Anda di halaman 1dari 18

1

MATERI DIKPOL (PENDIDIKAN POLITIK)

LATAR BELAKANG DIKPOL


Pendidikan bagi rakyat terkesan lambat dan hampir tidak pernah membuat rakyat
semakin kritis dan berani bertindak mepertanyakan sesuatu yang “gelap” baginya.
Justru pendidikan terasa membuat tumpul dan menina bobokan jalan pikiran rakyat,
ditambah semakin represifnya kekuatan posisi kekuasaan sosial politik di negara ini.

Antara sifat hati-hati rakyat dan cara berpikir konstruktif menjadi perbedaan yang
sangat tipis dan menjadi sebuah fenomena ketakutan yang tidak beralasan. Secara
substansial bahwa pendewasaan berpikir mestinya sudah mulai tumbuh di rakyat tetapi
yang menjadi ironis mengapa tidak pernah berkembang menjadi kekuatan sosial politik.
Sikap mempertanyakan pada sesuatu yang “gelap” adalah awal mula diperlukannya
pemahaman politik, sikap kritis inilah yang diperlukan untuk kemudian diakumulasikan
menjadi pendidikan politik.

Pendidikan politik saat ini lebih dibutuhkan rakyat daripada hanya sekedar mobilisasi
politik yang biasanya dilakukan partai-partai politik demi kebutuhan pemilu sesaat atau
oleh kekuatan kuasa sosio-kultural dalam memenuhi kepentingan pribadinya.
Pendidikan politik (Dikpol) lebih menekankan pada proses pemahaman sikap politik
bersama antar individu yang mengikatkan diri (kelompok), sehingga penyamaan
persepsi dan pilihan langkah-langkahnya pun berdasarkan kemampuan dan
kesepakatan bersama demi tujuan yang dipahami ”terang/transparan” bersama.

DIKPOL SEBAGAI UPAYA PENYADARAN


Semangat Dikpol tetap mengacu pada kaidah advokasi (upaya pembelaan) pada pihak-
pihak yang termarginalkan oleh kebijakan, sebagai sarana pendidikan bagi rakyat jalur
pengorganisasian kekuatan rakyat (non litigasi) yaitu merupakan upaya dengan suatu
percepatan (instant) tetapi tetap mengacu pada proses penyadaran yang dikemas
dengan isu-isu populis dan arusnya kuat sehingga dapat segera diukur kekuatan
akselerasi opini ataupun keberhasilannya (mewujudkan kemenangan-kemenangan
kecil). Capaian inipun akan berimplikasi pada jenjang menuju proses hukum (legal
formal) nantinya bila diperlukan dalam upaya advokasinya.

Tuntutan taktis menjadi bahan dan amunisi dalam aksi dikpol, karena prosesnya
meliputi penyiapan data-data, alasan-alasan, massa aksi baru mobilisasi. Agar tetap
menjadi bahan penyadaran dikpol selalu mengacu pada aksi dan refleksi sehingga
evaluasi masih ditekankan dan sedapat mungkin diagendakan untuk dipecahkan.
Dikpol pun didasari dengan identifikasi masalah baru kemudian menghitung kekuatan
dan kelemahan tindakan serta mencari solusi (target) dan disusunlah cara
pencapaiannya. Target jangka pendek (taktis) merupakan tindakan yang biasanya akan
berimplikasi baik internal maupun eksternal. Implikasi dikpol bagi kelompok :
1. Merupakan sarana konsolidasi taktis, menggunakan isu pengikat dengan
pendekatan kasus yang lagi “in”, secara langsung kasus ini akan berakibat
munculnya solidaritas diantara orang-orang yang dikenainya.
2. Merupakan sarana penekan taktis bagi pihak eksternal (musuh), pendekatan
dengan pengerahan massa aksi ditunjukan sebagai usaha “show of force” pada
pihak musuh agar momentum ini lebih terasa perlu di “blow up” dengan
pembentukan opini umum melalui media pemberitaan (cetak, audio dan audio
visual) baik pers umum maupun alternatif.
Secara praktis dikpol akan menjelaskan posisi-posisi mana “musuh” dan mana “kawan”
dan melihat serta membaca pihak-pihak mana yang dapat diajak kerjasama nantinya
2
ataupun pihak mana saja yang justru menjadi kekuatan kontra produktif (lawan) dalam
usaha perjuangan kelompok ini.

KONDISI YANG MENUNJANG DIKPOL


a. Isu pengikat
Hubungan Dikpol dengan isu-isu populis dimasyarakat mempunyai kedekatan lebih
mutualisma, sebagai awalan posisi isu tersebut akan sangat membantu. dalam
akumulasi permasalahan dan massa pengikut. Semakin populis isu tersebut semakin
kondusif dikpol dilakukan bahkan target dan hasil yang diharapkanpun (tuntutan taktis)
terbuka untuk dicapai. Isu populis secara langsung akan menekankan adanya kondisi
yang secara umum dirasakan oleh massa sedangkan pergerakan massa aksi (demo)
adalah preasure group yang akan menunjang kegiatan dikpol menjadi maksimal.
Tetapi tetap berhitung dengan kondisi yang melingkupi masalah (politik, ekonomi dan
sosial) dan tindakan pihak lain sebagai tindakan antisipatif. Beberapa kondisi yang
menunjang dikpol dilaksanakan :
 Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal,
 Penggusuran tanah/ PKL,
 Penculikan mahasiswa/ aktivis rakyat,
 Pembrangusan suara mahasiswa/ pers,
 Perkosaan (kekerasan terhadap Perempuan),
 Pembunuhan massal,
 Sandiwara pengadilan HAM,
 Tindakan represif dari Aparat keamanan dalam menyelesaikan kasus,
 Mogok kerja sopir/buruh massal,
 Perampasan hak-hak politik rakyat dan sebagainya.
 Melonjaknya harga sembako/BBM/listrik
 Pembunuhan massal (santet)

b. Kelompok inti
Pergerakan massa aksi tidak terlepas adanya suatu kondisi yang belum sempat
terhitung sebelumnya (real lapangan) untuk itu perlu adanya pembentukan kelompok
inti pada waktu aksi (inti asli/bayangan). Kelompok inti nantinya diharapkan dapat
memimpin massa aksi plus massa pengikut (cair) sehingga dimungkinkan akan
memudahkan untuk koordinasi mengatur dan mengarahkan gerakan massa aksi. Ada
beberapa perangkat yang diperlukan misalnya :
1. KORAK (Koordinator Aksi), sebagai pemimpin aksi dilapangan.
2. JUBIR (Juru Bicara) sebagai juru bicara yang akan menerangkan aksi beserta
target opini yang akan ditekankan melalui aksi ini. Melayani konsumsi pers dan
solidaritas aksi. Sekaligus merupakan tim pembuat pernyataan sikap (publikasi).
3. JURDING (Juru Runding) sebagai personal yang dipercaya untuk melakukan
perundingan dengan pihak-pihak yang dituntut (musuh), pasca penguasaan
lapangan. Juru Runding atau Negosiator ini perlu bekal kepandaian omong dan
memahami masalah serta beusaha memperjuangkan tuntutan massa aksi,
koordinasinya dengan KORAK sebagai penekan.
4. KORSIMBAK (Koordinator Simpul Barisan Aksi) sebagai koordinator simpul
kelompok-kelompok aksi bertugas menjaga barisan aksi dan mendinamisir stamina
aksi sehingga selalu menunjang komando dari KORAK secara umum. Korsibak
(aster) ini juga berfungsi sebagai pengaman barisan dari susupan pihak eksternal
yang tidak diketahui asal-usulnya, mengenai rekomendasi penggabungan dengan
massa lainnya adalah tanggung jawab KORAK dengan koordinasi dengan
KORSIMBAK. Dalam kondisi yang aman koordinator simpul hanya menjadi
3
dinamisator dan mengamankan barisan tetapi jika kondisi sudah represif maka yang
perlu dilakukan adalah terutama mengamankan kelompok (savety) secara fisik dan
psikologis, sehingga mampu menenangkan barisan aksi (merapat).
5. KOIN (Kontra Intelejen), sebagai personal yang mempuyai tugas untuk mengamati
perkembangan aksi dari luar jalur, sehingga akan lebih dapat menilai tingkat
keberhasilan dan melihat beberapa faktor yang mengarah pada gangguan aksi.
Serta mampu mengamati setiap gerak-gerik oknum yang mencurigakan (susupan).
KOIN akan berbicara bila menghadapi situasi represif ia dapat mengagambil
tindakan untuk segera menyiapkan barisan Evakuasi (penyelamatan) dan kemudian
menyebarkan informasi pada jaringan solidaritas aksi. Atau pada saat pasca aksi
misalnya saat evaluasi aksi.
6. EVALOG (tim evakuasi dan logistik), sebagai barisan penyelamatan massa aksi jika
terjadi sikap represif dari musuh atau aparat keamanan, penyediaan barisan ini juga
penting agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan (kecelakaan fatal). Untuk
perlengkapannya bisa disediakan kelengkapan setingkat operasi PMR/P3K,
kendaraan pengangkut, makanan dan minuman, bisa juga tandu atau sejenisnya.
Dan penyediaan posko-posko disekitar lokasi aksi, baik dapur umum maupun
persiapan rumah-rumah/ tenda-tenda sebagai tempat perlindungan dan
pengamanan.

