2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
LATAR BELAKANG BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan, baikmateri
maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dansaran yang
bersifat membangun, sehingga makalah ini bisa mencapaikesempurnaan sebagaimana
mestinya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membacakhususnya terhadap penulis. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis
ucapkanterimakasih.
والسّالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui Definisi Konseling dalam keluarga
2) Sejarah dan Latar Belakang Bimbingan dan Konseling Keluarga
Family Conseling atau konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada
individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar
potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan
membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap
keluarga.
Menurut D. Stanton sebagaimana dikutip oleh Latipun bahwa konseling keluaga dapat
dikatakan sebagai konseling khusus karena sebagaimana yang selalu dipandang oleh
konselor terutama konselor non keluarga, konseling keluarga sebagai modalitas yaitu klien
merupakan anggota dari satu kelompok dan dalam proses konseling meluibatkan keluarga
inti atau pasangan.1
Sedangkan menurut Perez yang dikutip oleh Sofyan bahwa Konseling keluarga
merupakan usaha membantu individu anggota untuk mengaktualisasikan potensinya atau
mengantisipasi masalah yang terjadi melalui sistem keluarga dan mengusahakan agar terjadi
perubahan yang positif pada diri individu yang akan memberi dampak positif pula terhadap
anggota keluarga lainnya.2
1
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang : UMM Press,2015), hlm. 149.
2
Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga (family Counseling),(Bandung, ALFABETA:2008) hlm. 83
A. Sejarah Bimbingan Dan Konseling Keluarga
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari sistem nilai
yang ada di masyarakat. Berbagai sistem yang ada di masyarakat yaitu; nilai agama,
degradasi nilai adat istiadat. degradasi nilai-nilai sosial dan degradasi kesakralan keluarga. Ini
membuktikan bahwa sejarah atau perkembangan konseling keluarga kini sudah berkembang.
Sejarah perkembangan konseling keluarga di dunia berasal dari Eropa dan Amerika Serikat
pada tahun 1919 yakni sesudah perang dunia 1, Magnus Hirschfeld mendirikan klinik
pertama untuk pemberian informasi dan nasehat tentang masalah seks di Berlin Institut for
Sexual Science. Pusat informasi dan advice yang sama didirikan pula di Vienna pada tahun
1922 oleh Karl Kautsky dan kemudian pusat lain didirikan lagi di Berlin pada tahun 1924.
1. Perkembangan awal di Eropa dan Amerika.
Di Amerika Serikat ada dua penentu yang masing-masing berkaitan dalam
perkembangan gerakannya yaitu:
a) Adanya perkembangan pendidikan keluarga yang diusahakan secara akademik,
dan kemudian menjadi pendidikan orang dewasa.
b) Munculnya konseling perkawinan dan keluarga terutama dalam masalah masalah
hubungan diantara anggota keluarga (suami, istri dan anak anak) dalam konteks
kemasyarakatan. Tokoh yang ulung dalam bidang pendidikan kehidupan
perkawinan dan keluarga pada awal sejarah masa lalu adalah Ernest Rutherford
Gover (1877-1948).3
Perbedaan yang mencolok antara konseling Amerika Serikat dan Eropa adalah
Amerika Serikat berorientasi teoritis (academic setting) misalnya dengan menganut aliran-
aliran psikologi terkenal, sedangkan Eropa hanya berawal dari praktisi (para dokter terutama
dokter kandungan) tanpa memikirkan aspek teoretisnya.
Istilah family counseling (konseling keluarga) sama dengan family therapy, dimana
yang terakhir itu lebih populer di AS. Sebabnya pada masa perkembangan selnajutnya
konseling keluarga lebih banyak digarap oleh para terapis dibidang psikiatri. Sebelumnya di
AS lebih terkenal istilah family counseling (konseling keluarga), karena pelopornya adalah
para sosiolog seperti Groves. Dekade 60-an adalah dekade anak dan remaja dalam gerakan
3
Ernest Rutherford Gover (1877-1948)
family therapy (Olso et. A 1980). Jelasnya pada dekade ini muncul pengujian ide-ide dalam
literature dan perkembangan family therapy secara nasional di AS.
Tantangan yang dihadapi oleh konseling keluarga pada tahun 1980-an adalah
mengintegrasikan berbagai pendekatan konseling keluarga dan menggunakan konbinasi-
konbinasi dari teknik-teknik yang dibutuhkan untuk populasi-populasi yang berbeda.
