Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN TUGAS AKHIR - RA.

141581

AKADEMI SEPAKBOLA USIA DINI


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR
PERILAKU

JUNUS MARTHIN ALBERTHO KBAREK


3213100701

DOSEN PEMBIMBING:
NUR ENDAH NUFFIDA ,ST.,MT.

PROGRAM SARJANA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
LAPORAN TUGAS AKHIR - RA.141581

AKADEMI SEPAKBOLA USIA DINI


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR
PERILAKU

JUNUS MARTHIN ALBERTHO KBAREK


3213100701

DOSEN PEMBIMBING:
NUR ENDAH NUFFIDA ,ST.,MT.

PROGRAM SARJANA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
FINAL PROJECT REPORT - RA.141581

YOUTH FOOTBALL ACADEMY


WITH BEHAVIOUR ARCHITECTURE
APPROACHES

JUNUS MARTHIN ALBERTHO KBAREK


3213100701

TUTOR :
NUR ENDAH NUFFIDA ,ST.,MT.

UNDERGRADUATE PROGRAM
DEPARTEMENT OF ARCHITECTURE
FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : JUNUS MARTHIN ALBERTHO KBAREK

NRP : 3213100701

Judul Tugas AKhir :AKADEMI SEPAKBOLA USIA DINI DENGAN


PENDEKATAN PERILAKU

Periode : Semester Gasal/Genap Tahun 2016 / 2017

Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya buat adalah hasil karya
saya sendiri dan benar-benar dikerjakan sendiri (asli/orisinil), bukan merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain. Apabila saya melakukan penjiplakan terhadap karya
mahasiswa/orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang akan
dijatuhkan oleh pihak Jurusan Arsitektur FTSP - ITS.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran yang penuh dan
akan digunakan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Akhir RA.141581

Surabaya, 15 juni 2017

Yang membuat pernyataan

Junus Marthin A. K
NRP. 3213100701

5
ABSTRAK

AKADEMI SEPAKBOLA USIA DINI DENGAN PENDEKATAN


ARSITEKTUR PERILAKU

Oleh
Junus Marthin Albertho Kbarek
NRP : 3213100701

Sepakbola di Indonesia sudah sangat merakyat, setiap daerah di


Indonesia pasti sudah mempunyai tim sepakbola-nya sendiri. Setiap pertandingan
selalu penuh dengan riuh gempita penonton. Satu hal yang membuat sepakbola
menjadi primadona di Indonesia atau bahkan di dunia karena olahraga ini “sederhana”
tidak membutuhkan peralatan yang mahal,mudah di lakukan dimana saja, sehingga ini
menjadi olahraga rakyat. Olahraga bukan hanya sebuah permainan namun sudah
menjadi pemersatu bangsa. “Spirit on a nation depends on sport” itu mungkin salah
satu ungkapan betapa berharganya olahraga,khususnya sepakbola.

Namun, beberapa waktu belakangan, prestasi sangat sulit di raih, Pemain yang dahulu
menjadi tulang punggung tim nasional Indonesia sudah terlampau tua untuk bersaing,
di saat yang sama tidak ada pengganti yang sepadan, akhirnya meninggalkan gap
yang besar pada sepakbola Indonesia. Regenerasi inilah kunci untuk tetap menjaga
nama baik di persepakbolaan Internasional.

Di sisi lain pembinaan pemain muda indonesia di mulai di usia belasan tahun,
berbeda dengan negara lain yang memulai pembinaan usia dini dari umur 5 Tahun,
sehingga pemain indonesia sudah ketinggalan sekian tahun dalam belajar sepakbola
dari negara lain.

Ditambah ketika pemain tersebut masuk ke sekolah sepakbola, ia akan terbentur


dengan jadwal sekolah regulernya, hal ini menimbulkan dilema yang sangat besar
bagi pemain, karena ia harus memilih salah satu, menjadi pemain bola dengan
konsekuensi kehilangan pendidikan dasar yang anak pada usianya merasakan atau
meninggalkan sepakbola untuk pendidikan.

Masalah lain yang muncul, pendidikan sepakbola yang tidak terstruktur ini
menimbulkan bias, sepakbola layaknya sebuah ilmu pengetahuan perlu belajar dahulu
teori lalu dipraktekan. Ketika ia langsung berpraktek maka ada gap pengetahuan teori
yang belum di ketahuinya. Hal ini akan sangat berpengaruh ketika ia sudah dewasa,
kesalahan-kesalahan dalam bermain biasanya terjadi, mentalitas juga menjadi masalah
ketika pemain kurang memahami nilai-nilai sportmanship dalam sepakbola, yang
seharusnya diajarkan sejak dini namun terlewat ketika struktur pendidikan tersebut
masih seperti yang ada saat ini.
Dengan menggunakan metode Rationalist Approaches, yang mana perlu mendasarkan
desain pada berbagai unsur yang terkait dengan desain, semisal membuat desain
6
akademi sepakbola usia dini maka perlu mempelajari tentang kebutuhan anak,
peraturan sepakbola dan karena merupakan sebuah institusi pendidikan maka perlu
melihat dari segi aturan kementrian pendidikan. Dari hal-hal tersebut, maka keluarlah
desain yang menyesuaikan kebutuhan pengguna dan hasilnya lebih terukur. Sehingga
bisa menghasilkan pemain-pemain sepakbola yang berkualitas serta seimbang antara
pendidikan formal dan pendidikan sepakbolanya.

Kata Kunci : Sepakbola,Akademi,Sekolah,Anak,Perilaku,Regenerasi.

