NIM : 042795175
1. Apa yang dimaksud dengan klaim atas asset keuangan dan bentuknya?
Arus kas bagi aset keuangan sering disebut klaim atas aset keuangan. Klaim yang dimiliki oleh
pemegang aset keuangan dapat berupa klaim tetap, Yaitu sejumlah pendapatan yang tetap atas
aset keuangan yang dimiliki. Jika aset keuangan memiliki klaim pendapatan tetap maka aset
keuangan ini dinamakan instrumen utang. Contoh: kredit. Aset keuangan kredit akan memberikan
arus kas tetap berupa bunga. Pada umumnya, bunga kredit ditentukan pada awal masa kredit dan
pembayaran bunga bersifat tetap dan pasti. Contoh lain adalah obligasi. Seperti diuraikan di
depan, obligasi dapat diterbitkan baik oleh pemerintah atau pun oleh swasta. Dalam obligasi,
besarnya kupon atau yield pada umumnya ditentukan di depan dan dibayarkan saat jatuh tempo
atau waktu tertentu sesuai kesepakatan.
Bentuk klaim aset keuangan yang lain adalah klaim ekuitas atau klaim residual. Klaim ekuitas
mewajibkan emiten untuk membayarkan pada pemegang aset keuangan sejumlah pendapatan
berdasarkan laba yang diperoleh emiten (jika ada). Jika dalam melakukan usahanya tersebut
emiten juga menerbitkan instrumen utang, pembayaran klaim ekuitas ini pada umumnya
dilakukan setelah pembayaran pada pemegang aset keuangan instrumen utang. Salah satu contoh
klaim ekuitas adalah saham, baik saham biasa maupun saham kepemilikan (partnership share).
Emiten yang menerbitkan saham, berkewajiban memberikan keuntungan berupa deviden bagi
pemegang saham. Selain kedua bentuk klaim tersebut, beberapa aset keuangan memiliki klaim
kombinasi. Contoh: saham preferen.
Saham preferen merupakan suatu klaim ekuitas yang memberikan hak kepada investor untuk
menerima sejumlah uang tetap, namun dengan berbagai persyaratan tertentu. Salah satu
persyaratan adalah pembayaran baru dilakukan setelah memenuhi kewajiban bagi pemegang
instrumen utang. Contoh lain adalah convertible bond (obligasi yang bisa dikonversikan). Obligasi
ini memberikan ruang bagi investor untuk mengubah obligasinya menjadi saham atau ekuitas
dalam situasi-situasi tertentu. Meskipun masuk dalam kategori klaim kombinasi, saham preferen
maupun utang yang membayar uang atau pendapatan dalam jumlah tetap, pada prinsipnya
masuk dalam instrumen pendapatan tetap (fixed income instrument).
Sumber :
Modul 1 BMP EKSI4205 Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank hal 1.6 Edisi 3 Karangan Dr.
Murti Lestari, M.Si
Sumber :
Modul 1 BMP EKSI4205 Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank hal 1.32-1.37 Edisi 3
Karangan Dr. Murti Lestari, M.Si
3. Apakah yang dimaksud dengan inovasi keuangan?
Inovasi keuangan merupakan kondisi apabila muncul ide-ide baru, dalam hal solusi dan instrumen
keuangan baru yang diimplementasikan dalam rangka mengembangkan entitas bisnis dan
memperbaiki iklim usaha. Dalam perekonomian modern, inovasi keuangan merupakan kreasi
yang paling krusial. Seiring perkembangan teknologi, inovasi keuangan mengalami perkembangan
yang cukup cepat. Perkembangan ini pada umumnya memiliki motivasi atau tujuan untuk
mempermudah transaksi bisnis, mengelola risiko, dan memperluas model investasi maupun
model transaksi (memperluas pasar), atau bahkan untuk menyiasati suatu regulasi.
Sebutkan dan jelaskanlah inovasi keuangan menurut Bank for International Settlement (BIS)!
Penggolongan Inovasi Keuangan menurut Bank for International Settlement (BIS), di Mana inovasi
keuangan digolongkan ke dalam 5 kelompok, yaitu:
a) pemindahan risiko harga (price-risk transferring).
b) pemindahan risiko kredit (credit-risk transferring).
c) peningkatan likuiditas pasar (liguidity-generating).
d) peningkatan kredit (credit-generating).
e) instrumen peningkatan saham (eguity-generating instruments).
Kelompok pertama, inovasi keuangan menyediakan cara-cara yang lebih efisien bagi para pelaku
pasar untuk menghadapi risiko harga atau pun risiko nilai tukar. Kelompok kedua, inovasi
keuangan menyediakan instrumen risiko kredit yang dapat digunakan untuk merelokasi risiko dari
gagal bayar. Kelompok ketiga, inovasi keuangan menyediakan instrumen yang meningkatkan
likuiditas pasar. Instrumen ini tidak saja meningkatkan likuiditas pasar, tetapi juga meningkatkan
kemampuan unit yang membutuhkan dana untuk menjangkau sumber dana tambahan dan
memberikan kesempatan bagi pelaku pasar untuk menghindari kendala-kendala modal yang
timbul karena berbagai regulasi. Kelompok keempat, inovasi keuangan meningkatkan instrumen
yang dapat menaikkan sumber dana kredit yang dapat dijangkau unit yang membutuhkan dana
dan kelompok kelima, inovasi keuangan menyediakan instrumen yang bisa meningkatkan saham,
yaitu meningkatkan sumber dana yang bisa dijangkau oleh pihak yang membutuhkan dana dengan
cara menawarkan saham.
Sumber :
Modul 2 BMP EKSI4205 Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank Hal 2.4 & 2.8 Edisi 3 Karangan
Dr. Murti Lestari, M.Si
4. Sebutkan dan jelaskan fungsi utama Bank Indonesia dalam perekonomian!
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia
tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan
sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti
oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap
stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari
efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan
moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter
tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan
mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah
yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan
tanggung jawab Bank Indonesia.
Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem
keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui
instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu
menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan
stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan
moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan
kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter,
Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan
yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan
melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor
perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di
sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk
mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang
efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan
pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada
menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem
keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan
untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap
sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank
Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem
pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran
sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular
(contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia
mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran
yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang
bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat
lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem
pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko
potensial dalam sistem pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses
informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara
macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi
potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset,
Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk
mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan
menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
meredam gangguan dalam sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui
fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran
tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari
terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas
pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi
masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi
normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer
namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya
sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu,
pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan
likuiditas tersebut.
Sumber :
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/stabilitas-sistem-keuangan/Pages/Peran-
Bank-Indonesia.