Perkembangan konseling keluarga di Indonesia sendiri ter timbun oleh maraknya
perkembangan bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan dan konseling (BK) di
sekolah pada masa tahun 60-an bahkan sampai pada saat ini dirasakan sebagai suatu
kebutuhan, karena banyak sekali masalah-masalah siswa, seperti kesulitan belajar,
penyesuaian sosial, dan masalah perilaku siswa yang tidak dapat dipecahkan oleh guru biasa.
Jadi diperlukan guru BK untuk membantu siswa.
Namun sejak awal, lulusan BK ini memang sangat sedikit, sehingga sekolah
mengambil kebijakan menjadikan guru biasa merangkap BK. Hal ini telah mencemarkan
nama BK karena banyak perlakuan "guru BK" yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip BK,
seperti memarahi siswa, bahkan ada yang memukul siswa.
Mengenai kasus keluarga, banyak juga ditemukan di sekolah seperti siswa yang menyendiri,
dan suka termenung. Setelah ditelusuri barulah diketahui ternyata keluarganya berantakan,
misalnya ayah ibu bertengkar dan bercerai.
Dalam proses perkembangan konseling keluarga terdapat dua dimensi orientasi yaitu
1. Orientasi praktis yakni kebenaran tentang perilaku tertentu diperoleh dari pelaksanaan
proses konseling di lapangan. Gaya kepribadian konselor praktis dengan gaya
konduktor, kepribadiannya hebat, giat, dapat menguasai audence sehingga mereka
terpana. Selanjutnya dengan gaya reaktor, yaitu kepribadian konselornya cenderung
tidak menguasai, menggunakan taktik secara dinamika kelompok di keluarga.
2. Orientasi teoritis, cara yang ditempuh adalah dengan cara penelitian.
6
tthps://aderahmatillahconseling.wordpress.com/bimbingan-konseling-keluarga/ di akses 21 september 2021
pukul 20.20 Wib
Melakukan kegiatan home visit bukanlah pekerjaan yang mudah, hal ini disebabkan:
a) Orang tua kurang menerima kehadiran GP karena dianggap ikut campur dengan
urusan keluarga, orang tua merasa malu dan risiko dan dianggap mengganggu
ketentraman rumah tangganya. Akibatnya kemungkinan GP diusir, atau setidak-
tidaknya secara harus ditolak. Jika masih bisa menahan diri maka data tentang
anaknya itu tidak akan diungkapkan secara benar. Jika terjadi demikian, maka
kesimpulan GB tentang siswa tersebut bisa keliru dan membimbing dengan data
keliru berarti tidak akan mencapai tujuan yang dihadapkan.
b) Pelayanan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah masih berjalan secara tradisional
yakni hanya memberi nasehat, kurang melayani perkembangan siswa, guru banyak
bicara, memarahi dan memaksa siswa, dan biasanya siswa diam dan takut dengan
panggilan GP. Hal ini disebabkan: 1.) GP kurang perencanaan karena tidak
memahami tentang riset BK di sekolah misalnya terhadap siswa, guru, orang tua dan
sebagainya. 2.) Kurang pengetahuan dan wawasan, kurang keterampilan, dan
kepribadian otoriter yang kurang mendukung untuk jadi pembimbing.
memanjatkan, begitu juga ayahnya. Akhirnya anak itu memperalat ayah dan ibunya
untuk kesenangannya.
4. Keadaan and-1 membuatnya tidak disiplin dan malas belajar titik
5. Karena jarang bergaul Konseling Keluarga Dan Sekolah
7
tthps://aderahmatillahconseling.wordpress.com/bimbingan-konseling-keluarga/ di akses 21 september 2021
pukul 20.20 Wib
Banyak kasus siswa yang bersumber dari iklim kehidupan keluarga yang tidak
sehat titik demikian juga betapa berpengaruhnya kondisi psikologis guru terhadap para
siswa. Hasil penelitian telah memberikan bukti bahwa kondisi psiko-higiene guru
memberikan sumbangan terhadap psiko-higiene siswa sebesar 11% (r = 0,33) signifikan
pada tingkat kepercayaan 0,01 (Sofyan S. Willis, 1985:123).
Data tersebut di atas memberikan arah kepada kita bahwa keadaan kondisi psiko-
higiene siswa dipengaruhi oleh faktor keluarga dan lain-lainnya sebagai besar 89%.