c. Solidaritas kerja aksi


kebutuhan massalisasi aksi memang sangat dibutuhkan sehingga diperlukan koordinasi
antar elemen pendukung aksi dan beberapa elemen yang simpati dan solider terhadap
aksi ini. Maka demi kebutuhan sambutan aksi mestinya perlu sosialisasi aksi, kemudian
mengatur kesinambungan aksi jika diperlukan untuk menjaga opini (mempertajam).
Misalnya hanya beberapa kelompok yang melakukan demo dalam suatu lokal maka
solidaritas dari lokal lainnya diharapkan mampu mendukungnya, menyambutnya
dengan aksi serupa atau solidaritas aksi dengan mengeluarkan pernyataan sikap
serupa, mogok/ boikot atau yang lebih konkrit mendukung bahan-bahan logistik.
Penyediaan data base juga merupakan kekuatan logistik aksi, bisa juga diperoleh dari
solidaritas kawan-kawan kerja aksi, keterlibatan ini memungkinkan sebagai support isu
dan penguatan pemberitaan(sosialisasi).

d. Opini Umum
pembentukan opini umum tentu saja berhubungan dengan konsumsi informasi aksi
pada kawan insan pers (wartawan), serta menghitung waktu yang tepat untuk
memunculkan isu dengan tiada lawan tanding mengenai “head line” hari itu agar
garapan aksi ini tidak basi dan tertutup/terlibas dengan isu lainnya yang lebih dahsyat
(Nasional atau kepentingan isu lokal). Penyampaian informasi aksi pada kawan
wartawan (baik media alternatif, lokal, Nasional, Internasional) dan kalangan pro aksi ini
sangat tergantung dengan kesepakatan dan pendekatan kelompok inti terutama
komunikasi Jubir aksi, kemudian untuk opini umumnya membuat statement/ pernyataan
sikap/ surat terbuka dan untuk memperkuat diperlukan pamflet, spanduk serta
beberapa variasi aksi (kesenian atau atraksi lainnya) sehingga kekuatan aksi tersebut
mampu mempengaruhi kondisi umum yang kebetulan terlibat dan menyepakati aksi ini.
Dan ekses yang akan muncul perlu diperhitungkan juga terhadap tanggapan yang akan
berkembang baik internal maupun eksternal, perlu ditanggapi atau tidak adalah
kebutuhan untuk mengantisipasi kondisi yang memungkinkan berbalik kearah aksi ini.
Untuk kebutuhan kedalam (internal) dibutuhkan sosialisasi tentang hasil aksi (media
kumpul, radio komunitas, cetakan sendiri) dan eksternalnya diperlukan sosialisasi
tentang kebutuhan opini selanjutnya kepada solidaritas kerja aksi (wartawan, kelompok
pendukung aksi dan pihak lain yang menanggapi aksi ini). Diharapkan akan muncul
4
kesepakatan kerja selanjutnya yang dimungkinkan selaras dan tidak timbul kontra
produktif yang tidak diinginkan bersama karena kesalahpahaman mengartikan makna
aksi.

e. Pendokumentasian
Selain mencatat kejadian aksi tersebut, sehingga terbuatlah kronologis aksi tetapi yang
perlu disiapkan juga perangkat pendokumentasian yang tidak sekedar arsip dan foto-
foto aksi. Pendokumentasian yang dimaksud adalah upaya penyediaan data base dan
analisa kejadian (penggalian data) sebagai tahap monitoring yang akan memberikan
signal untuk mencegah lebih dini terjadinya kesalahan yang mungkin telah muncul.
Secara eksternal dokumentasi yang dilakukan dapat berfungsi sebagai bahan advokasi
maupun sosialisasi kepada publik. Dan hasil pendokumentasian dapat dijadikan
referensi bagi penanganan kasus lain yang memiliki perspektif dimasa datang.
Sehinnga pemaknaan kejadian atau peristiwa yang terjadi mungkin memiliki pola yang
sama di masa lalu (pengulangan-pengulangan) dan tidak pernah menghasilkan
kemenangan yang berarti, atau justru muncul pandangan mengenai kecenderungan
yang berhubungan dengan kepentingan konstalasi politik elite yang kemudian
mengharuskan untuk menganalisisnya.
5
DIKPOL UNTUK ORGANISASI RAKYAT
1. PEMBENTUKAN GARIS-GARIS PERJUANGAN ORGANISASI RAKYAT

Pokok bahasan:
a. Hak petani sebagai warga negara,
Bahwa hak sebagai warga negara senantiasa harus menjadi dasar kesadaran petani.
Petani merupakan soko guru perekonomian negara Indonesia dalam penguatan
pembangunan di bidang agraris menuju kesejahteraan rakyat. Peran petani tidak bisa
disepelekan begitu saja keadilan Indonesia akan terwujud bila secara jelas dipetakan
hak-hak petani atas kekayaan agraria di bumi tercinta. Artinya jaminan hak petani atas
pengelolaan sumber-sumber daya agraria segera dapat diwujudkan demi
kesejahteraannya. Akan naif rasanya bila petani mati dilumbungnya sendiri,
ketimpangan penguasaan sumber-sumber tersebut mengakibatkan kebodohan,
kemiskinan dan ketidakberdayaan ini semua akibat dari ketidak adilan.

b. Memperjelas sifat organisasi,


Memandang masalah yang ada diperlukan sebuah peran-peran dari petani dan aktivis
untuk tidak hanya bergerak sendiri-sendiri bahwa bergabung dan menyusun kekuatan
merupakan jalan keluar yang nyata. Sebagai elemen perubahan dan warga negara,
dituntut untuk bersikap melawan ketidanadilan yang terjadi/ menimpa maka organisasi
petani bukan saja sebagai organisasi profesi tetapi merupakan organisasi perjuangan.
Organisasi merespon segala kebijakan pemerintah atau pihak mana saja yang
berkaitan dengan pertanian, dan itu menyebabkan ketidakadilan dalam penguasaan
sumber-sumber daya agraria.

Setelah memperjelas organisasi selanjutnya adalah penguatan organisasi, dengan


membentuk sebuah struktur yang mengatur mekanisme kerja yang demokratis, pola
kepemimpinan dan kaderisasi, manajemen yang transparan, perencanaan yang
terukur, pendidikan dan pengorganisasian serta pengaturan mekanisme kontrol
terhadap pelaksanaan organisasi tersebut. Sehingga mempunyai nilai tawar terhadap
pemerintah, bahwa organisasi petani tidak mudah untuk dimobilisir atau terombang-
ambing oleh kepentingan golongan dan pribadi. Kalau memungkinkan justru dapat
memanfaatkan kebijakan pemerintah atau mengadakan pembelaan dan perlawanan
untuk merebut hak-hak petani demi kesejahteraan anggota organisasi dan petani pada
umumnya.

c. Jaringan Organisasi petani,


Kekuatan sebuah pergerakan tani akan terasa sebagai suatu gerakan yang nyata untuk
melakukan perubahan demi kesejahteraan petani sangat penting untuk
menggabungkan berbagai kekuatan yang ada. Dengan kata lain bahwa organisasi
petani tetap harus ada di lokal-lokal dan kemudian ada yang bersifat menjadi “payung”
secara nasional. Kepentingan perubahan pengelolaan agraria adalah pensikapan
nasional, bahwa negara merupakan alat perjuangan bagi kesejateraan rakyatnya, jadi
setiap organ yang mendukung kearah terciptannya kepentingan nasional tersebut perlu
menjalin jaringan yang solid.

