Anda di halaman 1dari 157

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

(TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN


PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
MADRASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAH JABUNG MALANG

SKRIPSI

Oleh :

Nuril Milati
07140073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Agustus 2009
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
MADRASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAH JABUNG MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik


Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Stara Satu Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh :
Nuril Milati
07140073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Agustus 2009
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
MADRASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAH JABUNG MALANG

SKRIPSI

Oleh :
Nuril Milati
07140073

Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Sulalah, M. Ag


NIP. 150 267 279

Tanggal 25 Juli 2009

Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Dra. Hj. Sulalah, M. Ag


NIP. 150 267 279
HALAMAN PENGESAHAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT


(TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
MADRASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAH JABUNG MALANG

SKRIPSI
dipersiapkan dan disusun oleh
Nuril Milati (07140073)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
06 Agustus 2009 dengan nilai A
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada tanggal: 12 Agustus 2009

Panitia Ujian Tanda Tangan


Ketua Sidang
Abdussakir, M. Pd :
NIP. 150 327 247

Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag :
NIP. 150 267 279

Pembimbing
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag :
NIP. 150 267 279

Penguji Utama
Drs. H. A. Fatah Yasin, M.Ag :
NIP. 150 287 892

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang

Drs. M. Zainuddin, MA.


NIP. 150 275 502
PERSEMBAHAN

Adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai atas terselesainya penulisan


skripsi ini selayaknya semacam ”Manusia Sempurna” menginginkan
berbagi kebahagiaan dan kebanggaan dengan sekitarnya. Ku persembahkan
skripsi ini untuk:

Ayah dan Ibunda tercinta. Pelita hidupku yang selalu mengasihi dan
menyayangiku dengan kasih tak terbatas dari buaian hingga mengerti akan
arti sebuah ilmu dengan belasan sesejuk embun dan do’a suci di malam
hari.

Suamiku Tersayang Imam Taufik. Kasih dan sayangmu yang Damai


dijiwaku Memberikan semangatku ketika Terpuruk.

Sahabat-sahabatku. mb U2n, Kasna, Priti, Kayntong, Su’inah, Koceng, dan


Keluarga Besar Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang, Yang selalu
membawa Anganku untuk kembali mengulang cerita Lamaku bersama lagi.

”Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” mulai dari guru Tk, para ustadz sampai para
dosen-dosen, trima kasih banyak atas ilmunya dan jasa-jasanya. Semoga
tetap menjadi Pahlawan dalam keadaan apapun.

Semua manusia yang mungkin pernah bertemu baik sengaja maupun tidak
dan seluruh mahluk hidup yang mungkin telah tercuri ilmunya walaupun
kadang-kadang ada semacam kesalahan yang “Biasa” dilakukan sebagai
manusia.

Trima-kasih pada buku-buku dengan Pengarangnya, Internet dengan situs-


situsnya, Komputer dengan winamp dan printernya yang menjadi Inspirasi
dan referensi skripsi ini.

SORRY n’ THANK’S ALL


MOTTO

4 ß|¡ômr& }‘Ïδ ÉL©9$$Î/ Οßγø9ω≈y_uρ ( ÏπuΖ|¡ptø:$# ÏπsàÏãöθyϑø9$#uρ Ïπyϑõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È≅‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$#

∩⊇⊄∈∪ tωtGôγßϑø9$$Î/ ÞΟn=ôãr& uθèδuρ ( Ï&Î#‹Î6y™ tã ¨≅|Ê yϑÎ/ ÞΟn=ôãr& uθèδ y7−/u‘ ¨βÎ)

Artinya: ”Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk-Nya.” (Q. S. An-Nahl:125)1

1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Al-
Hidayah, 1998), hlm. 421
Dra. Hj. Sulalah, M.Ag
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang

Nota Dinas Pembimbing

Hal : Skripsi Nuril Milati Malang, 25 Juli 2009


Lamp : 5 (lima) Eksemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Di
Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi,
bahasa maupun teknik penulisan dan setelah membaca skripsi mahasiswa
tersebut di bawah ini:

Nama : Nuril Milati


NIM : 07140073
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi : Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT (Teams Games Turnament) Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-
Rahmah Jabung Malang

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah


layak diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing

Dra. Hj. Sulalah, M.Ag


NIP. 150 267 279
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Malang, 25 Juli 2009

Nuril Milati
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Turnament) Untuk Meningkatkan

Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-

Rahmah Jabung Malang” .

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah

membawa petunjuk kebenaran seluruh manusia yaitu ad-Dinul Islam yang kita

harapkan syafaatnya di dunia dan di akhirat.

Penulisan dan penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi

dari keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh UIN malang

sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi Mahasiswa Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang serta untuk

memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar stara satu Sarjana

Pendidikan di UIN Malang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan dan

kurangnya pengalaman, banyaknya hambatan dan kesulitan senantiasa penulis

temui dalam penyusunan skripsi ini. Dengan terselesainya skripsi ini, tak lupa

penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang memberikan
arahan, bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan karya ilmiah ini, dengan

segala kerendahan hati, diucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda dan ibunda serta segenap keluarga yang dengan sabar telah

membesarkan, membimbing, mendo’akan, mengarahkan, memberi

kepercayaan, bantuan moril dan materil demi kesuksesan ananda.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Bapak Dr. M. Zainuddin MA., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

arahan dan bimbingannya hingga laporan ini selesai.

5. Bapak dan ibu dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang yang telah membimbing penulis selama belajar dibangku

perkuliahan.

6. Bapak Ali Riwayat, selaku Kepala Sekolah MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung

Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpin.

7. Ibu Ervita Ummul Khoiroh, S.Pd. selaku Guru Mata Pelajaran Matematika

yang telah bersedia bekerjasama demi terselesainya penelitian ini.

8. Segenap Guru dan Karyawan MI. Ar-Rahmah Bendo Sukolilo Jabung

Malang yang telah memberikan bantuannya dalam memberikan data-data

selama penelitian ini berlangsung.


9. Seluruh siswa/i kelas V MI. Ar-Rahmah yang turut membantu jalannya

program penelitian ini.

10. Keluarga besar Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang yang selalu

memberikan inspirasi dalam hidup.

11. Semua teman-teman PGMI angkatan 2005-2006 yang selalu memberikan

motivasi dan banyak pengalaman yang berharga.

12. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Tiada kata yang patut diucapkan selain ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya dan do’a tulus, semoga amal baik mereka diterima oleh Allah

dan mendapat Ridha-Nya. Amin...

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis

harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Amiiin...

Malang, 25 Juli 2009

Penulis
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok

Tradisional.................................................................................... 33

Tabel 2.2 : Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ................................. 38

Tabel 4.1 : Ruang dan Inventaris MI Ar-Rahmah Sukoilo Tahun Ajaran

2008-2009 .................................................................................... 82

Tabel 4.2 : Data Kelas V ................................................................................ 83

Tabel 4.3 : Pembentukan Kelompok Belajar ................................................... 87

Tabel 4.4 : Distribusi Skor Tes Individual Ulangan Sebelum Penelitian

Mata Pelajaran Matematika Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo

Jabung Malang ............................................................................. 89

Tabel 4.5 : Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus I .............................. 94

Tabel 4.6 : Distribusi Skor Tes Individual Siklus I Mata Pelajaran

Matematika Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang ......... 96

Tabel 4.7 : Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan Guru Pada

Siklus I ......................................................................................... 97

Tabel 4.8 : Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan Siswa Pada

Siklus I ......................................................................................... 99

Tabel 4.9 : Hasil Catatan Lapangan Pada Siklus I......................................... 100

Tabel 4.10 : Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus II .......................... 105

Tabel 4.11 : Distribusi Skor Tes Individual Siklus II Mata Pelajaran

Matematika Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang ....... 106


Tabel 4.12 : Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kagiatan Guru Pada

Siklus II ...................................................................................... 108

Tabel 4.13 : Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan Siswa Pada

Siklus II ...................................................................................... 109

Tabel 4.14 : Hasil Catatan Lapangan Pada Siklus II ....................................... 110

Tabel 4.15 : Hasil Angket Respon Siswa Setelah Siklus II ............................. 113
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Krucut Pengaaman Belajar.......................................................... 26

Gambar 2.2 : Pola Pengaturan Tempat Duduk Model Cluser............................ 42

Gambar 2.3 : Pola Pengeturan Tempat Duduk Model Swing ............................ 43

Gambar 2.4 : Rancangan Meja Turnamen Pembelajaran Kooperatif Tipe

TGT Secara Umum ..................................................................... 55

Gambar 2.5 : Urutan Celling Dalam Meja Turnamen ....................................... 60

Gambar 3.1 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 78


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Struktur Organisasi MI Ar-Rahmah .......................................... 135

Lampiran 2 : Denah MI Ar-Rahmah .............................................................. 136

Lampiran 3 : Badan Struktur Organisasi Komite/Dewan Sekolah .................. 137

Lampiran 4 : Bagan Struktur Organisasi Sekolah........................................... 138

Lampiran 5 : Jadwal Pelajaran Tahun Akademik 2008/2009.......................... 139

Lampiran 6 : Profil Sekolah........................................................................... 140

Lampiran 7 : Daftar Nama Guru RA/MI Tahun 2009 .................................... 142

Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................. 143

Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................... 146

Lampiran 10 : Materi Pelajaran ..................................................................... 148

Lampiran 11 : Daftar Kelompok I (Asal) ....................................................... 150

Lampiran 12 : Daftar Kelompok II (Turnamen) ............................................. 151

Lampiran 13 : Aturan Permainan TGT .......................................................... 152

Lampiran 14 : Lembar Kerja Kelompok dan Kunci Jawaban Siklus I ............ 153

Lampiran 15 : Lembar Kerja Kelompok dan Kunci Jawaban Siklus II ........... 155

Lampiran 16 : Kartu Soal Turnamen dan Kunci Jawaban Siklus I ................. 157

Lampiran 17 : Kartu Soal Turnamen dan Kunci Jawaban Siklus II ................. 163

Lampiran 18 : Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus I ............................... 166

Lampiran 19 : Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus II ............................. 169

Lampiran 20 : Rekapitulasi Nilai Kelompok Siklus I dan II ............................ 172


Lampiran 21 : Rekapitulasi Nilai Turnamen Siklus I dan II ............................ 173

Lampiran 22 : Rekapitulasi Nilai Evaluasi Siklus I dan II ............................... 174

Lampiran 23 : Gambar-Gambar Poin (Smile) ................................................. 175

Lampiran 24 : Piagam Penghargaan ............................................................... 176

Lampiran 25 : Format Angket Respon Siswa .................................................. 177

Lampiran 26 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Pembelajaran ......... 179

Lampiran 27 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ........ 182

Lampiran 28 : Pedoman Wawancara .............................................................. 185

Lampiran 29 : Dokumentasi Hasil Penelitian .................................................. 186

Lampiran 30 Lampiran Surat Keputusan Kepala MI Ar-Rahmah .................... 195

Lampiran 31 : Surat Penelitian ....................................................................... 196

Lampiran 32 : Surat Keterangan Penelitian .................................................... 197

Lampiran 33 :Bukti Konsultasi ....................................................................... 198

Lampiran 34 : Daftar Riwayat Hidup.............................................................. 199


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

MOTTO ............................................................................................................ vi

HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................. vii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

DAFTAR ISI .................................................................................................. xvii

ABSTRAK....................................................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Balakang ....................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................4

C. Tujuan Penelitian................................................................................ 5

D. Hipotesis Penelitian .............................................................................5

E. Manfaat Penelitian ...............................................................................5


F. Definisi Operasional ............................................................................7

G. Sistematika Pembahasan ......................................................................8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Prestasi Belajar .................................................................................. 10

1. ................................................................................................... P

engertian prestasi belajar .............................................................. 10

2. ................................................................................................... F

aktor-faktor yang dapat prestasi .................................................... 13

3. ................................................................................................... U

saha kearah peningkatan prestasi belajar ...................................... 18

B. Belajar dan Pembelajaran .................................................................. 21

1. ................................................................................................... P

engertian belajar dan pembelajaran............................................... 21

2. ................................................................................................... C

iri-ciri belajar dan pembelajaran ................................................... 23

3. ................................................................................................... F

aktor-faktor yang mempengaruhi belajar ...................................... 27

C. Pembelajaran Kooperatif ................................................................... 29

1. ................................................................................................... P

engertian pembelajaran kooperatif................................................ 29

2. ................................................................................................... C

iri-ciri pembelajaran kooperatif .................................................... 32


3. ................................................................................................... P

entingnya pembelajaran kooperatif ............................................... 32

4. ................................................................................................... U

nsur-unsur pembelajaran kooperatif.............................................. 34

5. ................................................................................................... P

eran guru dalam proses pembelajaran kooperatif .......................... 36

6. ................................................................................................... K

euntungan pembelajaran kooperatif .............................................. 37

7. ................................................................................................... K

elebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif........................ 39

D. Pembelajaran Matematika.................................................................. 45

1. ................................................................................................... P

engertian pembelajaran matematika.............................................. 45

2. ................................................................................................... K

arakteristik pembelajaran matematika........................................... 48

3. ................................................................................................... T

ujuan pembelajaran matematika ................................................... 50

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Turnament (TGT) ........ 52

1. ................................................................................................... L

angkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT ...................... 53

2. ................................................................................................... K

elebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT ........ 62


BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................... 63

B. Kehadiran Peneliti .............................................................................. 64

C. Setting Penelitian ................................................................................ 64

D. Data dan Sumber Data ........................................................................ 66

E. Siklus Penelitian ................................................................................. 67

F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 68

G. Analisis data ....................................................................................... 71

H. Pengecekan Keabsahan Temuan ......................................................... 74

I. Tahap-Tahap Penelitian........................................................................ 75

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Obyek Penelitian ........................................................ 79

B. Paparan Data....................................................................................... 86

1. Pra tindakan...................................................................................... 86

2. Siklus I ............................................................................................. 90

3. Siklus II .......................................................................................... 102

4. Refleksi Masing-Masing Siklus ...................................................... 119

a. Siklus I ...................................................................................... 119

b. Siklus II ..................................................................................... 120

BAB V PEMBAHASAN
A. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dalam

Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo

Jabung Malang ............................................................................... 121

B. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V MI. Ar-

Rahmah Bendo Jabung Malang dengan diterapkannya

Pembelajaran kooperatif tipe TGT .................................................. 125

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 129

B. Saran .............................................................................................. 130

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
ABSTRAK
Milati, Nuril, 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams
Games Turnament) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-
Rahmah Jabung Malang. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Dosen Pembimbing: Dra. Hj. Sulalah, M.Pd.

Kata kunci: Prestasi, Pembelajaran Kooperatif Model TGT.

Rendahnya kualitas program pembelajaran di Madrasah, seringkali


disebabkan oleh sistem pembelajaran yang dilakukan di Madrasah tersebut.
Kebanyakan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar hanya datang,
mengikuti ceramah guru, melihat guru menulis di papan tulis, lalu mengingat
segala informasi yang di berikan oleh guru. Untuk menanggulangi hal itu telah
banyak konsep pembelajaran aktif yang ditawarkan. pembelajaran aktif
nampaknya merupakan jawaban atas permasalahan tentang rendahnya mutu atau
kualitas pembelajaran di Indonesia pada umumnya, salah satunya adalah
penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dengan menerapkan pembelajaran
ini, diharapkan mutu atau kualitas pembelajaran meningkat, sebab pada
pembelajaran ini keaktifan peserta didik lebih diutamakan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk penerapan pembelajaran kooperatif
tipe TGT dalam pembelajaran matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung
Malang. (2) untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas V MI
Ar-Rahmah Jabung Malang dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe
TGT.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian PTK
kolaboratif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain:
observasi, wawancara, dokumentasi, pengukuran tes, dan catatan lapangan
Analisis yang digunakan peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Urutan
kegiatan penelitian mencakup 4 tahap meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,
(3) pengamatan dan (4) refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada pelajaran matematika ada 2 tahap yang di dalamnya
mencakup penyajan kelas, kerja kelompok, game, turnamen, dan penghargaan
kelompok. Penerapannya sangatlah bagus meskipun banyak hambatan yang
didapat pada pelaksanaannya, hal ini sesuai dengan respon siswa yang
menunjukkan sebesar 83.87% siswa yang menyatakan bahwa siswa sangat senang
mengikuti pelajaran dengan cara berkelompok dengan tipe TGT dengan teman-
temannya. (2) penerapan belajar kooperatif dapat meningkatkan prestasi siswa, hal
ini dibuktikan pada hasil tes pada sebelum diadakannya penelitian, siklus I dan
siklus II yang porsentasenya mulai 32.43%, 80% sampai 97.14%.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat

dipengaruhi oleh kemajuan dalam dunia pendidikan. Secara formal, dunia

pendidikan meliputi pendidikan di tingkat perguruan tinggi, SMA, SMP, dan

SD. Untuk menciptakan suatu masyarakat yang maju maka harus dilakukan

usaha-usaha yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di semua jenjang

pendidikan tersebut. Mutu pendidikan dikatakan baik jika proses belajar

mengajar di semua jenjang tersebut benar-benar efektif dan efisien sehingga

siswa dapat mencapai kemampuan intelektual, sikap, dan ketrampilan yang

diharapkan.

