Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

“ EKSISTENSI GERAK KOHATI DI ERA MILENIAL”


Kode Makalah (L) : Analisis Sejarah Kohati

”Diajukan untuk memenuhi syarat Mengikuti Latihan Khusus Kohati(LKK)


Tingkat Nasional Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Lebak”

Disusun Oleh :

Yola Anggraeni

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM ( HMI )


CABANG PANDEGLANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puja dan puji bagi Ilahi sang pemilik kesempurnaan muara segala cinta
bagi setiap insan yang senantiasa merindukan-NYA. Tak lupa sholawat diiringi
salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda alam, sang pelopor
konstitusi dan pendobrak ke batilan di muka bumi ini yakni Habibina
Wasyafi’ina Wa maulana Muhammad SAW.

Selanjutnya, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai


sumber dan pihak yang bersangkutan atas do’a dan dukungannya dalam
membantu menyelesaikan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “ EKSISTENSI GERAK KOHATI DI ERA
MILENIAL” ini.
Dalam hal ini, penulis menyadari banyak terdapat kekurangan baik dalam
penulisan maupun pengerjaan dalam makalah ini. Untuk itu, segala kritik dan
saran yang membangun dapat penulis terima dengan lapang dada demi
kesempurnaan makalah ini. Terakhir, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua.

Billahittaufiq Walhidayah,

Wassalamu’alaikum Wr, Wb

Pandeglang, 16 Jumadil-Awal 1442 H


31 Desember 2020 M

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................4

2.1 Pengertian Kohati .............................................................................................4

2.2 Pengerian Era Milenial ....................................................................................12

2.3 Kohati dari masa ke mas .................................................................................16

2.4 Eksistensi gerakan kohati di era milenial ........................................................21

BAB III PENUTUP .............................................................................................28

3.1 Simpulan..........................................................................................................28

3.2 Saran ................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................30

CV PESERTA ......................................................................................................31

i
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perempuan dalam konteks gender didefinisikan sebagai sifat yang melekat
pada seseorang untuk menjadi feminisme (bersifat kewanitaan). Sebelum
lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, peran perempuan sudah ada
dalam dunia politik , di era Kolonialisme Belanda kita mengenal RA Kartini, ia
lahir sebagai pemimpin perempuan yang memperjuangkan kebebasan dan
peranan perempuan melalui emansipasi dalam bidang pendidikan. Berkat
pemikiran-pemikiran yang ia gagaskan, sehingga sampai saat ini pemikirannya
masih menjadi bahan kajian oleh para Kartini masa kini.
Kaum perempuan berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum”.
Itu berarti baik laki-laki maupun perempuan pada dasarnya sama dihadapan
hukum, berperan dalam politik, berperan dalam dunia pendidikan, berperan
dalam dunia
kesehatan, dan berperan dalam bentuk apa pun demi kemajuan dan keutuhan
negara tercinta yakni Negara kesatuan Republik Indonesia. Tidak ada yang bisa
menyangkal bahwasannya perempuan juga bisa berperan dalam berbagai bidang
yang biasananya dilakukan para lelaki, karena itu semua sudah dijamin dan
dikhidmat oleh konstitusi kita serta dalam kenyataannya juga telah terbukti.
Pada hakikatnya perempuan memiliki peran yang sangat besar dalam
peradaban bangsa,bahkan perempuan dikatakan tonggak peradaban. Karena
perempuan bisa merubah suatu peradaban hanya dengan tangannya,bahkan
dikatakan bahwasannya bangsa yang besar dapat ditentukan dengan moral
perempuan pada zamannya,jika perempuannya rusak maka rusak pula
bangsanya, dan begitu pula sebaliknya.

Kaum perempuan adalah kelompok yang mengambil bagian dalam


perjuangan, baik pada zaman kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan. Hal ini
dapat dibuktikan dengan adanya kongres perempuan pertama pada tanggal 22
2

Desember 1928 di Jakarta yang di pelopori oleh Soejatin, Nyi Hajar Dewantoro,
Siti Sudari dan lain-lain.

Di tataran mahasiswa. Perempuan di anggap memiliki kemampuan untuk


membangun organisasi,wadah ataupun perkumpulan berbasis perempuan. Salah
satu diantaranya adalah korps HmI-Wati atau disingkat KOHATI.

KOHATI merupakan sub-organisasi atau badan khusus Himpunan


Mahasiswa Islam (HMI) Yang berfungsi sebagai wadah dalam membina,
mengembangkan, dan meningkatkan poteni HMI-Wati dalam wacana dan
dinamika gerakan perempuan.

Kohati memiliki fungsi sebagi gate moral dengan selalu mengusung nafas
keislaman dan keindonesiaan. Artinya bukan saja soal mekanisme
perkaderannya tetapi upaya menyelamatkan ruh-ruh kebudayaan yang ajeg dan
konsistensi ajaran nilai keislaman dan keindonesiaan bagi kaum muda.

Kohati memiliki peran lebih karena tidak hanya HMI tetapi fokus kepada
perjuangan perempuan. Kita tak dapat mengelak, maka harus siap. Anggota
Kohati berjumlah banyak dan tersebar di berbagai daerah sampai ke pelosok
Indonesia. Harus bisa dimanfatkan sebagai basis kader bangsa yang maju dan
bersaing dan tetap stand pada kejatidirian bangsa bukan budaya baru yang
teradopsi secara serampangan.

Dalam era milenial ini kohati harus lebih progresif dengan segala ruang
dan wadah yang telah tersedia. Sehingga di era perkembangan teknologi
sekarang dimana segala informasi sangat mudah untuk di akses agar menjadikan
perempuan bisa terus mengupgrade dirinya dalam segi penampilan,pendidikan,
tata perilaku bermoral yang baik. Hingga perempuan bisa menjadi contoh yang
baik dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi tokoh masyarakat di
lingkungannya.
3

Berdasarkan masalah di atas penulis mengangkat rumusan masalah sebagai


berikut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan kohati?
2. Apa yang di maksud dengan era milenial?
3. Bagaimana peran kohati dari masa ke masa ?
4. Bagaimana eksistensi gerakan kohati di era milenial?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui Apa itu Kohati
2. Untuk mengetahui tentang era milenial
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kohati daru masa ke masa
4. Untuk mengetahui bagiamana peran kohati di era milenial
4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kohati

A.Sejarah berdirinya kohati

Korps HmI-Wati atau disingkat KOHATI yang didirikan pada tanggal 2


Jumadil Akhir 1386 H bertepat dengan 17 September 1966 pada kongres VIII di
Solo. Kohati merupakan bagian dari Mahasiswa Islam yang bergerak di bidang
keperempuanan. Maesaroh Hilal dan Siti Zainah yang merupakan pendiri HMI
adalah sosok yang telah memprakasai berdirinya kohati. Dibantu dengan tokoh
lain seperti, Siti Baroroh , Tujimah, Tedjaningsih, Ida Ismail Nasution , dan
AnnisWati Rochlan.

Sebelum di bentuk kohati,didalam struktural pengurus HMI ada


departemen keputrian yang di khususkan untuk menampung aspirasi dalam hal
keperempuanan. Namun, wadah tersebut mempersempit ruang perempua untuk
lebih berkreativitas. Saat peralihan masa Orde Baru menuju Orde Lama, dimana
ada peningkatan kesadaran kaum perempuan untuk turut aktif dalam segala
aspek kehidupan yang lebih besar.