2. PEMBENTUKAN KESADARAN KRITIS AKAN ARTI PENTINGNYA TANAH


SEBAGAI MODAL BERTANI
Pokok bahasan :
6
a. Filosofi Kepemilikan tanah sebagai modal utama bertani
Sekarang, mari kita coba menelaah tentang hak milik. Hak milik di sana dikatakan
sebagai hak yang terkuat, namun seringkali terjadi penyerobotan yang dilakukan oleh
perusahaan swasta, pemerintah, militer dsb. Tanah (hak milik) bukan lagi ditempatkan
sebagai modal bagi petani, tapi modal pembangunan (industri, dsb).

Tanah atau lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui, memiliki fungsi yang strategis dalam kehidupan dan kelangsungan hidup
manusia disamping sumberdaya alam lainnya. Selain menjamin kelangsungan hidup,
tanah merupakan modal pokok yang harus tetap terus dijaga kelestariannya demi
jaminan ketersediaan pangan nasional, yang pada saat sekarang ini tampaknya mulai
mencapai titik kritisnya dalam artian jumlah luasannya semakin terbatas.

Tanah merupakan aset produksi, atau sebagai investasi yang langka dan jangka
panjang, kelangkaannya dapat dilihat dari sifatnya yang tetap dan dalam manajemen
modernpun harganya dapat semakin meningkat dan justru bertambah sesuai dengan
masanya. Proses keberlanjutan produksi ini yang sangat berkaitan erat dengan
kepemilikan terhadap tanah, dengan begitu sangat memungkinkan tabungan (investasi)
nilai tanah tersebut beriringan dengan potensi ketahanan pemiliknya. Tapi mengapa
justru semakin tahun tambah banyaknya angka kelahiran dan kematian yang terus
berjalan membuat tanah semakin menyempit saja. Siapakah sebenarnya yang serakah
memakan tanah ?

Filosofi kepemilikan lahan yang dahulu menjadi keyakinan yang sangat kuat ternyata
kini justru diragukan kekuatannya, berpengaruh aktivitas manusia dalam penggunaan
lahan. Pengaruh yang sangat berpotensi di rakyat untuk mempertahankan hak atas
tanah diantaranya:
a. Keyakinan di rakyat bahwa semua lahan itu subur dan sangat berkualitas sehingga
produksinya bagus,
b. amanat waris, dengan ikatan genealogis teritorial (tanah kelahiran dan mati pun
disini di tanah ini)
c. aktifitas sosial rakyat yang masih mengacu pada kolektifitas (clan/keluarga batih),
berarti secara tidak langsung siklus kehidupan di ekosistem masih terjaga demi
keseimbangan ekologi untuk proses produksi.
d. nilai lahan sebagai penyedia “keselamatan“ keluarga (subsisten) lahan beserta daya
dorong secara ekonomis menjadi pertahanan kepemilikan lahan dari
keterpengaruhan nilai-nilai komersial tanah.(plantation dan homogen)
e. pengaruh pengalaman dalam struktur sosial telah terkontaminasi oleh kolonialisme
yang mengakibatkan munculnya peristiwa-peristiwa perubahan politik elite di rakyat,
dan imbasnya pada kebijakan yang menyangkut pertanahan (domein vorklaring,
agrarisch wet, hak istimewa warga negara asing, dan yang terakhir sering didengar
yaitu distribusi lahan/ Landreform atau isu Revolusi Hijau), menjadi catatan
tersendiri di rakyat.

Semua aktifitas rakyat yang ada di atas tadi adalah gambaran sebuah keyakinan
filosofi kepemilikan lahan. Potensi keyakinan di rakyat merupakan dasar pandangan
bahwa membela dan memperjuangkan hak milik tanah rakyat menjadi penting untuk
diatur dan dikelola secara kerakyatan pula. Mengenai akar permasalahan kasus-kasus
tanah di Jawa Timur, terkait dengan sejarah kolonialisme Belanda, bahwa kolonialisme
telah menyebabkan filosofi pemilikan tanah di rakyat mengalami pergeseran bahkan
mengalami perubahan pemahaman dalam perjalanannya.
7
Perubahan-perubahan keyakinan ini mulai bergeser dari jaman kolonial karena muncul
pemahaman bahwa tanah semuanya ini bukanlah milik rakyat tetapi milik pemerintah
Hindia Belanda. Hutan-hutan dibuka menjadi perkebunan-perkebunan besar
(ondernemming) dan dikuasankan pada hak-hak istimewa (Previlaged) oleh orang-
orang Asing/ Eropa. Dan pada perjalanannya ketika saudara tua Asia masuk pun
wilayah negara di kuasai oleh Jepang dan banyak muncul pengelolaan tanah demi
kepentingan perang Asia Pasific. Tanah-tanah dikuasai untuk dijadikan perkebunan dan
perladangan bahan-bahan makanan dan bahan mentah sandang serta penghutan
jatian bukit-bukit ditengah-tengah tanah pemukiman rakyat. Perjalanan berlanjut pada
proses nasionalisasi perusahaan milik Asing oleh Soekarno dan rencana distribusi
tanah untuk penggarap, tetapi rencana tinggal rencana, semua menjadi impian saja
pasca Soekarno jatuh.

Muncul kebijakan-kebijakan Orde Baru utamanya Revolusi Hijau yang berakibat pada
penyempitan pemahaman pemilikan tanah rakyat secara langsung dapat
mempengaruhi hak-hak rakyat untuk mengelola tanah. Muncul lagi isu ketersedian
pangan, mengingat pertumbuhan penduduk yang cepat tetapi tidak diimbangi dengan
adanya produksi pertanian yang memadai. Sehingga yang terjadi adalah pengalihan
kepentingan pemilikan tanah menjadi semangat mekanik merekayasa tanah dan
bermimpi akan tingginya produktifitas, maka yang terjadi tanah rakyat tetap sempit dan
mengalami ketergantungan dengan input saprodi pertanian dari luar(pabrik) semakin
lunas sudah hak-hak rakyat terbeli oleh kepentingan elite politik ORBA.

b. Strategi dan taktis menuju pencapaian tujuan


Pilihan strategis secara struktural adalah berupaya mendesakkan kebijakan nasional
tentang distribusi tanah sebagai modal pertanian untuk petani penggarap. Untuk
mewujudkannya diperlukan sarana antara yang secara internal di petani adalah
kekuatan organisasi untuk membentuk “kuasa “
politik rakyat sehingga sudah selayaknya diterbitkan produk hukum kebijakan negara
tentang pengelolaan agraria.

Pilihan taktisnya penguasaan aset SDA dengan demikian diperlukan perencanaan


untuk “membentuk kuasa” di desa dimana organisasi rakyat tersebut eksis. Proses
perebutan akses ekonomi, politik dan penguatan organ dijadikan usaha akumulasi
logistik organ sementara waktu.

c. Penguatan dan pertahanan organisasi rakyat


Usaha untuk mensosialisasikan gagasan tentang pentingnya kekuatan rakyat
seharusnya seluas mungkin dikabarkan pada siapa saja (stake holder) yang dianggap
dapat menjadi kawan.

Pengembangan skills bagi perkembangan kebutuhan akan pemberdayaan SDM serta


dimungkinkan untuk berapresiasi pada penguatan kelembagaan organ, sehingga
mampu bertahan dalam kurun waktu perjuangannya. Salah satunya penyediaan kader-
kader organisasi rakyat sebagai proses kelangsungan dan perkembangan organisasi
ke depan.

