Anda di halaman 1dari 43

Bab 9

PERHITUNGAN HARGA
POKOK STANDAR

Riwayadi
Tujuan 1: Empat Sistem Pengukuran Biaya
(Cost Measurement Systems)

1. Perhitungan harga pokok sesungguhnya

BTKL
(Biaya Sesungguhnya)
BBBL
(Biaya Sesungguhnya) BOP
(Biaya Sesungguhnya)

Gambar 9.1
Pembebanan Biaya
Produksi ke Produk Produk
Dengan Sistem
Perhitungan Harga
Pokok Sesungguhnya
2. Perhitungan harga pokok normal

BTKL
(Biaya Sesungguhnya)
BBBL BOP
(Biaya Sesungguhnya) (Biaya Dibebankan)

Gambar 9.2
Pembebanan Biaya Produk
Produksi ke Produk Biaya Dibebankan = Kapasitas
Dengan Sistem Sesungguhnya x Tarif BOP
Perhitungan Harga Ditentukan Dimuka
Pokok Normal
3. Perhitungan harga pokok taksiran

BTKL
(Biaya Taksiran)
BBBL BOP
(Biaya Taksiran) (Biaya Taksiran)

Gambar 9.3
Pembebanan Biaya Produk
Produksi ke Produk
Dengan Sistem
Perhitungan Harga
Pokok Taksiran
4. Perhitungan harga pokok standar

BTKL
(Biaya Standar)
BBBL BOP
(Biaya Standar) (Biaya Standar)

Gambar 9.4
Pembebanan Biaya Produk
Produksi ke Produk
Dengan Sistem
Perhitungan Harga
Pokok Standar
Tujuan 2: Kelemahan Perhitungan HP
Sesungguhnya

1. Harga pokok produk baru dapat dihitung pada


akhir periode setelah semua biaya sesungguhnya
dikumpulkan.
2. Perhitungan harga pokok sesungguhnya tidak
dapat digunakan untuk tujuan pengendalian biaya
karena tidak ada tolok ukurnya (berapa biaya yang
seharusnya dikeluarkan).
3. Perhitungan harga pokok sesungguhnya tidak
dapat digunakan untuk penilaian kinerja manajer.
Tujuan 3: Perbedaan biaya taksiran dan
biaya standar

⦿ Biaya taksiran ditetapkan secara


kasar sedangkan biaya standar
ditentukan secara ilmiah, seperti
studi waktu dan gerak (time and
motion study), atau penelitian
laboratorium sehingga hasilnya juga
lebih akurat dibandingkan dengan
biaya taksiran.
Tujuan 4: keunggulan biaya standar
⦿ Perusahaan tidak perlu lagi membuat buku
pembantu persediaan bahan baku dan barang jadi.
⦿ Perhitungan harga pokok persediaan bahan baku dan
persediaan barang jadi akan lebih mudah
⦿ Biaya standar dapat digunakan untuk pengendalian
biaya
⦿ Biaya standar dapat digunakan untuk penilaian
kinerja manajer
⦿ Biaya standar dapat digunakan sebagai dasar untuk
penyusunan anggaran.
Kelemahan Harga Pokok Standar
⦿ Penetapan biaya standar
memerlukan biaya yang
tinggi
⦿ Sering kali manajer hanya
mementingkan kinerjanya
sendiri dengan
mengabaikan kinerja
manajer unit lainnya atau
kinerja perusahaan secara
keseluruhan.
Tujuan 5: Harga pokok standar
⦿ Harga pokok standar adalah harga pokok yang
seharusnya untuk menghasilkan satu unit produk.

Biaya standar BB langsung 5 kg @ Rp 1.000 Rp 5.000


Biaya standar TK langsung 2 JKL @ Rp 5.000 10.000
Biaya standar BOP variabel 2 JKL @ Rp 2.000 4.000
Biaya standar BOP tetap 2 JKL @ Rp 4.000 8.000
Total harga pokok produk per unit Rp 27.000
⦿ Standar kuantitas (quantity standards) adalah
jumlah input yang seharusnya digunakan untuk
menghasilkan satu unit produk.
⦿ Standar harga (price standard) adalah harga
yang seharusnya dibayar per unit input yang
digunakan.
⦿ Biaya standar diperoleh dari pengalian standar
kuantitas dengan standar harga
Tujuan 6: Hubungan harga pokok standar
dengan anggaran