B. Keanggotaan KOHATI

Perjuangan KOHATI dalam memperkuat peranannya dalam ruang


perempuan tidak lepas dari hambatan-hambatan. Terutama dari dalam tubuh
HMI sendiri. Timbul penilaian negative terhadap KOHATI dimana HMI
menganggap KOHATI ingin merasa seolah-olah dilepaskan dari HMI. Namun
persoalan ini bisa di atasi dengan menghadirkan peningkatan kualitas KOHATI.
Sehingga bisa menjalankan KOHATI sesuai tujuan besar HMI.

Seluruh perempuan yang tergabung di dalam HMI merupakan anggota


KOHATI. Seperti yang tertera dalam pedoman dasar KOHATI bab V pasal 8
5

yang berbunyi ‘Anggota KOHATI adalah mahasiswi yang telah lulus latihan
kader 1’. Sehingga setelah selesai pelatihan tersebut, perempuan sudah menjadi
kader HMI sekaligus KOHATI.

Sebagai anggota KOHATI, tidak hanya mengerti dengan konstitusi HMI,


nilai dasar perjuangan dan tujuan HMI. Namun, diberikan juga pemahaman
tentang diri perempuan yang memang hanya bisa dipahami oleh perempuan itu
sendiri.

Seperti dalam skema analisis tujuan KOHATI, di mana untuk


meningkatkan kualitas diri sebagai kader, KOHATI harus mengerti tentang
agama Islam. Tidak hanya KOHATI, namun juga kader HMI keseluruhan harus
mengerti tentang ini. Karena agama adalah salah satu pegangan muslim agar tak
mudah putus asa dan yakin akan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan-
Nya.

Yang tidak kalah penting yaitu tentang perempuan dalam arti khusus.
Inilah yang menjadi salah satu tujuan terpenting dibentuknya KOHATI.
Sehingga anggota KOHATI sadar akan peran yang akan dijalaninya sebagai
seorang perempuan yaitu:

1. Peran yang pertama adalah sebagai seorang putri.

Perempuan sebagai putri dari kedua orangtua di antaranya belajar agar


tidak mudah membantah apa yang menjadi nasihat dari keduanya. Menjadi
seorang putri dalam keluarga adalah awal tempat belajar untuk mengenal ruang
domestik. 

2.Peran Perempuan yang kedua adalah sebagai seorang istri

Saat status perempuan berubah menjadi seorang istri, tugas di dalam


rumah tangga tidak dipandang sebelah mata. Dan juga tidak meremehkan satu di
6

antara kedua tugas tersebut yaitu sebagai istri dan ibu untuk suami dan anak dalam
ranah domestik dan sebagai seorang pekerja dalam ruang publik.

3. peran perempuan yang ketiga adalah menjadi seorang ibu

Selanjutnya perempuan akan menjadi seorang ibu. Ibu merupakan


madrasah pertama untuk anak-anaknya. Untuk itu, perempuan diharuskan
mampu memberikan pelajaran terbaik kepada anak-anaknya dimulai saat anak
masih dalam kandungan hingga anak-anak beranjak dewasa dan mengerti
tugasnya sebagai seorang anak dan sebagai warga negara bangsanya.

Selain segala urusan tersebut, sebagai perempuan tak lupa juga dengan
kewajiban sebagai masyarakat sosial yang memerlukan keterampilan dari dalam
diri agar tak mudah menyinggung orang lain dari sikap kita dan sebaliknya,
tersinggung atas apa yang orang lain lakukan.

Pembangunan keluarga berencana, kesehatan dan pendidikan merupakan


hal yang harus dimiliki KOHATI sebagai pendukung untuk menjadikan rumah
tangga sakinnah mawaddah wa rrahmah baik sebelum memiliki keluarga sendiri
(masih sebagai anak) maupun saat kita memiliki keluarga sendiri (sebagai
seorang istri atau ibu).

Tujuan adanya KOHATI tersebut merupakan langkah untuk mewujudkan


mision  HMI yaitu: “terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT”

Tepat pada tanggal 17 September 1966, wadah khusus pemberdayaan


perempuan di dalam tubuh Himpunan Mahasiswa Islam secara resmi di bentuk.
Melihat pergerakan HMI yang pada saat itu begitu massif menghimpun
golongan muda, ternyata tidak cukup untuk memberikan wadah bagi kader-
kader HMI wati untuk turut serta mengembangkan potensi diri.
7

C. Kondisi HMI-Wati sebelum terbenkuknya lembaga KOHATI

Sebelum Korps HMI Wati resmi dibentuk, kader-kader perempuan HMI


hanya diwadahi dalam salah satu bidang yang ada di struktur HMI, yakni bidang
Pemberdayaan Perempuan. Sedangkan gejolak gerakan perempuan pada saat itu
mulai massif berkembang di kalangan masyarakat, mulai organisasi perempuan
elit hingga organisasi perempuan yang bergerak pada akar rumput.

Gejolak semangat revolusioner kader HMI wati yang di pelopori oleh 7


perempuan tangguh pada masa itu semakin membawa angin segar bagi
perjuangan gerakan perempuan. Membawa platform gerakan yang menitik
beratkan pada peningkatan kualitas perempuan menjadi semangat organisasi ini
menjadi bagian dari perubahan bangsa Indonesia. Terbinanya muslimah
berkualitas insan cita merupakan output yang ingin dicapai oleh seluruh anggota
KOHATI.

Selaras dengan tujuan HMI, insan cita merupakan pencapaian yang


memfokuskan pada kualitas sumber daya manusia sebagai seorang akademis,
pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT.

Dalam temuan Komnas Perempuan yang tertulis dalam poin kunci catatan
tahunan, pada tahun 2018 angka kekerasan terhadap anak perempuan tampaknya
mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu sebanyak 2.227 kasus.
Sementara angka kekerasan terhadap istri tetap menempati peringkat pertama
yakni 5.167 kasus. Angka tersebut semakin menegaskan bahwa perempuan
belum sepenuhnya merdeka secara individu, dan pendidikan moral dalam
masyarakat masih dalam taraf rendah.

Tidak hanya itu, maraknya kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat
publik secara tidak langsung memperlihatkan perilaku amoral masyarakat hari
ini yang turut serta merenggut hak-hak perempuan dan masyarakat kecil pada
umumnya.
8

D.Perkembangan HMI-Wati dari awal berdirinya sampai saat ini

Sejak tahun 1966 hingga hari ini, terhitung 54 tahun, KOHATI masih
menunjukan eksistensinya sebagai organisasi perempuan, entah itu dalam dunia
kemahasiswaan maupun dalam kemasyarakatan.

KOHATI tetap konsisten dan istiqomah dalam membina dan mendidik


perempuan dalam menjalankan perannya sebagai akademisi sekaligus anggota
masyarakat. Sebagai organisasi mahasiswi yang selaras dengan pergerakan HMI,
pergerakan KOHATI diarahkan pada pembinaan dan peningkatan kualitas baik
akhlak, intelektual, keterampilan, kepemimpinan, keorganisasian, persiapan
keluarga yang sejahtera, serta beberapa kualitas lain yang menjadi kebutuhan.