7
ABSTRACT

YOUTH FOOTBALL ACADEMY WITH BEHAVIOUR ARCHITECTURE


APPROACH

By
Junus Marthin Albertho Kbarek
NRP : 3213100701

Football in Indonesia is very populist, every region in Indonesia would already have
his own football team. Every game is always filled with boisterous crowds. One thing
that makes football a prima donna in Indonesia or even in the world because of this
"simple" sport does not require expensive equipment, easy to do anywhere, so this
becomes a people's sport. Sport is not just a game but has become a unifying nation.
"Spirit on a nation depends on sport" is probably one of the expressions of how
precious the sport, especially football.

However, some time later, the achievements are very difficult to achieve, players who
used to be the backbone of the Indonesian national team is too old to compete, at the
same time there is no matching substitute, eventually leaving a big gap on Indonesian
football. Regeneration is the key to keeping a good name in international football.

On the other side of coaching young players in Indonesia began in the teen years,
unlike other countries that started early age coaching from the age of 5 years old, so
Indonesia youth players has missed so many years in learning football from other
countries.

Plus when the player gets into a football school, he will be bumped into his regular
school schedule, this creates a huge dilemma for the player, as he has to choose one,
become a football player with the consequences of losing basic education that a child
at his age feels or leaves football For education.

Another problem that arises, unstructured soccer education is to cause bias, football
like a science need to first learn the theory and then practiced. When he immediately

8
practice then there is a gap of knowledge theory that has not in introduces yet. This
will be very influential when he is an adult, mistakes in play usually occur, the
mentality also becomes a problem when players do not understand the values of
sportmanship in football, which should be taught from an early age but missed when
the structure of education is still like the present .
By using the Rationalist Approaches method, which needs to base the design on
various elements related to the design, such as making the design of early soccer
academy, it is necessary to learn about the needs of children, football rules and
because it is an educational institution it is necessary to look in terms of the rules of
the ministry of education. Of those things, then comes the design that adjusts the
needs of users and the results are more measurable. So that can produce football
players of quality and balanced between formal education and education football.

Keywords : Football, Academy, School, Child, Behavior, Regeneration

9
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ____________________________________________________ vi
ABSTRACT ___________________________________________________ viii
DAFTAR ISI___________________________________________________ x

DAFTAR GAMBAR ____________________________________________ xi


DAFTAR TABEL _______________________________________________ xii

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ______________________________________ 1
I.2 Isu dan Konteks Desain _______________________________ 2
I.3 Permasalahan dan Kriteria Desain _______________________ 3
BAB I1 PROGRAM DESAIN
II.1 Rekapitulasi Program Ruang ___________________________ 5
II.2 Deskripsi Tapak_____________________________________ 9
BAB I11 PENDEKATAN DAN METODA DESAIN
III.1 Pendekatan Desain __________________________________ 13
III.2 Metoda Desain _____________________________________ 14
BAB IV KONSEP DESAIN
IV.1 Eksplorasi Formal __________________________________ 17
IV.2 Eksplorasi Teknis ___________________________________ 18
BAB V DESAIN
V.1 Eksplorasi Formal ___________________________________ 23
V.2 Eksplorasi Teknis ____________________________________ 25
BAB VI KESIMPULAN _________________________________________ 35

DAFTAR PUSTAKA ____________________________________________ 36

10
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sekolah Sepakbola ................................................................................ 2


Gambar 2.1 Site .......................................................................................................... 9
Gambar 2.2 Lokasi Site ............................................................................................. 10
Gambar 2.3 Tata Ruang Kota .................................................................................... 11
Gambar 3.1 Aksonometri Struktur ........................................................................... 15
Gambar 3.2 Skema Aliran Listrik ............................................................................. 16
Gambar 4.1 Football School ..................................................................................... 17
Gambar 4.2 Site ........................................................................................................ 18
Gambar 4.3 Site Plan ................................................................................................ 18
Gambar 5.1 Site Plan ............................................................................................... 23
Gambar 5.2 Lay Out ................................................................................................. 24
Gambar 5.3 Denah Sekolah Formal ......................................................................... 25
Gambar 5.4 Denah Sekolah Sepakbola ................................................................... 26
Gambar 5.5 Denah Asrama ..................................................................................... 27
Gambar 5.6 Tampak Selatan & Utara .................................................................... 28
Gambar 5.7 Tampak Timur & Barat ...................................................................... 29
Gambar 5.8 Potongan ............................................................................................. 30
Gambar 5.9 Aksonometri Struktur ......................................................................... 31
Gambar 5.9.1 Perspektif Mata Burung .................................................................. 32
Gambar 5.9.2 Lapangan Bola ................................................................................ 33
Gambar 5.9.3 Sport Ramp ..................................................................................... 33
Gambar 5.9.4 Cafetaria ......................................................................................... 33
Gambar 5.9.5 Entrance ......................................................................................... 33
Gambar 5.9.6 Sekolah Formal ............................................................................. 33
Gambar 5.9.7 Asrama Akademi ............................................................................ 33

11
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fasilitas Utama dan Kegiatan ...................................................................... 6


Tabel 2.2 Fasilitas Pendukung .................................................................................... 6
Tabel 2.3 Tabel Kebutuhan Ruang Sekolah Sepakbola ............................................... 7
Tabel 2.4 Asrama dan Sekolah Formal ........................................................................ 8