⦿ Harga pokok standar dapat


digunakan sebagai dasar
penyusunan anggaran.
Tujuan 7: Dampak Penetapan
Standar Yang Tidak Wajar

⦿ Kesalahan dalam penetapan standar


dapat memengaruhi perilaku tidak
baik karyawan, yaitu karyawan tidak
akan termotivasi untuk meningkatkan
efisiensi kegiatan operasional bisnis
perusahaan.
Tujuan 8: Penetapan Biaya Standar

⦿ Penetapan Biaya Bahan Baku Standar


› Penetapan standar kuantitas bahan baku
› Penetapan standar harga bahan baku
⦿ Penetapan Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar
› Penetapan standar jam kerja langsung
› Penetapan standar tarif upah
⦿ Penetapan Biaya Overhead Pabrik Standar
› Penetapan standar jam kerja langsung
› Penetapan standar tarif biaya overhead pabrik
Tujuan 9: Kuantitas standar bahan baku dan
jam kerja langsung standar

⦿ Kuantitas standar bahan baku langsung adalah


kuantitas bahan baku langsung yang seharusnya
untuk produksi sesungguhnya.

⦿ Jam kerja langsung standar adalah jam kerja


langsung yang seharusnya untuk produksi
sesungguhnya.
⦿ Penentuan kuantitas standar bahan baku langsung
dan jam kerja langsung standar akan lebih sulit jika
perusahaan memiliki persediaan barang dalam
proses karena untuk menentukan produk selesainya,
perlu dicari terlebih dahulu unit setaranya.
Penghitungan unit setara (equivalent units)
tergantung metode penilaian persediaan yang
digunakan: metode masuk pertama, keluar pertama
/MPKP, atau metode harga pokok rata-rata.
Tujuan 10: Penentuan selisih dan analisis
selisih

1. Harga pokok standar untuk menghasilkan 1 kotak


dodol Garut ukuran 100 gram pada PT Garut Lezat
untuk tahun 20XX adalah:
- BBBL 4 kg @ Rp200 Rp 800
- BTKL 0,2 JKL @ Rp10.000 2.000
- BOP Variable 0,2 JKL @ Rp1.500 300
- BOP Tetap 0,2 JKL @ Rp1.000 200
Total Rp 3.300
2. Perusahaan memiliki kapasitas normal 10.000 kotak dodol Garut
dan 2.000 jam kerja langsung (JKL).
3. Barang jadi perusahaan sebanyak 9.500 kotak dan perusahaan
memiliki persediaan barang dalam proses awal sebanyak 2.000
kotak dengan tingkat penyelesaian BBB 100% dan BK 60%, serta
persediaan barang dalam proses akhir sebanyak 1.000 kotak
dengan tingkat penyelesaian BBB 100% dan BK 50%. Produk
yang telah dijual sebanyak 6.000 kotak dengan harga Rp5.000
per kotaknya.
4. Pembelian bahan baku langsung dilakukan secara kredit
sebanyak 45.000 kg senilai Rp11.250.000. Pemakaian bahan
baku langsung sebanyak 35.000 kg.
5. Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya sebesar
Rp22.500.000 untuk 1.500 JKL
6. Biaya overhead sesungguhnya sebesar Rp4.000.000, dan 40%
dari biaya tersebut merupakan biaya variabel.
Selisih Biaya Bahan Baku Langsung (BBBL)
Selisih BBBL = BBBL sesungguhnya – BBBL standar
= (35.000 kg x Rp 2501) ) –
(34,0002)x Rp 200)
= Rp 8.750.000 – Rp 6.800.000
= Rp 1.950.000 rugi

1) harga sesungguhnya = Rp 11.250,000 / 45,000 unit = Rp 250


2) Unit setara = 2000(0%)+7,500+1000(100%) = 8,500 unit
Kuantitas standar = 8.500 unit x 4 kg = 34,000 kg.
Analisis Selisih Biaya Bahan Baku Langsung
1. Selisih harga bahan baku langsung dibeli