Atas dasar tersebutlah, pembinaan perempuan dalam KOHATI diarahkan


untuk dapat melaksanakan peran perempuan secara optimal sebagai anak, istri,
ibu dan anggota masyarakat yang bertanggung jawab dalam memperjuangakan
nilai-nilai keislaman, keindonesiaan, keperempuanan dan anak.

Di tengah kondisi bangsa yang semakin carut marut dengan berbagai


problematikanya, entah itu politik, ekonomi sampai pada persoalan
kemanusiaan, tugas perempuan tidak hanya berupaya untuk menempati ruang-
ruang publik yang secara mati-matian telah diperjuangkan. Di samping
memperjuangkan akses ruang publik yang aman bagi perempuan. perjuangan
perempuan harus pula diimbangi dengan peningkatan kualitas secara individu
maupun kelompok.

E. Upaya-upaya kohati dalam pemberdayaan perempuan

Berpijak pada landasan tersebut, Korps HMI-Wati mencoba menjawab


persoalan perempuan hari ini dengan upaya-upaya pemberdayaan yang terus
dijalankan, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan mempersiapkan generasi
terbaik bangsa Indonesia dengan kapasitas secara keintelektualan guna
9

menjawab kebutuhan perempuan kekinian dan kebutuhan perempuan dimasa


depan.

perempuan adalah makhluk perasa yang mudah menangis, bahkan bisa di


bilang dalam fisik lemah, tetapi di sisi lain perempuan memiliki kelembutan,
kekuatan kesabaran dan juga kasih sayang yang tulus dalam menjalankan
amanah Tuhan, berbeda hal nya dengan kaum laki-laki yang hanya
menggunakan akal ketika bertindak , bahkan tidak bisa dipungkiri perasa yang
di miliki kaum laki-laki sangat minim untuk sebuah keberadaanya.

Nasaruddin Umar memberikan batasan dalam melihat persoalan ini, yakni


gender lebih menekankan pada aspek maskulinitas atau feminimitas.

F. Pengertian Perempuan

Dalam Ensiklopedi Islam, wanita atau Perempuan berasal dari bahasa Arab
al-Mar’ah, jamaknya An-Nisa sama dengan wanita, Perempuan dewasa atau
putri dewasa yaitu lawan jenis pria. Hal ini senada diungkapkan oleh
Nasaruddin Umar, kata an-Nisa berarti gender Perempuan, sepadan dengan kata
arab ar-Rijal yang berarti gender laki-laki. Sedangkan dalam bahasa Inggris
adalah woman (bentuk jamaknya women) lawan dari kata man. Sedangkan
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia wanita diartikan sebagai seorang
perempuan (lebih halus), atau kaum putri.

Perempuan adalah kata dari Bahasa Indonesia, untuk kata wanita dalam
Bahasa Melayu. Kaum feminis Indonesia tidak suka menggunakan kata wanita,
mereka lebih suka menggunakan kata perempuan. Adapun nama yang dimaksud
dengan wanita atau perempuan sama saja, yaitu makhluk yang berjasa bagi
spesiesnya secara biologis.
Wanita atau perempuanlah yang memungkinkan manusia bisa bertambah
banyak dan berganti gerenasi. Ironisnya keunggulan secara biologis ini sering
dilupakan lawan jenisnya yang cenderung memperalat mereka untuk dijadikan
mesin reproduksi manusia.
10

Satu hal perlu diperhatikan oleh kaum laki-laki, bahwa yang mendominasi
keberadaan di muka bumi ini mayoritas perempuan yang melahirkan generasi
bangsa, akan tetapi hal ini tidak bisa di salah artikan bahwa perempuan hadir
hanya sebagai alat pemuas bagi laki-laki saja. Bahkan kebanyakkan laki-laki
memandang perempuan adalah makhluk lemah yang tidak pantas terjun ke dunia
politik, sosial, budaya dan ekonomi. Merekapun berpendapat bahwa seorang
perempuan itu tugasnya hanya di dapur, sumur, kasur. Maka hal ini yang sangat
menguatkan budaya pathiarkisme merajalela.
Padahal disini Kaum perempuan berhak atas perlakuan yang sama di
hadapan hukum”. Itu berarti baik laki-laki maupun perempuan pada dasarnya
sama dihadapan hukum, berperan dalam politik, berperan dalam dunia
pendidikan, berperan dalam dunia kesehatan, dan berperan dalam bentuk apa
pun demi kemajuan dan keutuhan negara tercinta yakni Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Tidak ada yang bisa menyangkal bahwasannya perempuan juga bisa ber-
peran dalam berbagai bidang yang biasanya dilakukan para lelaki, karena itu
semua sudah dijamin dan di khidmat oleh konstitusi kita serta dalam
kenyataannya juga telah terbukti.

Adapun pengertian Perempuan sendiri secara etimologis berasal dari kata


empu yang berarti “tuan”, orang yang mahir atau berkuasa, kepala, hulu, yang
paling besar. Namun dalam bukunya Zaitunah Subhan perempuan berasal dari
kata empu yang artinya dihargai.

Lebih lanjut Zaitunah menjelaskan pergeseran istilah dari wanita ke


perempuan. Kata wanita dianggap berasal dari bahasa Sanskerta, dengan dasar
kata Wan yang berarti nafsu, sehingga kata wanita mempunyai arti yang
dinafsuai atau merupakan objek seks.

Para ilmuan seperti Plato, mengatakan bahwa perempuan ditinjau dari segi
kekuatan fisik maupun spiritual, mental perempuan lebih lemah dari laki-laki,
tetapi perbedaan tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.
Sedangkan gambaran tentang perempuan menurut pandangan yang didasarkan
11

pada kajian medis, psikologis, dan sosial, terbagi atas dua faktor, yaitu faktor
fisik dan psikis.

G. Perempuan secara biologis

Secara biologis, perempuan dapat di lihat dari segi fisik yang dibedakan
atas perempuan lebih kecil dari laki-laki, suaranya lebih halus, perkembangan
tubuh perempuan terjadi lebih dini, kekuatan perempuan tidak sekuat laki-laki
dan sebagainya. Perempuan mempunyai sikap pembawaan yang kalem, perasaan
perempuan lebih mudah menangis dan bahkan pingsan apabila menghadapi
persoalan berat dan kecapean.

Seorang tokoh feminis,yaitu Mansour Fakih mengatakan bahwa manusia


baik laki-laki dan perempuan diciptakan memiliki ciri biologis (kodrati) tertentu.
Manusia berkelamin laki-laki adalah manusia yang memiliki penis dan
memproduksi sperma.

Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti, rahim dan saluran


untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat
menyusui (payudara). Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada setiap
manusia berkelamin laki-laki dan perempuan dan selamanya tidak bisa ditukar.

Dalam konsep gendernya dikatakan, bahwa perbedaan suatu sifat yang


melekat baik pada kaum laki-laki maupun perempuan merupakan hasil
konstruksi sosial dan kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah
lembut, kasih sayang, anggun, cantik, sopan, emosional atau keibuan, dan perlu
perlindungan.

Sementara laki-laki dianggap kuat, keras, rasional, jantan, perkasa, galak,


dan melindungi. Padahal sifat-sifat tersebut merupakan sifat yang dapat
dipertukarkan. Berangkat dari asumsi inilah kemudian muncul berbagai
ketimpangan diantara laki-laki dan perempuan.
12

Nabi muhammad menilai perempuan sebagai tiang (kehidupan) negara.


