sangat dibutuhkan di masa depan, bukan
sekadar kemampuan menyelesaikan masalah saja. Problem solving adalah sebuah pola pikir atau
mindset yang akan membawa secara tidak langsung untuk berpikir positif dan solutif. Di Era
Digital yang sangat dinamis ini butuh penyikapan yang tak biasa, terutama menangani hal-hal
yang secara tiba-tiba akan menjadi suatu permasalahan.
2. Effective Leadership

Pemimpin yang efektif mengembangkan cara kerja baru dengan menyesuaikan diri dengan
kenyataan di luar dan tidak hanya yang terjadi di dalam batas-batas organisasi. Mereka
memvisualisasikan dan merancang gambaran besar dalam pikiran mereka terlebih dahulu dan
kemudian membuat narasi bagi semua orang untuk menyelaraskan pekerjaan mereka dengan itu.
Kepemimpinan yang efektif membutuhkan disiplin dan latihan seperti halnya membangun
kebiasaan lainnya. Secara khusus pelatihan leadership, berkomitmen untuk mempraktikkan ini:
3. Powerless Leadership

Kepemimpinan Powerless adalah teori yang mengatakan bahwa pemimpin bekerja dengan tim
untuk mengidentifikasi perubahan apa yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi. Diperkirakan
bahwa pelatihan leadership ini termasuk salah satu untuk meningkatkan motivasi, moral dan
prestasi kerja. Dengan proses yang mendukung dan melibatkan anggota tim, memberi mereka
rasa kekuatan dalam mengarahkan pekerjaan. Ini membuat setiap orang menjadi panutan,
menginspirasi team mereka untuk terlibat dengan cara yang sama.

4. Creativity & Innovation

Kemampuan berpikir kreatif harus dikembangkan dalam setiap individu sebagai keterampilan.
Salah satu skill di dalam pelatihan leadership ini untuk mendorong pemikiran innovasi dan
kreativitas melalui pemecahan masalah didalam kondisi tertentu.

5. Inspiring & Motivation

Salah satu hal yang paling menonjol dari gaya leadership milenial adalah merangkul anggota
dengan baik. Tidak heran ketika pemimpin millennials merangkul anggotanya dengan baik,
sebagai anggota team akan merasa dikasih kebebasan untuk berkreatif, dan memberikan ide-ide
yang innovative.

Anda mungkin juga menyukai