Anda di halaman 1dari 12

KONSEP MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG

DONGGALA

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Bencana
Dosen Pengampu: Ns. Chanif, S. Kep, MNS.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Siti Zulaikhah (G2A220043)


Ari Mirza Faradiansyah (G2A220045)
Putri Patimatus Zaroh (G2A220049)
Retta Tri Kurniawati (G2A220051)
M. Wisnu Prayoga (G2A220052)
Tri Edi Gunawan (G2A220055)

PROGRAM STUDI S1ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan
aktivitas manusia,seperti letusan gunung,gempa bumi dan tanah longsor. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,
sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan
sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk
mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini
berhubungan dengan pernyataan "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu
dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak
akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya
gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam"
juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka
tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada
bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan
individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri
peradaban umat manusia.
Penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua, yakni alam dan manusia.
Secara alami bencana akan selalu terjadi di muka bumi, misal tsunami, gempa
bumi,gunung meletus, jatuhnya benda-benda dari langit ke bumi (misalkan meteor),
tidak adanya hujan pada suatu lokasi dalam waktu yang relatif lama sehingga
menimbulkan bencana kekeringan, atau sebaliknya curah hujan yang sangat tinggi
di suatu lokasi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor (Sjarief, 2010).
Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia adalah
Banjir. Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa meluapnya aliran
sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan
menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Bencana
banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering
mengakibatkan hilangnya nyawa serta harta benda. Kerugian akibat banjir dapat
berupa kerusakan pada bangunan, kehilangan barang-barang berharga, hingga
kerugian yang mengakibatkan tidak dapat pergi bekerja dan sekolah. Banjir tidak
dapat dicegah, tetapi bisa dikontrol dan dikurangi dampak kerugian yang
ditimbulkannya (Kegeografian & Semarang, 2015).
Di Indonesia banjir sudah lama terjadi. Di Jakarta, misalnya, banjir sudah
terjadi sejak 1959, ketika jumlah penduduk masih relative sedikit. Banjir Jakarta
terjadi sejak 1621, kemudian disusul banjir 1878, 1918, 1909, 1918, 1923, 1932 yang
menggenangi permukiman warga karena meluapnya air dari sungai Ciliwung,
Cisadane, Angke. Setelah Indonesia merdeka, banjir masih terus terjadi di
Jakarta a.l pada 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (kompasiana, 2012;
Fitriindrawardhono, 2012). Karena banjir termasuk bencana yang hampir
setiap tahun melanda Indonesia, maka dari itu diperlukan suatu langkah untuk
penanggulangan dan mitigasi bencananya. Hal tersebut diperlukan untuk
menngurangi resiko dan dampak dari bencana ini. Untuk mengetahui lebih jauh
mengenai apa saja jenis banjir, bagaimana penanggulangan bencana banjir, dan
bagaimana mitigasi yang harus dilakukan ketika terjadi banjir.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memahami tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan bencana.
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang jenis bencana, fase-fase bencana.
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang peran perawat komunitas dalam
manajemen kejadian bencana.
c. Mahasiswa mengetahui dan memahami permasalahan bencana dibidang
kesehatan.
d. Mahasiswa mengetahui pengkajian keperawatan di area bencana.
e. Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan pada area bencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bencana Secara Umum


Bencana adalah suatu fenomena alam yang terjadi yang menyebabkan
kerugian baik materil dan spiritual pada pemerintah dan masyarakat. Fenomena atau
kondisi yang menjadi penyebab bencana disebut hazard.
Menurut DepKes RI bencana dalah peristiwa pada suatu wilayah yang
mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian ekologi, kerugian hidup bagi manusia
serta menurunnya derajat kesehatan sehingga memerlukan bantuan dari pihak luar.