Nietzsche bahkan berani menyebutkan seorang perempuan mempunyai
kecerdasan besar. Ajaraan Budha melihat ibu sebagai pura kehidupan manusia.
Naluri keibuan seorang perempuan harus dijaga agar bersih untuk berumah jiwa
yangjernih. Mutiara yang melekat dalam tubuh perempuan harus terus terjaga
dengan jernih sehingga menjadikan perempuan sebagai sumber kehidupan.
Dalam rahim perempuan, permata kehidupan menjadi tampak, kehidupan
semakin cerah dan penuh cahaya.

2.2. pengertian Era Milenial

Bangsa ini telah berkembang pesat dengan segala tantangannya dari


generasi Baby boomers hingga generasi Millenials atau yang biasa di sebut
generasi Y. Generasi Y adalah generasi yang membawa perempuan-perempuan
hari ini pada kecanggihan teknologi, tak bisa di pungkiri pengaruh yang begitu
besar pada setiap individu merasuk kedalam diri dan menjadi sebuah kebiasaan.

A. Pengaruh era milenial pada generasi mendatang

Salah satu pengaruh yang terjadi ialah bagiamana pola pikir pada generasi
ini menjadi serba praktis sehingga generasi ini terjebak dalam hegemoni
kecanggihan teknologi. Dengan dalih semua bisa di dapat dengan mudah hanya
dengan mengklik salah satu item pada gadjet.

Misalnya, sudah bisa langsung pilih menu makanan untuk siap di antar
kedepan rumah, belum lagi banyaknya aplikasi pada gadjet yang menarik
perhatian seperti Instagram, fb, twitter, telegram dan lain sebagainya semua itu
menghiasi perjalanan hidup manusia di era ini.

Dewasa kini, Sosial media sudah menjadi kebutuhan individu dalam


berkomunikasi, mencari informasi atau bahkan membuat peluang dengan bisnis
online yang biasa di geluti para perempuan-perempuan masa kini. Namun
menjadi suatu kekhawatiran jika para perempuan hanyut dalam era kekinian, tak
13

menutup kemungkinan beberapa tahun yang akan datang para perempuan ini
akan mengabaikan segala urusan fitrahnya, kehilangan peran mendidik buah
hatinya karena sibuk dengan gadjet, kehilangan peran Menjadi sang istri, bahkan
parahnya lagi karakter peduli yang seharusnya melekat dalam diri perempuan
semakin terkikis jika tak mampu menghadapi tantangan zaman.

Dalam benak Bung Karno, perempuan sebenarnya indah sekali kalau bisa
di pamerkan kepada publik, pastilah perempuan menjadi berharga dan sangat
berguna. Perempuan tidak sama sekali dihargai dan dipandang, perempuan
selalu diremehkan.

Ditengah keterpurukan kaum perempuan itu, kemudian kita mengenal para


tokoh perempuan yang berjuang merubah serta memperjuangkan derajat kaum
hawa hingga akhirnya Perempuan tak lagi dipandang sebelah mata. Sosok
semisal Kartini, Cut Nyak Dien dan tokoh-tokoh lainnya memberikan sebuah
semangat baru, semangat berjuang serta semangat menginspirasi.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, benturan zaman yang begitu


kerasnya membuat semangat perempuan kini meredup dan kian tergerus sampai
pada titik dimana perempuan kehilangan eksistensi dan identitasnya.

Era kekinian merupakan alasan yang cukup agar perempuan-perempuan


masa kini tidak hanya sekedar menikmati kemerdekaan dengan kesenangan
belaka lalai akan tugas dan lupa bahwa masa merdeka nya hari ini karena
perjuangan kemarin

Istilah generasi millennial memang sedang akrab terdengar. Istilah tersebut


berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis
Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya. 

 Millennial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau


echo boomers. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam
menentukan kelompok generasi yang satu ini. Namun, para pakar
14

menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Penggolongan generasi


Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 - 1990, atau pada awal 2000,
dan seterusnya. Awal 2016 Ericsson mengeluarkan 10 Tren Consumer Lab
untuk memprediksi beragam keinginan konsumen. 

Laporan Ericsson lahir berdasarkan wawancara kepada 4.000 responden


yang tersebar di 24 negara dunia. Dari 10 tren tersebut beberapa di antaranya,
adalah adanya perhatian khusus terhadap  perilaku generasi millennial. 

 Dalam laporan tersebut Ericsson mencatat, produk teknologi akan


mengikuti gaya hidup masyarakat millennial. Sebab, pergeseran perilaku turut
berubah beriringan dengan teknologi. "Produk teknologi baru akan muncul
sebagai akomodasi perubahan teknologi," ujar Presiden Director Ericsson
Indonesia Thomas Jul.

Sepanjang tahun ini, beberapa prediksi yang disampaikan Ericsson


berhasil terbukti. Salah satunya, perilaku Streaming Native yang kini kian
populer. 

B.Pengaruh Teknologi Terhadap Kaum Remaja

 Jumlah remaja yang mengonsumsi layanan streaming video kian tak


terbendung. Ericsson mencatat, hingga 2011 silam hanya ada sekitar tujuh
persen remaja berusia 16 - 19 tahun yang menonton video melalui Youtube. 

Rata-rata mereka menghabiskan waktu di depan layar perangkat mobile


sekitar tiga jam sehari. Angka tersebut melambung empat tahun kemudian
menjadi 20 persen.Waktu yang dialokasikan untuk menonton streaming juga
meningkat tiga kali lipat. Fakta tersebut membuktikan, perilaku generasi
millennial sudah tak bisa dilepaskan dari menonton video secara daring. 

Teknologi juga membuat para generasi internet tersebut mengandalkan


media sosial sebagai tempat mendapatkan informasi. Saat ini, media sosial telah
15

menjadi platform pelaporan dan sumber berita utama bagi masyarakat. Tren


tersebut sudah terbukti disepanjang 2016 melalui beberapa peristiwa penting,
seperti aksi teror bom. Masyarakat benar-benar mengandalkan media sosial
untuk mendapatkan informasi terkini dari sebuah peristiwa. 

 The Nielsen Global Survey of E-commerce juga melakukan penelitian


terhadap pergeseran perilaku belanja para generasi internet. Penelitian dilakukan
berdasar penetrasi internet di beberapa negara. Nielsen melakukan riset terhadap
30 ribu responden yang memiliki akses internet memadai. Responden tersebut
berasal dari 60 negara di Asia Pasifik, Eropa, Amerika Latin dan Utara, serta
Timur Tengah.

 Studi tersebut menggambarkan perilaku generasi akrab internet ini


memilih jalur daring untuk meneliti dan membeli beragam produk atau jasa
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nielsen mencatat, pertumbuhan
penetrasi perangkat mobile di kota-kota besar Indonesia mencapai 88 persen. 

Kepemilikan perangkat mobile menjadi salah satu faktor paling signifikan


terhadap perilaku belanja daring. Berdasarkan riset Nielsen tersebut, Indonesia
memiliki peringkat teratas secara global dalam hal penggunaan ponsel pintar
untuk belanja daring.  Sebanyak 61 persen konsumen memilih berbelanja
menggunakan ponsel pintar, dan 38 persen lainnya memilih tablet atau perangkat
mobile lain. Sementara, 58 persen konsumen lebih memilih menggunakan
computer.