= (Hssg – Hstd) x Kssg dibeli


= (250 – 200) x 45,000 = Rp 2.250,000 rugi

2. Selisih harga bahan baku langsung dipakai


= (Hssg – Hstd) x Kssg dipakai
= (250 – 200) 35,000 Rp 1.750,000 rugi

3. Selisih kuantitas bahan baku langsung


= (Kssg – Kstd) x Hstd
= (35,000 – 34,000) x 200 Rp 200,000 rugi
Selisih BBBL = Rp 1.950.000 rugi
Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)

Selisih BTKL = BTKL sesungguhnya – BTKL standar


= (1.500 x Rp 15.0003) ) –
(1.7604) x Rp 10.000)
= Rp 22.500.000 – Rp 17.600.000
= Rp 4.900.000

3) Rp 22.500,000 / 1.500 JKL = Rp 15.000


4) unit setara = 2000(40%)+7500+1000(50%) = 8,800 unit
Jam kerja standar= 8.800 unit x 0, 2 JKL = 1.760 JKL
Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung

1. Selisih tarif upah


= (Tssg – Tstd) x Jssg
= (15.000 – 10.000 ) 1.500 Rp 7.500,000 rugi

2. Selisih efisiensi upah


= (Jssg – Jstd ) x Tstd
= (1.500 –1.760) 10.000 (Rp 2.600,000) laba
Selisih BTKL Rp 4.900.000 rugi
Selisih Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Selisih BOP = BOP sesungguhnya – BOP standar


= Rp 4.000.000 – (1.760 JKL x Rp 2.500)
= Rp 4.000.000 – Rp 4.400.000
= Rp 400.000 laba
Analisis 2 Selisih
1. Selisih Terkendali
BOP sesungguhnya Rp 4.000.000
Anggaran fleksibel pada kapasitas standar:
Anggaran BOP tetap:
Kapasitas Normal x Tarif Tetap
(2.000 JKL x Rp 1.000) Rp 2.000.000
Anggaran BOP Variabel pd Kapasitas Standar:
Kapasitas Standar x Tarif Variabel
(1.760 JKL x Rp 1.500)) 2.640.000
Total anggaran BOP 4.640.000
Selisih Terkendali Rp (640.000) Laba

2. Selisih Volume
= (Kap. Normal – Kap. Std) x Tarif BOP Tetap
= (2.000 JKL – 1.760 JKL ) x Rp 1.000 = Rp 240.000 rugi
Analisis 3 Selisih
1. Selisih Pengeluaran
BOP sesungguhnya Rp 4.000.000
Anggaran fleksibel pada kapasitas
sesungguhnya:
Anggaran BOP Tetap:
Kapasitas Normal x Tarif Tetap
(2.000 JKL x Rp 1.000) Rp 2.000.000
Anggaran BOP Variabel pada kapasitas
sesungguhnya:
Kapasitas Sesungguhnya x Tarif Variabel
(1.500 JKL x Rp 1.500) 2.250.000
Total angaran BOP Rp 4.250.000
Selisih Pengeluaran Rp 250.000 Laba
2. Selisih Kapasitas
= (Kap. Normal – Kap. Ssg) x Tarif BOP Tetap
(2.000 JKL – 1.500 JKL) x Rp 1.000 Rp 500.000 rugi

