Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KECEMASAN (ANSIETAS)

Disusun Oleh :

Tegar Hanif Atmaja


NIM. P1337420419067
3A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLORA
TAHUN 2021
SATUAN ACUAN PENDIDIKAN KESEHATAN (SAP)
A. Pengantar
Topik : Kecemasan (Ansietas)
Sub Topik : Cara Mengatasi Curiga
Hari/Tanggal : Minggu, 24 Oktober 2021
Waktu : 09.00 - 09.30 (30 menit)
Sasaran : Pasien ansietas dan keluarganya
Tempat : Rumah Pasien
Nama Penyuluh : Tegar Hanif Atmaja

B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembelajaran selama 30 menit, klien dan keluarga mampu
memahami dan mengetahui cara mengatasi curiga

C. Tujuan Khusus
Klien dan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian kecemasan
2. Menguraikan tingkatan kecemasan.
3. Menguraikan tanda dan gejala cemas.
4. Menguraikan faktor-faktor yang dapat menimbulkan curiga
5. Mempraktikkan cara mengatasi curiga
6. Melakukan perawatan pasien di rumah

D. Materi

1. Pengertian Kecemasan
2. Tingkat Kecemasan
3. Tanda dan gejala kecemasan
4. Faktor-faktor yang menimbulkan curiga
5. Cara mengatasi curiga
6. Cara melakukan perawatan pasien dirumah

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi

E. Media
1. Leaflet
2. Lembar Balik

F. Strategi pendidikan kesehatan


No Kegiatan Pendidikan Kesehatan Waktu
Fasilitaror Peserta (klien)
1 Pembukaan: 1. Menjawab salam 5 menit
1. Memberi salam dan 2. Mengajukan pertanyaan
memperkenalkan diri 3. Menjawab pertanyaan
2. Memberikan pertanyaan apersepsi 4. Menyimak
3. Mengkomunikasikan pokok
bahasan
4. Mengkomunikasikan tujuan
2 Kegiatan Inti : 1. Menyimak 15 menit
1. Menjelaskan materi 2. Mengajukan pertanyaan
2. Memberi kesempatan bertanya 3. Memperhatikan dan
3. Menjawab pertanyaan mengikuti saran yang
4. Memberikan reinforcement diberikan
5. Melakukan demonstrasi 4. Melakukan redemonstrasi
5. Menyimak dan
menjawab pertanyaan
3 Penutup : 1. Menyimak 10 menit
1. Menyimpulkan materi 2. Menjawab pertanyaan
2. Melaksanakan evaluasi 3. Menjawab salam
3. Mengucapkan salam penutup

G. Evaluasi
1. Prosedur : Diberikan diakhir pendidikan kesehatan
2. Waktu : 5 menit
3. Bentuk soal : lisan
4. Jumlah soal :6
5. Butir soal /pertanyaan :
a. Apakah yang dimaksud dengan kecemasan ?
b. Sebutkan tingkat kecemasan dan jelaskan?
c. Sebutkan tanda dan gejala dalam kecemasan ?
d. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi curiga?
e. Bagaimana cara mengurangi curiga?
f. Bagaimana cara merawat pasien dirumah?

H. Lampiran
1. Materi Penyuluhan Ansietas

Materi Pendidikan Kesehatan

A. Pengertian Kecemasan
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan didukung oleh situasi
(Videbeck, 2008).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar dialam dan terkait
dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan perasaan isolasi, keterasingan
an ketidakamanan juga hadir (Stuart, 2006)
Ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan
perasaanketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas (RTA), kepribadian masih tetap utuh
(tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (NANDA, 2010).
B. Tingkat Kecemasan
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami,
dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau
(dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu
yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

Gambar Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990)

1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik: ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau
sedikit gelisah, penuh perhatian dan rajin
b. Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan
gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan
informasi, tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional : perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas
menyendiri, terstimulasi dan senang

2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
a. Respon fisik : ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil
dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, memukul tangan, suara
berubah ; bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan menigkat,
dan sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif,
fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian
masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional : tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri
goyah, tidak sabar dan gembira

3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat
adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk,
pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan
tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, mengertakan gigi, mondar-
mandir, berteriak, dan meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah,
sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan
informasi, hanya memerhatikan ancaman, preokupasi dengan pikiran sendiri,
egosentris
c. Respons emosional : sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak
adekuat. menarik diri, penyangkalan dan ingin bebas

