Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Desa Jatisari

1. Gambaran Umum Desa Jatisari

Jatisari merupakan salah satu dari 20 Desa yang ada di Kecamatan

Karangpawitan yang berjarak 9 km dari Pemerintahan Kabupaten Garut

dan terletak pada 700 mdpl. Ketinggian tanah dari permukaan laut dengan

curah hujan tercatat setiap tahun 120 mm dan rata-rata temperatur suhu

harian 21.

Adapun iklim di Kecamatan Tarogong Kaler sebagaimana seperti

daerah lain di Indonesia yang termasuk ke dalam wilayah tropis

mempunyai iklim kemarau dan penghujan yang memberikan pengaruh

langsung terhadap pertumbuhan tanaman dan kelangsungan hidup

binatang ternak. Selain itu, kondisi geografis Desa Jatisari yang lahan

pertaniannya masih cukup produktif.

Adapun batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Desa Mekarsari

- Sebelah Selatan : Jl. Raya Karangpawitan / Desa.

Sindanggalih dan Desa Godog.

- Sebelah Barat : Kelurahan karangmulya dan Desa

Mekarsari

- Sebelah Timur : Desa Sindanglaya


2. Visi dan Misi Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten

Garut

a. Visi

Berdasarkan kondisi saat ini dan tantangan yang akan dihadapi dalam

6 (enam) tahun mendatang serta dengan mempertimbangkan modal yang

dimiliki, maka visi pembangunan Desa Jatisari tahun 2015-2021 adalah

Terwujudnya Desa Jatisari yang “RELIGIUS, SEJAHTERA, NYUNDA,

dan MANDIRI”. Visi tersebut dapat diringkas Nilai-nilai Agama, Subur

Makmur Gemah Ripah Repeh Rapih, Bru Dijuru Bro Dipanto, Ngalayah

Di Tengah Imah, Maju Dalam Segala Bidang, tidak tergantung pada orang

lain, serta selalu didasari oleh Budaya Sunda”.

b. Misi

a) Menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif dan agamis,

ditunjang oleh tersedianya sarana peribadatan dan sumberdaya

manusia yang kompeten.

b) Membangun pola hidup sehat melalui pemberdayaan Kader

Kesehatan dan Optimalisasi “DESA SIAGA MUTIARA JAYA”.

c) Menyelenggarakan pemerintahan yang transparan, akuntabilitas,

partisipatif dan responsip.

d) Membangun sarana dan prasarana yang berbasis pada ekonomi

pertanian yang produktif, infrastruktur pedesaan, dalam upaya

peningkatan indeks daya beli masyarakat, serta peningkatan

sumber daya masyarakat desa yang berkualitas melalui “Program

31
Desa Pendidikan” yang berwawasan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta berwawasan global.

3. Keadaan Demografi

Secara administratif, Desa Jatisari membawahi 13 RW dan 39 RT.

Desa Jatisari merupakan Desa yang memiliki jumlah penduduk sebanyak

5.854 jiwa dan 1770 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 2983 jiwa serta jumlah penduduk perempuan sebanyak 2871

jiwa.

4. Kondisi Masyarakat

Desa Jatisari yang resmi ditandai dengan kondisi lingkungan kehidupan

sosial yang makin dijiwai oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa sesuai dengan keyakinan masyarakat yang diakui dalam sistem

keagamaan nasional, kondisi ideal kehidupan agamis ditunjukan dari:

a) Meningkatnya jatidiri dan karakter masyarakat yang makin beriman

dan bertaqwa.

b) Menguatnya kemitraan dan tanggungjawab dalam pembangunan

pendidikan keagamaan serta sarana dan prasarana keagamaan di Desa

Jatisari.

c) Menguatnya kesalehan sosial masyarakat dan aparatur pemerintah desa

serta memperkokoh silaturahmi antar dan inter umat beragama untuk

menguatkan pengalaman agama dalam kehidupan berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

32
Desa Jatisari yang sejahtera ditandai dengan kondisi kehidupan

masyarakat Desa Jatisari yang memenuhi standar kelayakan dalam pemenuhan

kebutuhan di bidang pendidikan, kesehatan, dan bermata pencaharian layak

serta jaminan keamanan dengan senantiasa mempertimbangkan kelestarian

daya dukung lingkungan yang berkelanjutan. Sementara itu kondisi ideal di

bidang pendidikan ditunjukkan dengan:

a) Meningkatnya tingkat pendidikan formal masyarakat yang dilihat dari

target pendidikan dasar telah tuntas dan memasuki tahapan pendidikan

menengah.

b) Tersedianya infrastruktur sarana prasarana pendidikan yang

dibutuhkan disertai pemerataan lokasi pendidikan.

c) Meningkatnya penguasaan keterampilan, ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta mampu menjadikan masyarakat yang produktif.

d) Terwujudnya pendidikan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk

memenuhi kebutuhan hidup.

Kondisi Desa Jatisari di bidang mata pencaharian layak dan

berkesinambungan ditunjukkan dengan:

a) Meningkatnya keterkaitan antara sektor primer, sektor sekunder, dan

sektor tersier dalam suatu sistem yang produktif, bernilai tambah dan

berdaya saing, serta keterkaitan pembangunan ekonomi antar wilayah.

b) Makin kokohnya perekonomian daerah yang berdaya saing, secara

regional, nasional, dan internasional, berbasis pada upaya

33
pengembangan keunggulan kompetitif dan kooperatif dalam

mendayagunakan potensi agribisnis pariwisata, dan industri.

c) Meningkatnya akses yang lebih berkeadilan terhadap sumberdaya

ekonomi masyarakat di Desa Jatisari.

d) Terjaminnya ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat Desa Jatisari.

e) Meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat.

f) Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, dan produk domestrik bruto

yang berdampak terhadap penurunan kemiskinan.

g) Meningkatnya pendayagunaan dan pemanfaatan potensi ekonomi desa.

h) Meningkatnya ketersediaan infrastrukur perekonomian desa, terutama

jalan dan jaringan irigasi.

i) Terwujudnya pembangunan pemeliharaan infrastruktur desa.

j) Meningkatnya penyediaan lapangan pekerjaan dan pendayagunaan

tenaga kerja yang berkualitas dan berdaya saing.