12
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perjalanan sepakbola Indonesia menjadikan Indonesia negara


tercatat dalam sejarah pertama kali terbanyak peraih runner-up dari
tampil dan tercatat mulai sejak 5 Juni seluruh negara peserta Piala AFF). Di
1938 memulai debut melawan ajang SEA Games pun Indonesia
Hungaria, walau masih menggunakan jarang meraih medali emas, yang
nama Hindia Belanda. (Wikipedia, terakhir diraih tahun 1991. (Wikipedia,
2015) 2016)
Peringkat Indonesia di FIFA
Kiprah yang bersejarah bagi semakin menurun, dalam sejarahnya,
sepakbola Indonesia, ialah saat meraih Indonesia pernah menembus peringkat
prestasi gemilang pertama ketika 87 daftar peringat FIFA pada 1998 dan
Indonesia secara mengejutkan mampu 2001. Sejak 2001 itulah peringkat
lolos ke ajang Piala Asia untuk Indonesia terus menurun. Pada 2004,
pertama kalinya. Bermain di Arab Indonesia terakhir menghuni 100 besar
Saudi sebagai tuan rumah, pasukan dengan peringkat 91. Setelah itu,
Danurwindo tersebut bahkan sukses Indonesia selalu berada di bawah
menahan imbang tim kuat, Kuwait, peringkat 100 dunia. (Tempo, 2015)
dengan skor 2-2. Kemudian sea games Satu masalah yang juga hadir
1997 indonesia dengan semangat yang yaitu akibat kurang-nya regenerasi di
membara mampu melaju ke final tim nasional karena, pemain asli
dengan gagah,walau memang harus Indonesia sendiri sulit bersaing dengan
memang mengakui keunggulan pemain asing yang di datangkan ke
Thailand di final. Indonesia. Pembinaan usia muda di
mulai baru saat mereka remaja, usia
Namun patut disayangkan yang baik untuk mulai mengenal
olahraga rakyat ini sudah sangat jauh sepakbola ialah di usia 5 – 12 Tahun di
dari prestasi,untuk sekedar prestasi tim saat bakat-bakat ini masih berusia dini,
nasional (TIMNAS) di kancah (Timo Sheunemann, 2012) Sedangkan
persepakbolaan tingkat Asia Tenggara di Indonesia sendiri kebanyakan fokus
saja Indonesia belum pernah meraih di saat pemain berusia belasan yang
juara, prestasi terbaik di piala AFF artinya sudah terlambat untuk
hanya menjadi runner-up pada tahun perkembangan kemampuan
2000, 2002, 2004, 2010 dan 2016 (dan sepakbolanya.

13
1.2 Isu dan Konteks Desain

Isu yang diangkat adalah tentang umur 9 sampai 12 Tahun misalnya,


sepakbola indonesia yang tidak hanya di perbolehkan latihan 3 kali
terstruktur, sekolah sepakbola di seminggu dengan durasi latihan 120
indonesia biasanya langsung melompat menit, hal ini berbanding terbalik
pada skill, fisik padahal pada usia dini dengan yang ada pada kebanyakan
yang harus di perhatikan pada sekolah sepakbola di Indonesia yang
pertumbuhan anak bukan hanya tidak tersistem dengan baik sehingga
tentang itu, misalnya pada buku kadang porsi latihan kadang lebih lama
kurikulum dan pedoman dasar maupun kurang dari itu, tentu itu
sepakbola indonesia karya Timo merupakan masalah.
Scheunemann, ada perbedaan porsi
latihan pada berbagai usia, pada anak
menyenangkan dan tanpa ada kesan
pemaksaan. Perlu di buat sebuah
arsitektur yang mampu mewadahi
kegiatan sekolah formal maupun
sekolah sepakbola yang
menyenangkan,namun disisi lain juga
bisa melahirkan sebuah Perilaku anak
yang disiplin,termotivas dsb. Melalui
Arsitektur Behaviour bisa dididik
untuk bisa memaksimalkan potensi
Gambar 1.1 Sekolah Sepakbola anak,dalam hal ini agar potensi
sepakbola anak keluar. Tentu ketika
Konteks Desain berhasil maka isu tentang Regenerasi
sepakbola di indonesia bisa secepatnya
Konteks Desain yaitu Sekolah yang teratasi.
berfokus pada pengembangan
sepakbola bagi anak usia dini. 1.2 Permasalahan dan Kriteria Desain
Mempunyai kemiripan dengan Sekolah
Kejuruan, sekolah yang mengajarkan Permasalahan desain
juga pelajaran umum, namun berfokus 1. Kurang tersedianya fasilitas
pada jurusan yang ingin di ambil yang representatif bagi
siswa. Di perlukan pendekatatan sepakbola khusus anak usia
ekstrinsik berkaitan Perilaku Pengguna dini.
(Behavior). 2. Kurang adanya fasilitas
Maka pada tahap awal, dilakukan pendidikan yang mewadahi
analisis mengenai karakteristik anak terciptanya “student athlete”
usia dini (U9-12) ditemukan bahwa 3. Fasilitas tidak dirancang
anak di usia 9 sampai 12 Tahun yang khusus, namun dibuat secara
merupakan faktor penting dalam umum sehingga tidak bisa
akademi sepakbola ini tidak bisa merepresentasi suatu pengguna
dipaksa,ketika mereka dipaksa maka khusus.
hasilnya akan buruk bagi
perkembangan diri dari seorang anak,
sehingga pertumbuhannya tidak
maksimal, perlu dengan sesuatu yang

14
seorang atlit perlu kedisiplinan
Kriteria Desain tinggi.ruang di dalam
arsitektural ini diharapkan
1. Desain harus bisa menjadi mampu mengarahkan anak ke
wadah, mengajarkan tentang tujuan tersebut.
kedisiplinan, kepemimpinan, 3. Kunci menjadi atlit hebat ialah
melalui Behaviour kebiasaannya untuk terus
Modification, Perilaku-perilaku berlatih, latihan baginya sudah
yang ingin di tanamkan bisa menjadi kebutuhan, di dalam
mewadahi di dalam ruang arsitektur ini di desain agar
Arsitektur sehingga bisa dapat membantu anak menjadi
membentuk sebuah kebiasaan terbiasa dengan latihan,
baru. sehingga menjadi habit baginya
2. Dibuat untuk mengajarkan anak ketika latihan sudah menjadi
agar selalu di siplin tanpa perlu habit atau kebiasaan, maka
di awasi, karena untuk menjadi prestasi hanya masalah waktu.

