Anda di halaman 1dari 14

Puput Novita Dewi

(31220177)

A6 MANAJEMEN
MANAMJEMEN OPERASI

Bab 8 manajemen kualitas


Kualitas sebuah barang atau jasa sulit untuk didefinisikan karena definisi kualitas dipandang
dari persepsi yang berbeda dari setiap orang dan diukur menurut kepuasan konsumen.
Secara umum, kualitas diartikan sebagai bentuk kepuasan konsumen terhadap barang
dan/atau jasa yang diharapkan. Maka dari itu, manajemen kualitas memandang
bahwa barang dan/atau jasa harus didesain sesuai kebutuhan konsumen, atau dengan
konsep consumer-based (memenuhi apa yang diharapkan konsumen).
Nilai (value) yang diberikan oleh manajemen kualitas ini adalah menyediakan produk/jasa
untuk memberikan kepuasan kepada konsumen dengan tingkat biaya optimum dan
usahausaha untuk melakukan perbaikan proses.
Bentuk kepuasan ini sangat tergantung dari harapan dan pandangan konsumen. Konsumen
yar.g berbeda mengharapkan kualitas yang berbeda pula. Contohnya, sebuah alat tulis
dengan merek terkenal dan harga mahal sesuai untuk konsumen berpenghasilan tinggi dan
memegang posisi yang tinggi di perusahaan. Kualitas yang dianggap penting di sini adalah
kebanggaan menggunakan alat tulis tersebut. Sementara itu, alat tulis yang murah dan tidak
pernah bocor tinta sangat disukai konsumen berpenghasilan menengah ke bawah dan para
siswa karena yang terpenting adalah ketahanan tinta dengan harga terjangkau.

quality management). Hal tersebut dicapai dengan perencanaan kualitas yang terstruktur,
yaitu:
1. Perencanaan kualitas (menerapkan dimensi kualitas dari produk/jasa) Perencanaan
kualitas merupakan keputusan perusahaan mengenai kualitas barang dan jasa yang
akan
ditawarkan kepada konsumen. Perencanaan kualitas ini menggunakan pendekatan policy
deployment. Kualitas ini merupakan kombinasi karakter yang terlihat dan yang terasa
oleh konsumen. Perencanaan barang atau jasa dipengaruhi oleh segmentasi pasar, harga,
dan perkiraan penjualan. Sebagai contoh, kualitas lampu penerang adalah dapat
digunakan selama dua tahun. Perusahaan menerjemahkan durasi dua tahun ini menjadi
lampu dapat menyala terang selama 10.000 jam. Contoh lain adalah di bagian pelayanan
konsumen bank, yang mana dimensi kualitasnya adalah petugas bank mampu membantu
konsumen dalam segala keperluan secepat mungkin. Bank harus mampu menerjemahkan
membantu konsumen dalam segala keperluan' dan 'secepat mungkin' ini ke dalam durasi.
Misalnya, semua petugas memahami produk bank dan mampu melayani maksimum
selama 15 menit.
2. Perencanaan kualitas produk pada tahap proses desain Perencanaan ini meliputi rincian
spesifikasi dari produk, tampilan, kinerja, garansi, harga, isi, dan kandungan berdasarkan
dimensi kualitas yang diharapkan konsumen. Spesifikasi produk menentukan bahan
mentah yang dibutuhkan dan servis yang cukup untuk mempertahankan kemampuan
kerja produk. Tahap ini mencakup proses product definition dan product design, dengan
menggunakan alat bantu quality function deployment (QFD). Dimensi kualitas pada
industri jasa sulit diketahui (misalnya, durasi pelayanan selama 15 menit di bank), namun
dimensi tersebut bisa diperoleh dengan beberapa metode, salah satunya adalah survei
(menanyakan langsung ke konsumen).
3. Perencanaan kualitas produk selama proses dan pengendalian kualitas Perencanaan ini
meliputi penetapan cara, metode, dan langkah-langkah untuk mencapai dimensi kualitas
yang ditetapkan. Sedangkan, tujuan dari pengendalian kualitas selama proses adalah
mencapai spesifikasi standar/spesifikasi minimum yang diharapkan konsumen.
Salah satu karakter dari menjaga kualitas produk selama proses produksi adalah toleransi.
Toleransi artinya menetapkan batas yang masih bisa diterima konsumen dan dinyatakan
dalam variasi yang diharapkan. Contohnya: panjang sebuah kayu yang diminta konsumen
adalah 75 cm dengan toleransi +/-5 mm. Artinya, konsumen bersedia menerima dan
membayar produk dengan panjang antara 74,5 cm sampai dengan 75,5 cm. Secara teknis
toleransi ini muncul karena tidak mungkin produksi mencapai persis 100% yang diminta
konsumen.
4. Proses perbaikan
Proses perbaikan (improvement process) merupakan usaha perbaikan secara terus
menerus untuk selalu mencapai hasil yang lebih baik. Beberapa siklus improvement adalah:
plan- docheck-act (PDCA), planning-organizing-actuating-controlling (POAC), define-
measureanalyze-improve-control (DMAIC).
PERENCANAAN KUALITAS
Perencanaan kualitas terdiri atas tahap menjabarkan kebijakan (policy) dan dimensi kualitas
yang diharapkan konsumen dan komitmen penyelenggaraan konsep kualitas di semua
bagian organisasi.
Apa itu kebijakan kualitas atau biasa disebut dengan policy management? Kebijakan kualitas
adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi strategi kualitas yang mendukung
tujuan organisasi/perusahaan, yang mencakup empat hal berikut.
1. Visi-ke mana arah organisasi?
2. Nilai-apa yang dipegang teguh organisasi?
3. Misi-mengapa organisasi ada di bidang ini?
4. Strategi-bagaimana organisasi mencapai tujuannya?
Terdapat beberapa dimensi kualitas. Apa sajakah dimensi kualitas tersebut? Berikut delapan
dimensi kualitas menurut David A. Carvin (1987).

