MAKALAH
TUNA GANDA
Dosen pengampu :
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala curahan dan kasih
sayang-Nya, nikmat, petunjuk, dan hidayah-Nya. sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah kami yang berjudul “TUNA GANDA”. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang
harus diselesaikan dalam Mata Kuliah Bk Berkebutuhan Khusus.
Segala kritikan dan saran sangat dibutuhkan demi perkembangan keutuhan makalah ini,
sehingga akan lahir makalah yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Serta ucapan
terimakasih kepada Dosen mata kuliah yang telah membimbing kami, dan teman-teman yang
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan juga penulis pada khususnya.
penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11
3.2 Saran.....................................................................................................................................11
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat beragam jenis anak berkebutuhan khusus diantaranya tunarungu, tunanetra,
tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, tunaganda dan lain sebagainya. Namun sayangnya, tidak
semua fasilitas pendidikan tersedia untuk anak-anak tersebut. Dalam hal ini anak tunaganda
adalah yang paling sedikit ketersediaan sekolah atau jarang dilirik pemerintah untuk disediakan
layanan pendidikan karena keterbatasan dan kondisi anak yang dianggap paling parah adalah
jenis anak yang mengalami kondisi berkelainan ganda atau cacat ganda atau unaganda atau
multiple handycap.
Dengan adanya persamaan pemahaman dan persepsi tersebut, maka pembinaan pendidikan
luar biasa bagi anak-anak tunaganda akan mendapatkan dukungan dan kepedulian dari berbagai
elemen sehingga visi "mewujudkan manusia yang mandin" akan segera. terwujud.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu tuna ganda
2. Untuk mengetahui klasifikasi tuna ganda
3. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri tuna ganda
4. Untuk mengetahui apa aja faktor tuna ganda
5. Untuk megetahui layanan tuna ganda
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Anak Tunaganda
Anak tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau
lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga dia tidak hanya
dapat diatasi dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan
harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai dengan kelainan yang dimiliki.
Menurut Departemen Amerika Serikat, anak-anak yang tergolong tunaganda adalah anak-anak
yang mempunnyai masalah-masalah jasmani, mental, atau emosional yang sangat berat atau
kombinasi dari beberapa masalah tersebut sehingga agar potensi mereka dapat berkembang
secara maksimal memerlukan pelayanan pendidiikan sosial, psikology, dan medis yang melebihi
pelayanan program pendidikan luar biasa secara umum.
Menurut Johnston dan Magrab, Tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan
perkembangan mencangkup kelompok yang memiliki hambatan-hambatan perkembangan
neorologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti
intelegensi, gerak, bahasa atau hubungan pribadi masyarakat.
1. Faktor Keturunan (Hereditas) Faktor ini berasal dari keturunan atau gen yang dibawakan
oleh orangtuanya.
2. Faktor Sebelum Lahir (Prenatal) Ketika dalam kandungan janin mengalami keracunan,
kekurangan gizi, atau terkena infeksi. Saat sedang hamil, ibu yang mengandung
menderita penyakit kronis, dan lain-lain.
3. Faktor Ketika Lahir (Natal) Proses persalinan yang menghabiskan waktu yang lama
sehingga kehabisan cairan. Persalinan yang dibantu dengan menggunakan alat sehingga
terdapat syaraf yang terganggu.
4. Faktor Sesudah Lahir (Post Natal) Faktor ini disebabkan karena anak mengalami sakit
parah atau kronis, kecelakaan atau karena salah mengonsumsi obat.
4. Tunanetra-tunagrahita.
5. Tunanetra-tunalaras.
6. Tunanetra-kesulitan belajar khusus
Dari sekian banyak kemungkinan kombinasi kelainan, ada beberapa kombinasi yang paling
sering muncul dibandingkan kombinasi kelainan-kelainan yang lainnya, yaitu:
Terdapat suatu kecenderungan untuk mengasumsikan bahwa anak-anak cerebral palsy (CP)
anak-anak tungrahita. Adapun penyebab terjadinya tunagrahita karena factor genetic atau
factor lingkungan sehingga adanya kerusakan pada sistem syaraf pusat yang dapat
menyebabkan rusaknya cerebral cortex sehingga menimbulkan tunagrahita.
