Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

DI RUANG KALIMAYA ATAS RSUD dr. SLAMET GARUT

Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah Ruang Kalimaya Atas

Nama :

Alvi Riansyah KHGC18007

TK/Prodi :

4-A/S-1 Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

2021-2022
A. Konsep Chronic Kidney Desease (CKD)

1. Pengertian

CKD atau gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah).
Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDOQI), CKD merupakan kerusakan
ginjal yang terjadi dengan penurunan GFR (Glomerular Filtration rate) <60 mL/min/ 1.73 m2
selama lebih dari 3 bulan.

2. Klasifikasi CKD

Penyakit CKD selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR yang tersisa (Muttaqin
& Sari, 2011). Menjelaskan perjalanan klinis umum CKD progresif dibagi menjadi tiga
stadium yaitu:
a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

Pada stadium pertama kreatinin serum dan kadar BUN normal dan asimtomatik.
Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan memberi beban kerja yang berat
pada ginjal tersebut, seperti tes pemekatan urine. Muttaqin dan Sari (2011) menjelaskan
penurunan cadangan ginjal yang terjadi apabila GFR turun 50% dari normal.
b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)

Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (GFR besarnya 25% dari normal).
Pada tahap ini BUN mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
c. Stadium 3 (gagal ginjal stadium akhir / uremia)

Stadium ketiga disebut penyakit ginjal stadium akhir (ERSD) yang dapat terjadi apabila
90% massa nefron telah hancur, nilai GFR 10% dari keadaan normal, dan bersihan
kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum
dan kadar BUN meningkat sangat menyolok sebagai respons terhadap GFR yang
mengalami sedikit penurunan.
KDOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan
GFR yaitu:
a. Stage1: Kidney damage with normalor increased GFR (>90 mL/min/1.73m2)
b. Stage2: Mild reduction in GFR (60-89 mL/min/1.73 m2)

c. Stage3: Moderate reduction in GFR (30-59 mL/min/1.73 m2)


d. Stage4: Severe reductionin GFR (15-29mL/min/1.73 m2)

e. Stage5: Kidney failure(GFR <15 mL/min/1.73 m2 or dialysis)

3. Etiologi

Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya CKD. Akan tetapi,
apapun penyebabnya, respons yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif.
Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan CKD bisa disebabkan dari ginjal
sendiri maupun dari luar ginjal (Muttaqin & Sari, 2011).
Mengkategorikan ada delapan kelas yang menjadi penyebab tersering dari penyakit CKD
yaitu :
a. Penyakit infeksi tubulointerstitial : Pielonefritis kronik atau refluks nefropati.
b. Penyakit peradangan glomerulonefritis

Glomerulonefritis adalah penyebab gagal ginjal pada sepertiga pasien yang membutuhkan
dialisis atau transplantasi. Glomerulonefritis adalah peradangan ginjal bilateral, biasanya
timbul pasca infeksi streptococcus. Untuk glomerulus akut, gangguan fisiologis utamanya
dapat mengakibatkan eksresi air, natrium dan zat-zat nitrogen berkurang sehingga timbul
edema dan azotemia, peningkatan aldosterone menyebabkan retensi air dan natrium.
Untuk glomerulonefhritis kronik, ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif
lambat, akan tampak ginjal mengkerut, berat lebih kurang dengan permukaan bergranula.
Ini disebabkan jumlah nefron berkurang karena iskemia, karena tubulus mengalami
atropi, fibrosis intestisial dan penebalan dinding arteri.
c. Penyakit vaskuler hipertensif seperti nefrosklerosis benigna, nefroklerosis maligna,
dan stenosis arteri renalis.
d. Gangguan jaringan ikat seperti lupus eritematosus sistemik, poliarterites nodosa, dan
sklerosis sistemik progresif.
e. Penyakit kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik, dan asidosis tubulus
ginjal.
f. Gangguan metabolik yang dapat mengakibatkan CKD antara lain diabetes melitus, gout,
hiperparatiroidisme dan amiloidosis.
g. Netropati toksik akibat penyalahgunaan analgesik dan nefropati timah.
h. Nefropati obstruksi

Traktus urinarius bagian atas: batu, neoplasma, fibrosis retroperitoneal. Traktus urinarius
bagian bawah: hipertrofi prostat, striktur uretra, anomali kongenital leher vesika urinaria
dan uretra.
4. Patofisiologi