Kondisi ideal Desa Jatisari termaju ditunjukkan dengan kondisi desa

menjadi yang terdepan, dan selalu menjadi percontohan dalam hal-hal positif

di segala bidang. Ditargetkan pada tahun terakhir masa kepemimpinan periode

kepala desa ini, diharapkan Desa Jatisari menjadi Desa percontohan minimal

di tingkat Kabupaten. Upaya yang dilakukan adalah dengan memaksimalkan

semua potensi yang ada di Desa Sindanggalih.

Kondisi ideal Desa Jatisari yang nyunda ditunjukan dengan segala sesuatu

“tingkah paripolah” serta arah pembangunan didasari dan tidak terlepas dari

34
akar budaya Sunda yang menjadi Misi Garut sebagai “GARUT PASEUR

BUDAYA SUNDA”.

Kondisi ideal Desa Jatisari yang mandiri adalah ditunjukan dengan dapat

terpenuhinya segala kebutuhan yang prinsip (primer) tanpa mengandalkan

bantuan dari orang lain.

5. Data Wilayah

Tabel 4.1

Data Wilayah Administratif Desa Jatisari

Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut

1. Kabupaten : Garut

2. Kecamatan : Karangpawitan

3. Kantor Desa : Jatisari

4. Alamat Kantor Desa : Jl. Jatisari Kp. Sukamanah No.3

5. Nomor Telepon Kantor Desa : 081000007554

6. Jumlah RW : 13 RW

7. Jumlah RT : 39 RT

8. Jumlah Penduduk : 5.844 Jiwa

a. Laki-laki : 2.977 Jiwa

b. Perempuan : 2.867 Jiwa

9. Jumlah Kepala Keluarga : 1.770 Jiwa

10. Luas Wilayah 100,32 km2


Sumber: Desa Jatirasri 2020

35
6. Struktur Organisasi Desa Jatisari

KEPALA DESA
Abad Badrudin

SEKRETARIS
DESA
AA Juhana

KAUR KAUR KAUR


TATA USAHA KEUANGAN PERENCANAAN
Yopi Nurjaman Mila Amalia Rino Ariyono

KASI KASI KASI


PEMERINTAHAN KESEHATAN PELAYANAN
Tintin Aryanti Sahidin Dedi Mulyadi

KADUS II KADUS III


KADUS I
Eneng Rofenti Santi Jajang
Yuliasanti Jaelani

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Desa Jatisari

Kecamatan Karangpawitan

36
B. Peranan Kepala Desa dalam Pembayaran Pajak Bumi Bangunan di Desa

Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut

Pemerintahan Desa Jatisari telah berusaha sebaik mungkin agar terpenuhi

capaian target Pajak Bumi dan Bangunan yang ditargetkan oleh Kabupaten Garut.

Hal ini dapat di lihat dari pemerintah Desa Jatisari yang selalu melakukan

berbagai upaya dan terus memberikan dorongan bagi masyarakat Desa Jatisari.

Untuk memberikan pemahaman terkait penting membayar iuran pajak sebagai

sumber pendapatan Negara dan Daerah, serta melakukan berbagai upaya kegiatan.

Adapun kegiatan yang dilakukan pemerintah Desa Jatisari salah satunya yaitu

berusaha untuk memperbaiki data administrasi dan konsultasi kepada

pemerintahan Kabupaten Garut. Seperti mana yang telah diakui oleh Abad

Badrudin selaku kepala Desa Jatisari yang menyatakan bahwa:

“Saya sudah berusaha penyampaikan informasi, konsultasi dan bimbingan


perpajakan secara berkesinambungan kepada pemerintah Kabupaten Garut
guna memperbaiki data-data administrasi yang masih jadi salah satu masalah
dalam meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Garut”.

Dalam memberikan kesadaran bagi masyarakat, peran pemerintah desa

khususnya komunikasi kepala desa mampu mendekatkan dirinya kepada

masyarakat serta melaksanakan kegiatan untuk merubah masyarakat menjadi lebih

baik. Dalam menjalankan tugas pemerintahan pusat dan daerah, pemerintah Desa

Jatisari memiliki peran serta tanggung jawab yang besar bagi pemerintah pusat

dan daerah dalam meningkatkan pendapatan pajak bumi dan bangunan khususnya

di Desa Jatisari Garut.

37
Sebagaimana dengan Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1

Ayat 3 tentang dibentuknya lembaga kemasyarakatan Desa, seperti rukun

tetangga, rukun warga, pembinaan kesejahteraan keluarga, karang taruna, dan

lembaga pemberdayaan masyarakat atau yang disebut dengan nama lain. Lembaga

kemasyarakatan Desa bertugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra

dalam memberdayaan masyarakat.

Lembaga desa yang ada di Desa Jatiasari Garut tentunya diharapkan dapat

membantu kepala desa dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat

dalam membayar iuran pajak bumi dan bangunan, sehingga dengan mudah dapat

tercapainya target yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Garut.

Kepala Desa Jatisari memberikan pemahaman kepada masyarakat desa

tentang pentingnya pajak bumi dan bangunan sebagai sumber pendapatan negara

dan daerah sehingga lembaga desa seperti kadus dan ketua rukun tetangga dapat

dengan mudah menghimbau kepada warganya tentang pentingnya kegunaan uang

iuran pajak sebagai sumber pembangunan.

