141581
DOSEN PEMBIMBING:
NUR ENDAH NUFFIDA ,ST.,MT.
PROGRAM SARJANA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
LAPORAN TUGAS AKHIR - RA.141581
DOSEN PEMBIMBING:
NUR ENDAH NUFFIDA ,ST.,MT.
PROGRAM SARJANA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
FINAL PROJECT REPORT - RA.141581
TUTOR :
NUR ENDAH NUFFIDA ,ST.,MT.
UNDERGRADUATE PROGRAM
DEPARTEMENT OF ARCHITECTURE
FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
LEMBAR PERNYATAAN
NRP : 3213100701
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya buat adalah hasil karya
saya sendiri dan benar-benar dikerjakan sendiri (asli/orisinil), bukan merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain. Apabila saya melakukan penjiplakan terhadap karya
mahasiswa/orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang akan
dijatuhkan oleh pihak Jurusan Arsitektur FTSP - ITS.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran yang penuh dan
akan digunakan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Akhir RA.141581
Junus Marthin A. K
NRP. 3213100701
5
ABSTRAK
Oleh
Junus Marthin Albertho Kbarek
NRP : 3213100701
Namun, beberapa waktu belakangan, prestasi sangat sulit di raih, Pemain yang dahulu
menjadi tulang punggung tim nasional Indonesia sudah terlampau tua untuk bersaing,
di saat yang sama tidak ada pengganti yang sepadan, akhirnya meninggalkan gap
yang besar pada sepakbola Indonesia. Regenerasi inilah kunci untuk tetap menjaga
nama baik di persepakbolaan Internasional.
Di sisi lain pembinaan pemain muda indonesia di mulai di usia belasan tahun,
berbeda dengan negara lain yang memulai pembinaan usia dini dari umur 5 Tahun,
sehingga pemain indonesia sudah ketinggalan sekian tahun dalam belajar sepakbola
dari negara lain.
Masalah lain yang muncul, pendidikan sepakbola yang tidak terstruktur ini
menimbulkan bias, sepakbola layaknya sebuah ilmu pengetahuan perlu belajar dahulu
teori lalu dipraktekan. Ketika ia langsung berpraktek maka ada gap pengetahuan teori
yang belum di ketahuinya. Hal ini akan sangat berpengaruh ketika ia sudah dewasa,
kesalahan-kesalahan dalam bermain biasanya terjadi, mentalitas juga menjadi masalah
ketika pemain kurang memahami nilai-nilai sportmanship dalam sepakbola, yang
seharusnya diajarkan sejak dini namun terlewat ketika struktur pendidikan tersebut
masih seperti yang ada saat ini.
Dengan menggunakan metode Rationalist Approaches, yang mana perlu mendasarkan
desain pada berbagai unsur yang terkait dengan desain, semisal membuat desain
6
akademi sepakbola usia dini maka perlu mempelajari tentang kebutuhan anak,
peraturan sepakbola dan karena merupakan sebuah institusi pendidikan maka perlu
melihat dari segi aturan kementrian pendidikan. Dari hal-hal tersebut, maka keluarlah
desain yang menyesuaikan kebutuhan pengguna dan hasilnya lebih terukur. Sehingga
bisa menghasilkan pemain-pemain sepakbola yang berkualitas serta seimbang antara
pendidikan formal dan pendidikan sepakbolanya.
7
ABSTRACT
By
Junus Marthin Albertho Kbarek
NRP : 3213100701
Football in Indonesia is very populist, every region in Indonesia would already have
his own football team. Every game is always filled with boisterous crowds. One thing
that makes football a prima donna in Indonesia or even in the world because of this
"simple" sport does not require expensive equipment, easy to do anywhere, so this
becomes a people's sport. Sport is not just a game but has become a unifying nation.
"Spirit on a nation depends on sport" is probably one of the expressions of how
precious the sport, especially football.
However, some time later, the achievements are very difficult to achieve, players who
used to be the backbone of the Indonesian national team is too old to compete, at the
same time there is no matching substitute, eventually leaving a big gap on Indonesian
football. Regeneration is the key to keeping a good name in international football.
On the other side of coaching young players in Indonesia began in the teen years,
unlike other countries that started early age coaching from the age of 5 years old, so
Indonesia youth players has missed so many years in learning football from other
countries.
Plus when the player gets into a football school, he will be bumped into his regular
school schedule, this creates a huge dilemma for the player, as he has to choose one,
become a football player with the consequences of losing basic education that a child
at his age feels or leaves football For education.