Memang telah diketahui secara umum bahwa iklim Keluarga banyak menentukan
terhadap kestabilan emosi anak titik jika iklim keluarga tidak sehat yaitu sering terjadi
krisis di antara anggota keluarga, maka hal itu akan mempengaruhi perkembangan emosi
anak dan pada gilirannya mempengaruhi pula terhadap perilaku secara umum dan tentu
saja prestasi belajar mundur. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian Sunaryo Kartadinata
(1983:131) yang menemukan kolerasi sederhana antara iklim kehidupan keluarga dengan
adekuasi penyesuaian diri sebesar r = 0,393 dan signifikan pada tingkat kepercayaan 0,01
titik berarti sumbangan iklim keluarga terhadap penyesuaian diri adalah lebih kurang
16%. Mungkin terhadap perilaku hal lainnya seperti perilaku emosional keadaan angka
itu akan bertambah besar.
Kehidupan dan sekolah merupakan dua sistem yang amat penting di dalam kehidupan
anak dan remaja titik keluarga berperan utama dalam mempengaruhi anak-anak dalam
proses perkembangan dan sosialisasinya. Anak-anak belajar pola-pola awal perilaku
berkomunikasi, menyatakan perasaan, belajar nilai-nilai dan sikap dari keluarga inti
(nuclear family) dan kegiatan besar (extended family). Kemudian setelah anak memasuki
sekolah maka sekolah tidak hanya mengembangkan keterampilan kognitif, akan tetapi
juga mempengaruhi perkembangan perilaku emosional dan sosial. Untuk selanjutnya
anak dipengaruhi oleh kedua sistem itu. Konseling keluarga terlibat interaksi dengan
kedua sistem itu (keluarga dan sekolah). Apalagi konselor keluarga mendapatkan referral
kasus yang berkaitan dengan masalah sekolah maka konselor harus mampu
mengidentifikasi masalah-masalah kasus dan variabel-variabel yang berkaitan dengan hal
itu seperti keadaan fisik anak interaksinya dalam keluarga yang menyebabkan timbulnya
masalah, atau kondisi kondisi sekolah yang menyebabkan terjadinya masalah anak.
Karena itu seorang konselor keluarga harus mengetahui sistem sekolah dan dinamika
kehidupan keluarga supaya dapat menangani kasus secara adekuat bekerjasama dengan
personil sekolah untuk memperoleh informasi tentang anak dan setting sekolah. Masalah
yang akan kita bicarakan adalah konsep-konsep dan teknik-teknik untuk menangani kasus
keluarga disekitar masalah-masalah yang berkaitan dengan sekolah. Kasus keluarga yang
berkaitan dengan masalah sekolah terlihat dalam perilaku kognitif afektif dan behavioral.
Kadang-kadang konselor keluarga merupakan tempat berakhir bagi klien setelah
mendatangi dokter, psikologi atau konselor individual dan masalahnya tak terpecahkan
titik banyak keluarga yang enggan mendatangi konselor akan tetapi ada pula yang mau
membantu untuk bekerja sama karena kepedulian yang besar terhadap anaknya, atau
sudah jengkel dan frustasi dengan usaha-usahanya terdahulu yang gagal. Konseling
keluarga Dengan pemahaman yang sistematik terhadap keluarga dan sekolah, berada pada
posisi yang unik untuk membantu perubahan perilaku klien anggota dengan cara
mengubah struktur sistem dan pola-pola komunikasi di kedua sistem, dan membantu anak
bukan secara individual.8
8
Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga (family Counseling),(Bandung, ALFABETA:1985) hlm. 123.
Karena sistem itu mempunyai kebutuhan dasar untuk beradaptasi, untuk hidup terus
dan untuk mempertahankan dirinya, maka dia melakukan tindakan-tindakan dan
perubahan tertentu titik sistem amat mudah terpengaruh oleh dunia luar (sistem terbuka).
Tapi ada pula yang tidak bisa dipengaruhi oleh dunia luar yang disebut sistem tertutup,
misalnya mesin titik berbagai contoh sistem terbuka ialah sekolah, rumah sakit, keluarga,
organisasi, dan sebagainya.