4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik : flight, fight, atau freeze, ketegangan otot sangat berat, agitasi
motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian
menurun, tidak dapat tidur, hormon stress dan neurotransmiter berkurang,
wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif : persepsi sangat sempit. pikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran
sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi,
waham, ilusi mungkin terjadi
c.  Respon emosional : merasa terbebani, merasa tidak mampu, tidak berdaya,
lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, mengharapkan
hasil yang buruk, kaget, takut, lelah

C. Tanda dan gejala kecemasan


1. Gejala motorik, meliputi: gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri dada, letih,
pegal, sakit kepala, sakit leher.
2. Gejala otonomik, berupa hiperaktivitas saraf otonomik terutama saraf simpatis
ditandai dengan gejala; palpitasi, hiperhidrosis, sesak nafas, diare, parestesia dll.
3. Khawatir: rasa khawatir yang berlebihan terutama mengenai hal-hal yang belum
terjadi seperti mau mendapat musibah.
4. Kewaspadaan berlebihan.: kewaspadaan yang berlebihan meliputi gejala tidur
terganggu, sulit berkonsentrasi, mudah terkejut, tidak bisa santai dll.

D. Faktor-faktor yang menimbulkan curiga


sampai saat ini belum diketahui secara pasti faktor yang menimbulkan curiga.
Namun, ada beberapa faktor yang diketahui dapat membuat seseorang lebih berisiko
untuk menjadi paranoid, yaitu:
1. Faktor biologis
Kondisi ini sebenarnya masih menjadi perdebatan karena tidak ada gen atau
DNA tertentu yang dapat menyebabkan gangguan paranoia.Kendati
demikian, para ahli meyakini bahwa sejumlah orang terlahir dengan kondisi
neurokimia tertentu di dalam tubuhnya, sehingga mereka lebih rentan
mengalami gangguan ini.Beberapa kondisi tersebut meliputi kadar dopamin
atau glutamat yang tidak wajar atau masalah tertentu pada jaringan otak.
Kondisi-kondisi tersebut berpotensi diturunkan, meskipun kemungkinan
pastinya masih belum diketahui.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga memiliki pengaruh yang cukup rumit, seperti halnya
faktor biologis. Seseorang dengan kondisi biologis tertentu akan lebih rentan
terpengaruh oleh faktor lingkungan.Berikut adalah beberapa kondisi eksternal
yang dapat memicu kemunculan gangguan ini:
 Malnutrisi sejak di dalam kandungan
 Infeksi yang diturunkan dari ibu saat di dalam kandungan
 Kehilangan orang terdekat, seperti orang tua
 Masa kecil hidup dalam kemiskinan
 Mengalami kekerasan fisik, emosional, atau seksual
 Pengabaian atau penelantaran emosional
 Trauma
 Konsumsi obat-obatan terlarang (ganja, amfetamin, atau halusinogen)
3. Faktor riwayat keluarga
Gangguan kepribadian paranoia berpotensi diturunkan apabila terdapat
anggota keluarga yang memiliki masalah mental, seperti skizofrenia dan
kecemasan.Jika terdapat anggota keluarga yang mengidap kondisi-kondisi
tersebut, risiko untuk menderita paranoid lebih tinggi.Penting untuk ketahui
bahwa memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko bukan berarti
mengalami suatu gangguan atau kondisi kesehatan. Dalam beberapa kasus,
tidak menutup kemungkinan seseorang dapat mengidap gangguan tertentu
tanpa adanya satu pun faktor risiko.