Another problem that arises, unstructured soccer education is to cause bias, football
like a science need to first learn the theory and then practiced. When he immediately
8
practice then there is a gap of knowledge theory that has not in introduces yet. This
will be very influential when he is an adult, mistakes in play usually occur, the
mentality also becomes a problem when players do not understand the values of
sportmanship in football, which should be taught from an early age but missed when
the structure of education is still like the present .
By using the Rationalist Approaches method, which needs to base the design on
various elements related to the design, such as making the design of early soccer
academy, it is necessary to learn about the needs of children, football rules and
because it is an educational institution it is necessary to look in terms of the rules of
the ministry of education. Of those things, then comes the design that adjusts the
needs of users and the results are more measurable. So that can produce football
players of quality and balanced between formal education and education football.
9
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ____________________________________________________ vi
ABSTRACT ___________________________________________________ viii
DAFTAR ISI___________________________________________________ x
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ______________________________________ 1
I.2 Isu dan Konteks Desain _______________________________ 2
I.3 Permasalahan dan Kriteria Desain _______________________ 3
BAB I1 PROGRAM DESAIN
II.1 Rekapitulasi Program Ruang ___________________________ 5
II.2 Deskripsi Tapak_____________________________________ 9
BAB I11 PENDEKATAN DAN METODA DESAIN
III.1 Pendekatan Desain __________________________________ 13
III.2 Metoda Desain _____________________________________ 14
BAB IV KONSEP DESAIN
IV.1 Eksplorasi Formal __________________________________ 17
IV.2 Eksplorasi Teknis ___________________________________ 18
BAB V DESAIN
V.1 Eksplorasi Formal ___________________________________ 23
V.2 Eksplorasi Teknis ____________________________________ 25
BAB VI KESIMPULAN _________________________________________ 35
10
DAFTAR GAMBAR
11
DAFTAR TABEL
12
BAB 1
PENDAHULUAN
13
1.2 Isu dan Konteks Desain
14
seorang atlit perlu kedisiplinan
Kriteria Desain tinggi.ruang di dalam
arsitektural ini diharapkan
1. Desain harus bisa menjadi mampu mengarahkan anak ke
wadah, mengajarkan tentang tujuan tersebut.
kedisiplinan, kepemimpinan, 3. Kunci menjadi atlit hebat ialah
melalui Behaviour kebiasaannya untuk terus
Modification, Perilaku-perilaku berlatih, latihan baginya sudah
yang ingin di tanamkan bisa menjadi kebutuhan, di dalam
mewadahi di dalam ruang arsitektur ini di desain agar
Arsitektur sehingga bisa dapat membantu anak menjadi
membentuk sebuah kebiasaan terbiasa dengan latihan,
baru. sehingga menjadi habit baginya
2. Dibuat untuk mengajarkan anak ketika latihan sudah menjadi
agar selalu di siplin tanpa perlu habit atau kebiasaan, maka
di awasi, karena untuk menjadi prestasi hanya masalah waktu.
15
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
16
BAB II
Program Desain
17
Fasilitas Utama dan Kegiatan
Fasilitas Kegiatan
Fasilitas Pendukung
Fasilitas Kegiatan
18
No Nama Ruang Kapasitas Luas Unit Total Sumber
Ruang Kebutuhan
Ruang
Football School
1. Lobby 10 Orang 1,1 – 1,4 1 47 m2 Metric
m2/Orang
2. Football Corner 40 Orang 1 47 m2
3. Medical Room 4 Orang 1 44 m2
4. Ruang 2 48 m2
Mekanikal
Elektrikal
5. Toilet 10 Orang 2 26 m2
6. Kitchen 1 58 m2
7. Locker Room 20 Orang 2 52 m2
8. Stock room 1 59 m2
9. Head Coach 4 Orang 1 45 m2
Room
10. Cafetaria 100 2 316 m2
Orang
11. Staff Room 10 Orang 1 48 m2
12. Musholla 20 Orang 54 m2
13. Academy 53 m2
Werehouse
14. Meeting Room 20 Orang 1 18 m2
15. Play Room 1 41 m2
16. Communal 1 25 m2
Room
17. Dormitory 4 Orang 4 20 20 m2
m2/Orang
19
9. Pantry 1 25 m2
10. Musholla 1 64 m2
11. Toilet 10 Orang 2 23 m2
12. Test Room 1 26 m2
(Physical)
13. Test Room 1 24 m2
(Academic)
14. Academy 1 57 m2
Administration
Office
15 Football 1 30 m2
Corners
16. Lobby 1 40 m2
20
1.9 Kriteria Lokasi Lokasi terletak di Jl. Stadion Gelora
Bung Tomo, kecamatan benowo, Kota
Lokasi yang di rencanakan Surabaya (Berada di lingkungan
harus memenuhi beberapa faktor Stadion Gelora Bung Tomo).