15
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

16
BAB II

Program Desain

II.I Rekapitulasi Program Ruang

Objek rancang merupakan sebuah segala kesempatan dan peluang yang


Akademi Sepakbola, sebuah institusi ada. Pemain tidak lagi hanya
layaknya Akademi Militer,Menurut mengandalkan bakat sepakbola semata
Kamus Besar Bahasa Indonesia karena di era modern ini setiap Negara
(KBBI) Akademi adalah sebuah berlomba-lomba untuk menciptakan
lembaga pendidikan yang mendidik pemain dengan ilmu pengetahuan dan
tenaga profesional. Akademi Sports Science sehingga pemain kini
diperlukan agar perkembangan yang sudah menjadi industry bisa
sepakbola dan pendidikan bisa berjalan dijalani secara professional.
berkesinambungan, tanpa perlu b. Sekolah Formal
mengorbankan salah satunya, Akademi Sekolah Formal disini berupa
menjadi solusi permasalahan sekolah setara usia anak (9 – 12)
Sepakbola di indonesia, sehingga Tahun maka kurikulum yang diajarkan
perkembangan sepakbola menjadi disini untuk anak usia 9 - 12 Tahun
lebih terkontrol, lebih efisien, juga masih kurikulum Sekolah Dasar (SD)
efektif. Karena intensitas yang terjadi Agar anak tidak harus mengorbankan
di Akademi yang berbasis Sepakbola pendidikan formalnya untuk bermain
ini. sepakbola, jika berjalan beriringan bisa
saja anak mampu untuk berhasil di
2.2 Jenis Kegiatan dalam sepakbola dan juga
2.2.1 Aktivitas Utama dilingkungan formal, misalnya bisa
a. Sekolah Sepakbola lanjut ke jenjang perguruan tinggi
Sekolah sepakbola merupakan untuk mengejar ilmu yang lebih tinggi.
fasilitas utama yang menyediakan
kegiatan pelatihan dan pengajaran 2.2.2 Aktivitas Penunjang
sepakbola mulai dari hardskill berupa Kegiatan ini berfungsi untuk
teknik dalam bermain sepakbola menunjang kegiatan utama. Kegiatan
hingga softskill yang mengajarkan ini meliputi pengelolaan objek,
tentang filosofi permainan sepakbola, administrasi, ibadah, pengamanan dan
juga dasar dari pengajaran pelatih agar kegiatan penunjang lainnya.
pemain bisa mempunyai dasar bahasa 3.3 Pelaku Aktivitas
sepakbola baku yang benar agar Pelaku aktivitas digolongkan menjadi
komunikasi antara pemain dan pelatih 1. Pemain Sepakbola : Peserta
bisa terkoneksikan sehingga pemain Akademi sepakbola ( Anak usia dini)
tidak hanya pintar dalam mengolah 2. Staf Pengajar : Sekolah
bola namun juga pandai dalam formal maupun Sekolah Sepakbola
berfikir, karena di era sepakbola 3. Karyawan : Pengelola Teknis
modern pemain tidak hanya dituntut Akademi,yang menjaga fasilitas tetap
agar memiliki skil yang mumpuni tapi prima.
bagaimana mampu memanfaatkan

17
Fasilitas Utama dan Kegiatan
Fasilitas Kegiatan

Asrama Tempat tinggal pemain selama mengikuti


proses belajar mengajar.
Play Room Tempat multifungsi belajar dan bermain,
ruang komunal yang bisa juga sebagai tempat
makan.
Cafetaria Ruang komunal, untuk makan minum bagi
pemain dan pelatih, sarana mengakrapkan
diri.
Ruang Kelas Tempat belajar di sekolah formal
Perpustakaan Tempat membaca buku
Laboratorium Tempat untuk belajar sains
Locker room Tempat berganti pakaian, belajar teori
sepakbola, juga sebagai interaksi sosial antar
pemain dan pelatih.
Sport Ramp Sarana sirkulasi utama, pada bangunan
sekolah sepakbola, juga sebagai sarana
latihan.
Tabel 2.1 Fasilitas utama dan Kegiatan

Fasilitas Pendukung
Fasilitas Kegiatan

Kantor administrasi Akademi Mengadministrasi akademi sepakbola, baik


dari segi sepakbola dan sekolah formal
Ruang test Sebagai sarana mengetes siswa baru akademi
Ruang ME Tempat menyimpan pompa, genset, juga
gudang
Ruang Guru Tempat guru beraktivitas selain ruang kelas
Meeting Room Tempat berkumpul guru
Musholla Tempat beribadah umat muslim
Medical Room Tempat untuk mengobati pemain cedera.
Lobby Tempat tamu diterima
Loading Dock Tempat bongkar muat kebutuhan harian
akademi
Toilet Toliet Pria, dan wanita
Tabel 2.2 Fasilitas Pendukung