B. Macam Bencana di Indonesia


1. Bencana Alam
Bencana yang terjadi akibat kerusakan ekosistem dan telah terjadi kelebihan
kapasitas komunitas yang terkena dampaknya
a. Gempa Bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi dipermukaan bumi
yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas
gunung api atau runtuhan bantuan. Gempa bumi menyebabkan kerusakan fisik
sarana dan prasarana yang menyebabkan banyak korban. Masalah kesehatan
yang sering muncul cacat karena patah tulang dan masalah sanitasi.
b. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah “erupsi”. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas,
lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas beracun, tsunami dan banjir
lahar. Masalah kesehatan yang dihasilkan adalah kematian, luka bakar,
gangguan pernafasan akibat gas. Letusan gunung merapi dapat menyebabkan
masalah gizi karena menyebabkan rusaknya tanaman, pohon, serta hewan
ternak.
c. Tsunami berasal dari bahasa jepang yang berarti gelombang ombak lautan (tsu
berarti lautan, nami berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar
laut akibat gempa bumi. Tsunami menyebabkan kerusakan bangunan, tanah,
sarana dan prasarana umum, kerusakan sumber air bersih.
d. Tanah lonsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat
tergganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
e. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat. Banjir bandang adalah banjir yang
datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan
terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
2. Bencana buatan manusia
Bencana buatan manusia adalah penyebabnya ditimbulkan oleh aktivitas manusia
contohnya kecelakaan kereta, kecelakaan lalu lintas, kebocoran gas, dll.
3. Bencana Khusus
Bencana khusus dibedakan menjadi empat kategori yaitu:
a.) Tipe menyebar ke wilayah yang luas contohnya radioaktif dan nuklir.
b.) Tipe Komplek jika terjadi bencana pertama disusul bencana kedua dan ketiga
serta disusul penyebarannya.
c.) Tipe gabungan atau campuran, bencana ini terjadi campuran antara bencana
alam dengan bencana akibat ulah manusia.
d.) Tipe jangka panjang, tipe ini memerlukan waktu pengecekan lokasi kejadian
dan penyelamatan korban.