1. Performance
Performance, atau kinerja, yaitu karakter utama sebuah produk/jasa, misalnya kekuatan
sebuah mesin. Performance menunjukkan kesiapan produk/jasa dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.Features
Features, atau fitur, merupakan karakter sekunder dan tambahan yang nampak, misalnya
menambahkan produk remote control pada sebuah DVD player. Remote control ini tidak
menambah kemampuan DVD player dan tidak memberi nilai tambah signifikan bagi karakter
DVD player, namun keberadaannya tetap diperlukan konsumen.
3. Reliability
Reliability, atau keandalan, adalah konsistensi dari performance, diukur dari seberapa lama
sebuah barang atau layanan bisa digunakan sebelum mengalami kegagalan. Kegagalan di
sini tidak selalu berarti rusak, tapi bisa juga berhenti karena pemakaian terlalu lama atau
mengalami error sementara. Contch reliability, antara lain mesin tetap bekerja dalam waktu
lama, atau keramahan pelayan penjual barang tetap terjaga sepanjang hari.

4. Conformance
Conformance, atau kesesuaian, menunjukkan ketelitian (presisi) sebuah produk atau
layanan dalam memenuhi standar atau kebutuhan konsumen.
5. Durability
Durability, atau ketahanan, merupakan kemampuan produk untuk bisa terus bekerja
meskipun digunakan berulang kali dalam durasi yang lama.
6. Serviceability
Serviceability, atau kemampuan melayani, merupakan fasilitas kemudahan memperbaiki
kerusakan produk atau layanan, misalnya: ketersediaan barang yang cukup, pengiriman
teknisi sesegera mungkin, perbaikan layanan petugas yang mulai pudar.
7. Aesthetics
Aesthetics (estetika), adalah pemenuhan kepuasan akan panca-indra konsumen,
ditampilkan dari bentuk fisik produk. Misalnya, produk mebel yang bagus dipandang mata.
8. Perceived quality
Perceived quality, atau kualitas yang dirasakan, yaitu atribut kualitas berdasarkan cara
pandang konsumen secara tidak langsung. Konsumen tidak selalu mempunyai informasi
yang lengkap mengenai atribut kualitas sebuah barang atau layanan, sehingga sering kali
konsumen membandingkan merek dan percaya bahwa merek yang lebih bagus/terkenal
akan memberikan barang yang lebih berkualitas.Sementara itu dimensi kualitas sebuah
layanan dipertegas dalam konsep SERVQUAL'S five dimensions', yaitu:
1. Tangibles
Tampilan fasilitas, peralatan, dan penampilan orang yang melayani.
2. Reliability Kemampuan sebuah pelayanan dalam menyediakan layanan yang
dijanjikan secara akurat.
3. Responsiveness
Kesediaan karyawan dalam membantu konsumen dan memberi pelayanan yang pantas.
4. Assurance
Pengetahuan, sikap yang ramah dan sopan dari karyawan dalam menumbuhkan
kepercayaan dengan karyawan lain dan dengan konsumen.