Lekat dengan dunia maya, memiliki pengetahuan tinggi dalam


menggunakan platform dan perangkat mobile, ternyata melahirkan titik lemah
bagi para generasi internet. Titik lemah tersebut berdampak buruk terhadap
keamanan generasi millennial di dunia maya. 

 Salah satunya ancaman siber yang siap menerkam para pengguna. Norton
Cyber Security mengeluarkan Insight Report November 2016. Penelitian yang
16

dilakukan secara daring tersebut melibatkan 20.907 responden dari 21 negara


dunia. 

 Tiga negara Asia Tenggara, di antaranya Malaysia, Singapura, dan


Indonesia. Penelitian berlangsung pada 14 September sampai 6 Oktober 2016.
Sampel di Indonesia melibatkan lebih dari seribu pengguna berusia 18 tahun ke
atas yang dipilih secara random. "Generasi millennial secara mengejutkan
menunjukkan kebiasaan keamanan daring yang mengendur," ujar Director Asia
Consumer Business Norton by Symantec Chee Choon Hong. 

 Sepanjang 2016, dinamika masyarakat Indonesia diramaikan dengan


berbagai disrupsi teknologi yang terjadi di berbagai industri. Disrupsi di sektor
transportasi dengan hadirnya ride sharing, bahkan sempat membuahkan
persaingan tajam dengan penyedia layanan transportasi konvensional. Dinamika
yang sempat begitu menyedot perhatian publik tersebut, hanya sebagian kecil
perubahan yang timbul akibat dimulainya era 4G secara nasional. Republika
berusaha mencatat berbagai hal menarik yang timbul sejak era digital dimulai di
Tanah Air.

F. Era milenial di tandai oleh lahirnya generasi yang memiliki ciri-ciri:

1. suka dengan kebebasan


2. suka dengan melakukan personalisasi
3. mengandalkan kecepatan informasi
4. suka belajar
5. bekerja dengan lingkungan invatif
6. akyif berkolaborasi
7. percaya diri dan berani mengungkapkan pendapat tanpa ragu
8. pandai bersosialisasi,dan
9. berselancar di sosial media dan internet
17

sebagai akibat dari ketergantungan yang tinggi terhadap internet dan media
sosial, mereka menjadi pribadi yang tidak bersosialisasi,cenderung lemah dalam
nilai-nilai kebersamaan,dan kepedulian terhadap sosial masyarakat.

G.Membentuk generasi Milenial yang berakhlakul karimah

Dalam membentuk generasi milenial yang berahlak mulia yaitu dapat


dilihat dari karakteistik sifat dan pendidikan islam yang mungkin saat ini kaum
muda di indnesia kebanyakan mengabaikan pendidikan yang berbasis islam.

2.3. Peran Kohati dari masa ke masa

A .Peran HMI-Wati Pada awal di bentuknya KOHATI

Melihat kondisi KOHATI zaman dulu, para KOHATI sudah


melaksanakan fungsi dan perannya sebagai KOHATI. Mereka memiliki
semangat yang sangat tinggi. Ketika kondisi kepemerintahan di Indonesia
sedang bermasalah.

ketika Soeharto melarang keras adanya gerakan dari mahasiswa, para


HMI-Wati tetap nekad melakukan aktivitas yang bisa saja merenggut nyawanya,
salah satunya adalah diskusi dan rapat koordinasi. Mereka harus sembunyi-
sembunyi dan berpindah-pindah tempat ketika aka nada diskusi. Bahkan ketika
penataran (salah satu pendidikan normatif di KOHATI)pun,masyarakat tidak ada
yang tahu.

Melihat suasana KOHATI zaman dulu, sangatlah menegangkan dan penuh


daya juang. Mereka adalah heroic yang sesungguhnya. Mereka tetap
menyuarakn apa-apa yang tidak benar di tengah kondisi lingkungan pepolitikan
yang kurang ramah.
18

Beberapa contoh gerakan HMI-Wati yang dengan tegas menegakan


kebenaran berdasarkan syariat islam yaitu, Bidari Nuraini Sugeha. Salah satu
aktivis putri HMI . beliau adalah ketua KOHATI di Bolmong Raya. Bidari
menolak keras adanya program pekan kondom nasional karena dinilai kurang
bijak dan seakanakan memberi pintu besar untuk menambah angka free sex di
Indonesia. Tidak hanya Bidari yang tergerak hatinya untuk memperjuangkan
syariat islam demi kehormatan kaum perempuan.

B. Peran HMI-Wati pada masa kini

Di zaman globlisasi ini, gerakan dan semangat juang para perempuan


sudah menurun, bahkan tidak nampak seperti zaman dulu yang dengan lantang
membela kaum mereka, yaitu kaum perempuan. Banyak perempuan yang sudah
hanyut dalam kenyamanan situasi dan kondisi di Indonesia ini.

Bahkan, budaya barat sudah berhasil menguasai Indonesia yang memiliki


khas ketimurannya. Westernisasi suda sangat sukses mendominasi kebudayaan
di berbagai aspek. Aspek pakaian,makanan bertingkah laku, pemikiran, dan
kepedulian terhadap sesama, tehadap masyarakat.

Melihat gerakan dari HMI-Wati saat ini juga menurun, bahkan telah
redup. Hampir di setiap kegiatan tingkat partisipasi HMI-Wan telah
mendominasi. Sudah tidak ada lagi keseimbangan di dalam partisipasi nya.

Bahkan kusalitas intelektual serta daya krtisnya hampir pudar. Bahkan bisa
dibilang tidak ada bedanya HMI-Wati dengan perempuan-perempuan lainnya.
Karakter HMI-Wati sunyi, HMI-Wati mati.

HMI-Wati haruslah berbeda dengan perempuan lain. Kita sudah dilatih


untuk berpikir kritis menyusun strategi, dan bertindak demi suatu perubahan.
HMI-Wati haruslh lebih semangat,haruslah memiliki daya juang yang tinggi.
HMI-Wati haruslah sadar dan peka hatinya untuk memahami arti dari
pengabdian.
19

Lalu perjuangan apa yang bisa kita lakukan sebagai HMI-Wati? Melihat
tujuan dan karakter insan dari KOHATI mengemban amanah menjadi
perempuan berkarakter maratussolihah. Mulailah menyadarkan diri sendiri kita
sebagai organisasi islam harus memfilter budaya-budaya baru yang masuk ke
Indonesia.

Berbicara tentang tujuan,peran, dan fungsi KOHATI, kita mempunyai


beban moral sekaligus amanah. Kita harus berani antimainstream agar kita tetap
berjalan sesuai jalur dan diridhai oleh Allah SWT.

Namun seiring berjalannya waktu banyak kader-kader HMI-Wati yang


lupa akan khittah perjuangan dalam tubuh kohati itu sendiri. Nilai-nilai
filosofis tergantikn dengan sikap kader HMI-Wati yang kian pragmatis.
Sebutan yang pas adalah ‘semakin tua semakin linglung’

Perbincangan mengenai structural kian dinikmati ketimban memikirkan


permasalahan-permasalahan realitas sosial yang menimpa perempuan di
Indonesia.