C. Kemungkinan Bencana yang ada di Daerah

D. Penatalaksanaan Bencana Secara Umum


Penanggulangan bencana bisa dibagi menjadi aspek medis dan aspek kesehatan
masyarakat. Pelaksanaannya tentu harus melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan
sector program terkait. Berikut ini merupakan ruang lingkup bidang pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan, terutama saat tanggap darurat dan psca bencana.
1. Sanitasi darurat
Kegiatannya adalah penyediaan serta pengawasan air bersih dan jamban, kualitas
tempat pengungsian, serta pengaturan limbah sesuai standart. Kekurangan jumlah
maupun kualitas sanitasi ini akan meningkatkan resiko penularan penyakit.
2. Pengendalian vector
Bila tempat pengungsian dikategorikan tidak ramah, maka kemungkinan terdapat
nyamuk dan vektor lain disekitar pengungsi. Ini termasuk timbunan sampah dan
genangan air yang memungkinkan terjadinya perindukan vektor. Maka kegiatan
pengendalian vektor terbatas saat diperlukan baik dalam bentuk spraying, atau
fogging, larvasiding, maupun manipulasi lingkungan.
3. Pengendalian penyakit
Bila dari laporan pos-pos kesehatan diketahui terdapat peningkatan kasus
penyakit, terutama yang berpotensi KLB, maka dilakukan pengendalian melalui
intensifikasi penatalaksanaan kasus serta penanggulangan faktor resikonya.
Penyakit yang memerlukan perhatian adalah diare dan ISPA.
4. Imunisasi terbatas
Pengungsi pada umumnya rentan terhadap penyakit, terutama orang tua, ibu
hamil, bayi dan balita. Bagi bayi dan balita perlu imunisasi campak bila dalam
catatan program daerah tersebut dalam menapatkan crash program campak. Jenis
imunisasi lain mungkin diperlukan sesuai dengan kebutuhan setempat seperti yang
dilakukan untuk mencegah kolera bagi sukarelawan diAceh pada tahun 2005 dan
imunisasi tetanus toksoid (TT) bagi sukarelawan di DIY dan jateng pada tahun
2006.
5. Surveilanse Epidemologi
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi epidemiologi penyakit
potensi KLB dan faktor resiko atas informasi inilah maka dapat ditentukan
pengendalian penyakit, pengendalian vektor, dan pemberian imunisasi, informasi
epidemologi yang harus diperoleh melalui kegiatan surveilens epidemologi
adalah:
a. Reaksi sosial
b. Penyakit menular
c. Perpindahan penduduk
d. Pengaruh cuaca
e. Makanan dan gizi
f. Persediaan air dan sanitasi
g. Kesehatan jiwa
h. Kerusakan infrastruktur kesehatan
Menurut DepKes RI (2006) manajemen siklus penanggulangan bencana terdiri
dari:
1. Impact (saat terjadi bencana)
2. Acute Response (tanggap darurat)
3. Recovery (pemulihan)
4. Development (pembangunan)
5. Prevention (pencegahan)
6. Mitigation (mitigasi)
7. Preparedness (kesiapsiagaan)
Aktivitas ang dilakukan untuk menangasi masalah kesehatan dalam siklus
bencana dibagi menjadi 2 macam, yaitu pada fase akut untuk menyelamatkan
kehidupan dan fase sub akut sebagai perawatan rehabilitatif. Menurut DepKes RI
(2006) untuk mengetahui manajemen penanggulangan bencana secara
berkesinambungan, perlu dipahami siklus penanggulangan bencana dan peran tiap
komponen pada setiap tahapan, sebagai berikut:
1. Kejadian bencana (impact)
Kejadian atau peristiwa bencana yang disebabkan oleh alam atau ulah
manusia, baik yang terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, dapat
menyebabkan hilangnya jiwa manusia, trauma fisik dan psikis, kerusakan
harta benda dan lingkungan, yang melampaui kemampuan dan sumberdaya
masyarakat untuk mengatasinya.
2. Tanggap darurat (acute response)
Upaya yang dilakukan segera setelah kejadian bencana yang bertujuan untuk
menanggulangi dampak yang timbul akibat bencana, terutama penyelamatan
korban dan harta benda, evaluasi, dan pengungsian.
3. Pemulihan (recovery)
Proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana baik dampak fisik
dan psikis, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan
semula. Hal ini dilakukan dengan memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar
(jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas dll) dan memulihkan kondisi trauma
psikologis yang dialami anggota masyarakat.
4. Pembangunan (development)
Merupakan fase pembangunan kembali sarana dan prasarana yang rusak
akibat bencana. Pembangunan ini dapat dibedakan menjadi 2 tahapan.
Tahapan yang pertama yaitu rehabilitasi yang merupakan upaya yang
dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki
rumah, fasilitas umum dan fasilitas sosial serta menghidupkan kembali roda
ekonomi. Tahapan yang kedua yaitu rekonstruksi, yang merupakan program
jangka menengah dan jangka panjang yang meliputi program fisik, sosial dan
ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang
sama atau lebih baik.
5. Pencegahan (prevention)
Tindakan pencegahan yang harus dilaksanakan antara lain berupa kegiatan
untuk meningkatkan kesadaran/ kepedulian mengenai bahaya bencana.
Langkah-langkah pencegahan difokuskan pada intervensi terhadap gejala-
gejala alam dengan tujuan agar menghindarkan terjadinya bencana dan atau
menghindarkan akibatnya dengan cara menghilangkan/ memperkecil
kerawanan dan meningkatkan ketahanan/kemampuan terhadap bahaya.
6. Mitigasi (mitigation)
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara fisik
struktural dengan pembuatan bangunan-bangunan fisik maupun non fisik
struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan. Mitigasi merupakan
semua aktivitas yang dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi derajat
resiko jangka panjang dalam kehidupan manusia yang berasal dari kerusakan
alam dan buatan manusia itu sendiri.
7. Kesiapsiagaan (preparedness)
Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana, melalui
pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Persiapan adalah salah satu tugas utama dalam disaster managemen, karena
pencegahan dan mitigasi tidak dapat menghilangkan vulnerability maupun
bencana secara tuntas.
BAB III
STUDI KASUS DAN MANAJEMEN PENCEGAHAN
BAB IV
PEMBAHASAN

Potensi bencana yang mengancam Kabupaten Donggala sangat dipengaruhi oleh


kondisi wilayah. Hal itu didukung dengan adanya data-data yang legal dan digunakan oleh
pemerintah Kabupaten Donggala, seperti gambaran umum wilayah dan sejarah kebencanaan.
Gambaran umum wilayah digunakan untuk menentukan bencana yang berpotensi dan
dampak dari bencana tersebut. Hal ini dilihat berdasarkan kondisi geografis, demografi,
iklim, topografi dan geologi wilayah.
Sedangkan sejarah kebencanaan Kabupaten Donggala digunakan untuk melihat
bencana-bencana yang pernah terjadi. Selain pernah terjadi, kejadian bencana tersebut dapat
berpotensi terjadi lagi. Dengan mengetahui dan memahami kondisi wilayah, maka pengkajian
risiko yang dilakukan dapat menentukan potensi-potensi bahaya yang mengancam di
Kabupaten Donggala