5. Empathy
Sikap peduli dan perhatian dari sebuah perusahaan kepada konsumennya.Semua dimensi
kualitas ini tidak perlu selalu ada dalam satu produk/jasa, tergantung target konsumen dari
perusahaan. Misalnya, konsumen dengan pendapatan tinggi mengharapkan nama besar
perusahaan, tetapi konsumen dengan pendapatan rendah mencari produk/jasa yang murah.
Bisa saja produk/jasa sangat bagus untuk satu dimensi tapi buruk pada dimensi lain. Yang
perlu ditonjolkan memang hanya satu atau dua dimensi saja yang merupakan kelebihan
(keunggulan kompetitif atau competitive advantage perusahaan, dibahas pada Bab 1) dari
produk/jasa itu dibandingkan dengan produk pesaing.
Dimensi kualitas dijabarkan ke dalam proses dan sistem pengendalian yang berkualitas agar
menghasilkan produk yang berkualitas. Kepuasan pelanggan sebagai dasar kesuksesan
perusahaan berakar pada produk dan layanan yang berkualitas tinggi. Beberapa manfaat
utama yang bisa didapat dari menjalankan konsep kualitas pada produk dan proses
organisasi:
1. Menjamin kepuasan konsumen.
2. Melakukan proses operasi dengan cara yang efektif dan efisien.
3. Meningkatkan daya saing organisasi.
4. Meningkatkan komunikasi di dalam organisasi.
5. Menjamin tindakan dan pengambilan keputusan berdasarkan fakta.
6. Meningkatkan komitmen dan motivasi kerja.
7. Menanamkan budaya perbaikan yang berkelanjutan. 8. Meningkatkan
kesadaran lingkungan.
Usaha untuk mencapai kebijakan kualitas yang selaras dengan tujuan organisasi
membutuhkan keterlibatan setiap orang di perusahaan, dan hal-hal berikut merupaan
prinsip dasarnya:
1. Komitmen manajemen (management commitinent) Bertanggung jawab
merumuskan budaya perusahaan dan kebijakan kualitas produk/ jasa yang mendukung
visi dan misi perusahaan. Rumusan tersebut berisi penjelasan mengenai identitas
perusahaan, siapakah konsumennya, apa yang dilakukan organisasi, dan bagaimana cara
mewujudkannya. Misalnya, dengan slogan: "Menyediakan produk terbaik di kelasnya".
Program kerja yang mendukung slogan tersebut harus terarah selama lima sampai
sepuluh tahun ke depan.
2. Fokus pelanggan (customer focus) Tujuan dari manajemen kualitas adalah
bagaimana organisasi mewujudkan keinginan dan harapan konsumen, bahkan kalau perlu
melebihinya. Ada dua jenis pelanggan di mana setiap orang bertanggung jawab
memenuhi kebutuhannya, yaitu:
a.Pelanggan eksternal, yaitu pihak di luar organisasi/perusahaan yang membeli
danmemanfaatkan barang dan/atau jasa organisasi.
b. Pelanggan internai, yaitu pihak di dalam organisasi/perusahaan yang memanfaatkan
output dari bagian lain di dalam organisasi/perusahaan sebagai input untuk proses kerjanya.
3. Keterlibatan karyawan (employee involvement) Karyawan diarahkan untuk
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, diberi tanggung jawab untuk mengambil
keputusan-sampai
batasan tertentu-tanpa perlu persetujuan dari atasan sehingga karyawan merasa dihargai,
dan difasilitasi untuk bekerja sebagai
tim untuk menambah wawasan dan tukar pikiran antarkaryawan. Perusahaan bertanggung
jawab untuk menciptakan rasa memiliki (sense of belonging)
karyawan terhadap perusahaan melalui bermacam langkalı, seperti: menyediakan
pelatihan, fasilitas dan penghasilan, serta kebijakan organisasi yang membuat karyawan
mencintai pekerjaannya. Dengan demikian, akan terbentuk mental karyawan untuk bekerja
baik dalam menghasilkan output sesuai kebijakan kualitas perusahaan.