kebutuhan dan sasaran yang ingin
dicapai. Sehingga tujuan dari latar
belakang perancangan objek dapat
terwujud. Berdasarkan kebutuhan dan
sasaran, karena konten bangunan ini
merupakan bangunan public yang
ditujukan untuk mengembangkan
pendidikan serta kemampuan bermain
sepakbola,maka perlu pertimbangan
beberapa faktor berikut :
A. Geografis
- Lokasinya berada di
pinggiran kota
Kajian Lokasi
Analisa Lokasi Berdasarkan Teori
Edward T White
Analisa lokasi lahan pada
kecamatan benowo diterapkan
berdasarkan teori Edward T White
melalui bukunya Site Analysis. Ada
21
B. Lingkungan Sekitar
1. Ukuran Site
22
Gambar 2.3 Tata Ruang kota memiliki akses yang cukup
2. Tata Guna Wilayah baik dengan ukuran jalan 8
meter,cukup untuk dua truk
Berdasarkan dinas tata ukuran besar untuk
ruang kota Surabaya. melewatinya. Juga situasi
Fungsi dari lahan kecamatan benowo yang belum
diperuntukan sebagai sepadat daerah Surabaya lain
fasilitas umum. sehingga masalah sirkulasi
D. Natural Physical Feature masih bisa teratasi.
G. Iklimasi
Surabaya merupakan sebuah
kota pantai yang berada pada Kota Surabaya memiliki iklim
dataran rendah antara 3-6 meter tropis seperti wilayah indonesia
di atas permukaan laut. yang berada di garis selatan
E. Man Made Feature khatulistiwa. Temperatur Kota
Surabaya cukup panas yaitu
Daerah sekitar lahan rata-rata antara 22,60 – 34,10,
merupakan daerah permukiman dengan tekanan udara rata-rata
penduduk. Sehingga sudah antara 1005,2 – 1013,9 milibar
terdapat sarana penunjang dan kelembaban antara 42% -
seperti saluran drainase dan 97%. Kecepatan angin rata-rata
jalan yang cukup baik. perjam mencapai 12 – 23 km,
F. Sirkulasi curah hujan rata-rata antara 120
– 190 mm.
Lokasi lahan yang terletak di
kecamatan benowo ini
23
1.9.1 Analisa Lokasi berdasarkan b. Weakness
Metode SWOT
- Lahan eksisting yang
Jika di lihat dengan cara berupa rawa- rawa
menggunakan metode SWOT membuat lahan ini perlu
(Strength, Weakness, diolah dahulu sebelum
Opportunity, Threat) pada
di gunakan dan juga
lahan ini, maka dihasilkan :
a. Strength rawan terjadinya banjir.
24
BAB III
Pendekatan dan Metoda Desain
25
melibatkan dan mendorong anak untuk sepakbola disore hari hingga malam.
mencoba dan mengalami. Anak Ritme yang terus dipertahankan
mempu- nyai bakat atau kemampuan membuat setiap pemain sudah
yang telah dibawa sejak lahir, namun merasakan denyut dari sepakbola itu
bakat atau kemampuan tersebut tidak sendiri. Denyut berupa kompetisi, yang
akan berkembang apabila tidak membangun,serta memberikan
persaingan yang ketat sehingga setiap
memperoleh rangsangan dari
pemain merasa mereka harus terus
lingkungannya
berlatih agar bisa meraih hasil yang
Pendidikan anak usia dini merupakan maksimal. Ini nilai-nilai yang ingin
suatu bentuk stimulasi yang pada ditanamkan didalam setiap pemain
dasarnya adalah upaya-upaya didikan Akademi ini.
intervensi yaitu menciptakan Dengan metode pendekatan rasional,
lingkungan sekitar anak usia dini agar didapatkan data mengenai karakteristik
mampu menstimulasi seluruh aspek dan kebutuhan pengguna, khususnya
perkembangan anak. Intervensi sepakbola untuk anak yang berusia dini
merupakan sejumlah informasi yang yang menjadi acuan utama. Informasi
diatur melalui pembelajaran tertentu tersebut diolah menjadi respond dan
untuk pertumbuhan, perkembangan konsep yang spesifik.
