Dosen pengampu:
Sitti Ernawati, S.Sos.I.Mpd.I
Disusun oleh :
Dwi Yuwanda Mufida (1903402021009)
Tahap perkembangan keluarga adalah tantangan emosional dan intelektual yang harus dihadapi
oleh sebuah keluarga. Sebuah keluarga akan berkembang dari segi usia pernikahannya maupun
penambahan anggota keluarga baru lewat hadirnya keturunan.Anggota keluarga harus
mempelajari skill tertentu dalam setiap tahap perkembangan keluarga. Masalahnya, tidak semua
tahap keluarga dapat dilalui dengan mulus, terutama jika ada situasi yang memberatkan keluarga,
misalnya masalah finansial, penyakit kronis yang menyerang anggota keluarga, hingga kematian.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui orientasi, perkembangan, dan keluarga
2. Untuk mengetahui orientasi perkembangan keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keluarga, Orientasi, Dan Perkembangan.
Pengertian definisi keluarga ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang menurut sri lestari adalah
sebagai berikut :
1. Definisi struktural. Keluarga didefinisikan berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran
anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya. Definisi ini memfokuskan
pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga. Dari perspektif ini dapat muncul
pengertian tentang keluarga sebagai asal usul (families of origin), keluarga sebagai
wahana melahirkan keturunan (families of procreation), dan keluarga batih (extended
family).
1
Sri lestari, Psikologi keluarga,(Jakarta:PT.Grasindo, 2011)
2
KBBI
tumbuh dan berkembang. Psikologi perkembangan - salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari perkembangan manusia sejak lahir sampai dewasa (Wikipedia)3.
3
Wikipedia.org
4
Prof. Dr. H. Sofyan S. Willis, Konseling keluarga,( Bandung , AL FABETA, 2017)90.
Di samping gangguan terhadap anggota keluarga yang dipandang sebagai bersumber dari sistem
yang terganggu, maka potensi anggota keluarga yang berkembang dengan hebat juga disebabkan
sistem keluarga yang mampu mengembangkannya.
Dalam masa pembangunaan konseling keluarga sewajarnya diorientasikan bagi perkembangan
potensi anggota keluarga. Walaupun demikian jika terdapat gangguan omosional pada anggota
keluarga tentu diutamakan penyelesaiannya melalui konseling dengan pendekatan sistem, sebab
akan sulit mengembangkan potensi karens potensi tersebut sedang tertutup oleh gangguan
emosional.
Sakitnya anggota keluarga adalah hasil adaptasi atau interaksi dengan lingkungan keluarga
(sistem keluarga) yang sakit yang diciptakan sistem itu. Penanganan keluarga dengan pendekatan
sistem menuntut agar konselor professional, berwawasan sosial-budaya dan agama. Sebab jika
konselor hanya mengandalkan keterampilan konseling saja, maka dia kurang memahami latar
belakang atau hikmah (rahasia) suatu perilaku anggota keluarga dalam sistem keluarga yang
sekarang ini. Banyak sistem keluarga berlandaskan suatu adat atu filosofis agama tertentu.
Karena itu seorang konselor yang bijaksans sebaiknya dia memperdalam ilmu di bidang
sosiologi, antropologi, agama, dan budaya local suatu masyarakat.
Di sekolah, jarang dapat dilakukan konseling keluarga karena kadang-kadang kemampuan guru
pembimbing kurang memadai. Mereka biasanya dilatih konseling individual. Akan tetapi
terhadap kasus siswa yang bersumber dari krisis keluarga, seharusnya siswa dibantu menyatakan
perasaan-perasaan, stress, dan keinginannya. Hal seperti ini dapat dilakukan oleh guru
pembimbing. Walaupun demikian guru pembimbing tidak dapat mengabaikan potensi siswa
untuk mencoba berusaha agar masalah keluarganya bisa dia tolong.
Artinya, guru pembimbing berusaha menyembuhkan siswa ini. Akan tetapi ini hal yang sulit,
karena itu guru pembimbing sekolah perlu diberi bekal ilmu baru yaitu konseling keluarga dan
dilengkapi dengan keterampilannya. Tujuannya adalah:
1. Untuk kekuatan dalam melakukan kunjungan rumah siswa untuk menemui orang tuanya
(home visit) .
2. Untuk bekal guru pembimbing yang memanggil orang tua siswa bermasalah, yaitu
mengadakan pertemuan antara guru pembimbing, orang tua siswa, dan siswa yang
bermasalah tersebut5.
Yang paling ideal adalah mahasiswa S1, dan S2, atau S3 jurusan bimbingan dan konseling yang
telah dibekali pengetahuan dan keterampilan konseling keluarga, mau terjun ke sekolah dan
universitas, dimana banyak terjadi kasus siwa dengan latar belakang gangguan keluarga (psikis,
ekonorni, komunikasi).
5
Ibid
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan orientasi keluarga dilatar
belakangi oleh masalah yang dialami peserta didik dalam keluarganya. Berbagai permasalahan
muncul pada keluarga tetapi ini diakibatkan oleh system keluarga yang kurang baik seperti,
orang tua terlalu memikirkan karirnya sampai lupa akan tugas utama orangtua kepada anaknya
yang seharusnya orngtua harus bisa mendidk anaknya, orangtua harus bisa menjadi patner bagi
anaknya.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca dan juga penulis. Penulis menyadari
bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis berharap adanya saran yang
bersifat membangun agar penulisan makalah bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Pengembangan Bahasa. Merk 1&2. Dalam KBBI (Online) di akses tanggal 20-
september-2021 melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/
H. Sofyan S wiliss. 2017, Konseling keluarga, Bandung :AL FABETA.