Lebih lanjut hal ini juga diakui oleh Abad Badrudin selaku Kepala Desa

Jatisari dalam kutipan wawancara sebagai berikut:

“Saya sudah memberikan arahan teknis kepada kepala dusun dan ketua rukun
tetangga agar menghimbau kepada setiap warganya untuk lebih cepat
membayar iuaran wajib PBB karena iuran tersebut nantinya akan digunakan
sebagai pembangunan nasional secara terus menerus dan berkelanjutan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pemerataan
pembangunan”.

38
Dalam melaksanakan tugas yang diberikan pemerintah Kabupaten Garut

kepada pemerintah Desa Jatisari sangat diperlukan adanya peranan lembaga desa

dalam meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Jatisari khususnya dalam

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan pedesaan yang telah menjadi kewajiban

masyarakat.

Lembaga desa seperti ketua rukun tetangga sangat diperlukan untuk

memberikan pemahaman tentang pentingnya pajak bagi pembangunan desa

mengingat bahwa ketua rukun tetangga merupakan orang yang secara langsung

berbaur dengan masyarakat setiap hari, dengan begitu sosialisasi yang di lakukan

diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap membayar Pajak

Bumi dan Bangunan. Sebagaimana yang katakana oleh Ujang Suhendar ketua RT

03 Dusun I Desa Jatisari.

“Dalam melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang kewajiban pajak


bumi dan bangunan yang ada di Desa Jatisari biasanya terlebih dulu saya
memberi pemahaman kepada mereka tentang kegunaan uang iuran perpajakan
sehingga mereka sedikit memahami tentang perpajakan dan saya berharap
dengan begitu masyarakat dapat dengan taat membayar iuran pajak bumi dan
bangunan yang ditetapkan oleh pemerintahan Kabupaten Garut. Sosialisasi ini
saya lakukan pada masyarakat Desa Jatisari saat saya memberikan Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang kepada warga masyarakat saya”.

Memberikan pemahaman kepada masyarakat memang menjadi tugas lembaga

desa untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kewajibannya. Peran

dari ketua rukun tetangga mampu memberikan pemahaman terbaik pada

masyarakat sangat di harapkan. Hal ini juga menjadi tanggung jawab semua

perangkat desa agar bisa bekerja sama, saling membantu dalam menghimbau

kepada masyarakat agar bisa membayar pajak tepat pada waktunya, maka dari itu

39
pemerintah desa tidak henti-hentinya mensosialisasikan kepada masyarakat Desa

Jatisari untuk melakukan administrasi agar masyarakat lebih bersemangat dalam

melaksanakan kewajibannya membayar pajak.

Oleh karena itu, peran pemerintah khususnya peran kepala desa sangat

menentukan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak

Bumi dan Bangunan.

C. Langkah-langkah Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Desa

Jatisari

1. Sosialisasi

Peran Kepala Desa serta para pekerja lainnya sangat menentukan

keberhasilan dalam pengelolaan PBB di daerah sekitarnya. Oleh karena itu,

setelah melakukan observasi dan wawancara kepada pihak-pihak yang

bersangkutan dalam pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Desa

Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut masih belum mencapai

target yang diharapkan, walaupun sosialiasi kepada masyarakat telah

dilaksanakan, akan tetapi penerimaan PBB tidak mencapai target yang

diinginkan. Sosialisasi tentang pentingnya pembayaran Pajak Bumi dan

Bangunan dilakukan di Aula Kecamatan Jatisari Kecamatan Karangpawitan,

sosialisasi tersebut dijelaskan kepada masyaakat tentang cara pembayaran

pajak, cara pengisian surat pemberitahuan objek pajak dan menjelaskan

Undang-Undang Perpajakan jika ada perubahan serta pelaporan hasil

40
penerimaan PBB dari pemungut pajak dari masyarakat ke pemerintahan yang

ada di Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Garut.

Salah satu cara untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang

pentingnya pembayaran pajak kepada masyarakat khususnya yang wajib pajak

adalah dengan sosialisasi. Dalam sosialisasi tersebut dijelaskan tentang prosedur,

pelaturan, dan waktu pembayaran PBB. Dengan adanya sosialiasi diharapkan bisa

meningkatkan kepatuhan dan kesadaran bagi masyarakat dalam membayar Pajak

Bumi dan Bangunan. Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Abad Badrudin selaku

kepela desa di Jatisari, beliau menyatakan:

“Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan aturan yang sudah ditentukan
oleh pemerintah dan harus ditaati oleh masyarakat khususnya masyarakat
yang memiliki benda-benda seperti alat transfortasi, rumah mewah dan lain
sebagainya. Mereka harus membayar pajak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan oleh pemerintah setempat maupun pemerintah pusat. Menurut saya
keberhasilan dalam pemungutan pajak tidak akan berhasil kalau salah satunya
tidak ada sosialisasi kepada masyarakat setempat terkait pentingnya
masyarakat dalam pembayaran pajak. Karena kalau tidak ada sosialisasi
kepada masyarakat, maka kesadaran masyarakat dalam membayar pajak akan
kurang. Oleh karana itu, saya selaku kepala desa selalu melaksanakan
sosialisasi terkait PBB itu, dan walaupun hasilnya belum maksimal.

Setelah melakukan komunikasi dengan aparat pemungutan pajak di Desa

Jatisari bahwa setiap 1 tahun sekali dilaksanakan sosialisasi kepada masyarakat

setempat. Kemudian mengenai tatacara pemungutan pajak, dan menyetorkan

pajak kepada pemerintah setempat dijelaskan oleh aparat pemungut pajak ketika

sosialisasi berlangsung. Setiap tahunya pasti ada permasalahan dalam pembayarab

pajak bumi dan bangunan, dan jika terjadi kendala seperti itu maka pemerintah

desa bertindak sesuai UU Perpajakan yang berlaku.