PERENCANAAN PRODUK
Supaya perusahaan dapat terus kompetitif dalam persaingan, maka produk/jasa yang dijual
harus dapat sebaik-baiknya memenuhi harapan konsumen. Metode menerjemahkan dan
memastikan permintaan konsumen ke dalam desain kualitas, dalam mengembangkan
produk baru atau pengembangan produk yang ada, dengan mempertimbangkan keinginan,
kebutuhan, dan harapan konsumen, disebut dengan quality function deployment (QFD).
Dalam proses QFD, beragam kebutuhan konsumen diperoleh melalui survei dan
membandingkan produk/jasa perusahaan dengan produk/jasa pesaing. Hasilnya disebut
sebagai voice of the customer (VOC). VOC ini kemudian diterjemahkan ke dalam spesifikasi
teknis dan akhirnya diwujudkan sebagai produk jasa.

PENGENDALIAN KUALITAS
Proses pengendalian kualitas dilakukan ketika:
1. Incoming inspection (inspeksi masuk), yaitu pemeriksaan ketika produk diterima dari
pemasok atau dari proses transformasi sebelumnya sehingga produk yang tidak berkualitas
(gagal, rusak, reject) tidak diterima dari proses sebelumnya.
2. Inprocess inspection (inspeksi dalam proses), yaitu pemeriksaan ketika produk
diolah menjadi produk dengan nilai tambah bagi konsumen sehingga proses
menghasilkan produk yang berkualitas atau sesuai dengan keinginan konsumen.
3. Final inspection (inspeksi akhir), yaitu pemeriksaan ketika produk jadi selesai dan
dicek supaya organisasi mengirimkan hanya produk yang berkualitas kepada konsumen.
4. Re-work dan re-use (pengerjaan ulang atau penggunaan ulang), yaitu ketika produk
yang tidak berkualitas diolah atau diproses kembali sehingga mencapai tingkat kualitas yang
diharapkan, kemudian diteruskan kepada proses berikutnya, atau kepada konsumen.
Terkadang, konsumen menerima produk yang tidak berkualitas, maka harus dikembalikan
untuk diperbaiki atau diganti yang baru oleh perusahaan.
5. Re-cycle (daur ulang), yaitu mengirim produk kembali ke produsen-atau ke proses
transformasi lain-untuk didaur ulang. Perusahaan bisa menerima kemasan setelah
konsumen selesai menggunakan produknya, kemudian kemasan diperbaiki, atau
dibersihkan, untuk digunakan lagi pada proses transformasi berikutnya. Namun, jika
masyarakat menimbun sampah akibat konsumsi barang, maka sampah tersebut harus
dikirim ke proses transformasi lain (yaitu, tempat pengolahan sampah) untuk didaur ulang.
Barang yang sudah mendekati atau bahkan sudah melewati batas kedaluwarsa juga harus
dikirim kenibali kepada produsen.
6. Downgrade, yaitu ketika proses transformasi menghasilkan produk yang tidak
berkualitas tetapi tingkat kerusakannya masih bisa ditolerasni sehingga produk masih
bisa dijual

BIAYA KUALITAS (COST OF QUALITY)