maupun perubahan perilaku
Melalui objek Arsitektur berupa
Akademi Sepakbola ini yang menjadi
acuan adalah perilaku anak, juga 3.2.3 Arsitektur dan Perilaku Manusia
psikologinya, ketika seorang anak Lingkungan fisik mempengaruhi
masuk ke akademi untuk mengejar psikologi, perilaku, serta pengalaman
impiannya, ia akan masuk ke situasi manusia. Bukan hanya aspek fisik
baru yang bisa membuatnya nervous seperti cahaya, bunyi, bentuk, dan
dan grogi untuk itu seperti yang warna yang mempengaruhi psikologi
dijelaskan Lickona bahwa akademi ini manusia. Aspek lain seperti organisasi
perlu dibuat atau direkayasa memiliki ruang dan pemaknaan, skala, dan hal
kesan yang sangat kekeluargaan yang lebih spesifik lainnya dapat
sehingga anak yang masuk disini bisa mempengaruhi psikologi penggunanya.
nyaman imbasnya ia akan bisa Arsitektur dapat mempengaruhi
menikmati hari-harinya disini dengan perilaku penggunannya dengan empat
demikian hasil yang baik bisa tercapai. cara (Calhoun, 1995) yaitu
menghalangi perilaku, mengundang
3.2.2 Akademi Sepakbola perilaku, membentuk kepribadian,
Akademi sepakbola merupakan sebuah serta mempengaruhi citra diri. Ruang
institusi pendidikan yang menerapkan lingkup dalam arsitektur dan perilaku
konsep kepelatihan yang mencoba mencakup tiga hal (Moore dalam
mengembangkan pemain sepakbola Snyder & Catanese,1994) Pertama
sejak usia dini, ditanamkan nilai-nilai adalah fenomena lingkungan-perilaku,
sepakbola,disiplin serta menanamkan contohnya proxemics. Proxemic adalah
karakter yang mencerminkan seorang jarak tertentu yang dianggap manusia
olahragawan sejati yang menjunjung nyaman untuk melakukan interaksi
nilai-nilai sportivitas. Akademi social. Jarak tersebut berbeda-beda
sepakbola sudah sepaket dengan pada tiap individu. Fenomena-
pendidikan formal, di inggris fenomena seperti ini perlu
contohnya mereka sekolah dipagi hari dipertimbangkan dalam proses
lalu beristirahat kemudian berlatih perancangan disesuaikan dengan
26
kelompok pengguna. Dengan metode (U9-U12). Informasi tersebut diolah
pendekatan rasional, didapatkan data menjadi respond an konsep yang
mengenai karakteristik dan kebutuhan spesifik.
pengguna, khususnya anak usia dini
Sistem Struktur
Sistem struktur yang dugunakan adalah
struktur kolom balok, material dari
beton, kolom yang dibuat sengaja
dengan dimensi yang lebih besar,
dengan pertimbangan bahwa jika suatu
ketika sekolah perlu menambah ruang,
salah satu pilihan dengan menambah
lantai maka kolom dipastikan mampu
Gambar 3.1 Aksonometri Struktur
menahan beban berlebih.
27
Sistem Elektrikal Listrik yang bersumber dari PLN
dialirkan ke Miniature Circuit Breaker
Skema Aliran Listrik (MCB) yang
Terletak di ruang ME (Sekolah
Formal). Dari MCB, Listrik dialirkan
ke masing-masing panel listrik per
masa bangunan. Genset di letakan di
ruang ME Sekolah Formal karena
menghindari Suara bising di Asrama,
mengingat sekolah hanya digunakan
disiang hari.
28
BAB IV
KONSEP DESAIN
29
4.2 Eksplorasi Formal
Eksplorasi desain 1
Eksplorasi awal dilakukan berkaitan dengan lahan dan zoning. Lahan berbatasan
langsung dengan dua jalan, jalan jawar dan jalan stadion bung tomo.
30
31
32
33
34
BAB V
Desain
V.1 Eksplorasi Formal
35
Gambar 5.2 Lay Out
36
Gambar 5.3 Denah Sekolah Formal
37
Gambar 5.4 Denah Sekolah Sepakbola
38
Gambar 5.5 Denah Asrama
39
Gambar 5.6 Tampak Selatan & Utara
40
Gambar 5.7 Tampak Timur & Barat
41
Gambar 5.8 Potongan
42
Gambar 5.9 Aksonometri Struktur
43
Gambar 5.9.1 Perspektif Mata Burung
44
Gambar 5.9.2 Lapanagan Bola Gambar 5.9.3 Sport Ramp
46
BAB VI
Kesimpulan
47
DAFTAR PUSTAKA
48