41
2. Pemberian Penyuluhan Pada Wajib Pajak

Penyuluhan merupakan salah satu cara untuk memberikan berbagai

macam informasi, konsultasi, serta bimbingan kepada masyarakat tentang

pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Oleh sebab itu,

dengan adanya penyuluhan tersebut dapat meningkatkan pemahaman kepada

masyarakat wajib pajak tentang betapa pentingnya menumbuhkan kesadaran

dan keinginan untuk membayar pajak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Eneng Rofenti selaku kolektor PBB di Desa Jatisari pada tanggal 28 Oktober

2020 yang menyatakan bahwa:

“Menurut saya penyuluhan tentang Pajak Bumi dan Bangunan sangat


penting untuk dilakukan setiap tahunnya, hal ini karena jika penerimaan
PBB belum kepada target yang ditetapkan oleh pemerintah. Di dalam
memberikan informasi tersebut kami selaku kolektor menyebarkan surat
kepada masing-masing RW yang bertujuan supaya mengingatkan
masyarakatnya agar segera melunasi pembayaran PBB atau kami
memanggil langsung dengan memberikan surat kepada masyarakat yang
belum membayar Pajak Bumi dan Bangunan, dan kami juga memasang
spanduk di depan kantor Desa atau di jalan-jalan yang dapat
diketahui/dibaca oleh masyarakat. Sehingga masyarakat ada kesadaran
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan” (28 Oktober 2020)

Setelah melakukan wawancara dengan pihan pemungut pajak bahwa

diketahui tujuan diadakannya penyuluhan tentang wajib pajak kepada

masyarakat adalah untuk memberikan pemahaman tentang kesadaran

masyarakat perihal pembayaran pajak. Dengan tumbuhnya kesadaran pada

masyarakat diharapkan bisa memperlancar proses pemungutan Pajak Bumi

dan Bangunan, dan dengan dilaksanakannya penyuluhan bisa memberikan

solusi yang baik kepada wajib pajak.

42
3. Peningkatan Pelayanan kepada Wajib Pajak

Pelayanan yang baik kepada masyarakat bisa ditingkatkan melalui pos-pos

pembayaran pajak. Pos-pos tersebut ditempatkan sesuai dengan yang telah

ditentukan oleh pemerintah, hal tersebut tertuang di setiap SPPT yang

diberikan kepada masyarakat yeng terkena wajib pajak. Di dalam SPPT

tersebut dicantumkan tentang informasi tentang pembayaran melalui BNK

yang dekat dengan rumah atau di kediaman wajib pajak, dan pembayaran

tersebut bisa dibayarkan melalui Kantor Pos terdekat atau bisa dibayarkan

melalui ATM yang terdekat dengan lokasi rumah wajib pajak.

Kemudian ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh para petugas

yaitu adanya SPPT yang harus dipilah-pilah dengan RT/RW, adanya beberapa

rumah dan tanah kosong yang pemiliknya sudah berpindah tangan, sehingga

menyulitkan para petugas dalam melaksanakan proses penyaluran SPPT,

walaupun masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh para petugas, akan

tetapi tidak menyurutkan para petugas dalam menyelesaikan permasalahan-

permasalahan tersebut.

Santi Yuliasari selaku kolektor PBB, wawancara dilakukan 28 Oktober

2020 yang menyatakan bahwa:

“Mulai 2011-2020 ini pelayanan untuk pembayaran PBB jarang dilakukan


secara manual di Desa Jatisari, hal tersebut karena menyesuaikan dengan
perkembangan jaman. Pembayaraan tersebut sekarang dilakukan melalui
Kantor Pos, Bank atau ATM yang jaraknya dekat dari lokasi rumah wajib
pajak. Dengan adanya tempat-tempat pembayaran pajak memudahkan
wajib pajak dalam membayar pajak PBBnya, sehingga tidak wajib datang
tidak dating langsung ke kantor kecamatan atau ke desa yang mana
jaraknya jauh dari rumah ke desa atau ke kecamatan.

43
4. Adanya Bentuk Penghargaan

Pemberian berupa penghargaan kepada wajib pajak merupakan bentuk

motivasi

Memberikan penghargaan kepada wajib pajak maupun kepada pihak

kecamatan atau kelurahan dapat dilakukan untuk memotivasi dalam

pencapaian serta membayar pajak Bumi dan Bangunan dengan maksimal.

Dengan memberikan penghargaan dihararapkan akan memacu upaya serta

usaha yang dilakukan oleh pihak kecamatan atau pihak kelurahan untuk dapat

memaksimalkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sehingga target yang

diharapkan akan tercapai. Berikut hasil wawancara dengan Santi Yuliasari,

wawancara dilakukan pada tanggal 2 November 2020 yang menyatakan

bahwa:

“Kalau penghargaan tidak ada selama ini, kalau di dalam penerimaan


Pajak Bumi dan Bangunan kurang maksimal ya kami menunggu sampai
akhir tahun wajib pajak untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan”.

Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwa tidak adanya penghargaan

kepada wajib pajak, pihak kelurahan serta kecamatan membuat para wajib

pajak enggan untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan dan tidak adanya

motivasi, sehingga hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tidak dapat

maksimal. Pemberian penghargaan akan memotivasi untuk lebih

mengoptimalkan upaya serta penyuluhan yang diberikan pihak Desa maupun

kecamatan kepada wajib pajak.