18
No Nama Ruang Kapasitas Luas Unit Total Sumber
Ruang Kebutuhan
Ruang
Football School
1. Lobby 10 Orang 1,1 – 1,4 1 47 m2 Metric
m2/Orang
2. Football Corner 40 Orang 1 47 m2
3. Medical Room 4 Orang 1 44 m2
4. Ruang 2 48 m2
Mekanikal
Elektrikal
5. Toilet 10 Orang 2 26 m2
6. Kitchen 1 58 m2
7. Locker Room 20 Orang 2 52 m2
8. Stock room 1 59 m2
9. Head Coach 4 Orang 1 45 m2
Room
10. Cafetaria 100 2 316 m2
Orang
11. Staff Room 10 Orang 1 48 m2
12. Musholla 20 Orang 54 m2
13. Academy 53 m2
Werehouse
14. Meeting Room 20 Orang 1 18 m2
15. Play Room 1 41 m2
16. Communal 1 25 m2
Room
17. Dormitory 4 Orang 4 20 20 m2
m2/Orang

Tabel 2.3 Tabel Kebutuhan Ruang Sekolah Sepakbola

No. Nama Ruang Kapasitas Luas Unit Total Sumber


Ruang Kebutuhan
Ruang
Formal School and Academy Office’s
1. Kantin 1 43 m2
2. R. Mekanikal 1 46 m2
Elektrikal
3. Ruang Kelas 20 Orang 4 80 m2 Kementrian
Pendidikan
4. Laboratory 1 152 m2
5. Library 1 105 m2
6. Meeting Room 20 1 60 m2
7. Administration 1 67 m2
Office
8. Offices 1 65 m2

19
9. Pantry 1 25 m2
10. Musholla 1 64 m2
11. Toilet 10 Orang 2 23 m2
12. Test Room 1 26 m2
(Physical)
13. Test Room 1 24 m2
(Academic)
14. Academy 1 57 m2
Administration
Office
15 Football 1 30 m2
Corners
16. Lobby 1 40 m2

Tabel 2.4 Asrama dan Sekolah Formal

II. 2 Deskripsi Tapak • Legal : memberikan


uraian hukum mengenai lahan
milik, hak-hak hukum
Analisis Site pemerintah sekarang (kota atau
daerah).
Menurut Edward T. White (1986)
• Natural Psysical Features
dalam bukunya Site Analysis. Terdapat
: Meliputi kontur, pola
beberapa hal yang dapat membantu
drainase, daya dukung,
dalam mempertimbangkan lokasi yang
pepohonan dan lain-lain.
akan dipilih, antara lain:
• Circulation :
• Location : Peta yang
Menggambarkan seluruh pola-
menjelaskan lokasi site.
pola pergerakan kendaraan dan
• Neighbourhood context : pejalan kaki di atas dan sekitar
Menggambarkan lingkungan tapak.
sekitar tapak yang berbatasan
• Utilities : Meliputi listrik,
langsung atau lingkungan
gas, saluran air dan
sekitar, bangunan-bangunan,
komunikasi.
dan tata wilayah yang
berpengaruh terhadap objek • Sensory : Berhubungan
rancang. dengan view sekitar tapak,
kebisingan di sekitar tapak.
• Site and zoning :
menjelaskan tentang ukuran • Climate : Menyajikan
site dan klasifikasi tata wilayah seluruh kondisi iklim yang
yang ada dengan semua aspek- berhubungan.
aspek dimensionalnya (garis
sempadan, ketentuan parkir,
tata guna dan sebagainya).

20
1.9 Kriteria Lokasi Lokasi terletak di Jl. Stadion Gelora
Bung Tomo, kecamatan benowo, Kota
Lokasi yang di rencanakan Surabaya (Berada di lingkungan
harus memenuhi beberapa faktor Stadion Gelora Bung Tomo).
kebutuhan dan sasaran yang ingin
dicapai. Sehingga tujuan dari latar
belakang perancangan objek dapat
terwujud. Berdasarkan kebutuhan dan
sasaran, karena konten bangunan ini
merupakan bangunan public yang
ditujukan untuk mengembangkan
pendidikan serta kemampuan bermain
sepakbola,maka perlu pertimbangan
beberapa faktor berikut :

A. Geografis

- Lokasinya berada di
pinggiran kota

- Dekat dengan tempat


olahraga sejenis
(Stadion)

Kajian Lokasi
Analisa Lokasi Berdasarkan Teori
Edward T White
Analisa lokasi lahan pada
kecamatan benowo diterapkan
berdasarkan teori Edward T White
melalui bukunya Site Analysis. Ada

Gambar 2.1 Site

faktor tertentu yang mempengaruhi


objek berdiri pada suatu tapak antara
lain :
A. Lokasi

21
B. Lingkungan Sekitar

Lahan terletak pada daerah


sekitar wilayah stadion Gelora
Bung Tomo.
Timur : Rawa - Rawa
Utara : Perumahan
Barat : Rawa - Rawa
Selatan : Tempat Pembuangan
Sampah Akhir (TPSA)

C. Site dan Zoning

Site dan Zoning merupakan


kajian khusus mengenai
tapak/lahan untuk menentukan
ukuran, batas, serta izin dalam
merancang objek yang berada
pada tapak tersebut. Site and
Zoning dibagi menjadi dua
bahasan antara lain:

1. Ukuran Site

Luas lahan sekitar 50.000 m2.