1. Cost of failure to control quality (biaya kegagalan dalam pengendalian kualitas)
Biaya akibat penggunaan bahan yang tidak memenuhi kriteria kualitas, terdiri atas:
a. Internal failure costs (biaya kegagalan internal) Biaya ini adalah biaya menangani
masalah yang terjadi ketika barang masih dalam proses produksi, contohnya barang yang
rusak selama proses. Biaya ini dapat dihilangkan jika tidak ada barang yang rusak sebelum
pengiriman.
b. External failure costs (biaya kegagalan eksternal) Biaya ini adalah biaya menangani
masalah setelah produk/jasa telah diterima konsumen, seperti biaya garansi, biaya
memperbaiki kerusakan produk, atau biaya untuk menyelesaikan komplain konsumen.
Biaya ini akan sangat tinggi ketika konsumen memutuskan untuk tidak menggunakan
produk/jasa dari perusahaan dan memilih untuk membeli produk/jasa dari perusahaan
pesaing. Biaya ini tidak akan muncul jika tidak ada produk rusak (defect).
2. Cost of controlling quality (biaya untuk mengendalikan kualitas) Biaya ini terdiri atas:
a. Prevention costs (biaya pencegahan)
Prevention costs merupakan biaya sebagai kompensasi atas kegiatan yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan proses dan mencegah munculnya masalah dalam
melakukan pekerjaan yang benar. Contohnya: perencanaan proses, biaya pelatihan
karyawan, pelaksanaan proses kontrol statistik (statistical process control), perawatan
mesin, biaya perencanaan kualitas, dan kegiatan peninjauan ulang.
b. Appraisal costs (biaya penilaian) Appraisal costs adalah biaya yang terkait dengan
pemeriksaan dan audit kualitas produk/jasa, misalnya biaya pemeriksaan barang, proses
audit, pengecekan alat, proses inspeksi bahan mentah yang diterima dan WIP yang sedang
dalam proses, serta analisis hasil inspeksi.

IMPROVEMENT PROCESS
Prinsip berikutnya dari manajemen kualitas adalah proses perbaikan (improvement process)
untuk proses dan produk akhir. Alat bantu yang sering digunakan untuk mendukung ini
adalah konsep PDCA, atau dikenal dengan deming cycle. Deming cycle berguna untuk
mencapai:
1. Proses perbaikan berkesinambungan ketika siklus (cycle) berulang, dan mendeteksi area
baru untuk perbaikan.
2. Mengidentifikasi berbagai solusi baru untuk tiap masalah.
3. Menghindari pemborosan penggunaan sumber daya ketika menerapkan 4. Menanamkan
semangat kerja yang sehat dan selalu menjadi lebih baik.
PDCA meliputi:
1. Plan: mengidentifikasi dan menganalisis masalah, membuat rencana perbaikan, mencari
cara mencapai perbaikan, tanggung jawab.
2.Melaksanakan rencana, mengembangkan dan menguji solusi yang dikembangkan.
3. Check: mengukur efektivitas solusi terhedap target dan menganalisis jika solusi masih
bisa dikembangkan lagi.
4.Action: mengambil tindakan jika ada ketidaksesuaian pelaksanaan. Melakukan
rencana perbaikan selanjutnya. Dibutuhkan standar (standardisasi) pelaksanaan proses
untuk menjamin kinerja dari pencapaian perbaikan dari satu periode ke periode
berikutnya.
5.Sebutan lain yang biasa dipakai untuk kegiatan improvement process adalah: quality
control circle (QCC), PDCA team, atau gugus kendali mutu (GKM). Pelaksanaan kegiatan
improvement process ini harus diketahui, dipahami, dan dibimbing oleh supervisor dan
manajer. Supervisor dan manajer bertugas sebagai fasilitator, mengoordinasi arah
perbaikan kerja dan mendukung tujuan organisasi/departemen, dan sebagai tim penilai dan
pemberi pandangan.