Dari upaya yang dilakukan untuk mendapatkan meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang sangat efektif

44
untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar Pajak

Bumi dan Bangunan, yaitu sebagai berikut:

a. Dengan memberikan penyuluhan kepada wajib pajak, sehingga wajib

pajak mengetahui serta dapat menambah pengetahuan tentang manfaat

serta peran pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan dapat membantu pemerintah

dalam mensukseskan program pemerintah guna menjalankan roda

pemerintah. Pada hakekatnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan

merupakan salah satu sarana perwujudan kegotong royongan nasional

dalam membantu pembiayaan Negara dan pembangunan nasioanl.

b. Dengan meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dapat membantu

meningkatnya kesadaran untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Dengan meningkatnya pelayanan yang dilakukan oleh Kecamatan

dapat membantu wajib pajak.

c. Dengan memberikan penghargaan dapat memotivasi wajib pajak serta

kelurahan untuk dapat lebih memaksimalkan upaya dengan pemberian

penyuluhan kepada wajib pajak sehingga wajib pajak dapat membayar

Pajak Bumi dan Bangunan dapat maksimal sehingga Pemerintah Desa

mendapatkan penghargaan dari pemerintah karena Pajak Bumi dan

Bangunan yang dapat memenuhi target penerimaan.

45
D. Hambatan-hambatan dalam pencapaian target pembayaran Pajak Bumi

Bangunan di Desa Jatisari Kecamatan Karapangpawitan Kabupaten

Garut.

1. Hambatan di dalam penyuluhan kepada Wajib Pajak Desa Jatisari

Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut dalam membayar

Pajak Bumi dan Bangunan.

Dalam menyampaikan informasi, konsultasi, serta penyuluhan yang

dilakukan secara berkesinambungan kepada masyarakat tentang peran

pentingnya Pajak Bumi dan Bangunan diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan, kesadaran, serta kemauan wajib pajak untuk melaksanakan

kewajiban sebagai warga Negara dengan membayar Pajak Bumi dan

Bangunan. Hambatan yang terjadi dalam pemberian penyuluhan seperti hasil

wawancara dengan kolektor yaitu Jajang Jaelani, wawancara dilakukan pada

tanggal 2 November 2020 yang menyatakan bahwa:

“Kendala yang kami hadapi selama penyuluhan kepada warga di Desa


Jatisari Kecamatan Karangpawitan Gatut, bisaanya kami sudah memberi
tahu kepada pihak RW maupun pada RT nya masing-masing serta
mengundang warga untuk datang ke Kantor Desa, akan tetapi respon
warga tidak seperti yang kami harapkan, paling yang datang ke tempat
penyuluhan iti hanya beberapa orang saja, hambatan yang lain yaitu pas
waktu biasanya kita harus mencari waktu yang pas untuk mengadakan
penyuluhan sehingga banyak warga ikut, paling yang dirasa hambatannya
minat masyarakat itu kurang ika ada penyuluhan tentang Pajak Bumi dan
Bangunan”.

Dari hasil wawancara diatas bahwa dapat diketahui hambatan yang

petugas desa hadapi di dalam pemberian penyuluhan kepada masyarakat yaitu

kurangnya minat masyarakat untuk ikut dalam program penyuluhan yang di

46
adakan oleh Desa Jatisari. Hambatan lain yang dihadapi oleh petugas desa

yaitu waktu penyuluhan harus disesuaikan dengan warga karena tidak semua

warga ikut dalam kegiatan penyuluhan.

2. Hambatan di dalam meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak

Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Upaya pemerintah serta Desa Jatisari dalam meningkatkan ketaatan warga

salah satunya dengan memberikan pelayanan yang maksimal namun di dalam

pemberian pelayanan kepada wajib pajak terdapat hambatan yang dihadapi

oleh petugas. Seperti yang diutarakan oleh Jajang Jaelani, wawancara

dilakukan pada tanggal 5 november 2020 yang menyatakan bahwa:

“Di dalam peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam pembayaran


Pajak Bumi dan Bangunan, yang menjadi hambatan dalam pelayanan ini
adalah kurangnya kolektor dalam pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan.Sehingga hal ini menjadi salah satu hambatan dalam
pemungutan pajak.

Dari hasil wawancara diatas bahwa Desa Jatisari hanya memiliki sedikit

kolektor untuk memunguti Pajak Bumi dan Bangunan kepada masyarakat.

Sehingga proses pengumpulan pajak agak sedikit terlambat. Oleh karenanya,

diperlukan menambahan lagi kolektor tentang pemungutan Pembayaran Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB).Sehingga, pemungutan PBB biasa berjalan dengan

baik dan lancar.

47
3. Hambatan di dalam menerapkan pemberian penghargaan kepada

Wajib Pajak Desa Jatisari dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan.

Di dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk

membayar Pajak Bumi dan Bangunan terdapat kendala di dalam upaya

pemberian penghargaan. Diharapkan dengan pemerintah memberikan

penghargaan dapat memberi dorongan kepada wajib pajak maupun petugas

untuk selalu berupaya membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat waktu dan

dapat memaksimalkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Hambatan yang terjadi dalam pemberian penyuluhan seperti hasil

wawancara dengan Eneng Rofenti, wawancara dilakukan pada tanggal 3

November 2020 yang menyatakan bahwa:

“Karena di tahun kemarin dan tahun ini tidak ada kebijakan dari
pemerintah untuk pemberian penghargaan, mungkin jika pemerintah
memberikan penghargaan kendala yang kami hadapi yaitu mengajak wajib
pajak untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan dengan tepat waktu, itu
hal yang sulit karena tidak semua wajib pajak memiliki pendapatan serta
pekerjaan yang sama, jadi sulit untuk mendorong wajib pajak membayar
Pajak Bumi dan Bangunan dengan tepat waktu mungkin itu Mas”.