Mutu pendidikan dipengaruhi oleh beberapa hal terutama ketersediaan

fasilitas belajar, pemanfaatan waktu, dan penggunaan metode belajar. Pada

pelaksanaan pembelajaran di kelas guru harus mampu memilih metode

pembelajaran yang tepat karena cara guru dalam menyampaikan materi

pelajaran sangat mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran dan minat

siswa terhadap materi pelajaran yang pada akhirnya akan berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa. Bahar menyatakan bahwa guru berkewajiban

untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan


kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif bagi siswa agar mencapai

hasil pembelajaran yang optimal.2

Dari hasil wawancara dengan guru matematika MI Ar-Rahmah Bendo

Jabung Malang diketahui bahwa prestasi belajar matematika siswa di sekolah

tersebut rendah. Rendahnya prestasi belajar matematika di kelas tersebut

diduga karena guru secara aktif menjelaskan materi, memberi contoh, dan

latihan sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan

latihan. Pembelajaran seperti itu kurang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menemukan, membentuk, dan mengembangkan pengetahuannya

sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tersebut kurang mampu

menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa. Selain itu, kecil sekali

peluang terjadinya proses sosial antar siswa yaitu hubungan siswa satu

dengan siswa lainnya dalam rangka membangun pengetahuan bersama.

Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang

lahir dari gagasan Jean Peaget. Dalam pandangan konstruktivisme,

pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Menurut

Suherman dkk. didalam kelas konstruktivisme, pengetahuan yang berada

dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara

yang satu dengan yang lainnya, dan berpikir secara kritis tentang cara terbaik

untuk menyelesaikan setiap masalah.3

2
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: DPDIKBUD bekerjasama
dengan Rineka Cipta, 2002), hal. 4
3
Ichad Carry Wijayanti, “Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa yang diajar dengan
Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Pembelajaran Konvensional pada Bahasan Dinamika
Gerak Lurus di SMUN 5 Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang 2002 Hal. 10.
Salah satu model pembelajaran yang berpijak pada pandangan

konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada para siswa melaksanakan

kegiatan belajar bersama dengan kelompok kecil (antara 3 sampai 5 orang).

Dalam pembelajaran kooperatif masing-masing siswa anggota kelompok

bertanggung jawab terhadap keberhasilan diri dan anggotanya. Mereka harus

saling membantu melaksanakan tugas yang diberikan kepada kelompoknya

sehingga setiap anggota kelompok mencapai potensi optimal yang mungkin

diraihnya. Sampai saat ini sudah cukup banyak tipe pembelajaran kooperatif

yang dikembangkan, diantaranya adalah Students Team Achievement

Divisions (STAD), Teams Games Turnament (TGT), Jigsaw, Team Assisted

Individralization (TAI), Group Investigation (GI), dan lain-lain.4

Teams Games Turnament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan adanya kerjasama antar anggota kelompok

untuk mencapai tujuan belajar. Terdapat empat tahap dalam TGT yaitu

mengajar, belajar kelompok, turnamen/perlombaan, dan penghargaan

kelompok. Hal yang menarik dari TGT dan yang membedakannya dengan

tipe pembelajaran kooperatif yang lain adalah turnamen. Di dalam turnamen,

siswa yang berkemampuan akademiknya sama akan saling berlomba untuk

mendapatkan skor tertinggi di meja turnamennya. Jadi siswa yang

berkemampuan akademiknya tinggi akan berlomba dengan siswa yang

berkemampuan akademiknya tinggi, siswa yang berkemampuan akademiknya


4
Noornia, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pengajaran Persen di
Kelas IV SD Islam Ma’arif 02 Singosari”, Tesis tidak diterbitkan, Malang, Program Pasca Sarjana.
Hal. 14
sedang akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya

sedang, siswa yang berkemampuan akademiknya rendah akan berlomba

dengan siswa yang berkemampuan akademiknya rendah juga. Oleh karena

itu, setiap siswa punya kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik di

meja turnamennya. Hal ini tentu akan memotivasi siswa dalam belajar

sehingga berpengaruh juga terhadap prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka perlu suatu

tindakan guru untuk mencari dan menerapkan suatu model pembelajaran yang

sekiranya dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar matematika

siswa. Dalam rangka itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan

judul: ” Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games

Turnament) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa

Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Jabung Malang

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut diatas,

maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam

pembelajaran matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang?

2. Bagaimana peningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI

Ar-Rahmah Jabung Malang dengan diterapkannya pembelajaran

kooperatif tipe TGT?


C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk:

1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran

matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang.

2. Peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah

Jabung Malang dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TGT.

D. Hipotesis Penelitian

Jika pembelajaran kooperatif tipe TGT diterapkan dalam proses pembelajaran

Matematika, maka prestasi belajar siswa kelas V MI. Ar-Rahmah Jabung

Malang dapat meningkatkan.

E. Manfaat Penelitian

1. Lembaga atau sekolah

Memberikan masukan pada sekolah yang berkaitan dengan

penggunaan metode pembelajaran kooperatif model TGT untuk dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan sebuah pengajaran yang

lebih baik.

2. Guru

Penggunaan metode pembelajaran kooperatif model TGT ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru dalam proses belajar mengajar

sehingga dapat meningkatkan keaktifan, kekreatifan bagi peserta didik dan


juga pemahaman peserta didik sehingga terbentuk proses pembelajaran

yang diinginkan atau tercapainya proses kegiatan belajar mengajar yang

bagus.

3. Siswa

Memberikan pengetahuan, semangat, dorongan serta solusi untuk

belajar lebih giat atau lebih aktif lagi dalam setiap pelajaran yang

disampaikan oleh guru.

4. Peneliti.

Menambah pengetahuan atau wawasan dalam penggunaan metode

pembelajaran kooperatif model TGT sehingga nantinya dapat dijadikan

sebagai bahan, latihan dan pengembangan dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar.

5. Bagi Jurusan

Bagi jurusan hasil penelitian sangat bermanfaat dalam rangka

perbaikan sistem pembelajaran, sedangkan bagi dosen yang lain hasil

penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam memilih dan

menerapkan suatu strategi, metode atau media yang sesuai dengan tujuan

atau kompetensi pembelajaran tertentu.

6. Bagi Fakultas/Universitas

Sebagai wahana untuk menjalankan tugasnya dalam mengemban

Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni melaksanakan: (1) pendidikan dan

pembelajaran, (2) penelitian, dan (3) pengabdian kepada masyarakat,

terlebih fakultas ini memiliki tugas menghasilkan calon-calon guru


profesional di masa depan. Dengan demikian hasilnya dapat dijadikan

sebagai bahan masukan dalam mempersiapkan calon guru di masa yang

akan datang dan juga sebagai pengembangan keilmuan khususnya masalah

pembelajaran.

F. Definisi Operasional

Dalam pembahasan skripsi ini agar lebih terfokus pada permasalahan

yang akan dibahas, sekaligus menghindari terjadinya persepsi lain mengenai

istilah-istilah yang ada, maka perlu adanya penjelasan mengenai definisi

istilah dan batasan-batasannya.

Adapun definisi dan batasan istilah yang berkaitan dengan judul

dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Belajar dan pembelajaran, belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan, baik itu

perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran

merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memudahkan siswa dalam

mencapai tujuan atau keberhasilan yang diharapkan.

2. Belajar matematika pada hakekatnya adalah berkenaan dengan ide-ide,

struktur yang diatur menurut aturan yang logis.

3. Metode pembelajaran kooperatif adalah aktivitas belajar oleh kelompok

kecil siswa yang di dalamnya terjadi kerja sama, saling menyumbangkan

pikiran untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok, pemecahan masalah


dan tanggung jawab terhadap pencapaian hasi belajar secara individu

maupun kelompok.

4. Metode pembelajaran kooperatif model teams games tournament (TGT)

adalah salah satu model pembelajaran yang merupakan bagian dari metode

belajar kooperatif. Melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada

perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan dan reinforcement.

5. Prestasi Belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas

belajar.5

G. Sistematika Pembahasan

Penulisan penelitian ini , peneliti bagi menjadi 4 (empat) bab, tiap bab

menjadi sub bab yaitu sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan yang menggambarkan masalah-masalah yang

akan dibahas pada bab berikutnya, terdiri dari latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis

penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan

sistematika pembahasan.

Bab II : Merupakan kajian teoritik yang menjelaskan tentang

pengertian Belajar dan Pembelajaran, Belajar Matematika,

5
Syaiful Bakri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), hlm. 23.
Metode Pembelajaran Kooperatif dan Metode Pembelajaran

Kooperatif model Teams Games Tournament (TGT), dan

Prestasi Belajar.

Bab III : Merupakan bab yang menerangkan tentang metode

pendekatan yang digunakan peneliti dalam pembahasannya

yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran

peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur

pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan

temuan, tahap-tahap penelitian.

Bab IV : Merupakan bab yang memaparkan latar belakang obyek

penelitian dan paparan data.

Bab V : Merupakan pembahasan hasil penelitian untuk menjawab

masalah penelitian

Bab IV : Penutup memuat tentang: kesimpulan, saran, dan bagian

akhir. Bagian akhir ini terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-

lampiran, dan daftar riwayat hidup.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu ”prestasi” dan

”belajar”. Untuk memahami pengertian prestasi belajar, maka perlu

diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ”prestasi” dan apa

yang dimaksud dengan ”belajar”.

Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu ”Presesatie” yang

kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti hasil

usaha.6

Mas’ud Hasan Abdul Qohar berpendapat prestasi adalah apa yang

telah diciptakan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan

jalan keuletan kerja.7

Sementara itu Widodo dalam kamus ilmiah populer berpendapat,

bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai.8

Pada umumnya prestasi ini digunakan untuk menunjukkan suatu

pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan atau bukti suatu

keberhasilan.

6
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,, 1991), Hal.2-3
7
Mas’ud Hasan Abdul Qohar, Kamus Ilmu Populer, (Jakarta:Bintang Pelajar,1983),
hal.56
8
Widodo, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Absolut, 2000), Hal.594
Dari beberapa pendapat, penulis dapat melihat beberapa unsur dari

definisi prestasi yaitu adanya usaha dan hasil yang dicapai. Berangkat dari

unsur-unsur ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi adalah

suatu hasil yang telah dicapai seseorang, baik itu menyenangkan hati

ataupun tidak, berkat adanya usaha yang keras.

Sedangkan belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.9

Sedangkan menurut Drs. M Uzer Usman belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan

tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat

fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar

dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan, kecakapan atau

dalam ketiga aspek yakini pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan

ketrampilan (psikomotorik).10 Sementara itu Dr. Arief S. Sadiman

berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses komplek yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga

keliang lahat nanti.11

9
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), Hal. 2
10
M. Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1993), Cet.1, Hal. 5
11
Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan
Manfaatnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 1-2
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa secara umum

pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah

mengadakan perubahan tingkah laku berkat pengalamannya dalam

berinteraksi dengan lingkungannya, atau lebih ringkasnya adalah bukti

keberhasilan yang dapat dicapai seseorang dalam kegiatan belajarnya.

Seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku

dalam dirinya. Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat

interaksi dengan lingkungannya. Tidak karena proses pertumbuhan fisik

atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-

obatan. Kecuali perubahan tersebut bersifat relatif permanen, tahan lama

dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja.

Prestasi belajar merupakan suatu hal yang bersifat Perennial.

Dalam sejarah kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut

bidang dan kemampuan masing-masing. Bila demikian halnya, kehadiran

prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu

dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya yang

masih berada pada bangku sekolah.

Maka kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar

siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah ”mengetahui garis-garis

besar indikator (penunjuk adanya prestasi tersebut) diakitkan dengan jenis

prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur”.12

12
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 64
Pengambilan keputusan tentang hasil belajar ini merupakan suatu

keharusan yang harus dilakukan oleh guru untuk menentukan tinggi

rendahnya prestasi belajar siswa. Disamping itu penilaian terhadap prestasi

belajar siswa juga untuk memahami dan mengetahui tentang siapa dan

bagaimana peserta didik itu, pemahaman tentang peserta didik ini untuk

mengetahui kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang

dimilikinya, agar mempermudah dan membantu guru dalam

mengembangkan program pengajaran yang harus diberikan.

Oleh karena itu dengan adanya evaluasi atau test maka akan

diketahui sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu

aktivitas dan juga untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajarnya atau

dengan kata lain siswa akan mengetahui prestasi belajarnya dalam kurun

waktu tertentu.

Sedangkan untuk menentukan nilai akhir dan mengukur prestasi

belajar siswa, maka perlu evaluasi yang bisa berupa test formatis maupun

test sumatif. Akan tetapi sebelum melakukan evaluasi perlu disusun

standar penilaian terlebih dahulu untuk menentukan tinggi rendahnya

prestasi belajar siswa dengan harapan mendapat data sebagai bahan

informasi guna mempermudah dalam melaksanakan evaluasi terhadap

kegiatan pengajaran.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,

baik berasal dari dalam dirinya (Internal) maupun dari luar dirinya
(eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya

merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu

pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa

mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan

kemampuan masing-masing.

Makmun dalam buku Mulyasa komponen-komponen yang terlibat

dalam pembelajaran, dan berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah:

a. Masukan mentah menunjukkan pada karakteristik individu yang

mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses

pembelajaran.

b. Masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan

sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan, atau sumber dan

program.

c. Masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan

suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.

Uraian di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar bukanlah

sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai faktor yang

melatar belakanginya. Dengan demikian, untuk memahami tentang

prestasi belajar, perlu didalami faktor-faktor yang mempengaruhinya.13

13
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
Hal. 190
a. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

peserta didik dapat digolongkan kedalam faktor sosial dan non sosial.

1) Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi

dalam situasi sosial. Termasuk lingkungan keluarga, sekolah,

teman dan masyarakat pada umumnya.

2) Sedangkan faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang

bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan

rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan

sebagainya.

Faktor Eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung

maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil

belajar peserta didik. Di samping itu, di antara beberapa faktor

eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah

peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan

khususnya dalam pelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan

keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal ini

efektivitas pengelolahan faktor bahan, lingkungan, dan instrumen

sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi

belajar, hampir keseluruhannya bergantung pada guru.

Proses pembelajaran tidak berlangsung satu arah melainkan

secara timbal balik. Kedua pihak berperan secara aktif dalam kerangka

kerja, serta dengan menggunakan cara dan kerangka berfikir yang


seyogyanya dipahami dan disepakati bersama. Tujuan interaksi

pembelajaran merupakan titik temu yang bersifat mengikat dan

mengarahkan aktivitas kedua belah pihak. Dengan demikian Kriteria

keberhasilan pembelajaran hendaknya ditimbang atau dievaluasi

berdasarkan tercapai tidaknya tujuan bersama tersebut.

Faktor sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang

tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi

keluarga (letak rumah) semuanya dapat memberi dampak baik atau

buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

Contoh: kebiasaan yang diterapkan orang tua dalam memonitor

kegiatan anak dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal

ini bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung

berperilaku menyimpang, terutama perilaku menyimpang yang berat

seperti anti sosial.

b. Faktor Internal

Uzer mengklasifikasikan faktor internal mencakup:

1) Faktor Jasmaniah (fisiologi), yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indera yang tidak

berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat

tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya

kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.


2) Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas:

a) Faktor Intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu

kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu

prestasi yang dimiliki.

b) Faktor Non Intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, faktor yang berasal dari

diri sendiri (Internal), seperti Intelegensi, minat, sikap dan

motivasi.

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan

dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang

dicapai akan bergantung pada tingkat Inteligensi. Dan hasil belajar

yang dicapai tidak akan melebihi tingkat Intelegensinya. Semakin

tinggi tingkat intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil

belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensinya rendah. Maka

kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah. Meskipun demikian,

tidak boleh dikatakan bahwa taraf prestasi belajar disekolah kurang,


pastilah Inteligensinya kurang, karena banyak faktor lain yang

mempengaruhinya.14

Minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu minat dapat

mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu.