3. PENGUATAN WAWASAN SOSIAL HINGGA MAMPU MENGHADAPI


PERUBAHAN SOSIAL POLITIK.

Pokok bahasan :
8
Pemetaan potensi konflik baik internal maupun eksternal terutama dengan pembacaan
kondisi desa dan sekitarnya. Sehingga dimungkinkan untuk melakukan pembelajaran
analisa politik desa serta antisipasi akan adanya perubahan-perubahan kebijakan yang
akan menyentuh dan melibatkan rakyat. Uji material sebagai sarana latihannya adalan
analisa politik desa dengan subyek material Pilkades, misalnya.

Dan untuk pendidikan dan mempertajam wawasan tentang situasi politik diperlukan
analisa dan studi kebijakan baik lokal, regional maupun nasional. Kemudian tetap
dalam taapan penguatan wawasan studi kasus serta pengetahuan efek-efek
turunannya dari kasus tersebut perlu juga menjadi bahasan “focus discussed groups”
kebutuhan selainnya adalah untuk menguji pola pikir dan komitmen keperpihakan
terhadap kaum yang tertindas.

4. JARINGAN POLITIK PERGERAKAN TANI.

Pokok bahasan :
Akselerasi percepatan jaringan secara kuantitas dan kualitas SDM-nya.
Kelemahan organ yang terlalu terbuka dan cair. Kekurangannya bila organ gerakan
tersebut kaku dan terlalu tertutup. Yang diperlukan adalah suatu model organ gerakan
yang cukup terbuka tetapi terkontrol ketika dimungkinkan untuk mengadakan
percepatan pergerakannya( fleksibel) sehingga mudah bergerak serta terkoordinasi.
Untuk kepentingan hal ini yang perlu dipertimbangkan selain kedekatan sosio kultur dan
geografis kewilayahan adalah kesiapan organ tani, kapasitas dan kuantitas SDM aktivis
dan kader taninya serta kesiapan logistik pergerakan, sehingga jika semua parameter
itu terukur akan menjadi kekuatan “perubahan” yang konkrit.
(studi beberapa masalah yang dihadapi organ pergerakan tani, misalnya SPSU yang
mengcover satu propinsi, FSPJT, Papanjati dan sebagainya)

MATERI DIKCO (PENDIDIKAN COMMUNITY ORGANIZING)

PAKET PROSES BELAJAR BERSAMA MASSA PETANI, UNTUK TAHAP I


MELIPUTI

Pengantar Ansos
I
Ansos secara praktis bertujuan untuk mengetahui situaisi sosial yang ada di
masyarakat/ lingkungan. Ansos akan lebih dapat dijadikan bahan atau alat untuk
merinci realitas sosial dimana didalamnya terdapat golongan-golongan atau kelompok-
kelompok sosial. Hal ini akan lebih diartikan kita akan melihat struktur sosial dan
kekuasaan, ketika ada penguasa-penguasa yang dominan dan menjadi penentu
kebijakan dalam keseluruhan proses sosial di masyarakat. Sehingga jika Ansos
dilakukan secara mendetail tentu saja akan terlihat siapa pihak yang diuntungkan dan
siapa pihak yang dirugikan.

Ansos selain itu juga dimungkinkan untuk melihat struktur dan sistem yang berlaku di
masyarakat, dengan demikian akan selalu memunculkan penyikapan yang akan
berpihak pada siapa yang dikenai sistem tersebut, dan biasanya yang dirugikan adalah
kaum miskin atau rakyat kecil. Dalam pelapisan sosial rakyat kecil menjadi obyek
penguasa dan klas menengah atau kelompok yang diuntungkan oleh kebijakan,
9
semakin seringnya kebijakan itu mengenai rakyat maka semakin sering juga
penindasan menimpanya.

II
Keterbatasan melakukan Ansos adalah bahwa ansos tidak digunakan untuk menjawab/
memecahkan masalah secara langsung. Ansos tidak bisa benar-benar bebas nilai,
karena ansos sangat terkait dengan latar belakang yang dimiliki pelakunya. Bahwa hasil
analisa tersebut juga tidak terlalu berjangka waktu lama, perlu adanya penyesuaian
dalam data yang baru dan penambahan/ kekayaan referensi dan pengalaman
pelakunya. Bagaimana ansos digunakan adalah dengan mendekati realita yang ada
dan kontekstual pada masanya. Dalam langkah pendataan di lapangan seharusnya
lebih menekankan pada kekuatan kondisi real sehingga akan lebih memudahkan untuk
melakukannya bersama komunitas setempat (transek), pemetaan anatomi sosial politik
akan lebih dapat terbuka dengan menggunakan simpul-simpul komunitas setempat.
Tinggal dengan mematerialkan dengan perumpamaan yang jelas dalam penggalian
datanya, artinya jelas klasnya , status sosial atau jelas jabatan para kontak person
setempat.

III
Tetapi yang cukup membuat luas dan tidak terbatas bahwa ansos tersebut bukan
hanya milik para intelektual/ expert/ ahli, tetapi ansos bisa dilakukan siapa saja dan
dimana saja. Sehingga dalam analisanya mampu membuat personifikasi persoalan
atau materi yang belum jelas menjadi terbuka, jadi sangat dimungkinkan bahwa analisa
tersebut mampu berkembang sesuai dengan kebutuhan pelaku dan komunitas. Serta
penyajiannya bisa berupa data kuantitatif yang dijelaskan secara deskriptif maupun
data kualitatif yang bersifat naratif tergantung kebutuhan dalam penyajian dan
peruntukannya.

IV
Analisa sosial dan “perubahan”, bahwa setelah kita melakukan ansos adakah
perubahan yang nyata utamanya dalam diri kita. Justru bukan malah kita merasa lebih
jauh dari hasil analisa yang telah dilakukan, karena analisa sosial selain mengajak kita
untuk lebih mampu menyelami persoalan juga bagaimana kita bersikap atas realita
yang terbuka didepan mata. Ada pada posisi apa diri kita, kemampuan apa yang ada
pada kita, setelah melihat kenyataan tersebut apa yang akan kita impikan selanjutnya
dan yang terakhir apakah usaha kita untuk memimpikannya akan berefek pada
komunitas setempat. Sampai dimana keberpihakan kita akan diuji dalam aktualisasi
selanjutnya (dari tidak merasa apa-apa sampai kini mampu merasakan beberapa apa-
apa) dan yang patut untuk dihormati sebagai pilihan adalah langkah tindak lanjut
bersama komunitas atau berjalan sendiri (kemampuan intektual/ peneliti) dengan sikap
keberpihakan yang jelas-jelas mengangkat kaum tertindas dari keterpurukannya.

UNSUR-UNSUR ANSOS
Historisitas / dinamika Sejarah
Selain melihat perspektif kedepan juga sangat mungkin untuk membuka kisah lalu,
dengan semangat mengadakan perbandingan dengan situasi kekinian yang dialami
(realitas). Sehingga dengan demikian diharapkan mempunyai responbility terhadap
adanya “perubahan”. Historisitas tidak sekedar kronologis peristiwa tetapi lebih
menekankan seberapa efek yang akan ditimbulkan dengan adanya “perubahan” yang
menggejala ataupun menimpa langsung di kehidupan masyarakat, kemudian ketika kita
mulai mengerti duduk peristiwanya maka akibat apakah yang membuat kita merasakan
10
“perubahan “ dalam diri kita ? Penting sekali untuk dapat mengukur/ merasakan (sense)
perubahan di kita setelah mengerti keadaan yang menimpa masyarakat.
Pertanyaan yang dapat membantu:
 Langkah-langkah apa saja yang diambil rakyat dalam situasi sekarang ini ?
 Adakah penyikapan/ gerakan di rakyat ?
 Apa pengaruh peristiwa-peristiwa besar (nasional/lokal) di rakyat ?
 Adakah korban ?