3. Selisih Efisiensi
= (Kap. Ssg – Kap. Std ) x Tarif BOP Total
= (1.500 JKL – 1.760 JKL) x Rp 2.500 = (Rp 650.000) laba
Analisis 4 Selisih
1. Selisih Pengeluaran (Rp 250.000) laba
2. Selisih Kapasitas Rp 500.000 rugi
3. Selisih Efisiensi BOP Variabel:
(Kap. Ssg – Kap. Std ) x Tarif BOP Variabel
(1.500 JKL – 1.760 JKL) x Rp 1.500 (Rp 390.000) laba
4. Selisih Efisiensi BOP Tetap:
(Kap. Ssg – Kap. Std ) x Tarif BOP Tetap
(1.500 JKL – 1.760 JKL) x Rp 1.000 (Rp 260.000) laba
Analisis 5 Selisih
1. Selisih pengeluaran BOP variabel:
BOP variabel sesungguhnya Rp 1.600.000
Anggaran BOP variabel pada
kapasitas sesungguhnya:
Kapasitas Sesungguhnya x Tarif Variabel:
1.500 JKL x Rp 1.500 2.250.000
(Rp 650.000) laba
2. Selisih pengeluaran BOP tetap:
BOP tetap sesungguhnya Rp 2.400.000
Anggaran BOP tetap:
Kapasitas Normal x Tarif Tetap:
(2,000 x 1.000) (2.000.000)
Rp 400,000 rugi
3. Selisih kapasitas Rp 500.000 rugi
4. Selisih efisiensi BOP variabel (Rp 390.000) laba
5. Selisih efisiensi BOP tetap (Rp 260.000) laba
2. HUBUNGAN DIANTARA SELISIH BOP
1 selisih 3 selisih 4 selisih 5 selisih 2 selisih
Selisih
Selisih Selisih Pengel. Var.
BOP Ssg pengeluaran
pengeluaran Rp 650.000 L
Rp 4.000.00 Rp 250.000 L Rp 250.000 L
Selisih Pengel. Selisih
Tetap terkendali
Selisih efisiensi Rp 400.000 R
variabel Rp
Selisih BOP Selisih efisiensi Rp 390.000 L Selisih efisiensi 640.000 L
variabel
400.000 L Rp 650.000 L
Rp 390.000 L
Selisih efisiensi Selisih efisiensi
tetap tetap
Rp 260.000 L Rp 260.000 L Selisih
BOP standar
Selisih volume
Rp 4.400.000 Kapasitas Rp 240.000 R
Rp 500.000 R Selisih Selisih
kapasitas kapasitas
Rp 500.000 R Rp 500.000 R
Ayat Jurnal
Alternatif 1: Selisih Harga Bahan Baku Langsung Dicatat Pada
Saat Dibeli

1. Mencatat pembelian bahan baku langsung


Persediaan BBL (45.000 x Rp 200) 9.000,000
Selisih Harga Bahan Baku Langsung
(Rp 25 – Rp 20) 45.000 2.250.000
Kas / Utang Dagang (45.000 x Rp 250) 11.250.000

2. Mencatat pemakaian bahan baku langsung


Persediaan Barang Dalam Proses
(34.000 x Rp 200) 6.800.000
Selisih Kuantitas BBL (35.000 – 34.000) 200 200.000
Persediaan BBL (35.000 x Rp 200) 7.000.000
Keunggulan
Tidak diperlukan buku pembantu persediaan
bahan baku

Kelemahan
Perlakuan Selisih Harga Bahan Baku Langsung
sebagai beban periode berjalan atau biaya
periode (period cost) yang dilaporkan pada
laporan laba adalah tidak tepat
Alternatif 2: Selisih Harga Bahan Baku Dicatat Pada
Saat Dipakai
1. Mencatat pembelian bahan baku langsung
Persediaan Bahan Baku Langsung
(45.000 x Rp 250) 11.250.000
Kas / Utang Dagang 11.250.000

2. Mencatat pemakaian bahan baku langsung


Persediaan Barang Dalam Proses
(34.000 x Rp 200) 6.800.000
Selisih Harga Bahan Baku Langsung
(Rp 250 – Rp 200) 35.000 1.750.000
Selisih Kuantitas Bahan Baku Langsung
(35.000 – 34.000)200 200.000
Persediaan Bahan Baku Langsung
(35.000 x Rp 250 8.750.000
Keunggulan
Perlakuan rekening Selisih Harga Bahan Baku
Langsung sebagai beban periode berjalan pada
laporan laba adalah lebih tepat

Kelemahan
buku pembantu persediaan bahan baku
langsung diperlukan
Selisih harga bahan baku langsung untuk
persediaan bahan baku langsung akhir tidak
dapat diketahui.
Alternatif 3: Selisih Harga Bahan Baku Langsung
Dicatat Pada Saat Dibeli dan Dipakai