Sikap adalah gejala Internal yang berdimensi afektif, berupa

kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap tehadap

obyek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun

negatif.

Selain faktor di atas yang mempengaruhi, prestasi belajar juga

dipengaruhi oleh waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang

dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh

terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian

peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk

belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi dari pada yang hanya

memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.

3. Usaha Kearah Peningkatan Prestasi Belajar

Berhasil atau tidaknya peserta didik belajar sebagian besar terletak

pada usaha dan kegiatannya sendiri, disamping faktor kemauan, minat,

ketekunan, tekad untuk sukses, dan cita-cita tinggi yang mendukung setiap

usaha dan kegiatannya.

14
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), hal. 73
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan

prestasi belajar antara lain:

a. Keadaan Jasmani

Untuk mencapai hasil belajar yang baik, diperlukan jasmani

yang sehat, karena belajar memerlukan tenaga, apabila jasmani dalam

keadaan sakit, kurang Gizi, kurang istirahat maka tidak dapat belajar

dengan efektif.

b. Keadaan Sosial Emosional.

Peserta didik yang mengalami kegoncangan emosi yang kuat,

atau mendapat tekanan jiwa, demikian pula anak yang tidak disukai

temannya tidak dapat belajar dengan efektif, karena kondisi ini sangat

mempengaruhi konsentrasi pikiran, kemauan dan perasaan.

c. Keadaan lingkungan

Tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh

perangsang-perangsang dari luar, karena untuk belajar diperlukan

konsentrasi pikiran. Sebelum belajar harus tersedia cukup bahan dan

alat-alat serta segala sesuatu yang diperlukan.

d. Memulai pelajaran

Memulai pelajaran hendaknya harus tepat pada waktunya, bila

merasakan keengganan, atasi dengan suatu perintah kepada diri sendiri

untuk memulai pelajaran tepat pada waktunya.


e. Membagi pekerjaan

Sewaktu belajar seluruh perhatian dan tenaga dicurahkan pada

suatu tugas yang khas, jangan mengambil tugas yang terlampau berat

untuk diselesaikan, sebaiknya untuk memulai pelajaran lebih dulu

menentukan apa yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu.

f. Adakan kontrol

Selidiki pada akhir pelajaran, hingga manakah bahan itu telah

dikuasai. Hasil baik menggembirakan, tetapi kalau kurang baik akan

menyiksa diri dan memerlukan latihan khusus.

g. Pupuk sikap optimis

Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi

meningkat dan karena itu memupuk sikap yang optimis. Lakukan

segala sesuatu dengan sesempurna, karena pekerjaan yang baik

memupuk suasana kerja yang menggembirakan.

h. Menggunakan waktu

Menghasilkan sesuatu hanya mungkin, jika kita gunakan waktu

dengan efisien. Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama sampai

habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh

tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas yang khas.

i. Cara mempelajari buku

Sebelum kita membaca buku lebih dahulu kita coba

memperoleh gambaran tentang buku dalam garis besarnya.


j. Mempertinggi kecepatan membaca

Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang sebanyak-

banyaknya dari bacaan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Karena itu harus diadakan usaha untuk mempertinggi efisiensi

membaca sampai perguruan tinggi.

Untuk suatu tindakan yang efisien diperlukan adanya kesiapan

dalam diri individu baik kesiapan fisik maupun kesiapan mental. Demikian

pula dalam belajar, kesiapan ini merupakan hal yang esensial.15

Kesiapan dapat diartikan sebagai sejumlah pola-pola respon atau

kecakapan tertentu yang diperlukan untuk suatu tindakan. Pada dasarnya

kesiapan merupakan kapasitas fisik maupun mental untuk belajar, disertai

harapan ketrampilan yang dimiliki dan latar belakang untuk mengerjakan

sesuatu. Seseorang dikatakan siap untuk sesuatu buku bila mempunyai

latar belakang pengetahuan untuk memahami isi buku, mempunyai

kemauan untuk melakukannya, dan mempunyai harapan ketrampilan

tertentu yang akan dimiliki sesudah mempelajari buku tersebut.

B. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Menurut Arifin belajar merupakan proses aktif siswa untuk

mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam

kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik

15
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2003),
Cet.ke-3, hal. 100
mandiri maupun dibimbing. Dorongan untuk belajar ini bisa berasal dari

dirinya sendiri yang disebut motivasi instrinsik dan dorongan yang datang

dari luar dirinya yaitu disebut dengan motivasi ekstrinsik16.

Menurut Dimyati & Mudjiono belajar merupakan hal yang

kompleks. Kompleks belajar ini dapat dipandang dari dua aspek, yaitu dari

siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses.

Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari

segi guru proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku tentang suatu

hal. Belajar merupakan proses internal yang kompleks yang meliputi

seluruh ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor17.

Dalam belajar siswa akan mengalami proses perubahan tingkah

laku baik itu perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Slameto

mengemukakan “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya” 18.

Perubahan yang terjadi dalam hal ini banyak sekali, dan tentunya

tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam

arti belajar. Menurut Fontana belajar adalah “proses perubahan tingkah

laku individu yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman, sedangkan

16
Arifin, Strategi Belajar Mengajar Kimia (Jakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal. 8
17
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: DPDIKBUD bekerjasama
dengan Rineka Cipta, 2002), hal. 17
18
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), hal. 2
pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi

nuansa agar program pembelajaran tumbuh dan berkembang secara

optimal”19. Menurut Djamarah belajar yaitu “serangkaian kegiatan jiwa

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut

kognitif, afektif, dan psikomotorik” 20.

Menurut Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan

nilai sikap. Seorang guru mengetahui dari pengalaman bahwa kehadiran

siswa dalam kelas belum berarti siswa sedang belajar, selama siswa tidak

melibatkan diri dia tidak akan belajar. Sehingga supaya terjadi belajar

dituntut orang melibatkan diri dan harus ada interaksi aktif21.

2. Ciri-Ciri Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa

adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses

belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan

sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang

19
Selvia, Belajar. 2008, (http://tpers.net/?p=935) hal. 1. Diakses tanggal 28 Maret 2009
20
Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hal. 12
21
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), hal. 59
dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang sesuatu hal tersebut

tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.22

Pada pendidikan formal, guru adalah praktisi yang paling

bertanggung jawab atas berhasil tidaknya program pembelajaran di

sekolah/madrasah, sebab guru merupakan ujung tombak atau memiliki

peran sentral dalam kegiatan pembelajaran di ruang kelas. Sebagai seorang

praktisi yang berhadapan langsung dengan siswa sehari-hari, guru pasti

pernah menghadapi masalah berkaitan dengan pekerjaannya. Sebagai

seorang pendidik ia berkeinginan akan apa yang akan diajarkannya atau

sedang dibahas dengan siswa dapat dipahami atau diserap oleh siswa

seoptimal mungkin, namun seringkali tidak sesuai dengan apa yang ia

harapkan.

Pada saat ini kebanyakan strategi yang digunakan oleh guru dalam

kelas-kelas tradisional pada umumnya meliputi: penggunaan ceramah,

tanya jawab, penjelasan, pemberian ilustrasi, pendemonstrasian, atau

mengarahkan siswa secara langsung ke sumber informasi selama

pembelajaran berlangsung, atau menggunakan buku teks untuk pemberian

tugas-tugas rumah. Semua itu dirancang dan seringkali dijalankan oleh

guru, sementara siswa hanya melihat.

Model pembelajaran seperti itu terbukti gagal mencapai tujuan

pembelajaran secara maksimal, sehingga pada saat ini banyak sekali

beberapa konsep pembelajaran yang diperkenalkan untuk mendongkrak

22
Dimyati dan Mujiono “Belajar dan Pembelajarani” (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)
hlm. 7
keterpurukan mutu pembelajaran. Beberapa konsep pembelajaran tersebut

antara lain: Active Learning, Contekstual Teaching Learning dan lain

sebagainya, yang pada intinya menawarkan strategi pembelajaran yang

mengutamakan aktivitas siswa dari pada aktivitas guru. Untuk tujuan

inilah guru seharusnya memiliki keberanian untuk melakukan berbagai uji

coba terhadap suatu metode mengajar, membuat suatu media murah, atau

penerapan suatu strategi mengajar tertentu yang secara teoritis dapat

dipertanggungjawabkan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran.

Dalam hal ini yang paling penting adalah ”seberapa jauh model-

model pembelajaran tersebut mampu memfasilitasi peserta didik

memperoleh pengalaman belajar yang mencerminkan penguasaan suatu

kompetensi yang dituntut kurikulum? Oleh karena itu, agar diperoleh

model pembelajaran yang efektif untuk mengimplementasikan kurikulum

berbasis kompetensi perlu memperhatikan pula krucut pengalaman belajar

yang dikemukakan Peter Sheal sebagaimana digambarkan dalam krucut

pengalaman di bawah ini.


Gambar 2.1
Krucut Pengalaman Belajar

KERUCUT PENGALAMAN BELAJAR


Yang kita ingat: Modus

10%............................................ Veral

20%........................................

30%............................... Visual

50%..........................

70%.................
Berbuat

90%.........

Berdasarkan gambar diatas dapat dikatakan bahwa jika guru

mengajar dengan ceramah, siswa akan mengingat hanya 20% karena siswa

atau hanya mendengarkan. Sebaliknya jika guru meminta siswa melakukan

sesuatu dan melaporkannya maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.

Hal ini ada kaitannya dengan pendapat Confucius bahwa apa yang saya

dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya

lakukan, saya paham.23

23
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung:
Penerbit Nusamedia, 2006), hlm. 23
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dapat diterapkan

terdapat sembilan langkah prosedural (urutan peristiwa) pembelajaran

adalah: (1) Menarik Perhatian, (2) Memberitahukan tujuan pembelajaran

kepada siswa (kompetensi dasar yang hendak dicapai). (3) Merangsang

ingatan pada prasyarat belajar, (4) Menyajikan bahan, (5) Memberikan

bimbingan belajar, (6) Mendorong unjuk kerja, (7) Memberikan balikan

informative, (8) Menilai unjuk kerja dan (9) Meningkatkan retensi dan alih

belajar.

Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode

bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif.

Maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi

(dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Contoh: Guru A dengan guru B

sama-sama menggunakan metode ceramah. Keduanya telah mengetahui

bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi

hasilnya guru A berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya

yang berbeda. Jadi tiap guru mungakui mempunyai teknik yang berbeda

dalam melaksanakan metode yang sama. Dapat disimpulkan bahwa

strategi terdiri dari metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa

mencapai tujuan. Strategi lebih luas dari metode atau teknik pengajaran.

Metode atau teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran.

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Syah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar secara

global dapat dibedakan menjadi tiga macam yakni:


1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran24.

Menurut Setyosari “pembelajaran merupakan suatu usaha manusia

yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu memfasilitasi belajar

orang lain”25. Menurut Dick & Carey “pembelajaran merupakan suatu

proses yang sistematis dimana setiap komponen memiliki arti sangat

penting untuk keberhasilan belajar”26. Dalam setiap komponen tentunya

ada unsur saling bekerjasama daolam mencapai tujuan tertentu. Menurut

Setyosari pembelajaran “merupakan penyajian informasi dan aktivitas-

aktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa atau si

belajar dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang diharapkan”27.

Peristiwa pembelajaran dalam suatu bidang studi atau mata

pelajaran memiliki berbagai bentuk. Bentuk-bentuk itu berupa proses-

proses yang bersifat langsung dalam kelas dan juga tidak langsung. Pada

dasarnya pengertian tentang peristiwa pembelajaran merupakan

serangkaian komunikasi yang dilakukan kepada si belajar/siswa.

24
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) hal.144
25
Punaji Setyosari, Rancangan Pembelajarani: Teori dan Praktek (Malang: Elang Mas,
2001) hal. 1
26
Ibid, hal. 2
27
Ibid , hal. 4
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan, baik itu perubahan kognitif, afektif, dan

psikomotor sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu usaha yang

dilakukan untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan atau

keberhasilan yang diharapkan.

C. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata asing yaitu ”Cooperate”

yang artinya bekerja sama. Pembelajaran kooperatif menurut Kahfi

merupakan pembelajaran yang mana siswa belajar bersama dalam

kelompok kecil yang dirancang untuk mendapatkan tujuan bersama. Siswa

dituntut untuk bisa bekerja sama untuk mencapai sukses bersama dan

bertanggung jawab terhadap keberhasilan individu dalam kelompoknya28.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan

menggunakan kelompok kecil yang siswanya bekerja secara bersama-sama

untuk memaksimalkan belajar mereka, siswa dituntut untuk bertanggung

jawab terhadap keberhasilan setiap individu dan kelompoknya. Didalam

28
Khusnul Hidayah, “Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar menggunakan
Pembelajaran kooperatif Model TGT dan Siswa yang Diajar Menggunakan Ekspository Pada
Pokok Bahasan Toerema Phytagoras di MTSN II Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005,
Hal. 4.
pembelajaran kooperatif guru sebagai fasilitator dan guru bukan lagi satu-

satunya sebagai sumber informasi bagi siswa.

Ada beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif:

Menurut Slavin mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai

berikut: ”Cooperaratif Learning Methods share the ideal that student work

together to lear and are responsible for the team mates learning as well as

their own”. Definisi ini menyatakan bahwa metode pembelajaran melalui

pendekatan kooperatif merupakan suatu pembelajaran dimana siswa

belajar bersama, saling menyumbang pikiran dan bertanggung jawab

terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok29,

berbeda dengan pembelajaran konvensional, penekanan pembelajaran

kooperatif adalah ”belajar bersama”.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar

dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda, saling

bekerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab atas teman

sekelompoknya. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota

saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan

pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman atau kelompok

belum menguasai bahan pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa

tidak cukup jika hanya mempelajari materi saja, tetapi mereka juga harus

29
Siti Rosmawar Is, Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dan
Kaitannya Dalam Meningkatkan Kapasitas Siswa (|http://jurnal-kompetensi.blogspot.com
/2008/02/model-pembelajaran-kooperatif.html diakses 28 Maret 2009)
mempelajari ketrampilan untuk memperlancar hubungan pada saat kerja

kelompok30.

Menurut Thomson, pembelajaran kooperatif turut menambah

unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Di dalam

pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok

kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok

yang terdiri 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud

kelompok heterogen terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis

kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus

agar dapat bekerjasama didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar

yang baik, memberikan penjelasan kepada teman kelompok dengan baik,

siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang

direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota

kelompok adalah mencapai ketuntasan dalam belajar31. Dari beberapa

definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa

30
Ichad Carry Wijayanti, “Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa yang diajar
dengan Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Pembelajaran Konvensional pada Bahasan
Dinamika Gerak Lurus di SMUN % Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang 2002 Hal. 10.
31
Dr. Wahyudin Nur Nasution, M. Ag. Efektivitas Strategi Pembelajaran Koperatif dan
kspositori Terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau Dari Cara Berpikir
(http://rafiud.wordpress.com/assalamualaikum/ciri kooperatif http://one.indoskripsi.com/judul-
skripsi/pendidikan-kewarganegaraan/upaya-peningkatan-aktivitas-siswa-dalam-pembelajaran-pkn-
dengan-menggunakan-model-pe diakses 28 Maret 2009)
untuk belajar bersama dalam kelompok kecil, dan masing-masing anggota

mempunyai tanggungjawab terhadap keberhasilan diri dan kelompoknya.

2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim adalah sebagai

berikut:

a. siswa belajar bekerja pada kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

c. Apabila mungkin anggota kelompok belajar berasal dari ras, budaya,

agama, jenis kelamin yang berbeda.

d. Pembelajaran lebih berorentasi pada kelompok bukan individu32.

3. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif

Slavin dalam Sanjaya mengemukakan dua alasan mengapa strategi

pembelajaran kooperatif dianjurkan, pertama, beberapa hasil penelitian

membuktikan bahwa pengguna pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan

kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan

diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua,

pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam

belajar berfikir, memecahkan masalah dan mengitegrasikan pengetahuan

dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut maka pembelajaran

32
Ibrahim dan Muslimin, Pembelajaran Kooperatif (Surabaya: UNESA, 2000) hal.6
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki

sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan33

Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah,

berfikir kritis, berfikir konseptual, meningkatkan secara nyata pada saat

digunakan pembelajaran kooperatif. Demikian juga berpikir tinggi lebih

dapat ditingkatkan selama berlangsungnya diskusi dalam kelompok

kooperatif dari pada apabila siswa bekerja kompetitif atau secara

individual. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih banyak

belajar dari satu teman ke teman yang lainnya dari pada bersama gurunya.

Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak

yang sangat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya.