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa tidak adanya kebijakan

dari pemerintah untuk memberikan penghargaan membuat wajib pajak serta

petugas/kolektor desa tidak melakukan upaya optimal guna memberikan

dorongan serta motivasi kepada wajib pajak untuk membayar Pajak Bumi dan

Bangunan dengan tepat waktu. Hambatan yang mungkin dihadapi oleh

petugas Desa Jatisari jika kebijakan pemberian penghargaan diberlakukan

48
yaitu sulit mendorong wajib pajak untuk membayar Pajak Bumi dan

Bangunan, karena dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dapat

membantu program pemerintah untuk mensejahterakan rakyat.

Selain hambatan-hambatan dalam meningkatkan kesadaran untuk

membayar Pajak Bumi dan Bangunan terdapat pula hambatan yang dihadapi

oleh wajib pajak serta petugas kelurahan. Hambatan tersebut antara lain:

a. Kenaikan beban Pajak Bumi dan Bangunan

Kenaikan pajak bumi dan bangunan memberi sebagian warga Desa

Jatisari, dari hasil pengamatan bahwa tidak seluruhnya warga Desa Jatisari

memil yiki pendapatan yang sama serta pekerjaan yang sama. Terutama

warga yang bekerja sebagai petani, buruh bangunan dan pedagang, mereka

mendapatkan penghasilan yang tidak tetap, bisa untung dan rugi.Jika ada

barang-barang yang mereka jual dapat terjual dan mendapatkan pekerjaan

di bangunan pendapatan mereka hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Disamping itu naiknya Pajak Bumi dan Bangunan setiap tahunnya

secara tidak langsung menambah anggaran wajib pajak untuk sedikit

menyisihkan pendapatan mereka untuk membayar Pajak Bumi dan

Bangunan, sedangkan bagi warga yang penghasilannya menengah

kebawah merasa beban serta keberatan untuk membayar pajak,

dikarenakan pendapatan yang pas-pasan, dan hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bukan berarti warga yang tergolong

kurang mampu tidak memiliki kesadaran membayar pajak, karena mereka

tidak mampu untuk membayar pajak, sehingga mereka sesekali membayar

49
tidak tepat waktu dengan alasan tertentu. Berikut hasil wawancara dengan

Asep Iwan yang memiliki luas bangunan seluas 72 m2 serta luas tanah

seluas 420 m2 dan memiliki beban pajak sebesar Rp 220.000 dan

Sumanteri yang memiliki luas bangunan seluas 20 m2 serta luas tanah

seluas 135 m2 dan memiliki beban pajak sebesar Rp 68.840 yang

dilakukan pada tanggal 6 November 2020 dan tanggal 7 November 2020

yang diketahui bahwa:

“Upami tiap taunna naek terus mah bakal jadi beban pikeun abdi
sareng sakeluargina ge, komo deui naekna ageung paling bayar
pajakna nunggak. Upami aya rezeki nu langkung mah teu janten
masalah pasti abdi ge bakal tepat waktu bayarna. Tapi upami nuju teu
gaduh artos mah sok telat bayarna”.

“Upami abdi kan pensiunan A, jadi ya panghasilanna ceukap kangge


tuang sareng kebutuhan anu sanes. Upami bayar pajak tos aya
waktosna abdi ge ngusahakeun kanggo mayar pajak heula, margina
mayar pajak oge mangrupikeun kawajiban abdi oge salaku warga anu
taat kana aturan pamarentah. Komo deui dugi ka teu acan bayar pajak,
sok janten emutan ka abdina ge.

Dari hasil wawancara dengan wajib pajak bahwa sebagian warga atau

wajib pajak sangat keberatan jika beban pajak setiap tahun naik secara

terus-menerus, secara finansial sangat memberikan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari mereka harus bisa mengatur keuangan.Walaupun

menjadi beban, mereka berusaha untuk membayar pajak dengan sedikit

demi sedikit menyisihkan uang dari pendapatan mereka untuk membaya

pajak. Wajib pajak juga menyadari akan kewajiban mereka sebagai warga

Negara sehingga mereka berupaya untuk membayar Pajak Bumi dan

50
Bangunan karena wajjib pajak takut untuk terkena denda jika mereka telat

dalam membayar pajak.

Dari hasil pengamatan bahwa sebagian warga Desa Jatisari tidak

sepenuhnya memiliki tingkat pendapatan yang tinggi. Terbukti dengan

rumah-rumah yang sederhana namun ada juga warga yang memiliki

tingkat pendapatan yang tinggi terbukti dengan mampunya mereka untuk

membangun rumah yang bagus dan memiliki mobil namun tidak semua

warga Desa Jatisari memiliki tingkat pendapatan yang sama.

b. Kesalahan Teknis

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh wajib pajak serta oleh

petugas Desa Jatiasri didapati sejumlah kendala yang dirasakan oleh wajib

pajak saja namun dirasakan oleh petugas desa. Kesalahan teknis yang

dimaksud adalah ketika SPPT yang telah diterima oleh petugas desa di

SPPT terdapat beberapa kesalahan yang sangat menyulitkan petugas dan

menghambat jalannya penyaluran SPPT ke tangan wajib pajak

berdasarkan wawancara dengan Ibu Rohaeti dari Desa Jatisari dan

Sugiarto pada tanggal 9 November 2020 selaku petugas kelurahan

menyatakan bahwa:

“Kalau kendala ya banyak A, biasanya hambatannya itu alamat yang


tertera di SPPT kurang tepat pas di salurkan, memilah-milah SPPT
yang banyak sangat menyulitkan, banyak tanah kosong yang
pemiliknya tidak diketahui atau dijual pemiliknya yang tidak lapor ke
kelurahan”.

51
Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Yanti Yuliasari selaku

petugas/kolektor Desa Jatisari pada tanggal 9 November 2020 yang

menyatakan bahwa:

“Wah kalau hambatan mah lumayan banyak paling ketidak cocokan


wajib pajak, banyak tanah atau rumah kosong yang sudah dijual atau
rumah dan tanah warisan yang sudah dibagi-bagi ke anaknya dan
sudah ditempati namun SPPT masih menjadi satu, dan banyaknya
SPPT yang harus dipilah-pilah A”.

