DONGGALA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan
aktivitas manusia,seperti letusan gunung,gempa bumi dan tanah longsor. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,
sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan
sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk
mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini
berhubungan dengan pernyataan "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu
dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak
akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya
gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam"
juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka
tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada
bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan
individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri
peradaban umat manusia.
Penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua, yakni alam dan manusia.
Secara alami bencana akan selalu terjadi di muka bumi, misal tsunami, gempa
bumi,gunung meletus, jatuhnya benda-benda dari langit ke bumi (misalkan meteor),
tidak adanya hujan pada suatu lokasi dalam waktu yang relatif lama sehingga
menimbulkan bencana kekeringan, atau sebaliknya curah hujan yang sangat tinggi
di suatu lokasi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor (Sjarief, 2010).
Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia adalah
Banjir. Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa meluapnya aliran
sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan
menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Bencana
banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering
mengakibatkan hilangnya nyawa serta harta benda. Kerugian akibat banjir dapat
berupa kerusakan pada bangunan, kehilangan barang-barang berharga, hingga
kerugian yang mengakibatkan tidak dapat pergi bekerja dan sekolah. Banjir tidak
dapat dicegah, tetapi bisa dikontrol dan dikurangi dampak kerugian yang
ditimbulkannya (Kegeografian & Semarang, 2015).
Di Indonesia banjir sudah lama terjadi. Di Jakarta, misalnya, banjir sudah
terjadi sejak 1959, ketika jumlah penduduk masih relative sedikit. Banjir Jakarta
terjadi sejak 1621, kemudian disusul banjir 1878, 1918, 1909, 1918, 1923, 1932 yang
menggenangi permukiman warga karena meluapnya air dari sungai Ciliwung,
Cisadane, Angke. Setelah Indonesia merdeka, banjir masih terus terjadi di
Jakarta a.l pada 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (kompasiana, 2012;
Fitriindrawardhono, 2012). Karena banjir termasuk bencana yang hampir
setiap tahun melanda Indonesia, maka dari itu diperlukan suatu langkah untuk
penanggulangan dan mitigasi bencananya. Hal tersebut diperlukan untuk
menngurangi resiko dan dampak dari bencana ini. Untuk mengetahui lebih jauh
mengenai apa saja jenis banjir, bagaimana penanggulangan bencana banjir, dan
bagaimana mitigasi yang harus dilakukan ketika terjadi banjir.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memahami tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan bencana.
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang jenis bencana, fase-fase bencana.
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang peran perawat komunitas dalam
manajemen kejadian bencana.
c. Mahasiswa mengetahui dan memahami permasalahan bencana dibidang
kesehatan.
d. Mahasiswa mengetahui pengkajian keperawatan di area bencana.
e. Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan pada area bencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesimpulan
Di beberapa daerah di Indonesia maerupakan daerah rawan bencana. Dengan
banyaknya bencana, kesiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus dilakukan
dengan baik. Karena dampak yang ditimbulkan bencana tidaklah sederhana, maka
penanganan korban bencana harus dilakukan dengan terkoordinasi dengan baik
sehingga korban yang mengalami berbagai sakit baik fisik, sosial, dan emosional
dapat ditangani dengan baik dan manusiawi.
Perawat sebagai kaum yang telah dibekali dasar-dasar kejiwaan kebencanaan
dapat melakukan berbagai tindakan tanggap bencana. Seharusnya modal itu
dimanfaatkan agar secara aktif turut melakukan tindakan tanggap bencana.
B. Saran
Perawat adalah tenaga kesehatan yang sangat berkompeten untuk melakukan
pelayanan kesehatan didaerah yang mengalami bencana, oleh karena itu diharapkan
bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat mau untuk berperan dalam
penanggulangan bencana. Karena ilmu yang didapat sangat relevan dengan yang
terjadi, yaitu fenomena masalah kesehatan yang biasanya muncul ditempat yang
sedang terjadi bencana.