Patofisiologi penyakit CKD pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya,
tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Penyakit CKD
dimulai pada fase awal gangguan, keseimbangan cairan, penanganan garam, serta
penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada ginjal yang sakit (Muttaqin &
Sari, 2011).
Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab yaitu infeksi, vaskuler, zat
toksik, obstruksi saluran kemih yang pada akhirnya akan terjadi kerusakan nefron sehingga
menyebabkan penurunan GFR dan menyebabkan CKD, yang mana ginjal mengalami
gangguan dalam fungsi eksresi dan fungsi non-eksresi (Nursalam,2007). Fungsi renal
menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin)
tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak masalah
muncul pada CKD sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang
menyebabkan penurunan kliresn (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal).
Menurunnya filtrasi glomerulus (akibat tidak berungsinya gromeruli) klirens kreatinin akan
menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah
(BUN) juga meningkat (Smeltzer & Bare, 2015)
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir. Terjadi penahanan cairan dan natrium, sehingga
beresiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat
terjadi akibat aktivasi aksis renin-angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron. Sindrom uremia juga bisa menyebabkan asidosis metabolik akibat ginjal tidak
mampu menyekresi asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal
tidak mampu menyekresi ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-).
Penurunan eksresi fosfat dan asam organik yang terjadi, maka mual dan muntah tidak dapat
dihindarkan.
Penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah
merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia
sehingga peningkatan oksigen oleh hemoglobin berkurang maka tubuh akan mengalami
keletihan,angina dan napas sesak.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar serum
kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat
maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui glomerulus ginjal
maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathhormon dari kelenjar paratiroid,
tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan
tulang dan penyakit tulang. Selain itu, metabolit aktif vitamin D yang secara normal dibuat di
ginjal menurun seiring dengan berkembangnya gagal ginjal (Smeltzer & Bare, 2015).
6. Kemungkinan Data Fokus
a. Wawancara
1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang didapati biasanya berbeda, mulai dari urine output
sedikit sampai dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera
makan (anoreksia) mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas
berbau, dan gatal pada kulit.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan kesadaran,


perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas
berbau amonia, rasa sakit kepala, dan perubahan pemenuhan nutrisi (Muttaqin
& Sari, 2011).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal


akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik,
penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang berulang,
penyakit diabetes mellitus, dan hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi
predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan (Muttaqin & Sari, 2011).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayatpenyakitvaskuler hipertensif, penyakit metabolik, riwayat menderita


penyakit gagal ginjal kronik.
5) Pola-pola Aktivitas Sehari-hari
a) Pola Aktivitas/Istirahat
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
c) Pola Eliminasi
d) Persepsi diri dan konsep diri
e) Pola Reproduksi dan seksual.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan TTV : Tekanan Darah, Suhu, Nadi dan Respirasi Rate
2) Keadaan Umum : Baik, lemah, dan buruk
3) Kesadaran (GCS) : Eye, Verbal dan Motorik
4) Pemeriksaan Fisik : Head To Toe
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
2) USG
3) Foto Polos Abdomen
4) Intra Vena Pielografi (IVP)
5) Renogram
6) EKG

7. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data Subjektif : Klien jarang mengkonsumsi Hipervolemia

a. Klien mengatakan mengalami air putih


kesulitan saat buang air kecil
(BAK)
b. Klien mengatakan minum air putih
1 hari 2-3 gelas/hari. Nefropati toksi
c. Klien mengatakan BAK dalam
1 harinya 1 kali, dan urin
yang dikeluarkan sebanyak 30ml. Kerusakkan fungsi ginjal
d. Klien mengatakan sesak napas.
Data Objektif :
a. Urine output sedikit. Kerusakkan glomerulus
b. Sulit buang air kecil (BAK).
c. Rasa lelah.
d. Mulut terasa kering. Filtrasi glomerulus menurun
e. Nafas berbau ureum. (GFR menurun)
f. Edema anasarka dan atau edema
perifer
g. Berat Badan meningkat dalam Retensi cairan
waktu singkat.
h. JVP dan atau CVP meningkat.
i. Terdengar suara napas tambahan Edema
j. Kadar Hb/Ht turun.

Hipervolemia
Data Subjektif : Kerusakan fungsi ginjal Intoleransi Aktivitas
a. Klien mengatakan mengeluh lelah.
b. Klien mengatakan sesak napas saat Sekresi eriprotein menurun
aktivitas atau setelah aktivitas.
c. Klien mengatakan merasa lemah. Produksi SDM menurun
Data Objektif :
a. Anemia Oksihemoglobin menurun
b. Hb/Ht turun
c. Tekanan darah berubah >20% dari Suplai O2 ke jaringan menurun
kondisi istirahat.
d. Frekuensi jantung meningkat >20% Fatique/malaise
dari kondisi istirahat.
Intoleransi Aktivitas
8. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1) Hipervolemia
2) Intoleransi Aktivitas
9. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
. Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1. Hipolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia (I.03114) - Peningkatan menunjukkan adanya
berhubungan keperawatan selam 3x24 hipervolemia. Kaji bunyi jantung dan
1. Observasi
dengan jam, kelebihan cairan napas, perhatikan S3 dan/atau
- Periksa tanda dan gejala hypervolemia gemericik, ronchi. Kelebihan volume
gangguan (edema ekstremitas bawah)
- Identifikasi penyebab hypervolemia
cairan berpotensi gagal jantung
mekanisme berkurang dengan kriteria - Monitor status hemodinamik, tekanan darah,
- Monitor intaje dan output cairan kongestif/ edema paru
regulasi ditandai hasil :
- Monitor tanda hemokonsentrasi ( kadar Natrium, BUN, - Beberapa kondisi yang dapat
dengan edema 1. Keluaran urin hematocrit, berat jenis urine)
- Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma menyebabkan hipervolemia yaitu gagal
di ekstremitas 2. Edema (ekstremitas
- Monitor kecepatan infus secara ketat jantung kongestif, infark miokard,
bawah. bawah) - Monitor efek samping diuretik penyakit katup jantung, sirosis hati, dan
3. Tekanan darah 120/80 gagal ginjal.
2. Therapeutik
mmHg - Takikardia dan hipertensi terjadi
- Timbang berat bada setiap hari pada waktu yang sama
4. Berat badan : 52 kg karena (1) kegagalan ginjal untuk
- Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat mengeluarkan urine, (2) pembatasan
cairan berlebihan selama mengobati
3. Edukasi
hipervolemia atau perubahan fase
- Anjurkan melapor jika kaluaran urine <0.5 ml/kg/jam oliguria gagal ginjal,
dalam 6 jam
- (3) perubahan pada system renin-
- Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam
sehari angiotensin.
- Ajarkan cara membatasi cairan - Catatan : pengawasan invasive