PROSES PENGAMBILAN SAMPEL


Statistical process control (SPC) berfungsi memonitor proses dan mendeteksi proses yang di
luar kendali atau tidak sesuai dengan standar sehingga membantu dalam mengurangi
jumlah produk yang tidak sesuai standar tersebut. Penggunaan SPC ini harus memenuhi
kondisi berikut.
1. Semua barang harus diproduksi pada kondisi yang sama atau identik, memiliki
kandungan yang bersifat homogen, misalnya buah jeruk yang diperiksa hari ini dan besok
ditanam dan dikembangkan dengan metode yang sama.
2. Menerapkan inspeksi secara sampel, di mana setiap unit dalam proses produksi memiliki
peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
3. Sampel akan lebih akurat jika jumlahnya makin besar.
4. Pengukuran beberapa kali lebih baik daripada satu kali pengukuran.
5. Sampel diambil secara berkala.
6. Metode pengukuran harus disepakati dan dipahami.
7. Hasil pengukuran harus dapat mendukung proses pengambilan keputusan.
8. Hasil pengukuran sampel harus dapat diinterpretasikan dan diterapkan dengan baik.

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

Standard operating prosedur, atau biasa disingkat SOP, merupakan rujukan standardisasi
dalam melaksanakan sebuah kegiatan/tugas dalam organisasi sehingga setiap proses
mengikuti alur yang disepakati dan diketahui bersama. Tujuannya adalah menghasilkan
produk yang sesuai standar kualitas. Pembuatan SOP diawali dengan mengidentifikasi
langkah-langkah dan bagian/unit kerja (bukan nama karyawan), kemudian menetapkan
penanggung jawab pelaksana kegiatan tersebut. Kemudian, ketetapan tersebut
didokumentasikan dan disetujui pihak manajemen dari bagian terkait. Dokumen ini berguna
sebagai aturar. tertulis sekaligus bahan pembelajaran bagi karyawan baru. Contoh
dokumentasi SOP dapat dilihat pada Ilustrasi 8.13.

ISU STRATEGIS TOTAL QUALIY MANAGEMENT (TQM)


Total quality management adalah sebuah sistem terstruktur demi memuaskan konsumen
internal dan eksternal perusahaan dengan mengintegrasikan strategi bisnis, kebijakan
kualitas,improvement process, dan budaya organisasi yang berkembang dalam
meningkatkan kualitas produk dan/atau jasa.
TQM dilaksanakan oleh seluruh jajaran organisasi dari yang paling tinggi sampai yang paling
rendah. TQM berusaha menggali proses peningkatan kualitas, menekankan pentingnya
standardisasi proses, melaksanakan proses QFD, mencapai cost of quality yang efisien,
melakukan benchmarking kepada organisasi pada industri sejenis maupun berbeda, dan
berusaha mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah oleh karyawan, pemasok,
dan hubungan dengan konsumen akhir dari organisasi.
Tujuan akhir dari TQM adalah mengelola proses yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan layanan kualitas bagi konsumen, mengurangi jangka waktu pengembangan
produk sampai produk diterima konsumen, dan mengurangi biaya proses.
Singkatnya, TQM dapat dirangkum sebagai berikut.
1. Total: keterlibatan dan komitmen semua karyawan.
2. Quality: sesuai dengan kebutuhan konsumen.
3. Management: penekanan kepada upaya yang terus-menerus untuk
meningkatkan kualitas.
Pola pikir tradisional dalam manajemen kualitas hanya sebatas membuat standar dan
melakukan pemeriksaan (inspeksi) apakah pekerjaan dilakukan sesuai dengan standar. Lalu,
konsep tersebut berkembang menjadi proses pengendalian kualitas (quality control),
kemudian dibutuhkan pihak yang memeriksa hasil proses (quality assurance). Akhirnya,
perkembangan menuju konsep yang mengintegrasikan organisasi yang mengutamakan
proses peluang perbaikan dari standar kerja dan hasil yang diperoleh.
Perilaku yang menunjukkan komitmen:
1. Meluangkan waktu bersama konsumen.
2. Memperlakukan pemasok sebagai rekan, bukan pesaing.
3. Meluangkan waktu memeriksa pekerjaan di lapangan..
4. Mengutamakan kualitas.
Elemen utama dari TQM adalah:
Pihak manajemen organisasi berkomitmen dalam mengarahkan dan ikut berpartisipasi
dalam program perbaikan yang berkelanjutan. Komitmen manajerial perusahaan Juri
budaya.

QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS)


Quality management awalnya dimulai oleh Standar Militer Amerika, yaitu failure mode
effect analysis (FMEA) yang diterapkan pada peralatan perang, seperti pesawat, tank,
senjata, mesin, makanan, dan lainnya. Kemudian, muncul konsep standard pertama kali
yang diperkenalkan oleh British Standard. FMEA merupakan sekelompok aktivitas yang
sistematis dan dirancang untuk:
1. Mengenal dan mengevaluasi potensi kegagalan dari sebuah produk/proses dan
akibat dari kegagalan tersebut.
2. Mengidentifikasi tindakan yang dapat menghilangkan atau mengurangi kemungkinan
terjadinya potensi kegagalan.
3. Mendokumentasikan proses analitis dari aktivitas-aktivitas di atas.

Cakupan TQM meliputi:


1. Product requirements.
2.Customer requirements.
3. Statutory requirements.

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARDIZATION (ISO)


International Organization for Standardization (ISO) didirikan pada tahun 1947 dan
berkantor pusat di Jenewa, Swiss, berperan sebagai organisasi yang mempromosikan
standar industri dan komersial bagi produk, proses, dan organisasi penghasil produk
dan/jasa.
Standar internasional ISO menyediakan metode praktis untuk menghadapi tantangan global
masa kini bagi keuntungan ekonomi, masyarakat, dan teknologi. ISO membantu standar
teknis dari kualitas sebuah proses, produk dan/atau jasa sehingga industri menjadi lebih
efisien, memfasilitasi pergerakan barang antarnegara, dan menetapkan standar yang dapat
diterima secara internasional. Produk dan organisasi yang sudah memenuhi standar ISO
maka akan

DEMING CYCLE
Diilustrasikan dalam siklus PDCA (lihat Ilustrasi 8.5). Berikut adalah 14 konsep deming
mengenai manajemen kualitas²:
1. Create constancy of purpose for improving products and services.
2. Adopt new philosophy.
3. Cease dependence on inspection to achieve quality.
4. End the practice of awarding business on price alone; instead, minimize total cost by
working with a single supplier.
5. Improve constantly and forever every process for planning, production and service.
6. Institute training on the job. 7. Adopt and institute leadership.
8. Drive out fear.
9. Break down barriers between staff areas.
10. Eliminate slogans, exhortations and targets for the workforce.
11. Eliminate numerical quotas for the workforce and numerical goals for management.
12. Remove barriers that rob people of pride of workmanship, and eliminate the
annual rating or merit system.
13. Institute a vigorous program of education and self-improvement for everyone. 14. Put
everybody in the company to work accomplishing the transformation.

KASUS
APLIKASI POLICY DEPLOYMENT DI PABRIK VOLKSWAGEN, BRASIL, UNTUK BERSAING DI
PASAR OTOMOTIF
Policy deployment (hoshin kanri) adalah proses perencanaan dan penerapan kebijakan di
seluruh organisasi mulai dari visi sampai dengan tindakan perbaikan. Studi kasus diambil
dari Volkswagen do Brasil's new strategy³. Perusahaan pembuat mcbil, yaitu VW dengan
merek 'Do' ingin mengembalikan posisinya sebagai perusahan yang menguntungkan dan
pemegang pangsa pasar terbesar di Brasil pada tahun 2009. Kuncinya melalui desain produk
yang inovatif, performa tinggi, harga bersaing, dan kendaraan yang kuat, untuk dijual di
seluruh jaringan penjualan mobil di Brasil. Target konsumennya adalah konsumen kelas
menengah dan atas.
Visi: Meraih keuntungan dan pangsa pasar nomor satu di Brasil pada tahun 2009.
Competitive Advantage: tenaga kerja yang bermotivasi tinggi, bekerja sama dengan
pemasok untuk menghasilkan:
1. Desain yang inovatif.
2. Kinerja yang baik.
3. Harga jual bersaing.
4. Kendaraan dengan keandalan tinggi.
Target pasar: konsumen dengan penghasilan kelas menengah dan atas. Visi tersebut
diterjemahkan ke dalam tujuan departemen dan program kerja sebagai berikut