Unsur-unsur struktur
Didalamnya ada sistem struktur pendidikan, kemasyarakatan, kekeluargaan, lembaga-
lembaga sosial, hukum, perdagangan, instansi pemerintahan, ketenagakerjaan, mata
pencarian yang nantinya akan mengarah pada analisis perubahan struktur atau sistem
sosial. Struktur (kerangka) yang dilihat meliputi ekonomi, politik sosial dan budaya.
Bagaimana kita melihat sistem perekonomian dengan persoalan akses “pasar” yang
selalu lekat kaitannya dengan kondisi “uang Internasional” apa mesti selalu begitu
keadaannya. Pendidikan apa yang ada sekarang ini sudah mewakili kekuatan
intelektual ataukah hanya formalitas belaka, apa tidak ada kerangka pikir lainnya
mengenai kebutuhan pendidikan atau metode pendidikan alternatif. Bagaimana dengan
kondisi hukum di negara ini bila mana keadan tersebut bisa berubah , kapan kita harus
selalu sepakat dengan hukum ? Kemudian akankah demokrasi akan muncul dengan
alamiah setelah beberapa syaratnya seperti tersebut diatas tadi berjalan dengan baik.
Mungkinkah tersisa persoalan yang muncul akibat struktur politik, agama dan budaya ?
mulailah dengan kekuatan analisis yang lebih dekat dengan pemikiran rakyat, lalu
kajian berikutnya adalah mengurai perbedaan-perbedaannya.
Pertanyaan yang membantu antara lain :
 Siapa yang menentukan perekonomian di masyarakat dan bagaimana caranya
pengaturan sumber daya misalnya mengenai permodalan, produksi atau kebijakan –
kebijakan ?
 Siapa yang mengatur sistem kekuasaan di masyarakat apakah partai politik, institusi
pemerintahan atau ada kekuatan yang lainnya ?
 Apa yang anda ketahui dengan akronim neoliberal / multinational coorporation? apa
hubungannya dengan sistem ekonomi negara Indonesia dewasa ini ? Apa produk-
produknya ?
 Siapa yang mengatur hubungan sosial antar anggota masyarakat, apa melalui
pendidikannya, jaringan komunikasi yang dijalin, suku adat atau lainnya ?
 Bagaimana masyarakat mengatur sistem budaya dengan mengadakan pemaknaan
terhadap simbol-simbol. Apakah lewat tradisi-tradisi atau kesenian barangkali ?
 Apa pendapat anda / komunitas tentang pengertian pasar ?

Pembagian kelas di masyarakat


Pembagian tingkat atau derajat di masyarakat meliputi pembagian seks, kelas sosial,
kekayaan , etnis, geografis atau pengaruh (tokoh masyarakat, hal ini perlu diketahui
dalam ansos karena pengetahuan mengenai tingkatan dan lapisan sangat membantu
ketika menganalisis bagaimana terjadinya sebuah keputusan/ kebijakan yang
diberlakukan. Siapa yang berada di lapisan elite, menegah dan tertindas (bawah),
tanpa mengesampingkan fakta sosial. Sehingga nantinya akan dapat mengurai sedikit
demi sedikit dan melihat siapa sebenarnya yang membuat keruwetan-keruwetan di
masyarakat. Seberapa besar pengaruh elite termasuk elite agama, tradisi, politik dan
ekonomi dalam memunculkan pelapisan sosial, bagaimana cara kita mengurainya ?
Pertama kali urailah siapa atau pada posisi apa anda sekarang ini baru kemudian anda
mulai bersikap, dan mengurai pelapisan di masyarakat secara obtektif. Adakah efek-
efek yang menimpa kelas paling rendah ? apa saja penyebabnya ? apakah pendidikan
11
formal ada hubungannya atau hanya akses politiknya saja seorang mampu naik
ditingkatan sosialnya.
Bila terjadi efek-efek pada kehidupan masyarakat luas dari peristiwa politik atau
ekonomi yang digagas oleh elite negara siapakah yang akan menanggung biaya
sosialnya pertamakali, pernahkah anda mendengar kesigapan pemerintah menangani
persoalan yang menimpa rakyat. Dengan mengetahui beberapa kasulitan diatas maka
kita akan dapat mengukur kekuatan sebuah kebijakan politik maupun ekonomi yang
digagas negara. Tindakan advokasi semacam apa yang mesti diterima rakyat ? dari
siapa ? Sampai tuntaskah masalahnya ? Ada rekayasa sosial?
Bagaimana peran negara menghadapi pertikaian antar agama, ras dan golongan,
sepanjang yang anda ketahui ? Apa saja usaha yang nampak dan terselesaikan/
adakah suatu pemikiran untuk melihat kembali konstruksi susunan negara ini terbentuk
atau berjalan sampai kini ?

Derajat permasalahan

Analisis ini menyangkut seberapa pengaruhnya struktur sosial (sistem ) ini efektif
berlaku dimasyarakat berarti nanti pun akan masuk kewilayah secara teritorial. Mungkin
pengaruhnya sampai nasional, lokal, regional dan siapa-siapa saja yang terpengaruh
dengan pengambilan keputusan/ kebijakan tersebut. Berhubungan juga dengan siapa
yang akan dirugikan (segmen/sektor), bagaimana nasib buruh, petani penggarap, kaum
miskin kota ? atas dasar apa sistem itu diberlakukan, apa visi dan misinya. Mengukur
derajat permasalahan merupakan kemampuan mengolah data dan bagaimana cara kita
menganalisisnya, hal ini akan berkaitan dengan kondisi kekinian (kontekstual) pada
masanya.
Pernahkah kita rasakan bahwa peristiwa perubahan tersebut terjadi di Pusat kekuasaan
tetapi efeknya sampai juga ke daerah/ lokal dan sampai pada diri kita ? Mengapa
semua itu bisa terjadi ? Kira-kira apa pendapat rakyat lalu apa pendapat kita adalah
hubungan dari jawaban masing-masing ? Negara dalam arti yang terbatas adalah
akumulasi dari kekuatan-kekuatan politik yang berkuasa di panggung-panggung
nasional, bagaimana jika di daerah/ lokal sebatas mana kekuatan tersebut mampu
menjadi penekan ?
Bagaimana bila isu itu berasal dari rakyat mungkinkah ? Agama, ras dan golongan
apakah benar-benar bisa dipastikan muncul dari rakyat ? Menurut anda bagaimana itu
bisa terjadi, siapa-siapa saja pemicunya dan apa efek yang paling luas bila itu sempat
merembet ?

Ansos dan metode pendekatan


1. Tidak terikat dengan ruang kelas, ansos tidak melulu harus diadakan dalam
ruangan tetapi bisa menggunakan sarana atau fasilitas seminim apapun. Ruang
terbuka , seperti di kebun-kebun, dangau di sawah, mushola atau langgar atau
apa saja ruang yang memiungkinkan orang dapat dengan enak menyimak
pembicaraan sekaligus mereka tidak terlalu membutuhkan waktu untuk
beradaptasi (lingkungan baru).

2. Alat-alat bantu Ansos, diperlukan atau tidak jika kebutuhan untuk


mempersonifikasikan atau mengkonkritkannya sudah terdapat di lingkungan
tersebut maka gunakanlah beberapa fasilitas yang ada di lapangan sebagai
perumpamaan dan untuk mencontohkan sesuatu biar gamblang dan mudah
ditangkap. Tidak terlalu muluk-muluk dan jauh dari pemikiran pserta setempat
12
tetapi pilihlah benda atau apa saja yang mampu mereka lihat dan perspektifkan
dengan leluasa oleh jalan pikiran peserta. Media proses belajar misalnya meja,
kertas, ballpoint atau spidol, musik, film dapat secara kondisional dipergunakan,
bila memungkinkan tanpa alat-alat bantu tersebut penyampaian materi masuk
dan dipahami oleh peserta. Untuk mengeceknya sekali kali perlu dilemparkan
contoh-contoh tadi dengan cara peserta sendiri dalam menyampaikan
pendapatnya tanpa alat atau menggunakan alat pilihannya sendiri.