A. Gambaran Umum Wilayah


Secara geografis, Kabupaten Donggala memiliki wilayah seluas 5.275,69 km² dengan
batasan wilayah administrasi yaitu:
 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tolitoli;
 Sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Sigi dan Kota
Palu;
 Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar dan wilayah Provinsi Sulawesi
Barat;
 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong

B. Sejarah Kejadian Bencana Kabupaten Donggala


Salah satu langkah yang dilakukan dalam pengkajian risiko bencana adalah
dengan melihat sejarah kejadian bencana daerah. Sejarah kejadian bencana di lihat
berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) yang dikeluarkan oleh
BNPB. Dari DIBI tercatat seluruh kejadian bencana yang pernah terjadi di Indonesia.
Identifikasi jenis bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Donggala berpedoman pada
kerangka acuan kerja tahun 2015 dari BNPB. Dalam rentang tahun 1815 – 2015, DIBI
telah mencatat 7 (tujuh) jenis bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Donggala, yaitu
bencana banjir, banjir bandang, gempabumi, kekeringan, cuaca ekstrim, tanah longsor
dan gelombang ekstrim dan abrasi. Untuk bencana gelombang ekstrim dan abrasi,
kejadiannya pernah terjadi tapi tidak menimbulkan dampak yang signifikan. Kejadian
bencana yang pernah terjadi tersebut menimbulkan dampak yang tidak sedikit, baik
korban jiwa, kerugian harta benda maupun kerusakan lingkungan/lahan serta
menimbulkan dampak psikologis bagi masyarakat. Kejadian dan dampak bencana yang
pernah terjadi di Kabupaten Donggala dari tahun 1815– 2015.

C. Potensi Bencana Kabupaten Donggala


Potensi bencana yang dikaji dalam pengkajian risiko bencana meliputi
bencana yang pernah terjadi maupun yang belum terjadi. Bencana yang pernah terjadi
tidak tertutup kemungkinan berpotensi terjadi lagi. Bencana yang pernah terjadi dilihat
berdasarkan DIBI, sedangkan bencana yang belum terjadi dikaji berdasarkan kondisi
wilayah yang dipadukan dengan parameter bahaya yang terdapat pada metodologi
pengkajian risiko bencana.
Berdasarkan DIBI, terdapat 7 (tujuh) jenis bencana yang pernah terjadi di
Kabupaten Donggala yaitu bencana banjir, banjir bandang, gempabumi, kekeringan,
cuaca ekstrim, tanah longsor dan gelombang ekstrim dan abrasi. Selain bencana yang
pernah terjadi, Kabupaten Donggala masih menyimpan potensi bencana lainnya. Hal ini
dilihat dari kondisi wilayah yang beraneka ragam serta parameter metodologi
pengkajian.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Di beberapa daerah di Indonesia maerupakan daerah rawan bencana. Dengan
banyaknya bencana, kesiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus dilakukan
dengan baik. Karena dampak yang ditimbulkan bencana tidaklah sederhana, maka
penanganan korban bencana harus dilakukan dengan terkoordinasi dengan baik
sehingga korban yang mengalami berbagai sakit baik fisik, sosial, dan emosional
dapat ditangani dengan baik dan manusiawi.
Perawat sebagai kaum yang telah dibekali dasar-dasar kejiwaan kebencanaan
dapat melakukan berbagai tindakan tanggap bencana. Seharusnya modal itu
dimanfaatkan agar secara aktif turut melakukan tindakan tanggap bencana.

B. Saran
Perawat adalah tenaga kesehatan yang sangat berkompeten untuk melakukan
pelayanan kesehatan didaerah yang mengalami bencana, oleh karena itu diharapkan
bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat mau untuk berperan dalam
penanggulangan bencana. Karena ilmu yang didapat sangat relevan dengan yang
terjadi, yaitu fenomena masalah kesehatan yang biasanya muncul ditempat yang
sedang terjadi bencana.

Anda mungkin juga menyukai