1. Mencatat pembelian bahan baku langsung


Persediaan Bahan Baku langsung
(45.000 x Rp 200) 9.000,000
Selisih Harga Bahan Baku Langsung Dibeli
(Rp 250 – Rp 200) 45.000 2.250.000
Kas / Utang Dagang (45.000 x Rp 250) 11.250.000
2. Mencatat pemakaian bahan baku langsung langsung
a. Membalik selisih harga bahan baku langsung dibeli ke
selisih harga bahan baku langsung dipakai
Selisih Harga Bahan Baku Langsung Dipakai
(Rp 250 – Rp 200) 35.000 1.750.000
Selisih Harga Bahan Baku Langsung Dibeli 1.750.000

b. Mencatat pemakaian bahan baku langsung


Persediaan Barang Dalam Proses
(34.000 x Rp 200) 6.800.000
Selisih Kuantitas Bahan Baku Langsung
(35.000 – 34.000) 200 200.000
Persediaan Bahan Baku Langsung
(35.000 x Rp 200) 7.000.000
1. Mencatat biaya gaji dan upah terutang
Biaya Gaji dan Upah 22.500.000
Utang Gaji dan Upah 22.500.000

2. Mencatat pembebanan biaya gaji dan upah ke produk


Persediaan Barang Dalam Proses 17.600.000
Selisih Tarif Upah 7.500.000
Selisih Efisiensi Upah 2.600.000
Biaya Gaji dan Upah 22.500.000
1. Mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya
Biaya Overhead Pabrik 4.000.000
Berbagai Rekening Dikredit 4.000.000

2. Mencatat pembebanan biaya overhead pabrik ke produk


Persediaan Barang Dalam Proses
(1.760 x 250) 4.400.000
Selisih Kapasitas (Rugi) 500.000
Selisih Pengeluaran BOP Tetap (Rugi) 400.000
Selisih Pengeluaran BOP Variabel (laba) 650.000
Selisih Efisiensi BOP Variabel (laba) 390.000
Selisih Efisiensi BOP Tetap (laba) 260.000
Biaya Overhead Pabrik 4.000.000
3.Menutup selisih biaya overhead pabrik ke harga pokok
penjualan
Selisih Pengeluaran BOP Variabel 650.000
Selisih Efisiensi BOP Variable 390.000
Selisih Efisiensi BOP Tetap 260.000
Selisih Kapasitas 500.000
Selisih Pengeluaran BOP Tetap 400.000
Harga Pokok Penjualan 400.000

Ayat jurnal untuk mencatat produk selesai:


Persediaan Barang Jadi
(9,500 kotak x Rp 3.300) 31.350.000
Persediaan Barang Dalam Proses 31.350.000
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan :

Kas 30.000.000
Penjualan (6.000 kotak x Rp 5.000) 30.000.000

Ayat jurnal untuk mencatat harga pokok penjualan:

Harga Pokok Penjualan 19.800.000


Persediaan Barang Jadi
(6.000 kotak x Rp 3.300) 19.800.000
PT GARUT LEZAT
LAPORAN LABA RUGI
TAHUN 20XX
====================================================================
Penjualan Rp 30.000.000
Harga pokok penjualan Rp 19.800.000
Penyesuaian:
Selisih harga bahan baku dipakai (rugi) 1.750.000
Selisih kuantitas bahan baku (rugi) 200.000
Selisih tarif upah (rugi) 7.500.000
Selisih efisiensi upah (laba) (2.600.000)
Selisih pengeluaran BOP variabel (laba) ( 650.000)
Selisih pengeluaran BOP tetap (rugi) 400.000
Selisih kapasitas (rugi) 500.000
Selisih efisiensi BOP variabel (laba) ( 390.000)
Selisih efisiensi BOP tetap (laba) ( 260.000)
Harga pokok penjualan setelah penyesuaian selisih 26.250.000
Laba kotor Rp 3.750.000
Beban Operasi:
Beban penjualan Rp 1.000.000
Beban administrasi dan umum 2.000.000
Total beban operasi 3.000.000
Laba Bersih Operasi Rp 750.000
===========
Tujuan 12: Arus biaya produksi pada perhitungan
harga pokok standar
Gambar 9-7
Arus Biaya Produksi pada Perhitungan Harga Pokok Proses
Persediaan BBL Persediaan BDP Persediaan Barang Jadi
B. Ssg B. Ssg B. Std B. Std
B. Std B. Std
B. Std
B. Std
BTKL
HPP
B. Ssg B. Ssg
B. Std
Rugi Rugi
BOP Selisih

B. Ssg B. Ssg Rugi Laba

Anda mungkin juga menyukai