PERHITUNGAN HARGA
POKOK STANDAR
Riwayadi
Tujuan 1: Empat Sistem Pengukuran Biaya
(Cost Measurement Systems)
BTKL
(Biaya Sesungguhnya)
BBBL
(Biaya Sesungguhnya) BOP
(Biaya Sesungguhnya)
Gambar 9.1
Pembebanan Biaya
Produksi ke Produk Produk
Dengan Sistem
Perhitungan Harga
Pokok Sesungguhnya
2. Perhitungan harga pokok normal
BTKL
(Biaya Sesungguhnya)
BBBL BOP
(Biaya Sesungguhnya) (Biaya Dibebankan)
Gambar 9.2
Pembebanan Biaya Produk
Produksi ke Produk Biaya Dibebankan = Kapasitas
Dengan Sistem Sesungguhnya x Tarif BOP
Perhitungan Harga Ditentukan Dimuka
Pokok Normal
3. Perhitungan harga pokok taksiran
BTKL
(Biaya Taksiran)
BBBL BOP
(Biaya Taksiran) (Biaya Taksiran)
Gambar 9.3
Pembebanan Biaya Produk
Produksi ke Produk
Dengan Sistem
Perhitungan Harga
Pokok Taksiran
4. Perhitungan harga pokok standar
BTKL
(Biaya Standar)
BBBL BOP
(Biaya Standar) (Biaya Standar)
Gambar 9.4
Pembebanan Biaya Produk
Produksi ke Produk
Dengan Sistem
Perhitungan Harga
Pokok Standar
Tujuan 2: Kelemahan Perhitungan HP
Sesungguhnya
2. Selisih Volume
= (Kap. Normal – Kap. Std) x Tarif BOP Tetap
= (2.000 JKL – 1.760 JKL ) x Rp 1.000 = Rp 240.000 rugi
Analisis 3 Selisih
1. Selisih Pengeluaran
BOP sesungguhnya Rp 4.000.000
Anggaran fleksibel pada kapasitas
sesungguhnya:
Anggaran BOP Tetap:
Kapasitas Normal x Tarif Tetap
(2.000 JKL x Rp 1.000) Rp 2.000.000
Anggaran BOP Variabel pada kapasitas
sesungguhnya:
Kapasitas Sesungguhnya x Tarif Variabel
(1.500 JKL x Rp 1.500) 2.250.000
Total angaran BOP Rp 4.250.000
Selisih Pengeluaran Rp 250.000 Laba
2. Selisih Kapasitas
= (Kap. Normal – Kap. Ssg) x Tarif BOP Tetap
(2.000 JKL – 1.500 JKL) x Rp 1.000 Rp 500.000 rugi
3. Selisih Efisiensi
= (Kap. Ssg – Kap. Std ) x Tarif BOP Total
= (1.500 JKL – 1.760 JKL) x Rp 2.500 = (Rp 650.000) laba
Analisis 4 Selisih
1. Selisih Pengeluaran (Rp 250.000) laba
2. Selisih Kapasitas Rp 500.000 rugi
3. Selisih Efisiensi BOP Variabel:
(Kap. Ssg – Kap. Std ) x Tarif BOP Variabel
(1.500 JKL – 1.760 JKL) x Rp 1.500 (Rp 390.000) laba
4. Selisih Efisiensi BOP Tetap:
(Kap. Ssg – Kap. Std ) x Tarif BOP Tetap
(1.500 JKL – 1.760 JKL) x Rp 1.000 (Rp 260.000) laba
Analisis 5 Selisih
1. Selisih pengeluaran BOP variabel:
BOP variabel sesungguhnya Rp 1.600.000
Anggaran BOP variabel pada
kapasitas sesungguhnya:
Kapasitas Sesungguhnya x Tarif Variabel:
1.500 JKL x Rp 1.500 2.250.000
(Rp 650.000) laba
2. Selisih pengeluaran BOP tetap:
BOP tetap sesungguhnya Rp 2.400.000
Anggaran BOP tetap:
Kapasitas Normal x Tarif Tetap:
(2,000 x 1.000) (2.000.000)
Rp 400,000 rugi
3. Selisih kapasitas Rp 500.000 rugi
4. Selisih efisiensi BOP variabel (Rp 390.000) laba
5. Selisih efisiensi BOP tetap (Rp 260.000) laba
2. HUBUNGAN DIANTARA SELISIH BOP
1 selisih 3 selisih 4 selisih 5 selisih 2 selisih
Selisih
Selisih Selisih Pengel. Var.
BOP Ssg pengeluaran
pengeluaran Rp 650.000 L
Rp 4.000.00 Rp 250.000 L Rp 250.000 L
Selisih Pengel. Selisih
Tetap terkendali
Selisih efisiensi Rp 400.000 R
variabel Rp
Selisih BOP Selisih efisiensi Rp 390.000 L Selisih efisiensi 640.000 L
variabel
400.000 L Rp 650.000 L
Rp 390.000 L
Selisih efisiensi Selisih efisiensi
tetap tetap
Rp 260.000 L Rp 260.000 L Selisih
BOP standar
Selisih volume
Rp 4.400.000 Kapasitas Rp 240.000 R
Rp 500.000 R Selisih Selisih
kapasitas kapasitas
Rp 500.000 R Rp 500.000 R
Ayat Jurnal
Alternatif 1: Selisih Harga Bahan Baku Langsung Dicatat Pada
Saat Dibeli
Kelemahan
Perlakuan Selisih Harga Bahan Baku Langsung
sebagai beban periode berjalan atau biaya
periode (period cost) yang dilaporkan pada
laporan laba adalah tidak tepat
Alternatif 2: Selisih Harga Bahan Baku Dicatat Pada
Saat Dipakai
1. Mencatat pembelian bahan baku langsung
Persediaan Bahan Baku Langsung
(45.000 x Rp 250) 11.250.000
Kas / Utang Dagang 11.250.000
Kelemahan
buku pembantu persediaan bahan baku
langsung diperlukan
Selisih harga bahan baku langsung untuk
persediaan bahan baku langsung akhir tidak
dapat diketahui.
Alternatif 3: Selisih Harga Bahan Baku Langsung
Dicatat Pada Saat Dibeli dan Dipakai
Kas 30.000.000
Penjualan (6.000 kotak x Rp 5.000) 30.000.000