Tabel 2.1

Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Tradisional.

No Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional

1. Kepemimpinan bersama Suatu pemimpin

2. Saling ketergantungan positif Tidak ada saling ketergantungan

3. Keanggotaan yang heterogen Keanggotaan homogen

4. Mempelajari keterampilan- Asumsi adanya ketrampilan sosial

keterampilan kooperatif

5. Tanggung jawab terhadap hasil belajar Tanggung jawab terhadap hasil

33
Nur Afifuddin, Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Konsep Jamur Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Head-Together Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Gebog
(http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/meningkatkan-hasil-belajar-biologi.html perbedaan
smpn1boyolali.files.wordpress.com/2008/07/cooperativ-l.ppt Ibrahim diakses 29 Maret 2009)
seluruh anggota kelompok belajar sendiri

6. Menekankan pada tugas dan hubungan Hanya menekankan tugas

kooperatif

7. Ditunjang oleh guru Diarahkan oleh guru

8. Suatu hasil kelompok Suatu hasil individual

9. Evaluasi kelompok Evaluasi individual

4. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur yang harus

dipenuhi agar kerja kelompok dapat dikatakan sebagai model

pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Saling ketergantungan positif antara anggota kelompok

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap

anggota kelompok untuk dapat mempelajari anggota teman-temannya

sehingga teman sekelompoknya paham. Sistem penilaian dalam model

ini mampu memacu siswa yang berkemampuan rendah untuk belajar

tanpa ada rasa minder karena bagaimanapun mereka bisa

menyumbangkan nilai pada kelompoknya, dan sebaliknya siswa yang

mempunyai kemapuan tinggi tidak merasa dirugikan oleh teman yang

berkemampuan rendah. Dengan kata lain bahwa keberhasilan individu

tergantung pada keberhasilan kelompoknya, disini siswa harus yakin

bahwa hubungan antar siswa yang satu dengan yang lain akan membuat

siswa yang kurang sukses menjadi lebih sukses.


2. Tanggung jawab individu

Untuk dapat memperoleh nilai yang tinggi agar dia mampu

menyumbangkan poin kepada kelompoknya, maka masing-masing

siswa harus saling mendukung dan membantu satu sama lain untuk

menguasai materi pembelajaran.

3. Tatap muka antar anggota

Siswa dapat bertatap muka antar satu dengan yang lainnya dan

bediskusi agar setiap anggota dapat berinteraksi untuk memadukan

fikiran yang berbeda dalam menyelesaikan masalah sehingga tercipta

rasa saling menghargai, memanfaatkan kelebihan dan mengisi

kekurangan masing-masing anggota yang memiliki latar belakang yang

berbeda, sehingga memperluas wawasan untuk lebih memahami materi.

Inti dari kerja sama ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan

kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. Jadi

masing-masing angota perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal

dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi

pribadi.

4. Komunikasi antar anggota

Dalam kelompok ini setiap anggota akan berusaha untuk saling

berkomunikasi secara baik dalam rangka mencapai kata mufakat untuk

menyelesaikan masalah. Hal ini dikarenakan masing-masing anggota

berasal dari latar belakang yang berbeda, yang memiliki kemampuan

dan emosional yang berbeda pula.


5. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilaksanakan saat

proses pembelajaran kelompok34.

5. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran Kooperatif

Peran guru selama proses belajar kooperatif:

1. Membantu siswa untuk menyelesaikan tugas

Guru berkeliling ketiap-tiap kelompok dengan mengarahkan siswa

untuk mencari alternatif jawaban lain, mencari sumber-sumber belajar

lain atau memberikan umpan balik yang positif terhadap usaha-usaha

siswa dalam menyelesaikan tugas.

2. Membantu siswa bekerja secara kooperatif

Karena kecenderungan siswa untuk belajar individu, maka tugas guru

untuk meningkatkan usaha kooperatif antara lain memacu siswa untuk

memusatkan pada tugas-tugas belajar, saling memberi semangat satu

sama lainnya, merefleksikan dan mengecek pertanyaan anggota

kelompok

3. Evaluasi

Ada dua macam evaluasi yang harus dilakukan guru, antara lain

evaluasi hasil belajar dan evaluasi keterampilan berkolaborasi.

34
Srie N' Oedhien, Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw
(http://s1pgsd.blogspot.com/2008/12/penerapan-model-cooperative-learning.html diakses 29
Maret 2009)
a. Evaluasi hasil belajar

Digunakan untuk menilai pencapaian tujuan belajar kelompok dan

memfokuskan pada penilaian akademik. Hasil belajar yang dinilai

antara lain hasil turnamen pada saat TGT dan tes hasil belajar

b. Evaluasi berketerampilan berkolaborasi

Evaluasi ini bertujuan untuk menemukan seberapa baik siswa

bekerja dalam kelompok, untuk melaksanakan evaluasi ini guru

harus mengelilingi masing-masing kelompok. Evaluasi yang

berkolaborasi yang harus dinilai antara lain hasil pengerjaan LKS

dan soal-soal latihan pada saat belajar kelompok.

6. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

Sedangkan keuntungan pembelajaran kooperatif menurut Johnson

dan Johnson adalah sebagai berikut:

1. Siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat aktif dan

memiliki usaha yang lebih besar untuk meningkatkan prestasi

belajarnya, baik bagi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

2. Siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran kooperatif, memiliki

konsentrasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

senang mendengarkan ceramah. Hal ini disebabkan karena waktu

mereka lebih banyak digunakan untuk mengintegrasikan berbagai

konsep yang terdapat dalam materi.


3. Menimbulkan motivasi belajar siswa karena adanya tuntutan untuk

menyelesaikan tugas

4. Hubungan lebih positif, hal ini mencakup hubungan akademik secara

perseorangan atau kelompok, menghormati perbedaan dan pandangan

antar siswa. Dengan saling mendengarkan pendapat, maka akan dapat

meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan bersosialisasi serta

kemampuan mengatasi kesulitan35.

Menurut Arend ada enam fase atau langkah utama dalam

pembelajaran kooperatif. Secara lengkap dapat dilihat dalam tabel dibawah

ini:

Tabel 2.2

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Kegiatan Guru

Guru menyampaikan semua tujuan


Fase 1
pembelajaran yang ingin dicapai pada
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
pembelajaran tersebut dan memotivasi
siswa
siswa belajar

Guru menyajikan informasi kepada


Fase 2
siswa baik dengan peragaan
Menyampaikan informasi
(demonstrasi) atau teks

35
Sri rahayu, Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Ipa Jurnal Matematika Ipa
Dan Pengajarannya,(1998) hal. 153
Guru menjelaskan siswa bagaimana
Fase 3
caranya membentuk kelompok belajar
Mengorganisasikan siswa terhadap
dan membantu setiap kelompok agar
kelompok-kelompok belajar
melakukan perubahan yang efisien

Fase 4 Guru membimbing kelompok-

Membantu kerja kelompok dalam kelompok belajar pada saat mereka

belajar mengerjakan tugas

Guru mengetes materi pelajaran atau


Fase 5
kelompok menyajikan hasil-hasil
Mengetes materi
pekerjaan mereka

Guru memberikan cara-cara untuk

Fase 6 untuk menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu dan kelompok36

7. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Sebagai metode pembelajaran tentunya pembelajaran kooperatif

juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa ahli dalam

Depdiknas menegaskan dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan sebagai berikut:

1. Lebih meningkatkann pencerahan waktu untuk tugas;

2. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan siswa (Student

Center);

36
http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. Hal. 15 Diakses 29 Maret 2009
3. Mendidik siswa untuk lebih bersosialisasi dengan orang lain;

4. Memperbaiki kehadiran;

5. Motivasi belajar tinggi;

6. Hasil belajar lebih tinggi; 37

Sedangkan menurut Suarjana beberapa kelemahan dalam

pembelajaran kooperatif adalah:

1. Bagi guru

a. Sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan

heterogen dari segi prestasi akademik

b. Waktu yang dihabiskan untuk diskusi siswa cukup banyak sehingga

siswa melewati waktu yang sudah ditetapkan bahkan dapat

menyebabkan materi tidak dapat terealisasikan sesuai dengan

kurikulum apabila ada guru yang belum berpengalaman

2. Bagi Siswa

Siswa yang mempunyai kemampuan tinggi belum terbiasa dan sulit

memberikan penjelasan kepada temannya yang membutuhkan

bantuan38.

Selain itu semua, pembelajaran kooperatif juga membutuhkan

perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas dan membutuh perabot

yang bisa dipindahkan. Pengaturan model Cluser dan Swing dua contoh

37
Siti Nurlailah Azizah, “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Siswa
Yang Diajar Dengan Pembelajaran Kooperatif Model TGT Dan Siswa Yang Diajar Dengan
Pembelajaran Konvensional Pada Pokok Bahasan Statistika Siswa Kelas VIII SLTPN 2 Malang
Tahun Ajaran 2003/2004”, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2004, Hal.10
38
Ibid,. hal. 20
pengaturan ruang kelas yang cocok digunakan dalam pembelajaran

kooperatif.39

Pada pengaturan tempat duduk model cluser, 4 atau 6 tempat

duduk diatur seperti ditunjukkan gambar 2.2. jika digunakan model Cluser,

guru dapat meminta siswa untuk memindahkan kursi-kursi siswa agar

mereka bisa saling berhadapan sehingga mudah untuk berkomunikasi.

Sedangkan untuk pengaturan model Swing ditunjukkan gambar 2.3. Model

Swing menggunakan susunan tempat duduk yang memungkinkan siswa

dapat dengan mudah mengubahnya sehingga proses belajar mengajar

langsung dalam satu format seperti huruf U. Dengan formasi ini

memungkinkan guru menjaga kontak mata langsung dengan seluruh

siswa.40

39
Ibid,. hal. 20
40
Ibid,. hal. 21
Gambar 2.2

Pola pengaturan tempat duduk model Cluser

Keterangan:

: guru
: siswa yang berkemampuan tinggi

: siswa yang berkemampuan sedang

: siswa yang berkemampuan rendah


Gambar 2.3

Pola pengaturan tempat duduk model Swing

Keterangan:

: guru
: siswa yang berkemampuan tinggi

: siswa yang berkemampuan sedang

: siswa yang berkemampuan rendah


Menurut Noornia terdapat banyak model pembelajaran kooperatif yang berhasil

dikembangkan peneliti-peneliti pendidikan dan telah diterapkan pada beragam

pembelajaran diantaranya adalah:

1. STAD (Student Teams-Achievement Divisions) merupakan pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada kerja sama kelompok dan tanggung

jawab kelompok untuk mencapai ketuntasan belajar dengan melibatkan

peran tutor sebaya.

2. JIGSAW merupakan pembelajaran kooperatif yang anggota kelompoknya

diberi tugas berbeda satu dengan yang lainnya dari sebuah tema yang

dibahas, kemudian tes diberikan secara menyeluruh agar semua

kelompok mengetahui semua pokok bahasan.

3. Teams Games Turnament (TGT) merupakan bentuk pembelajaran

kooperatif dimana setelah siswa belajar secara individual, untuk

selanjutnya dalam kelompok masing-masing anggota kelompok

mengadakan turnamen atau lomba dengan anggota kelompok lainnya

sesuai dengan tingkat kemampuannya.

4. Investigation Group (IG) merupakan suatu pembelajaran kooperatif

dimana semua anggotanya dituntut untuk merencanakan apa yang diteliti

dan bersama-sama kelompok membuat rencana pemecahannya.41

Berdasarkan uraian diatas diketahui terdapat bermacam-macam model

pembelajaran kooperatif. Slavin (Noornia), menyatakan walaupun metode


41
Noornia, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pengajaran Persen di
Kelas IV SD Islam Ma’arif 02 Singosari”, Tesis tidak diterbitkan, Malang, Program Pasca Sarjana.
Hal. 14
pembelajaran kooperatif berbeda-beda, akan tetapi semua mendasarkan

pelaksanaannya pada enam karakteristik berikut:

1. Tujuan kelompok

2. Tanggung jawab individual

3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

4. Spesialisasi tugas

5. Adaptasi terhadap kebutuhan individual.42

D. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian pembelajaran matematika

Belajar tidak hanya sekedar mengingat, menghafal, tetapi perlu

dituntut adanya pemahaman, dan mampu menerapkan pengetahuan yang

dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Menurut Sadjana

belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.

Misalnya setelah belajar matematika siswa itu mampu mendemonstrasikan

kemampuan dan ketrampilan matematikanya, dimana sebelumnya ia tidak

dapat melakukannya. Ausubel menyatakan bahwa belajar dikatakan

bermakna apabila informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai

dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar bermakna ini

tidak lepas dari peran serta dari pendidik atau guru. Guru dapat membantu

proses ini dengan cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat

42
Ibid,. hal. 17
bermakna bagi siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide yang mengajak siswa

menyadari serta secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk

belajar. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivis. Teori konstruktivis

menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam pembelajaran

mereka sendiri sehingga siswa menjadi aktif. Jadi pada intinya

pembelajaran ini berpusat pada siswa. Peranan pendidik dalam hal ini

adalah membantu siswa menemukan fakta dan konsep bagi siswa sendiri.

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan43.

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun

jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri

seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Anwar menyatakan bahwa belajar matematika pada hakekatnya

adalah berkenaan dengan ide-ide, struktur, yang diatur menurut aturan

yang logis44. Matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi

simbol-simbol tertentu dan tersusun secara hierarkis serta penalarannya

deduktif. Karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi

simbol-simbol, maka konsep matematika harus dipahami lebih dahulu

43
Heriani, Korelasi Tingkat Kesulitan Belajar Matematika Dengan Prestasi
Belajar Matematika di SMU. Hal. 4 (http://diakses tanggal 28 Maret 2009)
44
Usnida Junaeka Verawati,”Perbedaan Prestasi Belajar Matematika siswa kelas 1 SMP
Negeri 6 Malang Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dan Ekspositori
Pada Sub Pokok Bahasan Keliling, Luas Persegi dan Persegi Panjang”, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UM Malang, 2005 hal.12
sebelum memanipulasi symbol-simbol itu. Proses belajar matematika akan

lancar apabila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinu45.

Matematika sebagai salah satu pengetahuan yang tersusun menurut

struktur, disajikan kepada siswa dengan cara yang dapat membawa ke

belajar bermakna Ausebel. Belajar yang bermakna menurut Ausebel

adalah mengutamakan konsep-konsep yang pada hakikatnya dapat

diaplikasikan dalam situasi yang lain. Belajar bermakna ini bertentangan

dengan belajar dengan menghafal, yaitu cara belajar yang hanya sekedar

mengingat tanpa suatu pemahaman. Sehingga cara belajar seperti ini

kurang cocok jika diterapkan dalam matematika. Matematika sekolah

tersebut terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna

menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi

siswa serta berpandu kepada perkembangan IPTEK.

Di bawah ini disajikan beberapa definisi lain tentang matematika:

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

secara sistematik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

45
Ibid.
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.46

2. Karakteristik Pembelajaran Matematika

Dari definisi matematika diatas dapat terlihat adanya ciri-ciri

khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika

secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah:

a. Memiliki objek kajian abstrak

Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering

juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran.

Objek dasar itu meliputi (1) fakta, (2) konsep, (3) operasi ataupun

relasi dan (4) prinsip. Dari objek dasar itulah dapat disusun suatu pola

dan struktur matematika.

b. Bertumpu pada kesepakatan

Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat

penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan

konsep primitive. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan

berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan konsep primitive

diperlukan diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam

pendefinisian.

c. Berpola pikir deduktif

46
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 1999/2000) hal. 13
Dalam matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif.

Pola pikir deduktif secara ssederhana dapat dikatakan pemikiran

“yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau

diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”.

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti

Dalam matematika jelas terlibat banyak sekali simbol yang

digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rangkaian

simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model

matematika. Model matematika dapat berupa persamaan,

pertidaksamaan, bangun geometrik tertentu, dan sebagainya. Makna

huruf dan tanda itu tergantung dari permasalahan yang

mengakibatkan terbentuknya model itu. Jadi secara umum huruf dan

tanda dalam model x + y = z masih kosong dari arti, terserah kepada

yang akan memanfaatkan model itu.

e. Memperhatikan semesta pembicaraan

Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol dan tanda-

tanda dalam matematika diatas, menunjukkan dengan jelas bahwa

dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup

apa model itu dipakai. Semesta pembicaraan bermakna sama dengan

universal set. Semesta pembicaraan dapat sempit dapat juga luas

sesuai dengan keperluan.

f. Konsisten dalam sistemnya


Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang

mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat

dipandang terlepas satu sama lain.47

3. Tujuan Pembelajaran Matematika

Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika

yang dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa:

Tujuan Umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan

pendidikan umum adalah:

• Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan

di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui

latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,

cermat, jujur, efektif, dan efesien.

