NRP 3120510805
2. Mercator, Hammer-Aitoff, Robinson, The World from Space, Behrmann, Cassini, Flat polar
Cylindrical, dan masih banyak lagi.
3. Pada Jumat, 3 Agustus 2018, perusahaan tersebut mengumumkan perubahan “Globe Mode”
lewat cuitan di laman resmi Twitternya, “Dengan mode Globe 3D dalam Google Maps versi
desktop, proyeksi Greenland tidak lagi sebesar Afrika.” Dengan pengumuman tersebut,
perubahan hanya tersedia di desktop dan peta masih dalam bentuk datar di aplikasi versi
seluler. Sebelumnya, Google Maps menggunakan proyeksi Mercator, yang memproyeksikan
planet ini ke permukaan yang datar. Hasil proyeksi datar tersebut mempermudah peta untuk
dicetak dan sebagian besar telah distandardisasi. Namun, ini menyajikan informasi yang
menyimpang dari Bumi.
Obyek di sekitar khatulistiwa memiliki skala relatif terhadap satu sama lain, sementara obyek
yang lebih dekat ke kutub dan lebih jauh dari khatulistiwa ditampilkan lebih besar dari yang
sebenarnya. Dengan demikian, ukuran Greenland pada peta Mercator tampak lebih besar
dari Afrika, padahal kenyataannya, Afrika 14 kali lebih besar.
Dilansir dari The Verge, seorang karyawan Google menjelaskan pada 2009 bahwa
perusahaan menggunakan peta Mercator karena membantu menjaga sudut jalan.
5. Google mengumpulkan data dari pengguna aplikasi Google Maps gratisnya untuk
menghitung kecepatan lalu lintas yang akurat. Jika Anda bertanya-tanya bagaimana mereka
dapat melakukan ini, itu karena semua perangkat baik iOS ataupun Android terbuka untuk
mengakses Google Maps terbuka. Kedua perangkat tersebut juga memiliki layanan lokasi
yang dihidupkan, lalu mengirim data ke Google.
Kemudian data disatukan dan dikirim kembali, tentu saja semakin banyak membangun
daerah, dan semakin akurat hasilnya karena semakin banyak juga pengemudi yang
menggunakan jalan secara teratur.