Pernyataan yang sama tentang hambatan yang di alami oleh petugas

kelurahan juga dinyatakan oleh Kepala Desa Jatisari Abad Badrudin pada

tanggal 9 November 2020 serta petugas Desa Jatisari Jajang Jaelani, dari

hasil wawancara tersebut beliau menyatakan bahwa:

“Hambatan yang kami alami itu seperti tanah yang sudah dibagi atau
dipecah karena tanah warisan yang sudah dibagi-bagi kepada warisnya
dimana mereka sudah mengurus hak tanah mereka agar mendapat
SPPT sendiri-sendiri tidak bersama-sama namun SPPTnya masih sama
dengan SPPT terdahulu serta benyaknya tanah kosong atau rumah
kosong yang dijual atau pemiliknya sudah berganti namun pemilik
baru itu tidak melaporkannya kepada petugas desa atau kecamatan,
sehingga sangat menyulitkan petugas desa dalam penyaluran SPPT
karena tidak tahu pemilihnya”.

“Mungkin hambatan-hambatan yang kami rasakan sama dengan


kelurahan-desa-desa yang lain seperti alamat yang tidak jelas,
banyaknya tanah-tanah atau rumah kosong, banyaknya SPPT
menyulitkan kami untuk memilah-milah RT atau RW sehingga
membuat penyaluran SPPT terlambat”.

Kendala juga dialami oleh petugas desa selain kendala yang dialami

oleh wajib pajak. Dari hasil wawancara diatas didapatkan beberpa kendala

yang dihadapi oleh petugas desa yaitu alamat yang tertera di SPPT tidak

52
sama dengan yang kenyataannya, banyaknya SPPT sehingga menyulitkan

petugas dalam memilah-milah SPPT sesuai dengan RW maupun RT, dan

banyaknya tanah dan bangunan kosong yang sudah berpindah tangan atau

sudah dijual kepada pihak lain dan pemilik sebelumnya tidak melaporkan

kepada pihak desa, sehingga sangat menyulitkan petugas dalam

penyaluran SPPT, hambatan-hambatan yang di alami oleh petugas dapat

menghambat pendistrusian SPPT kepada wajib pajak akan terlambat,

sehingga dapat menjadikan faktor wajib pajak terlambat dalam

membayarkan kewajibannya membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Namun dengan adanya hambatan yang terjadi tidak menyurutkan petugas

desa untuk dapat menghimbau warga untuk membayar Pajak Bumi dan

Bangunan serta membuat petugas lebih bersemangat untuk mengatasi

hambatan-hambatan tersebut.

Hambatan atau kesalahan teknis juga dialami oleh wajib pajak tidak

hanya petugas namun wajib pajakpun mendapatkan kendala berdasarkan

wawancara dengan Wawan Sumantri yang memiliki luas bangunan seluas

100 m2 serta luas tanah seluas 178 m2 dan memiliki beban pajak sebesar

Rp 274.000 dan Mang Udung yang memiliki luas bangunan seluas 54 m2

serta luas tanah seluas 150 m2 dan memiliki beban pajak sebesar Rp. 78.

340, wawancara dilakukan pada tanggal 10 November 2020 dan 11

November 2020 yang menyatakan bahwa:

“Kalau tahun 2017 saya belum membayar pajak karena pas bayar di
bank ada namanya tetapi datanya tidak keluar dan harus ngurus di
pusat, jadi saya enggak bayar, saya juga dulu pernah membayar PBB

53
sampai 10 tahun, karena itu A SPPT tidak saya terima tapi pas saya
mengurusnya saya disuruh membayar PBB selama 10 tahun.”

“Kalau tahun kemarin saya telat membayar karena SPPTnya terselip


ditempat pa RT sehingga saya harus menunggu pa RT sampai
menemukan SPPT saya, sehingga saya terlambat PBB dan dikenai
denda 5000 rupiah.

Kendala juga dialami oleh wajib pajak sesuai dengan wawancara yang

dilakukan oleh peneliti bahwa hambatan yang dihadapi oleh wajib pajak

yaitu ketika wajib pajak membayar Pajak Buni dan Bangunan yang telah

tercantum di SPPT data-data tentang wajib pajak tidak keluar, sehingga

sangat menyulitkan wajib pajak dan harus di urus di kantor pajak. Selain

hambatan di dalam membayar pajak hambatan yang di alami wajib pajak

yaitu SPPT yang terselip atau terbawa ke RT lain atau alamat lain,

sehingga membuat wajib pajak harus menunggu kejelasan SPPT. Kendala-

kendala ini sangat mempengaruhi tingkat kesadaran dalam membayar

pajak, karena mengahalangi wajib pajak untuk membayar pajak. Dan

terkadang dari kendala/hambatan tersebut menjadikan mereka harus telat

dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Dari hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan terdapat berbagai kendala atau masalah yang seringkali

menghambat tercapainya target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di

Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan, yaitu antara lain:

54
a. Keterlambatan penyampaian SPPT kepada wajib pajak. Terjadinya

keterlambatan penyampaian SPPT kepada wajib pajak biasanya

dikarenakan adanya beberapa SPPT yang keliru, sehingga perlu

dilakukan pembetulan terlebih dahulu ke KPP Pratama. Adanya

kejadian tersebut maka masyarakat yang hendak melunasi Pajak

Bumi dan Bangunan terpaksa menunda untuk membayar Pajak

Bumi dan Bangunan, karena dalam menerima SPPT. Pembagian

SPPT biasnya dilakukan pada bulan April atau Mei dan akan jatuh

tempo pada bulan Agustus;

b. Sulitnya melacak wajib pajakn yang tidak berdomisili di Desa

Jatisari. Hal ini biasanya terjadi karena objek pajak telah berpindah

kepemilikan, dan yang memiliki hak milik tidak bertempat tinggal

di Desa tersebut.

c. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

membayar pajak. Banyak pemilik tanah dan atau bangunan di Desa

Jatisari, terutama pemilik baru yang dengan sengaja tidak

mendaftarkan tanah dan atau bangunannya tersebut sebagai objek

pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut dan juga tidak

melapor kepada petugas desa maupun petugas kecamatan. Mereka

beranggapan bahwa, kalau telah memiliki sertifikat berarti segala

urusan telah selasai, padahal seharusnya mereka masih memiliki

kewajiban lain yang harus dipenuhi yaitu membayar Pajak Bumi

dan Bangunan.