1. Kolaborasi diperlukan untuk mengkaji volume


intravascular, khususnya pada pasien
- Kolaborasi pemberian diuritik dengan fungsi jantung buruk.
- Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat - Pada kebanyakn kasus, jumlah aliran
diuretic harus sama atau lebih dari jumlah yang
- Kolaborasi pemberian continuous renal replacement
therapy dimasukkan. Keseimbangan positif
menunjukkan kebutuhan
Pemantauan Cairan (I.03121)
- evaluasi lebih lanjut.
1. Observasi - Kadar natrium tinggi dihubungkan
dengan kelebihan cairan, edema,
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi nafas hipertensi, dan komplikasi jantung.
- Monitor tekanan darah Ketidakseimbangan dapat mengganggu
- Monitor berat badan
konduksi elektrikal dan fungsi jantung.
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor elastisitas atau turgor kulit - Terjadinya peningkatan tekanan
- Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine onkotik plasma mengakibatkan
- Monitor kadar albumin dan protein total
- Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas terjadinya edema.
serum, hematocrit, natrium, kalium, BUN) - Mencegah terjadinya intake cairan
- Identifikasi tanda-tanda hypervolemia 9mis. Dyspnea,
berlebihan sehingga memperparah
edema perifer, edema anasarka
- Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan keadaan kelebihan volume cairan.
(penyakit ginjal) - Diuretik berfungsi membuang kelebihan

2. Terapeutik garam dan air dari dalam tubuh melalui


urine. Jumlah garam, terutama natrium
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
yang diserap kembali oleh ginjal akan
pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan dikurangi. Natrium tersebut akan ikut
membawa cairan yang ada didalam
darah, sehingga produksi urin
bertambah. Akibatnya, cairan tubuh
akan berkurang dan tekanan darah akan
turun. Terapeutik :
- Membantu mengevaluasi status cairan
khususnya bila dibandingkan dengan
berat badan. Peningkatan berat badan
antara pengobatan harus tidak lebih dari
0,5 kg/hari.
- Menjaga agar
- kelebihan cairan tidak bertambah parah.
2. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I. 05178) - Membantu menentukan derajat
Aktivitas keperawatan selama 3x24 kerusakan dan kesulitan terhadap
1. Observasi
jam, klien mengatakan lelah keadaan yang dialami.
- Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan - Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan
berkurang dengan kriteria
kelelahan
dan dapat memberikan informasi
hasil : - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur mengenai pemulihan.
1. Motivasi
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
2. Lesu melakukan aktivitas - Mengkaji perlunya
3. Verbalisasi lelah mengidentifikasi intervensi yang
2. Terapeutik
4. Perasaan lemah tepat.
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. - Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan
5. Tekanan darah
cahaya, suara, kunjungan)
6. Frekuensi napas - Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif dan dapat memberikan informasi
- Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan mengenai pemulihan.
7. Saturasi oksigen
- Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
- Meningkatkan kenyamanan istirahat serta
berpindah atau berjalan
dukungan fisiologis/psikologis.
3. Edukasi - Mmencegah kekakuan sendi, kontraktur,

- Anjurkan tirah baring kelelahan otot, meningkatkan kembalinya


- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap aktivitas secara dini.
- Mengoptimalkan energi yang belum
4. Kolaborasi
digunakan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Terapi Aktivitas (I.05186)

1. Observasi

- Identifikasi deficit tingkat aktivitas


- Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas
tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
- Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
- Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivitas

2. Terapeutik

- Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang


dialami
- Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
- Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energy, atau gerak
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
- Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri
- Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
Daftar Pustaka

- Muttaqin, Arif dan Kumala Sari, 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta
Salemba Medika.
- Nahas Meguid El dan Adeera Levin. 2010. Chronic Kidney Disease : A Practical Guide to Understanding
and Management. USA : Oxford University Press.
- PPNI.T.P.2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI).
- PPNI.T.P.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (PPNI).
- PPNI.T.P.2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI).
- Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby: ELSIVER

Anda mungkin juga menyukai