3. Waktu penyampaian, kelonggaran waktu peserta biasanya sangat mendukung


proses belajar ansos, artinya tidak dalam waktu yang terburu-buru atau pas
waktu-waktu sibuk untuk peserta dan tidak dapat di tinggalkan. Maka untuk
mengantisipasinya di perlukan manajemen waktu bagi penyelenggara agar
mempunyai estimasi pilihan dan penggunaan waktu. Misalnya bagi petani dan
buruh sesuai dengan musim (mengikuti trend dan jam kerjanya), untuk
mahasiswa pilihan waktu rehat atau liburan (musim pasca ujian atau tentament),
untuk kaum miskin kota yang terlalu padat dengan kegiatan ekonominya
biasanya diatur dengan pilihan waktu setelah jam-jam kerja (malam hari). Bisa
diatur dengan model kesepakatan belajar diantara mereka, yang terpenting tidak
mengganggu kegiatan rutinnya. Proses ansos agar tidak terlalu tergantung
dengan kondisi setempat mungkin dapat memilih tempat dilain wilayah yang
kondisinya sama dengan lingkungan asal (komunitasnya, fasilitas belajar,
kehidupan sosial) sehingga masih dimungkinkan untuk mengatur waktu yang
pasti sebagai ukuran target penyampaian dan penerimaan materi.

4. Penyampaian materi, tetap menggunakan pendekatan pendidikan orang


dewasa (POD) untuk mengangkat memori dan pernyataan yang terpendam.
Pemandu diharapkan tidak terlalu memotong pembicaraan yang sedang
diuraikan, usahakan untuk selalu menyimak (akumulasi) setiap point pernyataan
yang kemudian dapat dilempar atau didetailkan. Kaidah POD dapat ditunjang
dengan ketarmpilan dan sense metode PAR sehingga akan selalu ada
korelasinya antara pendapat individu, diskusi kelompok maupun panelnya.
Kemudian untuk melihat dinamika forum diperlukan kemampuan menangkap
keinginan yang tersembunyi dari peserta atau slentingan tentang proses belajar
tersebut, maka yang harus dilakukan oleh pemandu bisa menghangatkan
dengan permainan atau dapat mengulas lagi kesepakatan belajar (kesepakatan
ulang). Pemandu tidak diharapkan menjadi orang yang menjadi sumber ataupun
pakar yang selalu dapat menyelesaikan persoalan tetapi lebih ditekankan
menjadi fasilitator yang dapat membangun suasana forum menjadi hidup dan
berkembang segar dan tidak menjenuhkan. Pemandu tidak selamanya benar,
boleh melakukan kesalahan demi meningkatkan daya kritis peserta.

5. Keyakinan pemandu, bahwa melakukan kegiatan ini demi perkembangan pola


pikir peserta Ansos, jadi akan lebih bijaksana bila kemampuan pemandu
senantiasa tercurah dalam bangunan forum ini. Bila dalam proses tersebut
mengalami kesulitan untuk membangun suasana forum sangat dimungkinkan
untuk mencoba berdialog dengan peserta dikala rehat atau berdiskusi dengan
pemandu lainnya untuk memperoleh jalan keluar. Pemandu harus mempunyai
suatu ukuran dan keyakinan bahwa akibat yang paling sederhana/ minim telah
menjadi target proses ini, meskipun tidak perlu harus memaksakan kehendaknya
(memaksakan). Bahwa dalam prose belajar ini akan muncul “perubahan” dari
kondisi asalnya, keyakinan ini merupakan modal utama pemandu untuk
mencoba membangun alam kognisi peserta. Sabar dalam menggali dan
13
mengidentifikasi potensial forum dan kemampuan peserta akan mendukung
keberhasilan proses ini.

6. Kemampuan penggunaan bahasa, bahasa sebagai alat komunikasi kadang-


kadang menjadi kata kunci penyampaian sebuah materi dan gagasan untuk
mengembangkan dinamika forum. Perlu menjadi pertimbangan bahwa
kemampuan bahasa akan mampu meningkatkan kedekatan dengan ‘prokem’
yang ada, ada juga dalam kondisi tertentu yang harus memaksa pemandu untuk
menggunakan beberapa “vocab” ataupun harus membuka dengan pengantar
yang dimengerti oleh peserta. Maka kesiapan penggunaan bahasa sangat
menunjang penyampaian materi terutama penguasaan beberapa bahasa daerah
Madura, Jawa, Osing untuk keperluan di wilayah sosio kultural daerah Tapal
Kuda. Untuk penggunaan bahasa Indonesia dan istilah Asing yang perlu dipilih
adalah “vocab” yang familier dan populer sehingga mudah untuk dicerna, untuk
penambahan penggunaan kata-kata “prokem mahasiswa” kadang beberapa jika
perlu bisa disentil sebagai bumbu. Tetapi bagi peserta buruh dan petani atau
kaum miskin kota yang perlu untuk dijadikan pengingatan adalah bagaimana
pemandu mampu menerjemahkan dalam bahasa-bahasa keseharian (diksi
lokal). Sebelumnya jika diperlukan pemandu layak membuat glosarium kata-kata
sulit baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing.

7. Catatan perkembangan forum, mencatat perkembangan pembicaraan sekitar


proses belajar sangat perlu untuk dilakukan oleh pemandu, karena hal ini akan
sangat membantu pemandu bila akan memulai lagi. Menginjak pada proses
berikutnya pemandu lebih mampu mengadakan ulasan akan proses yang lalu,
sehingga peserta mampu diajak untuk mengkritisi proses kemarin. Pemantauan
proses sering dilupakan akibatnya apabila terdapat beberapa pernyataan-
pernyataan yang menunjang tetapi terlalu dini terlontar dalam forum nantinya
akan dapat ditanggapi bukan malah untuk ditinggalkan. Merupakan penghargaan
yang tiada taranya bila pendapat atau pernyataan dari peserta saat belajar cara
POD tersebut diungkap dan menjadi bahasan forum.

Materi-materi :

1. tehnik Investigasi tahap awal ,


2. teknik Pengorganisasian,
3. Pemetaan desa/ Transeks dan PRA,
4. Jurnalistik untuk pemula,
5. teknis produksi pertanian mandiri ,
6. Advokasi , sebuah pengantar
7. Pendampingan kelompok tani
8. Pembentukan OR

MATERI DIKCO (PENDIDIKAN COMMUNITY ORGANIZING)

PAKET PROSES BELAJAR BERSAMA MASSA PETANI, UNTUK TAHAP II


MELIPUTI :
14
ANALISA SOSIAL DAN KONSTALASI SOSIAL POLITIK,
I
Ansos secara luas bertujuan untuk mengetahui situasi sosial yang menggejala di
masyarakat/ lingkungan. Ansos akan lebih dapat dijadikan bahan atau alat untuk
merinci kecenderungan fenomena sosial politik dimana didalamnya terdapat golongan-
golongan atau kelompok-kelompok sosial yang merupakan elemen-elemen pembentuk
situasi poltik.
Hal ini akan lebih diartikan kita akan melihat struktur sosial dan kekuasaan, ketika ada
penguasa-penguasa yang dominan dan menjadi penentu kebijakan dalam keseluruhan
proses sosial di masyarakat. Sehingga jika Ansos dilakukan secara mendetail tentu saja
akan terlihat siapa pihak yang diuntungkan dan siapa pihak yang dirugikan. Logika
politik rakyat tentu saja berbeda dengan logika poltik elite kekuasaan.
Sehingga dengan Ansos dimungkinkan untuk melihat struktur dan sistem yang berlaku
dalam prilaku politik para negarawan (politikus), dengan demikian akan selalu
memunculkan produk kebijakan (peraturan) yang akan berpihak pada siapa yang
diuntungkan oleh sistem tersebut.
II
Kecerdasan melakukan Ansos adalah bila kita berada ditengah massa jadi konteks
realita, dalam langkah pendataan pemetaan anatomi sosial politik akan lebih detail
terpetakan. Dan semakin jelas pula koordinasi dengan simpul-simpul komunitas
setempat yang terorganisir untuk mematerialkannya dalam bentuk action plan.