Gambar 2.2 Lokasi Site

22
Gambar 2.3 Tata Ruang kota memiliki akses yang cukup
2. Tata Guna Wilayah baik dengan ukuran jalan 8
meter,cukup untuk dua truk
Berdasarkan dinas tata ukuran besar untuk
ruang kota Surabaya. melewatinya. Juga situasi
Fungsi dari lahan kecamatan benowo yang belum
diperuntukan sebagai sepadat daerah Surabaya lain
fasilitas umum. sehingga masalah sirkulasi
D. Natural Physical Feature masih bisa teratasi.
G. Iklimasi
Surabaya merupakan sebuah
kota pantai yang berada pada Kota Surabaya memiliki iklim
dataran rendah antara 3-6 meter tropis seperti wilayah indonesia
di atas permukaan laut. yang berada di garis selatan
E. Man Made Feature khatulistiwa. Temperatur Kota
Surabaya cukup panas yaitu
Daerah sekitar lahan rata-rata antara 22,60 – 34,10,
merupakan daerah permukiman dengan tekanan udara rata-rata
penduduk. Sehingga sudah antara 1005,2 – 1013,9 milibar
terdapat sarana penunjang dan kelembaban antara 42% -
seperti saluran drainase dan 97%. Kecepatan angin rata-rata
jalan yang cukup baik. perjam mencapai 12 – 23 km,
F. Sirkulasi curah hujan rata-rata antara 120
– 190 mm.
Lokasi lahan yang terletak di
kecamatan benowo ini

23
1.9.1 Analisa Lokasi berdasarkan b. Weakness
Metode SWOT
- Lahan eksisting yang
Jika di lihat dengan cara berupa rawa- rawa
menggunakan metode SWOT membuat lahan ini perlu
(Strength, Weakness, diolah dahulu sebelum
Opportunity, Threat) pada
di gunakan dan juga
lahan ini, maka dihasilkan :
a. Strength rawan terjadinya banjir.

- Jauh dari kebisingan


c. Opportunity
kota, Cocok bagi
akademi sepakbola - Belum adanya akademi
yang membutuhkan sepakbola yang
ketenangan. representative di
Surabaya bahkan level
- Akses ke kota yang
nasional
cukup dekat (Sekitar 1
jam ke pusat kota)
d. Threats
- Dekat dengan fasilitas
olahraga (Stadio Gelora
Bung Tomo)

24
BAB III
Pendekatan dan Metoda Desain

3.1 Pendekatan Desain informasi spesifik (misalnya mengenai


Konteks Desain yaitu Sekolah yang lahan, program) tersebut digunakan
berfokus pada pengembangan dalam perancangan. Terdapat
sepakbola bagi anak usia dini. parameter – parameter untuk
Mempunyai kemiripan dengan Sekolah mengevaluasi alternatif yang ada.
Kejuruan, sekolah yang mengajarkan Permasalahan arsitektur pada objek
juga pelajaran umum namun berfokus rancang ini berkaitan dengan isu anak
pada jurusan yang ingin di ambil usia dini Dalam merancang diperlukan
siswa. Di perlukan pendekatatan pertimbangan khusus mengenai
ekstrinsik berkaitan dengan sense dimensi,warna,organisasi ruang
(Indera Manusia), serta Perilaku terhadap sisi psikologis anak. Ketika
Pengguna (Behavior). Maka pada masih berusia belia anak tidak bisa
tahap awal, dilakukan analisis dipaksa dalam melakukan sesuatu.
mengenai karakteristik anak usia dini Cara paling efektif dalam mengajari
(U9-12) ditemukan bahwa anak di usia anak ialah dengan bermain sambil
9 sampai 12 Tahun yang merupakan belajar.
factor penting dalam akademi 3.2.1 Anak Usia Dini
sepakbola ini tidak bisa dipaksa,ketika Lickona (dalam Woolfolk, 2006)
mereka dipaksa maka hasilnya akan mengatakan bahwa variasi dalam
buruk bagi perkembangan diri dari situasi akan menghasilkan variasi
seorang anak, sehingga dalam perilaku. Suasana yang
pertumbuhannya tidak maksimal, perlu dibangun dalam satu situasi yang
dengan sesuatu yang menyenangkan mendekati kehidupan yang sebenarnya,
dan tanpa ada kesan pemaksaan. Perlu
dapat menyebabkan anak menjadi
di buat sebuah arsitektur yang mampu
kaya akan pengalaman. Anak tidak
mewadahi kegiatan sekolah formal
maupun sekolah sepakbola yang saja berpikir dan bertindak dari sisi
menyenangkan,namun disisi lain juga kognitifnya saja, namun juga
bisa melahirkan sebuah Perilaku anak menggunakan atau mengasah ranah
yang disiplin,termotivas dsb. Melalui non kognitifnya. Dengan demikian
Modified Behaviour anak bisa dididik mereka dapat berkembang secara
untuk bisa memaksimalkan potensi optimal menjadi manusia seutuhnya
anak,dalam hal ini agar potensi (secara horisontal dan vertikal).
sepakbola anak keluar.
Tentu ketika berhasil maka isu tentang Anak belajar melalui berbagai cara
Regenerasi sepakbola di indonesia bisa antara lain melalui imitasi, melakukan
secepatnya teratasi. sesuatu atau mencoba dan mengalami
3.2 Metode Perancangan (Einon, 2005). Lingkungan
Menurut kari jormakka dalam Basics menyediakan sesuatu yang dibutuhkan
Design Methods, terdapat beberapa anak, dan anak akan memanfaatkan
klasifikasi metoda desain, metoda yang apa yang ditawarkan oleh lingkungan.
dipilih dalam proses perancangan ini Orang dewasa dapat melatih,
adalah Rationalist Approaches. Dalam menjelaskan, dan mengoreksi anak,
pendekatan rasional, arsitektur
atau menunjukkan sesuatu kepada
membutuhkan adanya pengetahuan
anak. Oleh karena itu yang dapat dila-
dasar di berbagai bidang di luar
arsitektur. Dasar yang rasional dan kukan adalah membantu anak untuk

