Disusun Oleh :
ZEISVA APRILIANINGRUM
1. PENGERTIAN
A. Pengertian Kenyamanan
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau
nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial. Kenyamanan menurut
(Prasetyo, 2010) dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
b. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman yang
dirasakan didalam atau dengan lingkungannya
c. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman
dengan situasi sosialnya.
B. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman
rasa nyaman merupakan merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan ketentraman (kepuasan yang dapat
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan yang telah
terpenuhi), dan transenden. Kenyamanan seharusnya dipandang secara holistic
yang mencakup empat aspek yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
b. Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan sosial
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
seorang yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur ilmiah
lainnya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman dapat diartikan perawat
telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan
bantuan.
C. Pengertian Gangguan Rasa Nyaman
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang
nyaman dan sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya
dan sosialnya.
Menurut (Prasetyo, 2010) gangguan rasa nyaman mempunyai batasan
karakteristik yaitu: ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola tidur, gatal, gejala
distress, gelisah, iritabilitas, ketidakmampuan untuk relasks, kurang puas
dengan keadaan, menangis, merasa dingin, merasa kurang senang dengan
situasi, merasa hangat, merasa lapar, merasa tidak nyaman, merintih, dam
takut.
Gangguan rasa nyaman merupakan suatu gangguan dimana perasaan
kurang senang, kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik ,
psikospiritual, lingkungan serta sosial pada diri yang biasanya mempunyai
gejala dan tanda minor mengeluh mual (PPNI, 2016).
D. Jenis Gangguan Rasa Nyaman Menurut (Prasetyo, 2010) Gangguan rasa
nyaman dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh ketidaknyamanan dan
merasakan sensasi yang tidak nyaman, tidak menyenangkan selama 1 detik
sampai dengan kurang dari enam bulan.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah keadaan individu mengeluh tidak nyaman dengan
adanya sensasi nyeri yang dirasakan dalam kurun waktu yang lebih dari
enam bulan.
c. Mual Mual merupakan keadaan pada saat individu mengalami sensai yang
tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan, area epigastrium atau
pada seluruh bagian perut yang bisa saja menimbulkan muntah atau tidak.
3. KLASIFIKASI NYERI
a. Nyeri berdasarkan sifatnya
1. Incidental pain
Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2. Steady pain
Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang
lama.
3. Paroxymal pain
4. Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.Nyeri
tersebut menetap ±10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :
1. Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yangsingkat dan berakhir dalam enam,
bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri
mungkin sebagai akibat dari luka,seperti luka operasi, atau pun pada suatu
penyakit arteriosderosis pada arteri koroner.
2. Nyeri kronis
Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan.
Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeritimbul dengan periode
yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali danbegitu
seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri
tersebut terusmenerus terasa makin lama semakin meningkat intensitasnya
walau pun telah diberika pengobatan, misalnya nyeri karena neoplasma.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya :
1. Nyeri Ringan (skala 1-3)
Nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bias menjalankn
aktivitasnyaseperti biasa (tidak mengganggu aktivitas).
2. Nyeri Sedang (skala 4-6)
Nyeri dengan intensitas sedang \ menimbulkan reaksi (fisiologis maupun
psikologis
3. Nyeri Berat (skala 7-10)
Nyeri dengan inyensitas yang tinggi. Pada nyeri ini, seseorang sudah dapat
melakukanaktivitas karena nyeri tersebut sudah tidak dapat dikendalikan
oleh orang yang mengalaminya. Penggunaan obat analgesic dapat
membantu pada nyeri ini.
4. PATOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya padavisera, persendian dinding arteri,
hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat
adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi
seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam asam yang dilepas
apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi
yang lain dapat berupatermal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan
ke serabut C.serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal
root) serta sinaps padadorsal horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan atau
laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia
gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri
menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur
spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT)atau jalur
spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi
nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu
jalur opiate dan jalurnon-opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor
pada otak yang terdiri atas jalurspinal desendens dari thalamus yang melalui otak
tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang
berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotoninmerupakan
neurotransmitter dalam impuls supresif. System supresif lebih mengaktifkan
stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. Jalur non-opiate
merupakan jalur desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone
yang kurang banyak diketahui mekanismenya. (Barbara C Long. 1989)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak
7. 1. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
3. Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
4. Kompres hangat
2. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya
keridakpercayaan, kesalah pahaman, ketakutan, dan kelelahan
b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik – tekhnik
berikut ini
Teknik latihan pengalihan :
a. Menonton televisi
b. Berbincang – bincang dengan orang lain
c. Mendegarkan music
Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi
paru – paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan,
melemaskan otot–otot pda tangan tangan, pada kaki, perut,
dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsen
trasi hingga didapatrasa nyaman, tenang dan rileks.
Stimulasi kulit
a. Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
b. Menggosok punggung
c. Menggompres dengan air hangat atau dingin
d. Memijat dengan air mengalir
c. Pemberian obat analgesic
Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri
karena obat ini membloktransmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi
dengan cara mengurangi kortikalterhadap nyeri. Walaupun analgesic dapat
menghilangkan nyeri dengan efektif, perawatdan dokter masih cenderung
tidak melakukan upaya analgesic dalam penanganan nyerikarena informasi
obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien akan
mengalamiketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam
menggunakan analgetik narkotik,dan pemberian obat yang kurang dari
yang diresepkan.
Ada 3 jenis analgetik, yakni :
a. Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
b. Analgesik narkotik atau opiate
c. Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik
b. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan psikososial
yang mempengaruhiatau berakibat terhadap kehidupan atau kelangsun
gan hidup pasien. keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan
mengurangi insiden terjadinya penyakitdan cedera yang akan
mempenngaruhi rasa aman dan nyaman pasien.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secar langsung
pada reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman pasien.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman,
karenadengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko
terkena penyakitsehingga menimbulka rasa tidak nyaman seperti
nyeri.
b. Perilaku non verbal : Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati
antaralain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.
c. Kualitas : Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan
nyeri.Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
d. Faktor presipitasi : Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan nyeri
antaralain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
e. Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan,
ataudapat menggunakan skala dari 0-10.
f. Waktu dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai,
berapalama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri
terakhir timbul.
g. Karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeriPengkajian Skala Nyeri
Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak
terganggu)
Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas secara
mandiri).
c. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran: pada awalnya compos mentis, adalah perasaan tidak berdaya.
2. Respirasi: tidak mengalami gangguan.
3. Kardiovaskuler: hipotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, dan
kulit/ membrane mukosa berkeringat (status shock, nyeri akut).
4. Persarafan: sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi/bingung, dan nyeri epigastrium.
5. Pencernaan: anoreksia, mual, muntah yeng disebabkan karena adanya luka
duodenal, nyeri pada ulu hati, tidak toleran terhadap adanya makanan
seperti cokelat dan makanan pedas serta membran mukosa kering.
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut: pengalaman yang berhubungan dengan injuri fisik
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan rasa nyaman nyeri
INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
1 Nyeri akut: pengalaman Setelah dilakukan tindakan Management Nyeri
yang berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, a. Lakukan pengkajian kembali
injuri fisik
pasien mampu tentang nyeri yang dirasakan
b. Berikan info mengenai nyeri
Kontrol Nyeri c. Berikan informasi yang akurat
untuk meningkatkan pemahaman
a. Mengenali kapan nyeri terjadi
dan respon keluarga terhadap
b. Melaporkan nyeri berkurang
pengalaman nyeri
dan terkontrol Melaporkan
d. Kolaborasi dengan pasien, orang
perubahan terhadap gejala
terdekat, tim keseha tan untuk
nyeri
memilih tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi sesuai kebutuhan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan setelah
perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah keempat
dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk membantu
pasien yang bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak
ataupun respon yang dapat ditimbulkan oleh adanya masalah keperawatan serta
kesehatan. Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas
perawat (Tetty, 2015).
EVALUASI KEPERAWATAN
Prasetyo, Sigit Nian. (2010) .Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Surakarta:
Graha Ilmu.