III
Analisa sosial dan “perubahan”, bahwa setelah kita melakukan ansos adakah
perubahan yang nyata utamanya dalam diri kita.
Ada pada posisi apa diri kita, kemampuan apa yang ada pada kita, setelah melihat
kenyataan tersebut apa yang akan kita impikan selanjutnya dan yang terakhir apakah
usaha kita untuk memimpikannya akan berefek pada komunitas setempat. Dengan
hasil pemetaan yang detail dan sikap serta pengetahuan pada posisi maka akan lebih
mudah kita menciptakankemenangan-kemenagan kecil.

UNSUR-UNSUR ANSOS
Historisitas / dinamika Sejarah
selain melihat perspektif kedepan juga sangat mungkin untuk membuka kisah lalu,
dengan semangat mengadakan perbandingan dengan situasi kekinian yang dialami
(realitas). Sehingga dengan demikian diharapkan mempunyai responbility terhadap
adanya “perubahan”. Historisitas tidak sekedar kronologis peristiwa tetapi lebih
menekankan seberapa efek yang akan ditimbulkan dengan adanya “perubahan” yang
menggejala ataupun menimpa langsung di kehidupan masyarakat, kemudian ketika kita
mulai mengerti duduk peristiwanya maka akibat apakah yang membuat kita merasakan
“perubahan “ dalam diri kita ? Penting sekali untuk dapat mengukur/ merasakan (sense)
perubahan di kita setelah mengerti keadaan yang menimpa masyarakat.
Pertanyaan yang dapat membantu:
 Langkah-langkah apa saja yang diambil rakyat dalam situasi sekarang ini ?
 Adakah penyikapan/ gerakan di rakyat ?
 Apa pengaruh peristiwa-peristiwa besar (nasional/lokal) di rakyat ?
 Adakah korban ?

Unsur-unsur struktur
Didalamnya ada sistem struktur pendidikan, kemasyarakatan, kekeluargaan, lembaga-
lembaga sosial, hukum, perdagangan, instansi pemerintahan, ketenagakerjaan, mata
pencarian yang nantinya akan mengarah pada analisis perubahan struktur atau sistem
15
sosial. Struktur (kerangka) yang dilihat meliputi ekonomi, politik sosial dan budaya.
Bagaimana kita melihat sistem perekonomian dengan persoalan akses “pasar” yang
selalu lekat kaitannya dengan kondisi “uang Internasional” apa mesti selalu begitu
keadaannya. Pendidikan apa yang ada sekarang ini sudah mewakili kekuatan
intelektual ataukah hanya formalitas belaka, apa tidak ada kerangka pikir lainnya
mengenai kebutuhan pendidikan atau metode pendidikan alternatif. Bagaimana dengan
kondisi hukum di negara ini bila mana keadan tersebut bisa berubah , kapan kita harus
selalu sepakat dengan hukum ? Kemudian akankah demokrasi akan muncul dengan
alamiah setelah beberapa syaratnya seperti tersebut diatas tadi berjalan dengan baik.
Mungkinkah tersisa persoalan yang muncul akibat struktur politik, agama dan budaya ?
mulailah dengan kekuatan analisis yang lebih dekat dengan pemikiran rakyat, lalu
kajian berikutnya adalah mengurai perbedaan-perbedaannya.
Pertanyaan yang membantu antara lain :
 Siapa yang menentukan perekonomian di masyarakat dan bagaimana caranya
pengaturan sumber daya misalnya mengenai permodalan, produksi atau kebijakan –
kebijakan ?
 Siapa yang mengatur sistem kekuasaan di masyarakat apakah partai politik, institusi
pemerintahan atau ada kekuatan yang lainnya ?
 Apa yang anda ketahui dengan akronim neoliberal / multinational coorporation? apa
hubungannya dengan sistem ekonomi negara Indonesia dewasa ini ? Apa produk-
produknya ?
 Siapa yang mengatur hubungan sosial antar anggota masyarakat, apa melalui
pendidikannya, jaringan komunikasi yang dijalin, suku adat atau lainnya ?
 Bagaimana masyarakat mengatur sistem budaya dengan mengadakan pemaknaan
terhadap simbol-simbol. Apakah lewat tradisi-tradisi atau kesenian barangkali ?
 Apa pendapat anda / komunitas tentang pengertian pasar ?

Pembagian kelas di masyarakat


Pembagian tingkat atau derajat di masyarakat meliputi pembagian seks, kelas sosial,
kekayaan , etnis, geografis atau pengaruh (tokoh masyarakat, hal ini perlu diketahui
dalam ansos karena pengetahuan mengenai tingkatan dan lapisan sangat membantu
ketika menganalisis bagaimana terjadinya sebuah keputusan/ kebijakan yang
diberlakukan. Siapa yang berada di lapisan elite, menegah dan tertindas (bawah),
tanpa mengesampingkan fakta sosial. Sehingga nantinya akan dapat mengurai sedikit
demi sedikit dan melihat siapa sebenarnya yang membuat keruwetan-keruwetan di
masyarakat. Seberapa besar pengaruh elite termasuk elite agama, tradisi, politik dan
ekonomi dalam memunculkan pelapisan sosial, bagaimana cara kita mengurainya ?
Pertama kali urailah siapa atau pada posisi apa anda sekarang ini baru kemudian anda
mulai bersikap, dan mengurai pelapisan di masyarakat secara obtektif. Adakah efek-
efek yang menimpa kelas paling rendah ? apa saja penyebabnya ? apakah pendidikan
formal ada hubungannya atau hanya akses politiknya saja seorang mampu naik
ditingkatan sosialnya.
Bila terjadi efek-efek pada kehidupan masyarakat luas dari peristiwa politik atau
ekonomi yang digagas oleh elite negara siapakah yang akan menanggung biaya
sosialnya pertamakali, pernahkah anda mendengar kesigapan pemerintah menangani
persoalan yang menimpa rakyat. Dengan mengetahui beberapa kasulitan diatas maka
kita akan dapat mengukur kekuatan sebuah kebijakan politik maupun ekonomi yang
digagas negara. Tindakan advokasi semacam apa yang mesti diterima rakyat ? dari
siapa ? Sampai tuntaskah masalahnya ? Ada rekayasa sosial?
Bagaimana peran negara menghadapi pertikaian antar agama, ras dan golongan,
sepanjang yang anda ketahui ? Apa saja usaha yang nampak dan terselesaikan/
16
adakah suatu pemikiran untuk melihat kembali konstruksi susunan negara ini terbentuk
atau berjalan sampai kini ?

Derajat permasalahan
Analisis ini menyangkut seberapa pengaruhnya struktur sosial (sistem ) ini efektif
berlaku dimasyarakat berarti nanti pun akan masuk kewilayah secara teritorial. Mungkin
pengaruhnya sampai nasional, lokal, regional dan siapa-siapa saja yang terpengaruh
dengan pengambilan keputusan/ kebijakan tersebut. Berhubungan juga dengan siapa
yang akan dirugikan (segmen/sektor), bagaimana nasib buruh, petani penggarap, kaum
miskin kota ? atas dasar apa sistem itu diberlakukan, apa visi dan misinya. Mengukur
derajat permasalahan merupakan kemampuan mengolah data dan bagaimana cara kita
menganalisisnya, hal ini akan berkaitan dengan kondisi kekinian (kontekstual) pada
masanya.
Pernahkah kita rasakan bahwa peristiwa perubahan tersebut terjadi di Pusat kekuasaan
tetapi efeknya sampai juga ke daerah/ lokal dan sampai pada diri kita ? Mengapa
semua itu bisa terjadi ? Kira-kira apa pendapat rakyat lalu apa pendapat kita adalah
hubungan dari jawaban masing-masing ? Negara dalam arti yang terbatas adalah
akumulasi dari kekuatan-kekuatan politik yang berkuasa di panggung-panggung
nasional, bagaimana jika di daerah/ lokal sebatas mana kekuatan tersebut mampu
menjadi penekan ?
Bagaimana bila isu itu berasal dari rakyat mungkinkah ? Agama, ras dan golongan
apakah benar-benar bisa dipastikan muncul dari rakyat ? Menurut anda bagaimana itu
bisa terjadi, siapa-siapa saja pemicunya dan apa efek yang paling luas bila itu sempat
merembet ?