• Mempersiapkan siswa agar dapat menggunkan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam

mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Sedangkan dalam GBPP matematika yang khusus untuk Pendidikan Dasar

yang dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa tujuan khusus pengajaran

matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah:

• Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung

(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

47
Ibid,. Hal. 17-21
• Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui

kegiatan matematika.

• Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal

belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

• Membentuk sikap logis, kritis, cermat kreatif dan disiplin.

Sedangkan tujuan khusus pengajaran matematika di Sekolah Lanjutan

Pertama adalah:

• Memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan

matematika.

• Memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan

ke pendidikan menengah

• Mempunyai ketrampilan matematika sebagai peningkatan dan

perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan

dalam kehidupan sehari-hari

• Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis,

kritis, cermat, kreatif, dan disiplin serta menghargai kegunaan

matematika.

Selain itu dalam GBPP matematika yang khusus untuk Sekolah Menengah

Umum yang dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa tujuan khusus

pengajaran matematikanya adalah:

• Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk

melanjutkan pendidikan kependidikan tinggi


• Siswa memiliki ketrampilan matematika sebagai peningkatan

matematika Pendidikan Dasar untuk dapat digunakan kehidupan yang

lebih luas (dunia kerja) maupun dalam kehidupan sehari-hari

• Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap

menghargai kegunaan matematika, sikap kritis, objektif, terbuka,

kreatif, serta inovatif

• Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan (transferable)

melalui kegiatan matematika48

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)

Model ini dikembangkan oleh De Vries dan Slavn pada tahun 1978 di

John Hopkins University49. Aktivitas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament) memungkinkan siswa dapat belajar lebih

semangat di samping dapat menumbuhkan tanggungjawab, kerjasama,

persaingan sehat serta keterlibatan belajar. Dalam menyelesaikan tugas

kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu dalam

memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman

dalam kelompok belum menguasai materi pembelajaran. Johnson 1999

(Teams Games Tournament) merupakan bentuk pembelajaran kooperatif

dimana setelah siswa belajar secara individu untuk selanjutnya dalam

48
Ibid,. Hal. 23-24
49
Khusnul Hidayah, “Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar menggunakan
Pembelajaran kooperatif Model TGT dan Siswa yang Diajar Menggunakan Ekspository Pada
Pokok Bahasan Toerema Phytagoras di MTSN II Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005,
Hal. 15.
kelompok masing-masing anggota kelompok mengadakan turnamen atau

lomba dengan kelompok lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya50.

Menurut Sasmito pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat mudah

diterapkan, karena dalam pelaksanaannya tidak memerlukan fasilitas

pendukung yang harus tersedia seperti peralatan khusus. Selain mudah

diterapkannya dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh

siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan. Misalnya, kegiatan tutor

sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen yaitu setelah masing-

masing anggota kelompok menjawab pertanyaan, untuk selanjutnya saling

mengajukan pertanyaan dan saling belajar bersama51.

Siswa yang mempunyai kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda

akan dijadikan dalam sebuah kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

Dari masing-masing anggota kelompok tersebut diperbandingkan dengan

anggota kelompok lainnya yang berkemampuan homogen dalam meja

turnamen. Materi yang dilombakan adalah masalah yang berkaitan dengan

konsep atau prinsip yang dipelajari.

1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Model TGT

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Kahfi

disusun dalam dua tahap, yaitu pra kegiatan pembelajaran dan detail

kegiatan pembelajaran. Pra kegiatan pembelajaran menggambarkan hal-hal

50
Anton Noornia, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan STAD (Student Teams
Achievment Divisioan) pada Pengajaran Persen Kelas VI SD Islam Maarif 02 Singosari”,
Skripsi,FMIPA UM Malang 2005 Hal. 4
51
Heri Sasmito, “Perbedaan Efektivitas Pembelajaran Matematika yang Menggunakan
Pendekatan Kooperatif model TGT dengan yang Menggunakan Metode Ekspositori di SLTP LAB
UM”, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005, Hal. 22.
yang perlu dipersiapkan dan rencana kegiatan. Adapun langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe TGT secara rinci akan diuraikan di bawah

ini:

A. Pra kegiatan pembelajaran TGT:

1. Persiapan

a. Materi

Materi dalam pembelajaran kooperatif model TGT dirancang

sedemikian rupa untuk pembelajaran berkelompok, oleh karena

itu, guru harus mempersiapkan work sheet yaitu materi yang

akan dipelajari pada saat belajar kelompok, dan lembar

jawaban dari work sheet tersebut. Selain itu guru juga harus

mempersiapkan soal-soal turnamen.

b. Membagi siswa kedalam beberapa kelompok

Guru harus mengelompokkan siswa dalam satu kelas menjadi

4-5 kelompok yang kemampuannya heterogen. Cara

pembentukan kelompok dilakukan dengan mengurutkan siswa

dari atas kebawah dan dari bawah keatas berdasarkan

kemampuan akademiknya, dan daftar siswa yang telah

diurutkan tersebut dibagi menjadi lima bagian yaitu kelompok

tinggi, sedang 1, sedang 2, dan rendah. Kelompok-kelompok

yang terbentuk diusahakan berimbang baik dalam hal

kemampuan akademik maupun jenis kelamin dan rasnya, pada

kerja kelompok ini guru bertugas sebagai fasilitator yaitu


berkeliling bila ada kelompok yang ingin bertanya tentang

work sheet. Pada kerja kelompok tersebut diperlukan waktu 40

menit, kemudian diadakan validasi kelas artinya hasil kerja

kelompok dicocokkan bersama dari soal work sheet tersebut.

2. Membagi siswa kedalam meja turnamen

Dalam pembelajaran kooperatif model TGT tiap meja turnamen terdiri

dari 4-5 siswa yang mempunyai homogen dan berasal dari kelompok

yang berlainan.

Gambaran dari pembagian siswa dalam meja turnamen dapat dilihat

dalam gambar diagram dibawah ini:

Gambar 2.4

Rancangan Meja Turnamen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Secara

Umum

Tim A

A-1 A-2 A-3 A-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

Turnamen Turnamen Turnamen Turnamen

Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4


Tim B Tim C

B-1 B-2 B-3 B-4 C-1 C-2 C-3 C-4

Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi

Keteranagan:
A-1 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan tinggi
A-2 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan sedang 1
A-3 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan sedang 2
A-4 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan rendah
B-1 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan tinggi
B-2 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan sedang 1
B-3 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan sedang 2
B-4 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan rendah
C-1 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan tinggi
C-2 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan sedang 1
C-3 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan sedang 2
C-4 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan rendah

Penjelasan dari gambar di atas diuraikan sebagai berikut:

1. Kelompok A terdiri dari 4 siswa yaitu A-1, A-2, A-3, dan A-4,

kelompok B terdiri dari 4 siswa yaitu B-1, B-2, B-3, dan B-4, dan

kelompok C terdiri dari C-1, C-2, C-3, dan C-4. Kelompok A, B,

dan C merupakan kelompok belajar.

2. A-1, B-1, dan C-1 saling dipertandingkan dimeja 1 karena

ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan

tinggi semua.

3. A-2, B-2, dan C-2 saling dipertandingkan di meja 2 karena

ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan

sedang 1 semua.
4. A-3, B-3, dan C-3 saling dipertandingkan di meja 3 karena

ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan

sedang 2 semua.

5. A-4, B-4, dan C-4 saling dipertandingkan di meja 4 karena

ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan

rendah semua.

B. Detail kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT

a. Penyajian kelas

1) Pembukaan

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi yang

akan dipelajari, tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi

(prasyarat belajar). Saat pembelajaran kelas ini guru harus sudah

mempersiapkan work sheet dan soal turnamen.

2) Pengembangan

Guru memberikan penjelasan materi secara garis besar

b. Belajar kelompok

Guru membacakan anggota kelompok dan meminta siswa

untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Kelompok biasanya terdiri dari 4 atau 5 siswa yang anggotanya

heterogen. Dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras

atau etnis. Guru memerintahkan kepada siswa untuk belajar dalam

kelompok (kelompok asal). Fungsi kelompok adalah untuk lebih

mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus


untuk mempersiapkan anggota agar bekerja dengan baik dan optimal

pada saat game. Biasanya belajar kelompok ini mendiskusikan

masalah bersama-sama, membandingkan jawaban dan memperbaiki

pemahaman yang salah tentang suatu materi.

Kelompok merupakan bagian yang utama dalam TGT.

Dalam segala hal, perhatian ditempatkan pada anggota kelompok

agar melakukan yang terbaik untuk kelompok dan dalam kelompok

melakukan yang terbaik untuk membantu sesama anggota. Jika ada

satu anggota yang tidak bisa mengarjakan soal atau memiliki

pertanyaan yang terkait dengan soal tersebut, maka teman

sekelompoknya mempunyai tanggungjawab untuk menjelaskan soal

atau pertanyaan tersebut. Jika dalam satu kelompok tersebut tidak

ada yang bisa mengerjakan maka siswa bisa meminta bimbingan

guru. Setelah belajar kelompok selesai guru meminta kepada

perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja

kelompok. Dalam pembelajaran TGT guru bertugas sebagai

fasilitator berkeliling dalam kelompok jika ada kelompok yang

mengalami kesulitan.

c. Validasi kelas

Artinya guru meminta tiap-tiap kelompok untuk menjawab

soal-soal yang sudah didiskusikan sesama kelompoknya dan guru

menyimpulkan jawaban dari masing-masing kelompok untuk

didiskusikan bersama.
d. Turnamen

Sebelum turnamen dilakukan, guru membagi siswa kedalam

meja-meja turnamen. Setelah masing-masing siswa berada dalam

meja turnamen berdasarkan unggulan masing-masing kemudian guru

membagikan satu set seperangkat soal turnamen. Satu set

seperangkat turnamen terdiri dari soal turnamen, kartu soal, lembar

jawaban, poin gambar smile, dan lembar skor turnamen. Semua

seperangkat soal untuk masing-masing meja adalah sama.

Bentuk turnamen secara rinci diuraikan sebagai berikut:

1. Dalam meja turnamen telah disediakan satu set seperangkat

pembelajaran yang sama untuk semua meja turnamen.

2. Guru membagikan kartu bernomor kepada masing-masing meja

turnamen. Kartu tersebut dikocok dan kemudian dibagikan

kepada anggota kelompok dalam meja turnamen. Siswa yang

mendapatkan kartu dengan angka yang paling tinggi maka dia

bertindak sebagai lider, sedangkan kartu dari siswa lain

dikembalikan lagi. Lider adalah orang yang membaca soal

sekaligus yang menjawabnya. Soal yang dibacakan oleh lider

merupakan soal yang harus dikerjakan oleh seluruh siswa dalam

meja turnamen tersebut (celing). Searah dengan putaran jarum

jam maka celing-1, celing-2, celing-3, celing-4 juga menjawab

soal. Celing-4 bertugas melihat kunci jawaban setelah semua

siswa menjawab.
Gambar 2.5

Urutan Celling Dalam Meja Turnamen

C3

C2 C4

C1 Lider

Misalnya lider mendapatkan kartu dengan angka 12 maka lider

membaca soal 12. dari soal 12 tersebut lider menjawab A, celing

1 menjawab C, celing 2 menjawab C, celing 3 menjawab E, dan

celing 4 menjawab E, ternyata setelah celing 4 membuka

jawaban maka yang benar adalah C, sehingga kartu yang

angkanya paling besar tadi berpindah ke C1, celing 2 dan celing

4 tidak dapat kartu ini karena aturan mainnya berjalan searah

dengan putaran jarum jam, dan C1 yang menjawab pertanyaan

benar pertama tadi. Sehingga C1 bertindak sebagai lider.

Selanjutnya C1 mengambil kartu diatas meja, misalnya

mendapatkan kartu no. 9 maka C1 membuka soal no. 9 dan lider


yang tadi bertugas membuka kunci jawaban. Begitu selanjutnya,

jika soal yang tidak dapat dijawab oleh semua anggota

turnamen, maka nomor kartu tersebut dikembalikan di atas meja

sekaligus jawaban kartu yang tidak terjawab dibacakan oleh

celing dan kemudian dikocok kembali. Lider berikutnya

disesuaikan urutan searah putaran jarum jam. Setelah waktu

yang ditentukan pada turnamen selesai, selanjutnya menentukan

poin berdasarkan benar salahnya jawaban, apabila menjawab

dengan benar maka akan mendapatkan 1 poin yang berupa

gambar smile. Semua anggota turnamen berhak mengambil

sendiri poin yang telah disediakan asalkan soal dijawab dengan

benar.

Setelah usai turnamen, maka masing-masing anggota turnamen

mengumumkan siswa yang paling banyak mendapatkan poin

dan selanjutnya kelompok turnamen kembali kekelompok asal

sambil membawa poin-poin yang telah mereka dapat, kemudian

masing-masing kelompok akan menjumlah poin-poin tersebut.

Kelompok yang mendapat poin terbanyak maka dialah yang

akan menjadi juaranya. Juara yang diambil yaitu juara I, II dan

III.

e. Penghargaan kelompok

Setelah turnamen selesai, siswa kembali kekelompok asal

kemudian menjumlahkan poin yang mereka dapat. Guru


mengumumkan tiga kelompok yang mempunyai poin tertinggi

diantara kelompok yang lain yang akan mendapatkan piagam

penghargaan.52

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Model TGT

Seperti halnya metode pembelajaran yang lain TGT juga mempunyai

kelebihan dan kekurangan, kelebihan TGT antara lain:

a. Keterlibatan siswa dalam belajar mengajar

b. Siswa menjadi semangat dalam belajar

c. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi

juga melalui konstruksi oleh siswa itu sendiri

d. Dapat menumbuhkan sikap positif dalam diri sendiri seperti:

kerjasama, toleransi, dan bisa menerima pendapat orang lain.

Sedangkan kekurangan TGT diantaranya adalah:

a. Bagi para pengajar pemula, model ini menumbuhkan waktu yang

banyak

b. Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti persiapan

soal turnamen

c. Siswa terbiasa belajar dengan adanya hadiah53.

52
Shohibul Kahfi, Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam Pembelajaran
Matematika (Malang: FMIPA UM, 2003), hal. 4
53
Ibid, hal. 8
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru dan peneliti dengan

upaya meningkatan pemahaman sifat-sifat bangun datar trapesium melalui

metode pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil dari penelitian tersebut dapat

dimanfaatkan secara langsung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di

kelas secara umum.

Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah

yang dimulai dari : a) perencanaan (planning), b) pelaksanaan (action), c)

pengumpulan data (observing), d) penganalisis data/informasi untuk

memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut

(reflecting). PTK bercirikan perbaikan terus-menerus sehingga kepuasan

peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif mengingat data

yang diambil bukan berupa angka-angka statistik tetapi berupa aktivitas siswa

dalam pembelajaran ditambah dengan hasil tes formatif. Penelitian ini

dilakukan untuk mendeskripsikan gejala-gejala atau peristiwa yang tampak

melalui observasi dan pengumpulan data.


B. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka kehadiran peneliti mutlak hadir selama

kegiatan penelitian berlangsung. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik

penelitian kualitatif, yaitu manusia sebagai alat/instrument.54

Pada penelitian ini guru mata pelajaran dan peneliti berkolaborasi,

guru mata pelajaran bertindak sebagai guru yang akan mengajar dan

mempraktekkan pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas, sedangkan

peneliti bertindak sebagai instrumen kunci dan pemberi tindakan. Sebagai

instrument kunci, peneliti sebagai pengamat dan pewawancara. Sebagai

pengamat, peneliti bertindak sebagai perencana, observer, pelaksana,

pengumpulan data, penganalisis data, dan pelapor hasil penelitian. Peneliti dan

guru mata pelajaran kelas yang bersangkutan bekerja sama sesuai dengan

kebutuhan. Dalam hal ini peneliti mengamati semua aktivitas yang dilakukan

guru mata pelajaran dan siswa.

C. Setting Penelitian

1. Lokasi Sekolah

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI. Ar-Rahmah, MI.

ini merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah yang terletak di dusun

Bendo desa Sukolilo kecamatan Jabung kabupaten Malang.

54
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002),hal. 9
2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitihan ini adalah seluruh siswa kelas V, di MI.

Ar-Rahmah Malang tahun pelajaran 2008/2009, dengan jumlah siswa

sebanyak 37 siswa. Penentuan kelas ini dilaksanakan peneliti berdasarkan

hasil pengamatan terhadap kelas yang diajar oleh peneliti ketika praktek

kerja lapangan (PKLI). peneliti memprediksi bahwa kelas ini akan terjadi

peningkatan prestasi belajar jika dilakukan dengan pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Turnament).