E. Cara mengatasi curiga


a. Menggunakan Strategi Coping
1) Tentukan apakah Anda mengalami paranoia atau gangguan kecemasan. 
Kedua hal tersebut disebabkan oleh rasa takut dan termanifestasi berupa
rasa khawatir yang berlebihan dan merasa selalu dalam bahaya. Paranoia
adalah keyakinan atau ketakutan tidak berdasar bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi. Seseorang yang mengalami paranoia akan mencurigai orang
atau kelompok lain dan meyakini bahwa merekalah yang bertanggung
jawab jika terjadi peristiwa buruk. Paranoia muncul berupa perasaan
terancam dan keyakinan berlebihan sehingga gangguan ini berbeda dari
ketakutan atau kecemasan yang wajar
2.) Lakukan relaksasi.
Stres merupakan salah satu pemicu utama pikiran dan perasaan paranoid.
Jadi, berusahalah mengatasi stres. Jika mulai mencurigai orang lain,
sisihkan waktu untuk melakukan relaksasi. Paranoia atau rasa curiga
memicu respons fisik yang sama saat merasa takut dan hal ini membuat
lelah. Sadari respons fisik yang alami (misalnya meningkatnya detak
jantung, kram perut, atau bernapas lebih cepat) lalu berusahalah
menenangkan diri, misalnya dengan melakukan visualisasi terarah, berdoa,
atau bernapas dalam-dalam.
3.) Tulis jurnal. 
Jika mengalami paranoia dan ingin mengenal diri sendiri, menulis adalah
cara tepat untuk memahami pikiran dan perasaan. Catat semua yang
rasakan saat mengalami sakit hati, dikhianati, putus asa, atau
dipermalukan. Tulis juga perasaan yang muncul karena mengingat
pengalaman tersebut. Menulis adalah cara mengenali dan memahami pola
pikir. Selain itu, bisa menemukan hubungan antara pikiran dan pengaruh
eksternal.
4.) Temui terapis. 
Rasa curiga dan paranoia cenderung menimbulkan rasa tidak percaya.
Jadi, pulihkan kemampuan memercayai orang lain dengan bantuan terapis
melalui terapi jangka panjang. Jika pernah mengalami masalah atau
kejadian traumatis, terapis mampu menolong Anda mengatasinya dengan
mengajarkan cara menenangkan diri dan melatih berbagai teknik untuk
mengatasi paranoia.
b. Mengubah Cara Menjalin Hubungan
1.) Temui terapis. 
Rasa curiga dan paranoia cenderung menimbulkan rasa tidak percaya. Jadi,
pulihkan kemampuan memercayai orang lain dengan bantuan terapis melalui
terapi jangka panjang. Jika pernah mengalami masalah atau kejadian
traumatis, terapis mampu menolong mengatasinya dengan mengajarkan cara
menenangkan diri dan melatih berbagai teknik untuk mengatasi paranoia.
2.) Percayai orang lain. 
Rasa tidak percaya akan merusak persahabatan dan hubungan dengan orang
lain. Walaupun ada orang yang tidak bisa dipercaya, jangan menyimpulkan
bahwa semua orang tidak layak dipercaya. Pikirkan apa akibatnya jika Anda
menyangsikan kebaikan orang lain. Mungkin Anda akan kehilangan banyak
hal, misalnya perhatiannya, kehadirannya, cintanya, bahkan persahabatan
dengannya.
3.) Jangan terus mengingat masa lalu. 
Banyak orang yang menolak ajakan kencan atau tidak mau menjalin cinta lagi
karena pernah dikhianati mantan kekasih. Menyesali pengalaman masa lalu
bukan cara yang sehat untuk menjalani kekinian dan menyiapkan masa depan.
Mengingat pengalaman buruk hanya mengaburkan cara Anda memandang
kehidupan saat ini. Hentikan kebiasaan mencurigai orang lain yang muncul
secara impulsif saat terjadi situasi yang sama. Membangun rasa percaya harus
dimulai dari diri sendiri, bukan dari orang lain.
c. Memperbaiki Pola Pikir
Biasakan mencatat pikiran paranoid. Ketika Anda mulai mencurigai
seseorang atau muncul pikiran paranoid, tulis dalam jurnal. Tulis
situasinya secara mendetail, misalnya siapa yang sedang bersama Anda
dan apa saja yang terjadi saat itu. Catatan ini bisa digunakan untuk
mengidentifikasi hal-hal yang menjadi pemicu kecurigaan atau pikiran
paranoid.
Biasakan berpikir logis. Sebelum bereaksi atau berbicara, gunakan akal
sehat dan logika untuk mengendalikan respons emosional dan
meningkatkan rasionalitas. Jika Anda belum memahami keadaan atau
situasi yang orang lain hadapi, jangan membuat asumsi. Berusahalah
menghadapi situasi apa pun dengan tenang dan berpikir logis,
bertanyalah sebelum menilai, minta penjelasan, dan buktikan dahulu
sebelum membuat kesimpulan..
Jadilah pribadi yang optimis dan harapkan kejadian yang baik. Anda
akan terbebas dari rasa curiga jika selalu aktif dan berkomitmen untuk
melakukan kegiatan yang benar-benar bermanfaat. Berfokuslah pada
aktivitas yang membuat Anda selalu sibuk dan habiskan waktu dengan
cara yang menyenangkan bersama orang-orang yang positif. Manfaatkan
kesempatan berharga yang akan terus bermunculan jika Anda mau
membuka wawasan.
Catat perilaku yang layak dipercaya. Rasa curiga dan paranoia muncul
karena Anda ingin membuktikan kepada diri sendiri bahwa orang lain tidak
bisa dipercaya atau tidak setia. Anda akan berusaha mengonfirmasi
keyakinan tersebut dan membuktikan kebenaran pandangan Anda
tentang orang lain. Akan tetapi, membuktikan bahwa seseorang tidak
layak dipercaya membuat Anda kesulitan memercayai orang lain dan tidak
merasa aman. Alih-alih hanya memikirkan bahwa seseorang akan
menyakiti perasaan, alihkan perhatian pada perilaku yang membuktikan
bahwa ia layak diperhitungkan, dipercaya, dan diandalkan.
d. Meningkatkan Kesadaran Diri dari Aspek Emosional
Kendalikan kemarahan. Anda berhak marah kepada orang yang
menyakiti hati saat Anda mengalami kerentanan atau merasa
dimanfaatkan, tetapi jangan meluapkan kemarahan kepada orang lain.
Tujukan kemarahan dan rasa tidak percaya kepada orang yang pernah
menyakiti Anda. Pelajari cara mengendalikan kemarahan untuk
meredakan stres dan memperbaiki hubungan.
Tingkatkan kemampuan berempati. Jika Anda kesulitan memercayai
orang lain (terutama teman, sanak saudara, atau orang terdekat),
tempatkan diri sendiri di posisi mereka. Bagaimana perasaan Anda jika
seseorang yang Anda sayangi atau sering bersama Anda ternyata tidak
memercayai tindakan atau ucapan Anda. Bayangkan seperti apa rasanya
jika seseorang selalu menyelidiki di mana Anda berada dan mencurigai
apa yang Anda pikirkan. Apa yang Anda rasakan? Menyelidiki orang yang
dicurigai adalah perilaku yang sangat tidak menyenangkan sebab
membuatnya merasa diserang dan terganggu.
Percayalah kepada diri sendiri. Sambil belajar memercayai orang lain,
Anda juga harus menumbuhkan rasa percaya kepada diri sendiri. Anda
akan memproyeksikan rasa takut yang belum teratasi kepada orang lain
jika selalu mencurigai orang lain. Masih banyak orang yang baik dan tulus
hati yang bisa Anda temui dalam kehidupan sehari-hari. Pertama-tama,
fokuskan perhatian kepada diri sendiri dan miliki kepercayaan diri. Hindari
orang-orang yang meragukan kemampuan Anda dan mengatakan Anda
pasti gagal. Peganglah komitmen untuk mewujudkan hal-hal yang ingin
atau perlu Anda lakukan.