Apabila dalam suatu sistem terjadi konflik keluarga antara subsistem dengan sistem
yang lebih besar maka sistem berusaha mengawasi perilaku individu individu sebagai
komponen sistem. Pengawasan sistem dilakukan dengan struktur komunikasi dan umpan
balik titik apabila dalam sistem keluarga terdapat gangguan pada salah seorang
anggotanya maka seluruh sistem akan terganggu titik di sekolah ada murid, guru dan
karyawan. Semuanya adalah anggota atau komponen sistem, dan dapat terganggu jika
sistem terganggu. Jika sistem keluarga terganggu maka anggotanya akan terganggu pula
titik dalam mengatur sistem keluarga dan sekolah terdapat aturan-aturan yang jelas dan
yang terselubung. Aturan tersebut merupakan kekuatan untuk mengatur interaksi anggota
sesuai dengan tujuan sistem. Dan setiap anggota mempunyai peran masing-masing yang
tentu sesuai aturannya, maka dengan peran tersebut dalam kotak berinteraksi dengan
anggota lain atau interaksi sistem dengan dunia luar.
Tujuan pengumpulan data atau penilaiannya adalah untuk mengikat anggota keluarga
dalam treatment dan menilik kembali masalah anak dengan cara membantu anggota
keluarga untuk memahami masalah anak (sebagai masalah keluarga juga di dalam
sistem). Anggota keluarga harus terikat untuk membantu pemecahan masalah itu
bersama-sama. Jika sistem keluarga amat sukar untuk berubah (resistensi) hal itu
merupakan tugas yang tidak mudah.
9
Sofyan S. Willis,( Konseling Keluarga: Suatu Pendekatan Sistem, Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan) FIP, IKIP, (Bandung : FIP, IKIP, 1995).
teman-temannya. R berhasil mengembangkan strategi yang efektif Untuk memanipulasi
kedua orang tua yang telah bercerai itu titik akan tetapi dia bingung karena strategi tersebut
tidak mempan terhadap guru di kelas. Hasil pengamatan di kelas ternyata bahwa R benar-
benar menonjol dalam hal ketidakdisiplinan titik ketidakdisiplinan itu disebabkan orangtua
tidak bisa konsisten dalam mendisiplin R.
Tujuan terapi: melati air belajar hubungan yang efektif dengan teman-teman dan
guru-guru bekerja sama dengan orang tua agar lebih konsisten mendisiplin R,
k) Intervensi
Intervensi bisa terfokus pada: a. Anak; b. Hubungan anak dengan guru; c. Hubungan
anak dengan teman-temannya; d. Hubungan anak guru kepala sekolah; dan sebagainya.
Tidak ada satu strategi yang baik untuk semua masalah titik beberapa strategi berikut
ini akan dapat dipelajari:
Kerjasama dengan semua pihak
Konferensi periodik
Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam mendidik anak sesuai dengan konsep-
konsep pendidikan
Dorongan partisipasi anak dalam program khusus
Program-program dalam kebutuhan khusus10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
10
ibid
Family Conseling atau konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada
individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar
potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan
membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap
keluarga.
Sejarah perkembangan konseling keluarga di dunia berasal dari daratan Eropa dan
Amerika Serikat. Awal permulaan pada abad-20 berasal dari Eropa, namun perkembangan
yang lebih semarak adalah pada tahun 60an dan seterusnya di Amerika Serikat. Perbedaan
yang mencolok ialah bahwa aliran Amerika Serikat telah berorientasiteoritis (academic
setting) misalnya dengan menganut aliran-aliran dalam psikologi terkenal, sedangkan Eropa
hanya berawal dari praktisi (para dokter erutama dokter kandungan) tanpa memikirkan aspek
teoritisnya.
3.2. Saran
Demikian penjabaran dari makalah ini, agar makalah ini menjadi lebih bermanfaat kami
menyarankan agar teman-teman dalam forum diskusi untuk dapat memberikan masukan-
masukan atau ide sehingga kekurangan dalam makalah ini dapat diperbaiki kesalahnnya
dengan seksama. Bukan hanya itu saja Supaya proses pembelajaran dapat berlagsung dengan
baik dan terjadi keseimbangan antara pihak pendidik dan peserta didik maka perlulah dikaji
dan dipelajari lebih dalam mengenai Konseling Keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Satriah, Lilis. 2018. Bimbingan Konseling Keluarga. Bandung : Fokusmedia
Latipun.2015. Psikologi Konseling. Malang : UMM Press.
Willis, Sofyan S. 2018. Konseling Keluarga. Bandung : ALFABETA.
tthps://aderahmatillahconseling.wordpress.com/bimbingan-konseling-keluarga/ di akses 21
september 2021 pukul 20.20 Wib
Sofyan S. Willis, 1995, Konseling Keluarga: Suatu Pendekatan Sistem, Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan, FIP, IKIP, Bndung