3. Mata Pelajaran

Mata pelajaran yang peneliti ajarkan adalah mata pelajaran yang

mungkin kebanyakan siswa MI Ar-Rahmah menganggap bahwa mata

pelajaran yang sulit dan telah dianggap sebagai “momok” (hantu) bagi

mereka, maka dari itu peneliti ingin mengubah hal tersebut. Adapun mata

pelajaran yang peneliti angkat adalah pembelajaran Matematika, yang

mengulas tentang sifat-sifat bangun datar trapesium.

4. Karakteristik Sekolah

Sekolah yang peneliti tempati merupakan salah satu dari madrasah

yang bertempat di dusun Bendo-Sukolilo-Jabung kabupaten Malang yang

berdiri sejak tahun 1988 dengan memulai membangun dan melengkapi

sarana fasilitasnya hingga menjadi sekolah yang layak dipakai sebagai

sumber kegiatan belajar mengajar

Pembangunan fisik secara bertahap itu memang mengalami

perkembangan yang sangat baik sekali. Madrasah ini tidak mengambil


keuntungan dari siswa karena tidak ada istilah SPP di sekolah ini, tetapi

Madrasah ini menggunakan istilah Infak yang dibayar peserta didik

seikhlasnya sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati oleh wali

murid masing-masing peserta didik.

5. Karakteristik Siswa

Sesuai dengan hasil pengamatan peneliti waktu PKLI, kondisi kelas V

MI. Ar-Rahmah Bendo selama kegiatan belajar mengajar dalam kelas, belum

bisa dikatakan baik. Mereka kurang begitu antusias mengikuti pembelajaran

khususnya mata pelajaran Bahasa Arab. Siswa dikelas V ini cenderung ramai,

tidak memperhatikan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Tetapi jika

diajar guru yang mereka harapkan, maka proses pembelajaran berjalan dengan

tenang dan efektif.

D. Data dan Sumber Data

Data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Hasil tes

2. Hasil observasi

3. Hasil angket

4. Hasil wawancara

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Ar-Rahmah

Bendo Jabung Malang yang berjumlah 37 siswa. Pengambilan data secara

klasikal dilakukan dengan metode tes dan angket. Sedangkan metode

observasi digunakan untuk mengambil data dari aktivitas guru mata pelajaran
dan peneliti dan 4 siswa yang menjadi subyek penelitian. Subyek penelitian

terdiri dari: 1 siswa berkemampuan akademik tinggi, 3 siswa berkemampuan

akademik sedang, dan 1 siswa berkemampuan akademik rendah, ditinjau dari

kemampuan akademik secara keseluruhan anggota kelas berupa nilai ulangan

harian terakhir. Tujuan pengambilan 5 siswa tersebut supaya dapat

mengungkapkan aktivitas dan motivasi siswa secara mendalam. Wawancara

yang hanya dilakukan terhadap subyek penelitian analisis terhadap data yang

diperoleh dari metode tes, angket, wawancara dan observasi dilakukan untuk

melihat ketuntasan indikator keberhasilan tindakan.

E. Siklus Penelitian

Pada penelitian ini pelaksanaan siklus II, III dan seterusnya akan

dilanjutkan jika tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal

yaitu ≥ 85% siswa harus tuntas belajar. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak

dua siklus selama 3 kali pertemuan. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai

acuan untuk rencana tindak lanjut pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi

siklus II digunakan sebagai acuan tindak lanjut pembelajaran selanjutnya.

Dalam siklus penelitian ini terdapat beberapa tahap, antara lain: Tahap

perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan/ implementasi tindakan, tahap

observasi, dan tahap refleksi.


F. Teknik Pengumpulan Data

1. Tes

Data tentang skor awal siswa diperoleh dari nilai ulangan harian

pada materi sebelumnya. Skor awal siswa didapatkan peneliti sebelum

melakukan penelitian. Skor awal ini digunakan untuk membentuk

kelompok belajar siswa dan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar

siswa pada siklus I yaitu dengan membandingkan persentase siswa yang

tuntas belajar pada tes akhir siklus I.

Pada saat penelitian, terdapat 2 macam tes yaitu turnamen dan tes

akhir siklus. Turnamen digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi yang telah dipelajari pada pembelajaran tersebut. Selain

itu, juga untuk memotivasi siswa dalam belajar. Turnamen dilaksanakan

setiap akhir pembelajaran. Pada saat turnamen, siswa diberi beberapa soal

untuk dikerjakan dilembar jawaban. Dari lembar jawaban itu siswa akan

mendapatkan skor turnamen. Skor kelompok diperoleh dengan

menjumlahkan skor turnamen setiap anggota kelompok. Skor setiap

kelompok akan diurutkan dari yang tertinggi sampai yang terendah. Dan

tiga kelompok dengan skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan

kelompok.

Tes akhir siklus dilakukan setiap akhir siklus. Pada penelitian ini,

dilakukan dua kali tes yaitu tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II. Tes

skhir siklus digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar

siswa pada setiap siklus yaitu dengan membandingkan persentase siswa


yang tuntas belajar pada masing-masing siklus. Cara melaksanakan tes

akhir siklus adalah dengan tes tulis. Siswa menjawab soal yang diberikan

oleh peneliti secara tertulis pada lembar jawaban. Soal yang diberikan

berupa soal uraian dengan tujuan tidak ada unsure untung-

untungan/tebakan dalam menjawabnya.

2. Angket

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan/pernyataan yang perlu

dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden)55. Responden dalam

penelitian ini adalah siswa di kelas V semester II MI Ar-Rahmah Bendo

Sukolilo Jabung Malang tahun ajaran 2008/2009 yang menjadi sumber

data dalam penelitian.

Format angket yang digunakan mengikuti model Likert.

Responden diminta untuk membaca dengan seksama setiap pernyataan itu.

Derajat penelitian siswa secara bertingkat, mulai dari Sangat Setuju (SS),

Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala

kualitatif ini akan ditransfer ke dalam skala kuantitatif pada saat

menganalisa hasil angket. Angket ini diberikan sekali yaitu setelah akhir

siklus II.

3. Observasi

Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa. Observasi

ke siswa dilakukan secara menyeluruh akan tetapi observasi lebih

diintensifkan terhadap 4 siswa yang menjadi subyek penelitian.

55
Erman, S. Ar. Evaluasi Pembelajaran Matematika (Bandung: IMSTECJKA, 2003),
hal. 56
Observasi dilakukan oleh 2 orang pengamat dan data observasi

dicatat dalam lembar observasi. Instrumen ini digunakan untuk

mengetahui aktivitas guru dan siswa yang menjadi subyek penelitian

sebagai fokus pengamatan (4 siswa) selama berlangsungnya pembelajaran

kooperatif. Tiga orang pengamat bertugas mengamati dan mencatat

aktivitas guru dan siswa ke dalam lembar observasi tersebut. Lembar

observasi merupakan hasil adaptasi56.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dibuat oleh peneliti secara langsung setiap selesai

melakukan penelitian dengan mengingat dan membayangkan apa yang

telah terjadi di kelas baik peristiwa maupun percakapan.

5. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara57.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat terbuka dan

terstruktur. Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka karena subyek

penellitian mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan juga

mengetahui apa maksud dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

Penelitian ini juga menggunakan wawancara terstruktur karena peneliti

membuat dan menetapkan sendiri masalah dan menyusun dengan rapi

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara dilakukan pada

56
Rusyidah, “Belajar Kooperatif Model STAD untuk Membantu Pemahaman Siswa pada
Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas II SMP Negeri 4 Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005)
57
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hal. 132
akhir tindakan I dan dilakukan terhadap 4 siswa yang menjadi subjek

pengamatan. Pemilihan 4 siswa ini selain didasarkan kemampuan

akademik juga berdasarkan pertimbangan keterampilan mereka dalam

berbicara.

G. Analisis Data

Sesuai dengan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

kualitatif maka data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan metode analisis data kualitatif. Analisis data penelitian ini

mengacu pada model analisis miles dan huberman yang meliputi kegiatan

mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Ketiga kegiatan

ini dilakukan secara berurutan. Proses mereduksi data dilakukan dengan

menyeleksi dan menyederhanakan data mentah yang diperoleh dari berbagai

sumber dilapangan58. Data yang dimaksud adalah meliputi hasil tes, hasil

wawancara, hasil angket, hasi observasi dan catatan lapangan. Penyajian data

dilakukan untuk memaparkan hasil reduksi dengan cara menyusun secara

naratif sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi sehingga

memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan. Informasi yang dimaksud

adalah uraian kegiatan pembelajaran, hasil tes, hasil pengamatan, catatan

lapangan, dan wawancara. Penarikan kesimpulan merupakan intisari dari

analisis yang memberikan pernyataan tentang dampak dari PTK yang

dilakukan maupun efektivitas pembelajaran yang dilakukan.

58
Op Cit, Hal. 38
Adapun analisis data dari hasil tes, lembar observasi, dan angket

respon siswa sebagai berikut :

1. tes

Kriteria keberhasilan hasil belajar ditentukan dengan cara melihat

adanya peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu persentase

siswa yang tuntas pada siklus I lebih dari persentase siswa yang tuntas

pada data awal, dan persentase siswa yang tuntas pada sikus II lebih dari

persentase siswa yang tuntas pada siklus I. siswa dikatakan tuntas belajar

jika mendapatkan skor ≥ 42.5

Perhitungan persentase siswa yang tuntas belajar sebagai berikut :

Keteranagan :

P = persentase siswa yang tuntas belajar

n = banyak siswa yang tuntas belajar

N = banyak siswa keseluruhan

Selain terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar,

juga harus memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu ≥

85% siswa harus tuntas belajar.

2. lembar observasi

Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan

lembar observasi yang diisi oleh pengamat. Analisis data hasil observasi

menggunakan analisis persentase. Skor yang diperoleh masing-masing

indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya


dihitung persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor

dengan skor maksimal yang dikalikan 100% yaitu :

Persentase terendah adalah 0%

Persentase tertinggi adalah 100%

Pada pembelajaran ini terdapat 4 kriteria aktivitas guru mata pelajaran

yaitu : sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik.

Sehingga kriteria aktivitas guru mata pelajaran dan siswa ditentukan

sebagai berikut :

75% < NR ≤ 100% = sangat baik

50% < NR ≤ 75% = baik

25% < NR ≤ 50% = cukup baik

0% < NR ≤ 25% = kurang baik

Guru dinyatakan melaksanakan pembelajaran dengan baik jika

berdasarkan lembar observasi, guru mendapat skor dari pengamat minimal

berkriteria baik sedangkan subjek penelitian berdasarkan observasi siswa,

mendapat skor dari pengamat minimal berkriteria baik.

3. Angket

Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui

formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara

tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan


jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.59

Angket ini digunakan untuk melengkapi data mengenai motivasi siswa

dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis angket atau

kuesioner berstruktur. Kuesioner ini disebut juga kuesioner tertutup, berisi

pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang

disediakan. Responden dalam menjawab terikat pada sejumlah

kemungkinan yang sudah disediakan.

Data yang dikumpulkan dengan angket adalah respon siswa

terhadap pembelajaran dengan metode kooperatif tipe TGT. Angket yang

digunakan adalah angket tertutup, dimana dalam mengisi jawaban yang

tersedia sesuai dengan pendapatnya masing-masing.

H. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk menjamin keabsahan

data. Teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu60. Triangulasi yang

digunakan adalah triangulasi yang memanfaatkan penggunaan sumber dengan

jalan membandingkan data hasil observasi, catatan lapangan dan wawancara.

59
Mardalis, Metode Penelitian suatu pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hlm. 67.
60
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), hal.330
Disamping itu, dilakukan juga diskusi antara peneliti dengan guru bidang

studi dan teman sejawat.

I. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah

(1) tahap pra-tindakan dan (2) tahap pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian

ini direncanakan dilakukan 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Rincian tahap-

tahap pada setiap siklus tersebut adalah sebagai berikut.

1. Siklus I

a. Kegiatan pra-tindakan

1) Menetapkan subjek penelitian

Penetapan subjek penelitian dilakukan pada kelas V MI Ar-

Rahmah, di dalamnya terdapat sejumlah kelompok yang telah

ditetapkan berdasarkan nilai ulangan harian dan bedasarkan

pertimbangan dari guru bidang studi matematika pada kelas yang

diteliti. Pada tiap kelompok tersebut ditetapkan sebanyak 5 siswa

yaitu seorang siswa berkemampuan akademik tinggi, 3 orang

siswa berkemampuan akademik sedang, dan seorang siswa

berkemampuan akademik rendah.

2) Pembentukan kelompok belajar

Pembentukan kelompok belajar disusun sedemikian rupa

sehingga terbentuk kelompok yang heterogen dari segi

kemampuan akademik dan jenis kelamin.


b. Kegiatan tindakan

1) Perencanaan

Adapun perencanaan ini berdasarkan pada observasi pendahuluan

yang menjadi acuan dalam perencanaan tindakan. Langkah-

langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a) melakukan pertemuan awal dengan guru bidang studi untuk

membicarakan persiapan tindakan dan waktu tindakan.

b) Mempersiapkan sumber pelajaran dan bahan yang akan

dipakai dalam pembelajaran.

c) Mempersiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan materi

yang ditetapkan.

d) Mempersiapkan lembar kegiatan.

e) Mempersiapkan lembar tes akhir tindakan.

f) Mempersiapkan angket.

2) Pelaksanaan tindakan

Tahap pemberian tindakan dimaksudkan yaitu melaksanakan

kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah dijelaskan

dibagian depan, yaitu penyajiaan materi, belajar kelompok,

perlombaan/turnamen, dan penghargaan kelompok.

c. Observasi

Observasi dilakukan dengan tujuan agar memperoleh informasi yang

lebih mendalam komprehensif tentang data aktifitas mulai dari awal

sampai akhir tindakan. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dibantu


oleh teman sejawat dan guru mata pelajaran. Hasil observasi akan

dicatat dalam lembar observasi dan catatan lapangan.

d. Refleksi

Refeksi digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu siklus dan

dilakukan pada setiap akhir siklus. Kegiatan ini untuk melihat

keberhasilan dan kelemahan dari suatu perencanaan yang

dilaksanakan pada siklus tersebut. Refleksi juga merupakan acuan

dalam menentukan perbaikan atas kelemahan pelaksanaan siklus

sebelumnya untuk diterapkan pada siklus selanjutnya.

2. Siklus II

Siklus II akan dilanjutkan apabila tidak memenuhi kriteria

ketuntasan belajar secara klasikal yaitu ≥ 85% siswa harus tuntas belajar.

Pelaksanaan alur siklus II sama dengan pelaksanaan alur pada siklus I

dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I. Sub

bahasan yang dibahas pada siklus II adalah sama dengan siklus II yaitu

tentang materi sifat-sifat bangun datar trapesium.

Pelaksanaan masing-masing siklus digambarkan dengan sebuah

spiral penelitian tindakan kelas yang meliputi 4 fase seperti gambar 3.1.

keempat fase meliputi tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (action),

pengematan (observation), dan refleksi (reflection).


Gambar 3.1

Spiral Penelitian Tindakan Kelas


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini mendeskripsikan tentang keberadaan obyek penelitian dan

hasil paparan ketika proses belajar mengajar berlangsung, yaitu ketika

menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah peneliti

terapkan di kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang. Supaya situasi

pembelajaran dapat diikuti secara utuh, maka peneliti memaparkan semua proses

yang terjadi selama berlangsungnya pembelajaran, mulai dari kegiatan awal

hingga peneliti menutup pembelajaran dari masing-masing pertemuan. Penelitian

dimulai pada tanggal 02 Maret 2009 sampai 31 Maret 2009. Penelitian ini

dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan tiga kali pertemuan.

A. Latar Belakang Obyek Penelitian

a. Sejarah Berdirinya MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang

Pada tahun 1980 masyarakat dusun Bendo Sukolilo mempunyai

keinginan untuk mendirikan sekolah Taman Kanak-kanak (TK) karena di

dusun Bendo ini masih jauh dari tempat pendidikan + 1 km dari tempat

pendidikan. Dan jalannyapun kurang aman untuk anak kecil. Namun

keinginan ini pada waktu itu belum bisa terwujudkan karena sarana dan

prasarana.

Pada tahun 1985 di desa ini ada pembangunan masjid Al-Ikhlas

yang sekaligus mendirikan sekolah Taman Kanak-Kanak yang diberi nama


TK Al-Khoirot yang diprakarsai oleh Bapak KH. Sirodj dan Bapak KH.