F. Cara melakukan perawatan pasien dirumah

Masih belum ada tips diri yang dapat membantu pasien mengendalikan gangguan ini, karena
penderita paranoia cendrung untuk tidak percaya dan curiga terhadap orang lain dan motivasi
mereka.Memang, sulit untuk mengatasi paranoia, mengingat kondisi ini juga dapat
meningkatkan sifat lekas marah, kemungkinan tindak kekerasan, serta pertahanan emosional
diri. Kemajuan pengobatan paranoid juga cukup lambat. Meski demikian, masih ada potensi
bagi penderita untuk kembali pulih.Selain meminum obat dari dokter sesuai dengan anjuran,
Anda mungkin bisa bantu mengatasi kondisi dengan belajar menenagkan diri melalui
meditasi dan yoga.Jika memiliki pertanyaan, konsultasikanlah pada dokter untuk memahami
solusi terbaik.

LINK VIDEO

https://drive.google.com/file/d/1IRT9uHZ-
JXhzZfn2JpGGSDTNfP4tynoC/view?usp=drivesdk
DAFTAR PUSTAKA

NANDA. 2010. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2009-2011. Jakarta: EGC.


Stuart, G.W & Sundeen. 1990. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
Keperawatan Psikiatri. Jakarta.
Erwan Trisnanto. 2014. Satuan Acara Penyuluhan Ansietas.
https://www.academia.edu/9729276
/sap_ansietas. Diakses pada tanggal 27 April 2015.
https://id.wikihow.com/Mengatasi-Rasa-Curiga-dan-Paranoia
https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/gangguan-kepribadian-paranoid/

Anda mungkin juga menyukai