ANSOS DAN METODE PENDEKATAN :


8. Tidak terikat dengan ruang kelas, ansos tidak melulu harus diadakan dalam
ruangan tetapi bisa menggunakan sarana atau fasilitas seminim apapun. Ruang
terbuka , seperti di kebun-kebun, dangau di sawah, mushola atau langgar atau
apa saja ruang yang memiungkinkan orang dapat dengan enak menyimak
pembicaraan sekaligus mereka tidak terlalu membutuhkan waktu untuk
beradaptasi (lingkungan baru).

9. Alat-alat bantu Ansos, diperlukan atau tidak jika kebutuhan untuk


mempersonifikasikan atau mengkonkritkannya sudah terdapat di lingkungan
tersebut maka gunakanlah beberapa fasilitas yang ada di lapangan sebagai
perumpamaan dan untuk mencontohkan sesuatu biar gamblang dan mudah
ditangkap. Tidak terlalu muluk-muluk dan jauh dari pemikiran pserta setempat
tetapi pilihlah benda atau apa saja yang mampu mereka lihat dan perspektifkan
dengan leluasa oleh jalan pikiran peserta. Media proses belajar misalnya meja,
kertas, ballpoint atau spidol, musik, film dapat secara kondisional dipergunakan,
bila memungkinkan tanpa alat-alat bantu tersebut penyampaian materi masuk
dan dipahami oleh peserta. Untuk mengeceknya sekali kali perlu dilemparkan
contoh-contoh tadi dengan cara peserta sendiri dalam menyampaikan
pendapatnya tanpa alat atau menggunakan alat pilihannya sendiri.

10. Waktu penyampaian, kelonggaran waktu peserta biasanya sangat mendukung


proses belajar ansos, artinya tidak dalam waktu yang terburu-buru atau pas
waktu-waktu sibuk untuk peserta dan tidak dapat di tinggalkan. Maka untuk
mengantisipasinya di perlukan manajemen waktu bagi penyelenggara agar
mempunyai estimasi pilihan dan penggunaan waktu. Misalnya bagi petani dan
buruh sesuai dengan musim (mengikuti trend dan jam kerjanya), untuk
17
mahasiswa pilihan waktu rehat atau liburan (musim pasca ujian atau tentament),
untuk kaum miskin kota yang terlalu padat dengan kegiatan ekonominya
biasanya diatur dengan pilihan waktu setelah jam-jam kerja (malam hari). Bisa
diatur dengan model kesepakatan belajar diantara mereka, yang terpenting tidak
mengganggu kegiatan rutinnya. Proses ansos agar tidak terlalu tergantung
dengan kondisi setempat mungkin dapat memilih tempat dilain wilayah yang
kondisinya sama dengan lingkungan asal (komunitasnya, fasilitas belajar,
kehidupan sosial) sehingga masih dimungkinkan untuk mengatur waktu yang
pasti sebagai ukuran target penyampaian dan penerimaan materi.

11. Penyampaian materi, tetap menggunakan pendekatan pendidikan orang


dewasa (POD) untuk mengangkat memori dan pernyataan yang terpendam.
Pemandu diharapkan tidak terlalu memotong pembicaraan yang sedang
diuraikan, usahakan untuk selalu menyimak (akumulasi) setiap point pernyataan
yang kemudian dapat dilempar atau didetailkan. Kaidah POD dapat ditunjang
dengan ketarmpilan dan sense metode PAR sehingga akan selalu ada
korelasinya antara pendapat individu, diskusi kelompok maupun panelnya.
Kemudian untuk melihat dinamika forum diperlukan kemampuan menangkap
keinginan yang tersembunyi dari peserta atau slentingan tentang proses belajar
tersebut, maka yang harus dilakukan oleh pemandu bisa menghangatkan
dengan permainan atau dapat mengulas lagi kesepakatan belajar (kesepakatan
ulang). Pemandu tidak diharapkan menjadi orang yang menjadi sumber ataupun
pakar yang selalu dapat menyelesaikan persoalan tetapi lebih ditekankan
menjadi fasilitator yang dapat membangun suasana forum menjadi hidup dan
berkembang segar dan tidak menjenuhkan. Pemandu tidak selamanya benar,
boleh melakukan kesalahan demi meningkatkan daya kritis peserta.

12. Keyakinan pemandu, bahwa melakukan kegiatan ini demi perkembangan pola
pikir peserta Ansos, jadi akan lebih bijaksana bila kemampuan pemandu
senantiasa tercurah dalam bangunan forum ini. Bila dalam proses tersebut
mengalami kesulitan untuk membangun suasana forum sangat dimungkinkan
untuk mencoba berdialog dengan peserta dikala rehat atau berdiskusi dengan
pemandu lainnya untuk memperoleh jalan keluar. Pemandu harus mempunyai
suatu ukuran dan keyakinan bahwa akibat yang paling sederhana/ minim telah
menjadi target proses ini, meskipun tidak perlu harus memaksakan kehendaknya
(memaksakan). Bahwa dalam prose belajar ini akan muncul “perubahan” dari
kondisi asalnya, keyakinan ini merupakan modal utama pemandu untuk
mencoba membangun alam kognisi peserta. Sabar dalam menggali dan
mengidentifikasi potensial forum dan kemampuan peserta akan mendukung
keberhasilan proses ini.

13. Kemampuan penggunaan bahasa, bahasa sebagai alat komunikasi kadang-


kadang menjadi kata kunci penyampaian sebuah materi dan gagasan untuk
mengembangkan dinamika forum. Perlu menjadi pertimbangan bahwa
kemampuan bahasa akan mampu meningkatkan kedekatan dengan ‘prokem’
yang ada, ada juga dalam kondisi tertentu yang harus memaksa pemandu untuk
menggunakan beberapa “vocab” ataupun harus membuka dengan pengantar
yang dimengerti oleh peserta. Maka kesiapan penggunaan bahasa sangat
menunjang penyampaian materi terutama penguasaan beberapa bahasa daerah
Madura, Jawa, Osing untuk keperluan di wilayah sosio kultural daerah Tapal
Kuda. Untuk penggunaan bahasa Indonesia dan istilah Asing yang perlu dipilih
adalah “vocab” yang familier dan populer sehingga mudah untuk dicerna, untuk
18
penambahan penggunaan kata-kata “prokem mahasiswa” kadang beberapa jika
perlu bisa disentil sebagai bumbu. Tetapi bagi peserta buruh dan petani atau
kaum miskin kota yang perlu untuk dijadikan pengingatan adalah bagaimana
pemandu mampu menerjemahkan dalam bahasa-bahasa keseharian (diksi
lokal). Sebelumnya jika diperlukan pemandu layak membuat glosarium kata-kata
sulit baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing.

14. Catatan perkembangan forum, mencatat perkembangan pembicaraan sekitar


proses belajar sangat perlu untuk dilakukan oleh pemandu, karena hal ini akan
sangat membantu pemandu bila akan memulai lagi. Menginjak pada proses
berikutnya pemandu lebih mampu mengadakan ulasan akan proses yang lalu,
sehingga peserta mampu diajak untuk mengkritisi proses kemarin. Pemantauan
proses sering dilupakan akibatnya apabila terdapat beberapa pernyataan-
pernyataan yang menunjang tetapi terlalu dini terlontar dalam forum nantinya
akan dapat ditanggapi bukan malah untuk ditinggalkan. Merupakan penghargaan
yang tiada taranya bila pendapat atau pernyataan dari peserta saat belajar cara
POD tersebut diungkap dan menjadi bahasan forum.

Tahap II
1. Manajemen konflik,
2. Ansos lanjutan (kesadaran kritis),
3. Pendokumentasian,
4. Tehnik pendampingan OT
5. Manajemen organisasi,
6. Kaderisasi OT,
7. Penguatan “kuasa” politik OT,
8. Pembangun jaringan pergerakan tani

Anda mungkin juga menyukai