Saat ini, kasus kekerasan seksual dari laporan CATAHU 2020 yang
merupakan catatan pendokumentasian berbagai kasus kekerasan terhadap
perempuan yang dilaporkan dan ditangani oleh berbagai lembaga negara.
Lembaga layanan maupun yang dilaporkan ke komnas perempuan sepanjang
tahun 2019. Sebanyak 239 lembar formulir yang masuk atau 35% dari 672
lembar formulir yang diedarkan kepada lembaga-lembaga mitra maupun data
pengaduan langsung ke komnas perempuan.

Tercatat 431.471 kasus kekerasan terhadap perempuan yang terdiri dari


421.752 kasus bersumber dari data kasusu/perkara yang di tagani pengadilan
agama, 14.719 kasus yan di tangani lembaga mitra pengadalayanan yang
tersebar sepetiga provinsi di Indonesia.
20

Dari catatan kasus tersebut seharusnya kader kohati maupun merespon


masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Karena tidak di pungkiri kohati
punya andil besar dalam menggerakkan massa. Hal tersebut,bisa jadi karena
ketidakpekaan kader kohati sebagaimana fungsinya adalah organisasi
keperempuanan yang condong terhadap pembelaan hak-hak dan perlindnan
perempuan.

Kohati sebagai salah satu organisasi kehamasiswaan yang berlandaskan


islam pun banyak ambil andil dalam dinamika kebangsaan. Salah satu factor
dibentuknya kohati adalah turut serta mempertaankan NKRI dan ikut mewarnai
gerakan perempuan yang bernuansa hijau hitam.

Sebagaimana narasi di awal bahwa adanya kohati dalam tubuh HMI


sebenarnya untuk memperluwes perjuangan HMI dalam menggapai cita-cita
mulia HMI. Saling mengukuhkan saling mengingatkan,saling mendorong
kemudian saling menguatkan.

Dengan kekuatan yang dimiliki oleh HMI harusnya organisasi kohati lebih
kuat daripada organisasi-organisasi perempuan lain yang tidak mempunyai
partner dalam perjuangan. HMI dapat menyokong gerakan kohati dengan
support system yang dimiliki oleh HMI itu sendiri.

Pembinan perempuan dalam kohati diarahkan untuk dapat melaksanakan


peran perempuan secara optimal sebagai anak,istri,ibu dan anggota masyarakat
yang bertanggung jawab dalam memperjuangakan nilai-nilai
keislaman,keindnesiaan,keperempuanan dan anak.

Ditengan kondisi bangsa yang semakin carut marut dengan berbagai


problematikanya entah itu politik ,ekonomi, sampai pada pesoalan kemanusiaa,
tugas perempuan tidak hanya berupaya untuk menempati ruang-ruang public
secara mati-matian telah diperjuangkan.
21

Perjuangan perempuan harus pula diimbangi dengan peningkatan kualitas


secara individu maupun kelompok. Dengan meningkatkan daya literasi dan
penguatan spiritual serta emosional adalah uasaha yang perlu dilakuka oleh
kader-kader kohati.

Kohati era milenial lebih tertarik membahas isu-isu mengenai kesetaraan


gender. Dalam forum Latihan Khusus Kohati misalnya, sering digadang-
gadangkan pembahasan mengenai feminisme, mulai dari sejarah feminisme
dalam Islam, Barat maupun di Indonesia.

Tidak jarang juga dalam forum-forum kajian atau diskusi tidak luput
membahas mengenai gerakan feminis ini. Pada akhirnya, orang-orang
menyimpulkan bahwa Kohati merupakan suatu kelompok atau organisasi
feminisme.

Menurut hemat penulis, bahwa Kohati tidak tepat dimaknai atau


disimpulkan sebagai suatu gerakan feminis yang ada pada tubuh HMI. Karena
Kohati sendiri yang dengan tujuannya sudah secara jelas bukan sebagai gerakan
feminis belaka.

Seperti yang tercantum dalam PDK Pasal 3 yakni ‘Terbinanya Muslimah


Berkualitas Insan Cita’ yang selaras dengan akselerasi pencapaian tujuan HMI
itu sendiri, yakni “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, yang
Bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil
Makmur yang Diridhoi Allah swt.”

2.4 Eksistensi gerakan HMI-Wati di era milenial

A. Gerak HMI-Wati di era Milenial

Dengan gaya hidup perempuan di era globalisasi ini, sebagian perempuan


tidak memahami peran dan posisinya dalam masyarakat, ada juga yang lupa
22

akan sejarah perjuangan perempuan dan ada pula perempuan hidup dengan
kebebasan yang seluas-luasnya.

Perempuan di era millenial banyak yang terlena dan terombang ambing


dan semakin mewarnai dan meracuni bangsa. Tidak sedikit efek dari globalisasi
ini berpengaruh negatif sehingga tidak menutup kemungkinan partisipasi
perempuan dalam pembangunan bangsa pada masa mendatang tidak dapat
berjalan, sehingga tidak ada pembuktian bahwa perempuan mampu berdiri
membangun bangsa.

Bahkan, persoalan ini apabila di biarkan dan tidak ada usaha untuk
melakukan perbaikan akan dapat menciptakan generasi muda yang tidak
memiliki masa depan yang pasti. Tidak hanya dalam kehidupan masyarakat,
dalam ruang lingkup kehidupan perempuan yang menyandang gelar sebagai
mahasiswi juga tidak jauh berbeda dengan pola kehidupan masyarakat secara
umum.

Masih banyak mahasiswi yang apatis terhadap permasalahan-


permasalahan di lingkungan sekiar atau yang biasa kita sebut mahasiswi anti
sosial. Di era millenial ini, ada perempuan dengan gelar mahasiswi yang
semakin di manjakan media sosial, padahal dengan di manjakan media sosial
tentu saja secara otomatis akan menyita waktu bagi seorang penggunanya.

Kemudian ada pula mahasiswi yang takut berekspresi dalam forum kajian
keperempuanan. Misalnya, masih banyak diantara mereka yang takut
mengekspresikan dirinya dalam sebuah forum milik bersama tersebut.

Kaum perempuan yang menyandang gelar mahaiswi tersebut merasa


belum merdeka meskipun telah ada emansipasi perempuan. Mereka bagai macan
di luar akan tetapi jika di dalam forum mereka di ibaratkan putri malu. Dox yang
sering muncul dalam masyarakat adalah tong kosong.
23

Karena dalam masyarakat, sesorang yang telah menyandang gelar


mahasiswa ialah seseorang yang menguasai di bidang pendidikan serta
sosialnya. Namun realita yang terjadi terhadap mahasiswa masa kini tidak
memahami bidang pendidikannya sendiri yang menjadi focus pendidikan tidak
di pandang sebelah mata, perempuan Indonesia harus dapat menjadi inspirator
bagi perempuan di seluruh dunia. agar martabat perempuan di dunia tidak lagi di
remehkan.

Era millenial pula sangat terkait dengan vulgaritas globalisasi sebagai palu
godam kaca realitas kaum muda masa kini. Asumsi umum digitalisasi dan
aktrifitas dunia maya yang ramai menjadi salah satu instrumen anak muda
menjalankan aktifitasnya sekaligus wadah eksistensinya.
Populasi masyarakat dunia menurut data Bank Dunia 2016 mengalami
peningkatan 1.4 persen artinya jika populasi masyarakat dunia konsisten
diyakini pada tahun 2020 jumlah total masyarakat dunia mencapai 8 miliar
penduduk.