55
Dari Penjelasan di atas dapat disumpulan bahwa hambatan yang dapat

menghambat kesadaran masyarakat untuk membayar Pajak Bumi dan

Bangunan yaitu:

1. Kendala di dalam pemberian penyuluhan kepada Wajib Pajak Desa

Jatisari dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Kenaikan beban Pajak Bumi dan Bangunan.

3. Adanya kesalahan teknis.

E. Pencapaian target pembayaran Pajak Bumi Bangunan di Desa Jatisari

Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut

Desa Jatisari merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan

Karangpawitan Kabupaten Garut. Dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan

pemerintah dan pembangunan di daerah diperlukan penyediaan fasilitas sumber-

sumber pembiayaan, yang salah satunya adalah melalui penghasilan

pembayaran pajak bumi dan bangunan pedesaan perkotaan. Upaya

mengingkatkan penyediaan fasilitas dari sumber tersebut, antara lain dilakukan

dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan peningkatan

jumlah objek pajak bumi dan bangunan di Desa Jatisari. Pajak bumi dan

bangunan sangat berkontribusi dalam mengingkatkan Pendapatan Asli Daerah

khususnya pada Pemerintahan Kabupaten Garut.

Pembayaran pajak bumi dan bangunan merupakan bentuk dan bukti

perwujudan kegotong royongan masyarakat wajib pajak dalam pembiayaan

Negara dan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan untuk tercapainya

56
target penerimaan Pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pajak bumi dan

bangunan khususnya di Kabupaten Lampung Selatan. Pajak bumi dan bangunan

yang merupakan pajak terbesar di Kabupaten Lampung Selatan menjadikan

pajak bumi danbangunan memiliki peran yang sangat penting terhadap

peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

Pasal 79 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pendapatan Asli

Daerah (PAD) merupakan sesuatu yang diperoleh pemerintah daerah yang dapat

diukur dengan uang karena kewenangan (otoritas) yang diberikan masyarakat.

Sumber-sumber pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi

daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan lain-lain, Pendapatan

Asli Daerah. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah ini digali sesuai dengan

potensi dan kemampuan daerah masing-masing.

Untuk mengetahui perkembangan Pajak Bumi dan Bangunan Desa Jatisari

dapat dilihat dari data Target dan Realisasi PBB-P2 pada tahun anggaran 2 (dua)

tahun terakhir yaitu tahun 2019-2020 yang telah diperoleh peneliti dalam

penelitian lapangan di Kantor Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan

Kabupaten Garut.

Tabel 4.2
Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Desa Jatisari Tahun 2018
(tabel terlampir)

57
Data diatas merupakan data yang memperlihatkan kontribusi Pajak Bumi

dan Bangunan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Garutpada tahun 2018.

Tabel 4.3

Target Penerimaan PBB Desa Jatisari

Kecamatan Karangpawitan 2019

(tabel terlampir)

Data pada tabel tersebut merupakan data yang memperlihatkan kontribusi

Pajak Bumi dan Bangunan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Garutpada tahun 2019.

58
Tabel 4.4

Target Penerimaan PBB Desa Jatisari

Kecamatan Karangpawitan 2020

(tabel terlampir)

Data pada tabel tersebut merupakan data yang memperlihatkan kontribusi

Pajak Bumi dan Bangunan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Garutpada tahun 2020.

Berdasarkan tabel-tabel tersebut dapat kita lihat bahwa pada tahun 2020

kontribusi PBB di Desa 53 %, pada tahun 2019 kontribusi PBB di Desa Jatisari

mengelami penurunan sebesar 35.85 %, pada tahun 2020 kontribusi PBB di Desa

Jatisari mengalami kenaikan sebesar 40,27 %. Dampak penerimaan dari sektor PBB

cukup baik namun setiap tahunnya masih fluktuatif. Penerimaan pajak bumi dan

bangunan setiap tahunnya belum mencapai target yang telah diterapkan oleh

pemerintah Kabupaten Garut hal ini menimbulkan kesan yang kurang baik bahwa

pelaksanaan penegakan peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh

pemerintah masih kurang di patuhi oleh masyarakat wajib pajak.

Pajak bumi dan bangunan adalah pajak nasional yang pada dasarnya

merupakan beban masyarakat, sehingga perlu dijaga agar kebijakan tersebut dapat

memberikan beban yang adil sejalan dengan sistem perpajakan nasional. Berdasarkan

penjelasan tersebut penerimaan pajak dapat memberikan manfaat kepada masyarakat.

59
Manfaat pajak bagi masyarakat Kebupaten Garut membiayai dan melaksanakan tugas

pembangunan maka yang berkaitan langsung dengan kepentingan dan kebutuhan

masyarakat. Oleh karena itu penerimaan daerah yang di dalamnya terdapat PAD yang

sumbernya diperoleh dari pajak khususnya pajak bumi dan bangunan dapat

memberikan kontribusi terhadap anggaran yang ditetapkan untuk kesejahteraan

sosial.

60

Anda mungkin juga menyukai