Nur Salim Sukolilo juga di bantu oleh para ulama, tokoh dan masyarakat

yang lain.

Pada tahun 1988 sebagai kelanjutan dari Taman kanak-kanak

tersebut, pengurus dan masyarakat bersepakat mendirikan sekolah di

tingkat dasar (Madrasah Ibtidaiyah). Akan tetapi Madrasah Ibtidaiyah ini

belum berdiri sendiri, Madrasah ini bergabung dengan Madrasah

Ibtidaiyah Miftahul Huda Sukolilo. Akhirnya Madrasah inipun menjadi

Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda II.

Pada tahun 1995 Madrasah Ibtidaiyah di dusun Bendo ini

mendapat waqof tanah lagi dan membangun gedung lagi 4 lokal, dan

madrasah inipun dapat menampung siswa dari kelas 1 sampai kelas 6, dan

jumlah siswanya tidak kurang dari 170 anak.

Pada tahun 1997 Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda II ini dapat

diresmikan dan namanya diganti dan diresmikan dengan nama: Madrasah

Ibtidaiyah “Ar-Rahmah” Sukolilo Jabung Kabupateen Malang. Adapun

kepala Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah adalah bapak Sulthoni Latif,

M.Pd. sampai sekarang Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Bendo Jabung

Malang ini masih berstatus akreditasi B.61

61
Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah
b. Visi dan Misi MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang

Visi : Beriman, Bertaqwa, Berakhlak Mulia, Berprestasi


Misi : Menciptakan siswa-siswi yang handal di bidang IPTEk dan
IMTAK62

c. Tujuan MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang

Membina siswa-siswi agar memiliki ilmu pengetahuan, teknologi,

ketrampilan, keimanan, ketakwaan serta akhlak terpuji yang berguna bagi

Agama Nusa dan Bangsa.63

d. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang adalah

sebagaimana terlampir pada lampiran.

e. Denah Lokasi

Adapun denah lokasi MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang adalah

sebagaimana terlampir pada lampiran.

f. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu system

pendidikan yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu proses

pendidikan. Keberadaan yang dimiliki suatu sekolah mencerminkan

kemajuan sekolah tersebut.

62
Ibid.
63
Ibid.
MI. Ar-Rahmah berdiri diatas tanah waqaf seluas 2434 M2 dan

luas bangunan 909 M2, secara keseluruhan banyaknya ruang dan fasilitas

penunjang lain yang dimiliki Madrasah dalam tabel berikut:

Tabel 4.1
Ruang dan Inventaris MI. Ar-Rahmah Sukolilo
Tahun Ajaran 2008-2009

N Juml Kondi Keteranga


Jenis
o ah si n

1. R. Belajar 6 Baik -

2. R. 1 Baik -
Perpustakaan

3. R. UKS 1 Baik -

4. R. Kepala 1 Baik -
Madrasah

5. R. Guru 1 Baik -

6. Kamar 4 Baik -
Mandi/WC

7. Meja Belajar
a. Meja/Kursi 99 Baik -
siswa

b. Meja/Kursi 13 Baik -
Guru

c. Lemari 5 Baik -

d. Rak 7 Baik -

8. Peralatan
Kantor

a. Mesin Ketik 2 Baik -

b. Filling
Cabinet

9. R. Lab. 1 Baik -
Komputer

Pemeliharan fasilitas sekolah dilakukan setiap hari jum’at dengan

nama “Jum’at Bersih” dan setiap tahun ajaran dilakukan pengecatan

dinding dan perbaikan fasilitas lain yang dianggap sudah aus.64

64
Ibid.
g. Data Kelas

Dalam penelitian ini kelas V dijadikan sebagai obyek penelitian

dengan jumlah siswa sebagai berikut.

Tabel 4.2
Data Kelas V
No. Jenis Kelamin Banyak siswa
1. Laki-Laki 19
2. Perempuan 18
Jumlah 37

Adapun tata tertib yang berlaku didalam kelas V antara lain:

a) Tugas dan Kewajiban Siswa

1. Siswa harus datang 15 menit sebelum pelajaran dimulai, khusus

siswa yang piket harus dating 25 menit sebelum pelajaran dimulai

2. Pada akan memasuki kelas harus berbaris didepan kelas, dan masuk

dengan tertib

3. sebelum pelajaran dimulai siswa harus siap menerima pelajaran

dengan segala peralatan yang sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan

4. selama pelajaran berlangsung siswa harus mengikuti dengan

sungguh-sungguh dan penuh perhatian

5. wajib memelihara kebersihan, ketertiban dan keindahan lingkungan

sekolah

6. wajib berseragam lengkap serta BEDGE yang sesuai dengan

ketentuan sekolah
7. bila berhalangan mengikuti pelajaran siswa harus memberikan

keterangan yang sah

8. siswa wajib menjaga dan menjunjung tinggi nama baik sekolah

9. siswa harus melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru baik yang

bersifat kurikuler, non kurikuler maupun ekstra kurikuler

b) Larangan-Larangan Siswa

1. meninggalkan sekolah/ pelajaran selama kegiatan berlangsung

2. memasuki kelas lain tanpa seizin guru yang bersangkutan

3. mmmembaca bacaan yang sifatnya mengganggu jalannya pelajaran,

seperti: komik, majalah, dan lain sebagainya.

4. berpakaian yang tidak sopan dan memakai perhiasan dan bersolek

yang berlebihan

5. membawa senjata yang membahayakan

6. melakukan kegiatan yang sifatnya mengganggu jalannya pelajaran

c) Sanksi-Sanksi Bagi Siswa

1. peringatan secara lisan kepada siswa yang bersangkutan

2. peringatan secara tertulis kepada siswa dan tembusan kepada orang

tua/wali siswa yang bersangkutan

3. dikeluarkan sementara (diskorsing)

4. bila dengan sanksi-sanksi diatas belum menunjukkan perubahan

sikap, maka siswa dikembalikan kepada orang tua/wali siswa

(dikeluarkan)65

65
Dokumentasi siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah
h. Program Ekstrakurikuler dan Muatan Lokal

Program ekstrakurikuler dan muatan lokal

1. Bidang Keagamaan

a. Praktek sholat berjamaah

b. Sholat dhuha

c. Sholat gerhana

d. Sholat rawatib

e. Sholat jenazah

f. Mengkafani mayit

g. Manasik haji

h. Sholat jama’ dan qosor

i. Tartil Al-Qur’an

2. Pembinaan Pramuka

a. Latihan siaga/ penggalang

b. Perkemahan

3. Bidang Kesenian

a. Seni membaca

b. Seni kaligrafi

c. Seni dekorasi

d. Seni musik/drum band

4. Bidang Kemasyarakatan

a. Bakti sosial

b. Peringatan hari besar islam


c. Pemberian santunan

5. Rekreasi

6. Lain-Lain

a. Kursus MAPEL

b. Studi banding66

B. Paparan Data

1. Pra tindakan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pertemuan

dengan kepala sekolah untuk mengantarkan surat penelitian serta

menentukan waktu penelitian yang akan berlangsung. Kemudian bertemu

dengan guru bidang studi Matematika kelas V, tujuan pertemuan ini

adalah peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian di kelas V.

Setelah mendapat izin dari pihak sekolah, peneliti menemui pengurus

bidang Tata Usaha (TU) untuk meminta data-data profil sekolah

kemudian peneliti mulai mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan

dalam penelitian. Hal penting yang dilakukan peneliti pada tahap ini

adalah membentuk kelompok belajar dan menentukan subyek penelitian.

Untuk membentuk kelompok belajar siswa, peneliti

mengurutkan data awal siswa berupa nilai ulangan harian siswa mulai

dari yang tertinggi sampai terendah. Daftar nama siswa yang sudah

diurutkan tersebut dibagi menjadi lima kelompok akademik yaitu

66
Ibid.
kelompok siswa berkemampuan akademik tinggi, sedang I, sedang II,

sedang III, dan rendah. Agar kelompok belajar siswa yang diperoleh

heterogen maka peneliti memilih seorang siswa dari setiap kelompok

tersebut untuk dikelompokkan lagi menjadi kelompok belajar. Jadi setiap

kelompok belajar siswa terdiri dari seorang siswa berkemampuan

akademik tinggi, seorang siswa berkemampuan akademik sedang I,

seorang siswa berkemampuan akademik II, seorang siswa

berkemampuan akademik sedang III, dan seorang siswa berkemampuan

akademik rendah. Selain berdasarkan kemampuan akademik,

pembentukan kelompok juga berdasarkan jenis kelamin. Karena kelas V

terdiri dari 37 siswa maka terbentuk 7 kelompok belajar masing-masing

terdiri dari 5 siswa yang heterogen baik dari segi kemampuan akademik

maupun jenis kelamin. Pembentukan kelompok dapat dilihat pada tabel

4.3

Tabel 4.3
Pembentukan Kelompok Belajar
Jenis Nama
Kriteria siswa No. Absen Nilai UH
Kelamin Kelompok
11 L 70 1
32 P 70 2
Siswa 29 P 70 3
berkemampuan 20 P 77 4
akademik tinggi 19 P 70 5
30 P 75 6
12 L 75 7
8 P 50 1
31 P 60 2
Siswa 22 L 50 3
berkemampuan 36 P 45 4
akademik sedang I 23 L 40 5
30 P 65 6
18 P 55 7
9 L 40 1
35 L 40 2
Siswa 13 P 35 3
berkemampuan 16 P 30 4
akademik sedang II 4 L 35 5
34 L 30 6
17 P 30 7
27 P 30 1
28 P 35 2
Siswa 25 L 30 3
berkemampuan 33 P 35 4
akademik sedang III 24 L 30 5
6 L 35 6
7 L 25 7
1 L 25 1
2 L 30 2
Siswa 10 L 25 3
berkemampuan 26 L 30 4
akademik rendah 21 L 30 5
37 P 25 6
14 L 25 7
Ket:* = subyek penelitian
Berdasarkan data awal siswa tersebut, peneliti juga menentukan

4 siswa untuk menjadi subyek pengamatan yaitu: siswa yang berinisial A

berjenis kelamin perempuan yang mewakili kelompok siswa

berkemampuan akademik tinggi, siswa yang berinisial B berjenis

kelamin perempuan yang mewakili kelompok siswa yang berkemampuan

akademik sedang I, siswa yang berinisial C berjenis kelamin laki-laki

yang mewakili kelompok siswa yang berkemampuan akademik sedang

II, dan siswa yang berinisial D berjenis kelamin laiki-laki yang mewakili

kelompok siswa yang berkemampuan akademik rendah. Pengambilan 4

siswa tersebut bertujuan untuk mengetahui secara mendalam aktivitas

siswa dan prestasi siswa dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif

tipe TGT.

Tabel 4.4
Distribusi skor Tes Individual Ulangan Sebelum Penelitian Mata
Pelajaran Matematika kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang
No Interval Skor Frekuensi Status*
1. 96-100 -
2. 91-95 -
3. 86-90 -
4. 81-85 -
5. 76-80 1 Lulus
5. 71-75 1 Lulus
6. 66-70 4 Lulus
7. 61-65 2 Lulus
8. 56-60 1 Lulus
9. 51-55 1 Lulus
10. 46-50 2 Lulus
11. 41-45 -
12. 36-40 3 Tidak lulus
13. 31-35 5 Tidak lulus
14. 0-30 16 Tidak lulus
*Diambil dari kriteria penilaian di MI. Ar-Rahmah tahun ajaran 2008-
2009
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa ulangan harian

sebelum diadakannya metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dari 37

orang siswa yang dinyatakan lulus sebanyak 12 orang atau sebesar

32.43% dan yang dinyatakan tidak lulus sebanyak 25 atau sebesar

67.57%. Dari pernyataan tersebut yang dinyatakan tidak lulus lebih dari

50%.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Beberapa hal yang dilakukan peneliti pada tahap ini sebagai

berikut:

1. Menyiapkan rencana pembelajaran, lembar observasi, catatan

lapangan, pedoman wawancara, soal turnamen, dan soal tes I, dapat

dilihat pada lampiran

2. Menyiapkan daftar nama anggota kelompok belajar, dapat dilihat

pada lampiran

3. Menyiapkan soal-soal yang akan dikerjakan siswa, dapat dilihat

pada lampiran
b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan oleh guru mata pelajaran

matematika yang bertindak sebagai guru dan dibantu peneliti serta teman

sejawat dari program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN

Malang yang bertindak sebagai observer.

Tindakan I dilaksanakan dalam 175 menit, berlangsung selama

2 kali pertemuan dengan rincian 1 kali pertemuan berlangsung selama 2

jam pelajaran dan 1 kali pertemuan berlangsung selama 3 jam pelajaran,

yang 1 jam pelajaran mengambil waktu pelajaran bahasa inggris yang

kebetulan guru mata pelajaran bahasa inggris adalah guru mata pelajaran

matematika juga.

Sebelum dilaksanakan penelitian pada pertemuan pertama,

peneliti menemui guru mata pelajaran terlebih dahulu dengan tujuan

untuk mendiskusikan rencana pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan

I, Adapun rincian pelaksanaannya sebagai berikut.

Pertemuan I (Selasa,24 Maret 2009 )

Tahap pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam

dilanjutkan dengan sedikit menyampaikan tujuan pembelajaran.

Disamping itu guru juga menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT. Setelah itu guru membentuk kelompok belajar siswa yang telah

disusun peneliti sebelumnya dan meminta siswa supaya setiap jam

pelajaran matematika posisi duduk harus berkelompok. Lebih lanjut guru

memberikan motivasi kepada siswa berupa hadiah, yaitu tiga kelompok


yang memperoleh skor turnamen tertinggi akan mendapatkan hadiah dan

piagam penghargaan. Guru juga menjelaskan gambaran bahwa

keberhasilan kelompok bergantung pada keberhasilan individu. Sehingga

untuk menjadi kelompok yang terbaik, setiap anggota kelompok harus

menyumbangkan skor turnamen yang terbaik pula. Untuk itu, pada saat

diskusi kelompok harus terjadi tutor sebaya yaitu siswa yang

berkemampuan akademik tinggi harus membantu siswa yang

berkemampuan akadenik sedang dan rendah, sehingga merekapun bisa

memberikan yang terbaik untuk kelompoknya.

Selanjutnya guru memulai tahap penyajian materi secara

klasikal. Pada awalnya guru mengingatkan siswa tentang beberapa materi

prasyarat yang telah dipelajari siswa sebelumnya, diantaranya adalah

bangun datar persegi dan bangun datar persegi panjang.

Setelah siswa duduk berkelompok, guru menjelaskan tentang

materi pada pertemuan tersebut, materinya yaitu tentang bangun datar

trapesium. Setelah usai menjelaskan materi, guru memberikan soal-soal

untuk dikerjakan pada setiap masing-masing kelompok. Setelah waktu

yang disediakan untuk diskusi berakhir, guru meminta laporan dari

masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi

bersama-sama. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil

diskusi yang telah dilakukan bersama-sama tersebut.

Dan pada tahap terakhir yaitu guru memberikan kesempatan

pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Pada
tahap ini ada 3 siswa yang bertanya tentang cara menghitung sudut

bangun datar trapesium. Setelah semua pertanyaan siswa dijawab guru

dan semua siswa faham materi ini, maka guru memberikan pekerjaan

rumah untuk dikerjakan bersama masing-masing kelompoknya.

Pertemuan II (Rabu, 25 maret 2009)

Pada pertemuan ini dilaksanakan turnamen. Pertemuan dimulai

pukul 08.10-09.20 dan 09.40-10-15 WIB. Sebelum dilaksanakan

turnamen, Guru menjelaskan beberapa aturan turnamen yaitu dimulai

dengan siswa duduk di meja turnamen masing-masing sesuai dengan

kemampuan akedemiknya. Pada turnamen I ini terdapat lima meja

turnamen, masing-masing meja terdiri dari 7 siswa yang homogen dari

kemampuan akademik. Kemudian siwa mengambil satu kartu soal dan

satu lembar jawaban untuk dikerjakan pada turnamen. Satu kartu soal

terdiri dari satu soal, siswa harus mengerjakan satu soal pada satu lembar

jawaban. Sehingga setelah mengerjakan satu soal siswa harus

mengembalikan kartu tersebut pada tempatnya. Pada saat turnamen

berlangsung siswa terlihat antusias sekali dalam mengerjakan soal karena

selain dituntut benar juga harus cepat. Kemudian guru dan semua

masing-masing perwakilan turnamen mencocokan hasil jawaban yang

telah dijawab oleh perwakilan turnamen. Apabila jawaban dapat dijawab

siswa dengan benar, maka siswa akan mendapat satu poin yang berupa

gambar smile. Siswa yang menjawab dengan benar dan banyak akan
mendapat poin yang lebih banyak pula. Gambar smile dapat dilihat pada

lampiran.