25
melibatkan dan mendorong anak untuk sepakbola disore hari hingga malam.
mencoba dan mengalami. Anak Ritme yang terus dipertahankan
mempu- nyai bakat atau kemampuan membuat setiap pemain sudah
yang telah dibawa sejak lahir, namun merasakan denyut dari sepakbola itu
bakat atau kemampuan tersebut tidak sendiri. Denyut berupa kompetisi, yang
akan berkembang apabila tidak membangun,serta memberikan
persaingan yang ketat sehingga setiap
memperoleh rangsangan dari
pemain merasa mereka harus terus
lingkungannya
berlatih agar bisa meraih hasil yang
Pendidikan anak usia dini merupakan maksimal. Ini nilai-nilai yang ingin
suatu bentuk stimulasi yang pada ditanamkan didalam setiap pemain
dasarnya adalah upaya-upaya didikan Akademi ini.
intervensi yaitu menciptakan Dengan metode pendekatan rasional,
lingkungan sekitar anak usia dini agar didapatkan data mengenai karakteristik
mampu menstimulasi seluruh aspek dan kebutuhan pengguna, khususnya
perkembangan anak. Intervensi sepakbola untuk anak yang berusia dini
merupakan sejumlah informasi yang yang menjadi acuan utama. Informasi
diatur melalui pembelajaran tertentu tersebut diolah menjadi respond dan
untuk pertumbuhan, perkembangan konsep yang spesifik.
maupun perubahan perilaku
Melalui objek Arsitektur berupa
Akademi Sepakbola ini yang menjadi
acuan adalah perilaku anak, juga 3.2.3 Arsitektur dan Perilaku Manusia
psikologinya, ketika seorang anak Lingkungan fisik mempengaruhi
masuk ke akademi untuk mengejar psikologi, perilaku, serta pengalaman
impiannya, ia akan masuk ke situasi manusia. Bukan hanya aspek fisik
baru yang bisa membuatnya nervous seperti cahaya, bunyi, bentuk, dan
dan grogi untuk itu seperti yang warna yang mempengaruhi psikologi
dijelaskan Lickona bahwa akademi ini manusia. Aspek lain seperti organisasi
perlu dibuat atau direkayasa memiliki ruang dan pemaknaan, skala, dan hal
kesan yang sangat kekeluargaan yang lebih spesifik lainnya dapat
sehingga anak yang masuk disini bisa mempengaruhi psikologi penggunanya.
nyaman imbasnya ia akan bisa Arsitektur dapat mempengaruhi
menikmati hari-harinya disini dengan perilaku penggunannya dengan empat
demikian hasil yang baik bisa tercapai. cara (Calhoun, 1995) yaitu
menghalangi perilaku, mengundang
3.2.2 Akademi Sepakbola perilaku, membentuk kepribadian,
Akademi sepakbola merupakan sebuah serta mempengaruhi citra diri. Ruang
institusi pendidikan yang menerapkan lingkup dalam arsitektur dan perilaku
konsep kepelatihan yang mencoba mencakup tiga hal (Moore dalam
mengembangkan pemain sepakbola Snyder & Catanese,1994) Pertama
sejak usia dini, ditanamkan nilai-nilai adalah fenomena lingkungan-perilaku,
sepakbola,disiplin serta menanamkan contohnya proxemics. Proxemic adalah
karakter yang mencerminkan seorang jarak tertentu yang dianggap manusia
olahragawan sejati yang menjunjung nyaman untuk melakukan interaksi
nilai-nilai sportivitas. Akademi social. Jarak tersebut berbeda-beda
sepakbola sudah sepaket dengan pada tiap individu. Fenomena-
pendidikan formal, di inggris fenomena seperti ini perlu
contohnya mereka sekolah dipagi hari dipertimbangkan dalam proses
lalu beristirahat kemudian berlatih perancangan disesuaikan dengan

26
kelompok pengguna. Dengan metode (U9-U12). Informasi tersebut diolah
pendekatan rasional, didapatkan data menjadi respond an konsep yang
mengenai karakteristik dan kebutuhan spesifik.
pengguna, khususnya anak usia dini

IV. 2 Eksplorasi Teknis Aksonometri Struktur

Sistem Struktur
Sistem struktur yang dugunakan adalah
struktur kolom balok, material dari
beton, kolom yang dibuat sengaja
dengan dimensi yang lebih besar,
dengan pertimbangan bahwa jika suatu
ketika sekolah perlu menambah ruang,
salah satu pilihan dengan menambah
lantai maka kolom dipastikan mampu
Gambar 3.1 Aksonometri Struktur
menahan beban berlebih.

27
Sistem Elektrikal Listrik yang bersumber dari PLN
dialirkan ke Miniature Circuit Breaker
Skema Aliran Listrik (MCB) yang
Terletak di ruang ME (Sekolah
Formal). Dari MCB, Listrik dialirkan
ke masing-masing panel listrik per
masa bangunan. Genset di letakan di
ruang ME Sekolah Formal karena
menghindari Suara bising di Asrama,
mengingat sekolah hanya digunakan
disiang hari.