PENERAPAN IMPROVEMENT PROCESS DI BAGIAN PROSES PEMOTONGAN BAHAN


Improvement process yaitu proses untuk memperbaiki hasil pekerjaan, proses pekerjaan,
dan lingkungan kerja sehingga pekerjaan menjadi menyenangkan dan hasilnya baik. Sebutan
lainnya adalah: quality control circle (QCC), PDCA team, dan gugus kendali mutu (GKM).
Perhatikan hal-hal berikut bagi tim pelaksana improvement process:
1. Didorong dari posisi puncak ke bawah (level manajerial kepada karyawan).
2. Memiliki tujuan yang menantang, fokus pada proses, melibatkan semua orang, memberi
pengaruh positif terhadap perilaku karyawan, meningkatkan kepuasan kerja karyawan
dan kualitas produk dan keselamatan kerja.
3. Menyelesaikan masalah secara: rasional, ilmiah, efektif, efisien.
4. Memunculkan masalah untuk mengatasi penyebab. Hindari usaha mengendalikan
agar masalah tidak terjadi yang berakibat tim merasa bahwa masalah sudah selesai,
kenyataannya belum sama sekali!
5. Memunculkan masalah untuk identifikasi penyebab, lalu mengatasi penyebab. Akibatnya
adalah sumber masalah tidak timbul dan masalah tidak terjadi.
6. Manajer/supervisor harus paham improvement process karena proses ini butuh
fasilitator, tim penilai, dan pemberi pandangan arah perbaikan kerja, proses perbaikan
terkoordinasi dan mendukung tujuan organisasi/departemen.

APLIKASI VENDOR RELEASE DI BAGIAN GUALITY CONTROL


Vendor release adalah suatu proses pada bagian quality control (QC) perusahaan di mana
bahan baku/material yang dikirim oleh pemasok tidak lagi melalui proses incoming
inspection (Ilustrasi 8.3) terhadap kualitas barang, tapi dimungkinkan untuk dinyatakan
'lolos' oleh bagian QC bahwa bahan baku tersebut dapat langsung digunakan untuk
produksi.
Manfaat vendor release, antara lain:
1. Mengurangi lead time pemeriksaan bahan baku.
2. Mengurangi proses pemeriksaan kualitas pada saat kedatangan.
3. Meningkatkan kerja sama dan usaha meningkatkan kualitas oleh pembeli dan
pemasok. Langkah-langkah pelaksanaan adalah sebagai berikut.
1. Prioritas pemilihan pemasok: pemasok utama (berdasarkan Paretc) dengan tingkat
kualitas produk baik, risiko ketidakpastian pasokan rendah, memiliki standar kualitas yang
sama dengan pembeli, dan sudah terbentuk kerja sama yang baik dengan pembeli.
Dengan demikian akan mengurangi waktu pengecekan secara signifikan.
2. Melakukan kunjungan ke pemasok.
3. Menyamakan persepsi dan standar kualitas dari pembeli dan pemasok.
4. Menyepakati hak dan kewajiban antara pembeli dan pemasok jika pengiriman
barang memenuhi standar dan jika pengiriman barang tidak memenuhi standar
kualitas.

Ketika pembeli mengirimkan permintaan beli bahan baku kepada pemasok, pemasok mulai
mempersiapkan pengiriman sesuai jumlah, jenis, dan periode permintaannya. Proses
pengecekan kualitas bahan baku adalah setelah bahan baku selesai diproduksi oleh
pemasok dengan standar kualitas yang sudah disepakati bersama pembeli. Setelah bahan
baku dikirim dan diterima pembeli, maka bagian quality control di pihak pembeli tidak perlu
melakukan proses cek kualitas.

Anda mungkin juga menyukai