Telah diketahui bahwa tunagrahita terdapat hubungan antara tunagrahita dengan gangguan
emosional. Biasanya hubngan ini terjadi ada anak yang mengalami tunagrahita berat.
Adanya gejala-gejala bhwa tunagrahita yang cukup kuat dan nyata menyertai atau bersama
dengan gangguan emosional cendeurung untuk diabaikan atau dikesampingkan. Ini berarti
bahwa bagi anak-anak retardasi mental, mereka tidak disarankan untuk memperoleh
pelayanna psikoterapi atau[un terapi perilaku, padahal perilaku-perilaku yang aneh pada
anak adalah merupakan gejala tunagrahita berat atau sangat berat.
9
Anak buta tuli adalah seorang anak yang memliki gangguan penglihatan dan pendengaran, suatu
gabungan yang menyebabkan problema komunikasi dan perkembangan pendidikan lainnya yang
berat sehingga tidak dapat diberikan program pelayanan pendidikan baik di sekolah yang
melayani untuk anak-anak tuli maupun di sekolah yang melayani untuk anak-anka buta, dengan
penanganan yang baik dan tepat, anak yang mengalami buta dan tuli masih bisa dididik dan
berhasil.
a) Autisme
Autisme adalah suatu istilah atau nama yang digunakan untuk menggambarkan perilaku yang
aneh atau ganjil dan kelambatan perkembangan sosial dan komunikasi yang berat
(Krik&Gallagher,1986:p 427). Anak yang mengalami autisme sulit melakukan kontak mata
dengan orang lain sehingga memberikan kesan tidak peduli terhadap orang di sekitarnya.
Kelainan utama pada anak autistik adalah dalam hal komunikasi verbal. Mereka sering
mengulang kata-kata (echolalia) dan melakukan perbuatan yang selalu sama, rutin dan dalam
pola yang tertentu dan teratur. Apabila kegiatannya tersebut mengalami hambatan atau
perubahan, maka mereka akan berperilaku aneh serta berteriak-teriak, berjalan mondar-
mandir sambil menendang atau membenturkan kepalanya ke tembok. Kondisi ini juga sering
terjadi apabila anak dalam keadaan tegang, senang atau berada di tempat yang asing (Rini
Puspitaningrum,1992:p.4-7).
Memperkirakan secara pasti tentang berapa jumlah anak yang mempunyai gangguan
emosional perilaku dan yang sekaligus gangguan pendengaran adalah hal yang sangat sulit.
Hal ini sangat bergantung pada kriteria yang digunakan untuk menentukan seberapa besar
gangguan emosional dan tingkat keparahan hilangnya pendengaran. Althshuler
memperkirakan bahwa antara satu sampai dengan tiga dari 10 anak tunarungu anak anak
yang memiliki masalah emosional (Kirk dan Gallagher,1986:p.427).
10
Para ahli yang konsisten memberikan pelayanan kepada anak-anak yang mempunyai
gangguan emosional dan yang sekaligus tuli, cenderung memakai klasifikasi kondisi anak-
anak itu sebagai kondisi yang ringan, sedang dan berat. Anak-anak yang termasuk kondisi
berat telah mereka pindahkan dari sekolah-sekolah untuk anak tunarungu karena guru-guru
mereka merasa`tidak mampu menangani perilakunya yang aneh.
Layanan pendidikan khusus bagi anak tunagrahita meliputi latihan sensomotorik, terapi bermain
dan okupasi, dan latihan mengurus diri sendiri. Pendekatan pembelajaran dilakukan secara
individual dan remediatif. Perkembangan kemampuan anak berdasarkan tingkat kemampuan
kognitifnya. Anak yang ber IQ 55 - 70 berbeda dengan yang ber IQ 35 – 55. Sehingga dalam
sebaran IQ tersebut juga berbeda dalam layanan masing-masing.
1. Sekolah Khusus
Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita-tunanetra model ini diberikan pada Sekolah Luar
Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing/pengajar guru khusus dan teman
sekelas yang dianggap sama keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar sepanjang
hari penuh di kelas khusus.
Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita-tunanetra yang tidak mampu mengkuti
pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya: sakit. Proram dilaksanakan di
rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal ini dilaksankan atas
kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat.
Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang mempunyai kemampuan
pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki kelainan ganda seperti penglihatan,
pendengaran, atau motorik. Program di panti lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan
dalam panti ini terbatas dalam hal ::
B. Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan yang disertai gangguan fisik dan motorik
Layanan pendidikan yang spesifik bagi anak tunadaksa-tunanetra adalah pada bina gerak. Untuk
memberikan layanan bina gerak yang tepat diperlukan dukungan terapi, khususnya fisioterapi
untuk memulihkan kondisi otot dan tulang anak agar tidak semakin menurun kemampuannnya.
Selain itu dukungan untuk bina diri diperlukan terapi okupasi dan bermain. layanan pendidikan
bagi anak tunadaksa perlu memperhatikan tiga hal, yaitu:
Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk sekolah yang paling tua. Bentuk SLB merupakan
bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai
dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah dengan satu kepala sekolah.
Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa yang dilengkapi dengan
fasilitas asrama. Peserta didik SLB berasrama tinggal diasrama. Pengelolaan asrama menjadi
satu kesatuan dengan pengelolaan sekolah, sehingga di SLB tersebut ada tingkat persiapan,
tingkat dasar, dan tingkat lanjut, serta unit asrama. Bentuk satuan pendidikannyapun juga sama
dengan bentuk SLB di atas, sehingga ada SLB-A untuk anak tunanetra, SLB-B untuk anak
tunarungu, SLB-C untuk anak tunagrahita, SLB-D untuk anak tunadaksa, dan SLB-E untuk anak
tunalaras, serta SLB-AB untuk anak tunanetra dan tunarungu.
Pada SLB berasrama, terdapat kesinambungan program pembelajaran antara yang ada di sekolah
dengan di asrama, sehingga asrama merupakan tempat pembinaan setelah anak di sekolah. Selain
itu, SLB berasrama merupakan pilihan sekolah yang sesuai bagi peserta didik yang berasal dari
luar daerah, karena mereka terbatas fasilitas antar jemput.
Alat pendidikan bagi tunanetra terdiri dari : Alat pendidikan khusus, alat bantu peraga dan alat
peraga.
2. Alat bantu :
a) Alat bantu perabaan (buku-buku, air hangat/dingin, batu, dan sebagainya)
b) Alat bantu pendengaran ( kaset, CD, talking books)
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
• Anak tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan
atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga dia
tidak hanya dapat diatasi dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan
saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai dengan
kelainan yang dimiliki. Factor-faktor penyebab terjadinya tunaganda Faktor Keturunan
(Hereditas) Faktor ini berasal dari keturunan atau gen yang dibawakan oleh
orangtuanya.Faktor Sebelum Lahir (Prenatal) Ketika dalam kandungan janin mengalami
keracunan, kekurangan gizi, atau terkena infeksi. Saat sedang hamil, ibu yang
mengandung menderita penyakit kronis, dan lain-lain.Faktor Ketika Lahir (Natal) Proses
persalinan yang menghabiskan waktu yang lama sehingga kehabisan cairan. Persalinan
yang dibantu dengan menggunakan alat sehingga terdapat syaraf yang terganggu. Faktor
Sesudah Lahir (Post Natal) Faktor ini disebabkan karena anak mengalami sakit parah atau
kronis, kecelakaan atau karena salah mengonsumsi obat.
Klasifikasi Tunaganda
• Tunanetra-tunawicara.
• Tunanetra-tunarungu.
• Tunanetra-tunadaksa.
• Tunanetra-tunagrahita.
• Tunanetra-tunalaras.
• Tunanetra-kesulitan belajar khusus
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga pembaca dapat megaaplikasikan ilmunya pada kehidupan
sehari-hari. Krtitik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan dalam penulisan makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
https://id.wikipedia.org/wiki/Tunaganda
https://ugiw.blogspot.co.id/2011/01/pendidikan-anak-tuna-ganda.html
http://inklusitunaganda.blogspot.co.id/2015/11/makalah-inklusi-tunaganda.html
https://widypsikologi.wordpress.com/2010/05/29/klasifikasi-anak-tunaganda/
http://goes-awal.blogspot.co.id/2010/10/karakteristik-anak-tuna-ganda.html
http://www.kompasiana.com/tanamilmu/perkembangan-pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus-
di-indonesia_55107ad1a33311273bba8243