Gambar 3.2 Skema Aliran Listrik

28
BAB IV
KONSEP DESAIN

4.1 Konsep Akademi Sepakbola tampil maksimal, semisal dengan lebih


banyak berlatih di gym sehingga
Akademi Sepakbola merupakan ototnya bisa lebih besar dan mampu
suatu institusi pendidikan berbasis bertarung di lapangan dengan lebih
sepakbola, sama dengan halnya kuat.
Akademi Militer yang juga merupakan
Institusi pendidikan berbasis Akademi Sepakbola ini menggunakan
kemiliteran, keduanya mempunyai pendekatan secara Behaviour dengan
tujuan yang sama yakni menciptakan berfokus pada pengguna objek
seorang yang tahu makna dibalik arsitektural ini. Dengan konsep
kemiliteran maupun sepakbola di behavior atau perilaku manusia dengan
akademi diajarkan kemampuan yang rancangan bisa dengan mendesain
mendasar hingga yang advance . suatu desain yang menghalangi
Untuk di akademi sepakbola diajarkan perilaku, jika pemain di beri suatu
tentang dua hal yakni Hardskill berupa kamar sendiri ia akan lebih mudah atau
cara mengolah bola, kemudian teknik- cenderung menjadi penyendiri dan
teknik sepakbola yang mendasar. merasa tidak membutuhkan orang lain,
Diharapkan dari hal yang mendasar jika ingin suatu kebersamaan maka
inilah para peserta didik mampu untuk desainlah suatu kamar yang bisa terdiri
mengembangkan dirinya didalam dari beberapa anak maupun juga bisa
sepakbola. Berbeda dengan yang dengan cara tanpa kamar namun
bukan lulusan akademi ia cenderung berupa barak yang seperti cara militer
melakukan semua sendiri namun yang dibuat tempat tidur tanpa
pemain dengan didikan akademi pembatas. Juga selain menghalangi
mampu untuk lebih teratur, disiplin perilaku ketika menginginkan suatu
serta paham tentang filosofi dan makna perilaku bisa tercipta maka bisa dengan
dibalik cara bermain sepakbola yang cara “Mengundang Perilaku” Melalui
dianut negaranya atau klubnya. desain, semisal ketika mendesain ruang
Sehingga membuat lulusan akademi belajar untuk menambah fokus belajar
seperti mempunyai kelas tersendiri dari bisa dengan menggunakan material
pemain yang hanya sekedar bakat, yang nyaman dan juga menggunakan
karena di akademi sudah menggunakan warna cat yang berwarna sehingga
sports science untuk memaksimalkan mengundang keinginan belajar.
kemampuan setiap pemain agar bisa

Gambar 4.1 Football School

29
4.2 Eksplorasi Formal

Eksplorasi desain 1
Eksplorasi awal dilakukan berkaitan dengan lahan dan zoning. Lahan berbatasan
langsung dengan dua jalan, jalan jawar dan jalan stadion bung tomo.

penanda fungsi bangunan yang


JL. Jawar
merupakan Akademi Sepakbola.

JL. Stadion Bung Tomo

Gambar 4.2 Site

Jalur yang digunakan hanya di jalan


jawar, karena merupakan jalan umum,
jalan stadion bung tomo sering ditutup
saat tidak ada pertandingan sepakbola, Bentuk Shape sendiri di ambil dari
dengan alasan tersebut maka jalur penelitian Cristopher Day tentang anak
keluar masuk pada site akan
ditempatkan pada jalan jawar. yang menggambarkan jika anak itu
menyukai sesuatu yang mengalir dan
Eksplorasi desain 2
Alur sirkulasi yang hadir kemudian tidak monoton. Shape memberi kesan
dibuat agar fleksibel, mengalir dan fleksibel dan lugas, tidak linier, dan
efektif.
Gambar 4.3 Site tidak membosankan.
Plan

Desain sengaja dibuat untuk


menonjolkan lapangan sepakbolanya,
bangunan sengaja di letakan di
belakang, dengan maksud agar
lapangan terekspos dan menjadi

30
31
32
33
34
BAB V
Desain
V.1 Eksplorasi Formal

Gambar 5.1 Site Plan

35
Gambar 5.2 Lay Out

36
Gambar 5.3 Denah Sekolah Formal

37
Gambar 5.4 Denah Sekolah Sepakbola

38
Gambar 5.5 Denah Asrama

39
Gambar 5.6 Tampak Selatan & Utara

40
Gambar 5.7 Tampak Timur & Barat

41
Gambar 5.8 Potongan

42
Gambar 5.9 Aksonometri Struktur

43
Gambar 5.9.1 Perspektif Mata Burung

44
Gambar 5.9.2 Lapanagan Bola Gambar 5.9.3 Sport Ramp

Gambar 5.9.4 Cafetaria Gambar 5.9.5 Entrance

Gambar 5.9.6 Sekolah Formal Gambar 5.9.7 Asrama Akademi


45
1(Halaman ini sengaja dikosongkan)

46
BAB VI

Kesimpulan

Akademi Usia Dini di rancang menginginkan sebuah prestasi, karena


berdasarkan isu mengenai regenerasi tidak ada yang datang dengan murah
pada sepakbola di Indonesia, gap yang dan cepat. Perlu rencana jangka
ditinggalkan membuat prestasi panjang agar keinginan dapat terwujud.
sepakbola Indonesia menjadi tidak Akademi Sepakbola ini bisa menjadi
menentu, di harapkan dengan desain batu loncatan pemain berusia 9 – 12
ini, yang berfungsi sebagai Akademi Tahun menuju jenjang selanjutnya,
Sepakbola Usia Dini ini mampu Usia ini merupakan tahap fondasi
memberi sumbangsi bagi kemajuan sehingga sangat penting bagi
sepakbola indonesia, memang perlu perkembangan pemain, ketika
waktu agar pemain-pemain yang di fondasinya sudah cukup kuat,
didik tumbuh dewasa,namun begitulah membangun tembok dan atapnya
proses yang harus di lalui ketika hanya perlu waktu.

47
DAFTAR PUSTAKA

[1] Scheunemann, S Timo , Kurikulum & Pedoman Dasar Sepakbola Indonesia,


PSSI, Jakarta (2012)
[2] Laurens, Marcella Joyce , Arsitektur Perilaku Manusia, Irasindo, Surabaya (2004)
[3] Day, Christopher , Environment and Children, Architectural Press (2007)

48

Anda mungkin juga menyukai