Sebagian negara seperti Cina, Amerika Serikat, dan India akan mengalami
overload ledakan penduduk. Kondisi tersebut bukan tanpa tantangan, sejumlah
negara dengan kapasitas tinggi namun rendah kemampuan state resistance akan
mengalami kelemahan.

Negara-negara di atas sama halnya Indonesia sedang melihat peluang


generasi millenial bagi konsistensi pembangunan ke depan. Keunikan era
generasi millenial yang terkonektifikasi dalam jejaring cyber dapat dinilai bahwa
ada semacam pola sosial yang secara sosiologis meninggalkan pola lamanya.

Di mana cara bergaul lebih ramping dan cepat, serta aktifitas sosial lebih
kepada sharing. Anak muda kita, barang kali akan sudah memetakan bentuk
negara kedepan seperti apa dengan paradigma pembangunan yang bisa saja
moderen atau sebaliknya tetapi tidak meninggalkan sentuhan hight technology.
24

Generasi millenial mereka yang nantinya pada tahun emas 2045 nanti
merupakan usia subur yang sangat produktif. Arus terbesar dilihat secara
antropologis, mereka akan muda terbuka, menyajikan kesempatan yang sama.
Artinya gender bukan ukuran tegas pembeda. Walaupun diskursus generasi
millenial masih isu kota-kota maju yang nyatanya telah menjadi pengguna
teknologi lebih aktif dan mengubahnya ke arah yang lebih inovatif.

Satu sisi, menyisakan celah bahwa di belahan sudut jauh dari kota kondisi
dengan kultutral dan nilai-nilai tradisional kuat masih sebagai pengguna yang
cenderung coba-coba. Tentu, memang tidak adil namanya jikalau kita
bandingkan dengan negara Cina dan India. Tetapi hal itu tidak akan lama semua
pasti menemukan celah untuk berkembang.

Di Cina kita melihat pertumbuhan industri teknologi dan manufaktur


lainnya hampir mendekati pencapian Jepang. Bahwa kemampuan produksi
bruto-nya sudah meninggalkan jauh negara kaisar tersebut.

Hal itu ditunjang lewat pendidikan dan pendekatan akan inovasi baru. Kita
harus kagum dengan India, negara bekas koloni negeri Elisabet tersebut rupanya
mampu mempermak kota-kota mereka semakin maju bahwa menjadi kota pusat
Inovasi dunia.

Bungalore di India kini jadi rival Silicone Valley di Negeri Paman dalam
urusan star up bisnis digital. Kita tak dapat membayangkan itu dua dekade lalu
saat mereka masih terjebak keperesoalan pertahanan dan identitas ke-India-nnya.

Kekuantan dua negara di atas tidaklah murah meriah dicapai, pendidikan


dan visi maju harus selaras. Cina setiap tahunnya menghasilkan 300.000 orang
profesor muda dengan mayoritas berkemampuan skill pengembangan teknologi
baru. India pun hampir sama, fokus kepada teknologi informatika.

Lalu bagaimana dengan generasi muda Indonesia mengejar ketertinggalan


tersebut. Bisakah kita tidak selalu dibayangi pencapaian negara maju. Satu sisi,
25

rasa ketakutan tersebut harus segera ditanggalkan, bukan tidak mungkin kita
selalu mengidap penyakit negeri pengguna bukan produsen.

Salah satu strategi tersebut ialah memberikan tantangan bagi generasi


mudah dengan keluasan cita-cita namun harus selaras dengan konsep
pembangunan bangsa ini. Jika terus perkembangan positif kita raih, maka pada
tahun emas 2045 kedepan kita dapat sejajar dengan Amerika Serikat yamg
terlebih dahulu menemukan self defence-nya.

Negara-negara lainnya menyusul seperti Indonesia, India, Uni Emirat


Arab, Saudi Arabia, Selandia Baru, Finlandia, dan Swedia bisa jadi konpetitor
negara maju lainya. Mereka memiliki cadangan SDM dan SDA yang kaya
walaupun dalam perjalan mencari rumus-rumusnya.

Gerkan kohati dalam mekanisme perkaderan untuk menjawab


probelmatika generasi millenial. Bukan tidak banyak kekurangan dan tantangan
bagi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Korp-HMI-Wati (Kohati) sebagai
badai khusus dalam HMI.

Kecenderenugan generasi millenial yang menempatkan individualisme


sebagai titik tolak kepercayaan beraktualisasi menempatkan mereka lebih
percaya diri dan solid walaupun ikatan kelompok sangat rendah. HMI harus
merumuskan akan tantangan tersebut, mungkin kedepan organisasi sharing dunia
maya akan menggantikan pengaruh gerakan HMI berbasis organisasi social
performance.

Generasi millenial membangun heroisme berdasarkan semangat-semangat


citra dan representasi moderen sesuai semangat zaman yang ada. Mungkin
kedepan, tidak banyak lagi seloroh narasi para founding father bangsa ini,
bahkan pemikiran Lafran Pane, Nurcholish Madjid, dan Ahmad Wahid dirasa
sudah tidak lagi berkesesuaian. Hero-hero mereka yang baru ialah sosok budaya
populer hasil inflitrasi budaya global yang cukup membingungkan karena sangat
dipengaruhi pasar.
26

B. Fungsi dan Peran HMI-Wati dalam era milenial

Kohati memiliki fungsi sebagi gate moral dengan selalu mengusung nafas
keislaman dan keindonesiaan. Artinya bukan saja soal mekanisme
perkaderannya tetapi upaya menyelamatkan ruh-ruh kebudayaan yang ajeg dan
konsistensi ajaran nilai keislaman dan keindonesiaan bagi kaum muda.

Kohati memiliki peran lebih karena tidak hanya HMI tetapi fokus kepada
perjuangan perempuan. Kita tak dapat mengelak, maka harus siap. Anggota
Kohati berjumlah banyak dan tersebar di berbagai daerah sampai ke pelosok
Indonesia. Harus bisa dimanfatkan sebagai basis kader bangsa yang maju dan
bersaing dan tetap stand pada kejatidirian bangsa bukan budaya baru yang
teradopsi secara serampangan.

Tugas ini berat, karena budaya masuk lewat jejaring dunia maya. HMI
dan Kohati secara khusus juga harus terlibat dalam arus tersebut dengan posisi
re-branding dan re-building.

Beberapa persoalan yang menjadi acuan Kohati bagi generasi millenial.


Pertama, tidak banyak perempuan yang duduk dalam profesi skill teknologi. Hal
itu menjadi border yang hampir laten dan harus digerus segera.

Kedua, belum terlihat fokus generasi muda Kohati terhadap


kecendereungan apa saja yang dianggap berkesesuaian zaman. Ketiga, mode
pembelajan masih terletak kepada pendidikan etis belum kepada praktikal taktis.

Beberapa problem di atas kita harus urai dengan mekanisme organisasi


yang cepat tanggap dan adaptif. Kader kohati memang tetap dikondisikan dalam
rule perjuangan yang sudah ada, tetapi mesti diberikan pemberdayaan yang lebih
bersesuaian dengan zaman. Pengusaan skill adalah alasan utama jika Kohati
ingin terus senafas dengan zaman tanpa meminggirkan warisann kesejarahan
dan pemikiran kebangsaan.
27

Gerakan kohati di era milenial ini sangat berpengaruh dalam meyiapkan


kualitas kader bangsa untuk menjadi pribadi yang cerdas dan siap menghadapi
ranah domestic ataupun public. Kecerdasan untuk mengelola segala hal yang
berhubungan dengan keluarga sangat di perlukan sebagai lembaga terkecil.

Kohati harus berperan penting dalam menyeimbangi antara rasa dan


rasio,nalar berfikir harus di perbaiki, apalagi sekarang kita hidup pada zaman
perkembangan teknologi yang sangat pesat. Harus cerdas-cerdasnya
menganalisia informasi yang di dapatkan, jangan sampai seorang aktivis
mengkonsumsi berita-berita hoax, dan di sebut penyebar hoax,generasi milenial
itu perempuan tangguh yang anti hoax. Maka dari itu kohati harus bisa membuat
gerakan-gerakan yang bisa memberikan pemahaman kepada generasi milenial
saat ini.
28

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Korps HmI-Wati atau disingkat KOHATI yang didirikan pada tanggal 2 Jumadil
Akhir 1386 H bertepat dengan 17 September 1966 pada kongres VIII di Solo. Kohati
merupakan bagian dari Mahasiswa Islam yang bergerak di bidang keperempuanan.

Tujuan adanya KOHATI tersebut merupakan langkah untuk mewujudkan


mision  HMI yaitu: “terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT”

Generasi Milenial atau di sebut juga dengan generasi Y adalah generasi


yang membawa perempuan-perempuan hari ini pada kecanggihan teknologi, tak
bisa di pungkiri pengaruh yang begitu besar pada setiap individu merasuk
kedalam diri dan menjadi sebuah kebiasaan.

Dengan dalih semua bisa di dapat dengan mudah hanya dengan mengklik
salah satu item pada gadjet. Misalnya, sudah bisa langsung pilih menu makanan
untuk siap di antar kedepan rumah, belum lagi banyaknya aplikasi pada gadjet
yang menarik perhatian seperti Instagram, fb, twitter, telegram dan lain
sebagainya semua itu menghiasi perjalanan hidup manusia di era ini.

Melihat gerakan dari HMI-Wati saat ini sangat menurun, bahkan telah
redup. Hampir di setiap kegiatan tingkat partisipasi HMI-Wan telah
mendominasi. Sudah tidak ada lagi keseimbangan di dalam partisipasi nya.

Bahkan kualitas intelektual serta daya krtisnya hampir pudar. Bahkan bisa
dibilang tidak ada bedanya HMI-Wati dengan perempuan-perempuan lainnya.
Karakter HMI-Wati sunyi, HMI-Wati mati.
29

HMI-Wati haruslah berbeda dengan perempuan lain. Kita sudah dilatih


untuk berpikir kritis menyusun strategi, dan bertindak demi suatu perubahan.
HMI-Wati haruslh lebih semangat,haruslah memiliki daya juang yang tinggi.
HMI-Wati haruslah sadar dan peka hatinya untuk memahami arti dari
pengabdian.

Kohati harus berperan penting dalam menyeimbangi antara rasa dan


rasio,nalar berfikir harus di perbaiki, apalagi sekarang kita hidup pada zaman
perkembangan teknologi yang sangat pesat. Harus cerdas-cerdasnya
menganalisia informasi yang di dapatkan, jangan sampai seorang aktivis
mengkonsumsi berita-berita hoax, dan di sebut penyebar hoax,generasi milenial
itu perempuan tangguh yang anti hoax. Maka dari itu kohati harus bisa membuat
gerakan-gerakan yang bisa memberikan pemahaman kepada generasi milenial
saat ini.

3.2. Kritik & Saran

Sebagai perempuan peradaban,kohati harus bisa berbagi peran baik di


ranah domestik maupun di ranah publik seperti, berperan dan politik,
pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, budaya, dan dalam bentuk apapun demo
kemajuan dan keutuhan negara tercinta. Kohati juga harus mampu
mengimplementasikan dan ekspresikan segala bentuk pontensi yang ada pada
dirinya baik yang intra maupun yang ekstra.
DAFTAR PUSTAKA

Syafiq Hasyim, Pengantar Feminisme dan Fundamentalisme Islam Cet. I.


(Yogyakarta: LKiS, 2005), hlm. v

Herman Saksono, Pusat Studi wanita (http/www.yoho.com, diakses 24 November


2005)

Zaitunah Subhan, Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos (Yogyakarta: Pustaka


Pesantren, 2004), 1.

Kamus Besar bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 448

Maggie Humm, Ensiklopedia Feminisme (Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2002), hlm.


501

Murtadlo Muthahari. Hak-hak Wanita dalam Islam (Jakarta: Lentera, 1995), hlm.
107

Ibid,, hlm. 108-110

Kartini Kartono, Psikologi Wanita, Mengenal Gadis Remaja dan wanita Dewasa
(Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm. 4

Dwi Ambarsari, Kebijakan Publik dan Partisipasi Perempuan Cet. I (Surakarta:


Pattiro, 2002), hlm. 3

Trisakti Handayanirakat, Memperjuangkan Hak Asasi Perempuan, dalam Suara


Wanita, Pusat Studi Wanita dan Kemasyarakatan. Universitas Muhammadiyah
Malang. 1996. hlm. 9

Hussein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan (Yogyakarta: LKiS,


2004), Hlm. 11

( PENGERTIAN PEREMPUAN)

III
https://bem-sttmigasbpp.blogspot.com/2016/03/pengertian-perempuan-dan-
sejarah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Politik
http://www.ikerenki.com/2014/01/pengertian-politik-makna-definisi-umum.html
https://www.qureta.com/post/kohati

http://www.republika.co.id/berita/koran/inovasi/16/12/26/ois64613-mengenal-
generasi-millennial

http://kabarntb.com/2018/02/kohati-menyambut-era-millenial/
https://republika.co.id/berita/odnf5d396/ko
hati-benteng-penopang-generasi-berkualitas

https://www.kominfo.go.id/content/detail/8566/mengenal-generasi-
millennial/0/sorotan_media

https://elhimma.wordpress.com/2015/01/24/gerakan-hmi-wati-di-zaman-
kontemporer/

https://www.komnasperempuan.go.id/reads-siaran-pers-dan-lembar-fakta-
komnas-perempuan-catatan-tahunan-
kekerasan-terhadap-perempuan-2020

IV
CURICULUM VITE

NAMA : YOLA ANGGRAENI

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

TTL : PANDEGLANG 6 NOVEMBER 2000

ASAL CABANG : PANDEGLANG

ASAL KOMISARIAT : SYEKH MANSHUR

PERGURUAN TINGGI : STIA SYEKH MANSHUR

FAKULTAS/PRODI : PGMI

NO. TELEPON : 085888374393

E-MAIL : yolaanggraeni57@gmail.com

JENJANG TRAINING : BASIC TRAINING (LK1 ) Tahun 2018


KOMISARIAT SYEKH
MANSHUR

MOTO HIDUP : TERSENYUMLAH WALAUPUN


DUNIAMU TERASA HANCUR

V
VI

Anda mungkin juga menyukai