Setelah itu salah satu perwakilan meja turnamen mengambil

kartu soal selanjutnya untuk dikerjakan kembali. Demikian seterusnya

sampai bel istirahat berbunyi, siswa diistirahatkan dan turnamen akan

dilanjutkan setelah bel masuk berbunyi. Setelah waktu turnamen yang

disediakan berahir dan sampai kartu soal telah dikerjakan semua, maka

akan dilakukan penghitungan jumlah poin keseluruhan pada masing-

masing kelompok. Kemudian guru mengumumkan tiga kelompok terbaik

pertama yang menjadi juara I, II, dan III yang akan mendapat hadiah dan

piagam penghargaan. Soal untuk turnamen dapat dilihat pada lampiran.

Pada saat turnamen berlangsung guru mata pelajaran, peneliti

dan teman sejawat masing-masing menjadi fasilatator di tiap meja

turnamen. Tugas fasilitator adalah mengawasi jalannya turnamen. Hasil

poin masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5

Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus I

Kelompok 1 Poin Kelompok 2 Poin


A1 : Dzurotun Nasichin 21 B1 : Sufi Asfiyani 21
A2 : Dewi Mariyam 19 B2 : Siti Rahmawati 18
A3 : Agung Prasetyo 10 B3 : Zakaria Adi Saputra 12
A4 : Nurul Azizah 10 B4 : Rina Ba’ayu Fauziyah 11
A5 : Darmaji - B5 : Muh. Mundzir 10
A6 : Muh. Nur Aini 13 B6 : Dewi Asmaul Husna -
Jumlah 73 Jumlah 72
Kelompok 3 Poin Kelompok 4 Poin
C1 : Siti Aisyah 24 D1 : Malichatur Rizqiyah 23
C2 : Muh. Ainun Najib 20 D2 : Hasbiyah 18
C3 : Indah Ayu Harnanik 11 D3 : Lailatul Husna 11
C4 : Syaiful Mu’minin 6 D4 : Umul Khasanah 11
C5 : Ariadus Sholihin 11 D5 : Muh. Teguh Firmansyah 8
Jumlah 72 Jumlah 71

Kelompok 5 Poin Kelompok 6 Poin


E1 : Luluk Sufiyah 17 F1 : Siti Maimunah 20
E2 : Muh. Ali Hanani 18 F2 : Khuriyati 21
E3 : Arif Syaifuddin K. 12 F3 : Zuriyanto 12
E4 : Muh. Fauzan 10 F4 : Zainal Abidin 13
E5 : Misbahul Mubien 12 F5 : Erni kumala Dewi 10
Jumlah 69 Jumlah 76

Kelompok 7 Poin
G1 : Fathur Rizqi Dwi Putro 17
G2 : Lilik Nur Aini 19
G3 : Lilik Farida 16
G4 : Rofi Wahyu Romadhon 19
G5 : Khoirul Islam 13
Jumlah 79

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok yang menjadi

juara yaitu: kelompok 7, 6 dan 1

Kemudian yang terakhir yaitu tahap evaluasi, dimana pada tahap

ini siswa bukan lagi berkelompok dan berdiskusi, melainkan tugas

masing-masing individu, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana


pemahaman siswa dalam 2 pertemuan tersebut. Siswa akan diberi soal tes

I dengan jumlah soal sebanyak 3 soal.

Sebelum tes I dimulai guru menugaskan kepada siswa supaya

duduk kembali pada tempatnya masing-masing. Selanjutnya guru

meminta supaya siswa tenang karena sebentar lagi akan diadakan tes.

Guru memberikan 5 menit kepada kepada siswa untuk belajar kembali.

Setelah itu peneliti mulai membagikan soal kesetiap siswa. Soal tes I dan

perolehan skor dapat dilihat pada lampiran. Distribusi skor tes individu

siklus I sebagaimana disajikan dalam table berikut:

Tabel 4.6
Distribusi skor Tes Individual Siklus I Mata Pelajaran Matematika
kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang
No Interval Skor Frekuensi Status*
1. 96-100 10 Lulus
2. 91-95 4 Lulus
3. 86-90 -
4. 81-85 2 Lulus
5. 76-80 1 Lulus
5. 71-75 -
6. 66-70 3 Lulus
7. 61-65 -
8. 56-60 4 Lulus
9. 51-55 3 Lulus
10. 46-50 1 Lulus
11. 41-45 -
12. 36-40 7 Tidak lulus
13. 31-35 -
14. 0-30 -
*Diambil dari kriteria penilaian di MI. Ar-Rahmah tahun ajaran 2008-
2009
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa terjadi

peningkatan keberhasilan kelas, jika dibandingkan dengan hasil ulangan

sebelumnya, tingkat keberhasilan kelas pada siklus ini adalah 80%, yakni

dari 35 peserta tes, yang dinyatakan lulus sebanyak 28 orang. Sedangkan

yang gagal sebanyak 7 orang siswa atau sebesar 20%, dan dua orang

siswa yang tidak mengikuti tes. Siklus ke-2 akan dilanjutkan, karena

tingkat keberhasilan kelas pada siklus ini tidak mencapai 85%.

Dilihat dari beberapa jawaban tes siswa yang diberikan,

kebanyakan siswa salah pada mencari sudut dari bangun datar trapesium.

c. Hasil observasi

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama kegiatan

pembelajaran nampak bahwa siswa sangat senang belajar dalam

kelompok yang diturnamenkan. Mereka aktif berdiskusi dalam

menyelesaikan masalah. Mereka sudah ada rasa tanggung jawab terhadap

keberhasilan kelompok. Hasil observasi dua orang pengamat terhadap

kegiatan guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 4.7 dan table 4.8. Format

observasi tindakan secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran

Tabel 4.7
Hasil observasi pengamatan terhadap kegiatan guru pada siklus I
PGMT PGMT
Tahap Indikator
I II
A 1. Melaksanakan aktivitas rutin sehari-hari 14 9
W 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 14 14
A 3. Menentukan materi dan pentingnya materi 8 7
L 4. Memotivasi siswa 18 13
5. Membangkitkan pengetahuan prasyarat
termasuk materi tes awal yang belum 18 13
dipahami
6. Membentuk kelompok 15 15
7. Menjelaskan cara kerjasama dan
15 13
tanggungjawab kelompok
8. Menyediakan sarana yang dibutuhkan 4 4
1. Meminta siswa memahami lembar kerja 6 8
2. Meminta masing-masing kelompok
12 12
bekerja sesuai tugas kelompok
I 3. Membimbing dan mengarahkan kelompok
16 16
N sehingga dapat terjadi belajar kooperatif
T 4. Meminta kelompok menyiapkan laporan
15 14
I hasil kerja
5. Meminta kelompok melaporkan hasil
20 9
kerjanya
6. Membimbing kelancaran kegiatan diskusi 14 14
A 1. Merespon kegiatan diskusi 14 13
K
2. Membimbing turnamen 25 23
H
I 3. Mengakhiri pembelajaran 20 18
R
Jumlah 248 216

Jika skor maksimal 280 maka berdasarkan data observasi yang

dilakukan peneliti (PGMT I) terhadap aktivitas guru mata pelajaran,

diperoleh persentase nilai rata-rata 88,6%. Sedangkan berdasarkan

observasi yang dilakukan oleh teman sejawat (PGMT II), diperoleh

persentase nilai rata-rata adalah 77.1%. Berarti taraf keberhasilan


aktivitas guru berdasarkan observasi kedua pengamat termasuk dalam

kategori “Sangat Baik”.

Tabel 4.8
Hasil observasi pengamat terhadap kegiatan siswa pada siklus I
Tahap Indikator T SI SII R
1. Melaksanakan aktivitas rutin sehari-
10 10 10 9
hari
2. Memperhatikan tujuan pembelajaran 11 7 10 10
A
3. Menanggapi materi prasyarat yang
W 12 3 6 11
disampaikan guru
A
4. Memahami tugas 11 10 10 15
L
5. Memahami tugas kelompok 6 6 6 8
6. Menerima sarana yang dibutuhkan
5 5 5 5

1. Memahami tugas kelompok 20 18 18 20


2. Bekerja sesuai petunjuk soal untuk
I 20 18 20 19
memecahkan masalah
N
3. Melakukan penemuan 20 20 18 20
T
4. Menyiapkan laporan hasil kerja 15 15 15 11
I
5. Melaporkan hasil kerja kelompok 15 3 4 5
6. Menanggapi presentasi 12 9 12 3
A 1. Melakukan turnamen 20 15 16 12
K
2. Mengakhiri pembelajaran
H
15 15 15 13
I
R
Jumlah 192 154 165 161

Jika skor maksimal 215 maka berdasarkan data observasi yang

dilakukan oleh pengamat terhadap aktivitas siswa diperoleh persentase:

siswa berkemampuan akademik tinggi (T) 89.3%, siswa berkemampuan


akademik sedang I (SI) adalah 71.6%, siswa berkemampuan akademik

sedang II (SII) adalah 76.7%, dan siswa berkemampuan akademik rendah

(R) adalah 74.9%. Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa berdasarkan

observasi pengamat termasuk dalam kategori “Baik” dan “Sangat Baik”.

Untuk mencatat informasi yang terjadi di lapangan dalam hal ini

adalah informasi yang tidak dicatat pada lembar observasi maka peneliti

membuat catatan lapangan. Hasil catatan lapangan selama pelaksanaan

siklus I dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9
Hasil catatan lapangan pada siklus I

Guru

• Terlalu cepat dalam berbicara ketika menyampaikan sesuatu (materi)

Siswa

• Siswa yang berkemampuan akademik tinggi cenderung mengerjakan

soal kelompok secara individu

• Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran walaupun masih ada

beberapa siswa yang kurang peduli terhadap pembelajaran tersebut

• Pelaksanaan turnamen kurang efektif

• Pada saat turnamen, ada satu kelompok yang saling bekerjasama

selayaknya diskusi dalam kelompok

Hasil catatan lapangan ini akan dijadikan bahan pertimbangan

dalam melakukan refleksi untuk menentukan langkah selanjutnya.


d. Refleksi

Refleksi pada siklus I dilakukan untuk menentukan apakah

siklus I sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan atau belum. Jika

belum maka akan dicari kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I

yang selanjutnya akan diperbaiki pada siklus II. Berdasarkan hasil

pengamatan peneliti, guru bidang studi, dan teman sejawat disimpulkan

bahwa sebagian besar siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok.

Demikian juga berdasarkan hasil wawancara sudah baik, motivasi siswa

terhadap pembelajaran dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi

juga sudah baik. Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa,

diketahui bahwa kegiatan guru dan siswa sudah mencapai kriteria sangat

baik dan baik.

Dari segi hasil belum memenuhi kriteria keberhasilan yaitu

meskipun terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu

dari 32.43% menjadi 80% tetapi masih belum mencapai kriteria

ketuntasan belajar secara klasikal.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

tindakan pada siklus I belum berhasil. Dengan demikian perlu dicari

kelemahan yang ada pada tindakan I untuk kemudian dapat ditentukan

perbaikan-perbaikannya. Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan

guru mata pelajaran dan teman sejawat, perbaikan yang akan dilakukan

pada siklus II sebagai berikut:


1. Mekanisme turnamen yaitu setiap lima siswa membentuk kelompok

dalam meja turnamen yang sudah tersedia satu set kartu soal. Setelah

siswa siap dimeja turnamen masing-masing, peneliti memberi tanda

supaya siswa mulai mengerjakan dengan mengambil kartu soal

secara bergantian hingga waktu turnamen berakhir.

2. Membahas soal turnamen di kelas sehingga siswa lebih faham dan

mengetahui cara menjawab yang benar.

3. Mengikutsertakan siswa pada saat mengoreksi jawaban turnamen

siswa untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab pada diri siswa.

4. Guru mata pelajaran berusaha tidak terlalu cepat ketika memberikan

penjelasan didepan kelas sehingga siswa mampu mencerna dengan

baik setiap apa yang dikatakan oleh guru.

5. Peneliti harus benar-benar memperhatikan waktu sehingga

pembelajaran yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan RPP

yang telah dibuat sebelumnya.

Materi yang dibahas pada siklus II sama dengan materi siklus I

yaitu tentang bangun datar trapesium.

3. Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap ini beberapa hal yang dilakukan peneliti adalah:

1. Menyiapkan rencana pembelajaran, lembar observasi, catatan

lapangan, angket respon siswa, soal turnamen II, soal tes II, dan

kunci jawaban dapat dilihat pada lampiran.


2. Menyiapkan soal-soal untuk latihan sebelum turnamen. Dapat

dilihat pada lampiran.

b. Pelaksanaan

Tindakan II berlangsung selama 105 menit yang

dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Untuk rincian pelaksanaannya

sebagai berikut.

Guru mata pelajaran memulai tahap pendahuluan dengan

mengucapkan salam, menyampaikan tujuan pembelajaran dan

mengingatkan siswa tentang model pembelajaran TGT yang akan

dilaksanakan. Guru mata pelajaran juga memberikan motivasi pada

kelompok untuk berlomba-lomba menjadi kelompok yang terbaik,

terutama kelompok yang pada turnamen I belum menjadi 3

kelompok terbaik. Untuk memotivasi siswa juga guru memberikan

hadiah untuk juara I, II, dan III pada siklus I. Kemudian guru

memberikan contoh bagaimana cara mengerjakan sudut trapesium,

sebelumnya guru meminta siswa untuk mengerjakan soal tersebut,

tetapi setelah beberapa saat tidak ada yang maju kedepan, guru mulai

mengarahkan siswa untuk dapat mengerjakan soal tersebut.

Setelah guru merasa bahwa siswa sudah bisa menggunakan

konsep bangun datar trapesium, guru memberikan soal-soal pada

setiap kelompok. Sebelum diskusi dimulai guru mengingatkan

bahwa diakhir pembelajaran setiap kelompok harus menyerahkan

laporan hasil diskusi.


Setelah waktu yang disediakan untuk berdiskusi habis,

maka setiap kelompok harus menyerahkan hasil diskusi yang telah

didiskusikan. Kemudian akan dilanjutkan dengan turnamen, sebelum

turnamen dimulai, guru meminta siswa duduk dimeja turnamen.

Kemudian peneliti memberikan perlengkapan turnamen pada setiap

meja yaitu berupa satu set kartu soal dan lembar jawaban.

Selanjutnya guru menjelaskan aturan turnamen yaitu setiap siswa

mengambil satu kartu soal untuk dikerjakan dilembar jawaban.

Setelah selesai dijawab, masing-masing perwakilan turnamen

menaruh alat tulis diatas meja supaya tidak ada yang curang dalam

hasil jawaban siswa kemudian memperhatikan jawaban yang akan

dibacakan peneliti dan membahasnya bersama-sama. Kartu soal

yang telah diambil tersebut dikembalikan ketempat semula dan

mengambil kartu soal yang lain untuk dikerjakan di lembar jawaban

yang sama. Begitu seterusnya sampai waktu yang disediakan

berakhir atau kartu soal sudah dikerjakan semua.

Setelah selesai memberikan penjelasan, peneliti

mempersilahkan siswa untuk mengambil satu kartu soal. Pada saat

turnamen terlihat sekali antusias mereka dalam mengerjakan soal

karena selain dituntut benar juga dituntut cepat. Siapa yang cepat dan

benar dalam mengerjakan soal akan mendapat poin lebih banyak.

Setelah waktu turnamen berakhir guru memberikan

kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum difahami.


Kemudian peneliti meminta siswa untuk menghitung poinnya

masing-masing individu dilanjutkan dengan penghitungan poin

kelompok. Setelah penghitungan poin selesai dilakukan, peneliti

meminta lembar jawaban dikumpulkan dimeja paling depan.

Kemudian peneliti mengumumkan kelompok yang menang juara I,

II, dan III. Ketiga kelompok tersebut adalah kelompok 3, 4 dan 7.

Jumlah poin masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.10

Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus II

Kelompok 1 Poin Kelompok 2 Poin


A1 : Dzurotun Nasichin 9 B1 : Sufi Asfiyani 8
A2 : Dewi Mariyam 8 B2 : Siti Rahmawati 9
A3 : Agung Prasetyo 6 B3 : Zakaria Adi Saputra 6
A4 : Nurul Azizah 7 B4 : Rina Ba’ayu Fauziyah 6
A5 : Darmaji - B5 : Muh. Mundzir 5
A6 : Muh. Nur Aini 5 B6 : Dewi Asmaul Husna -
Jumlah 35 Jumlah 34

Kelompok 3 Poin Kelompok 4 Poin


C1 : Siti Aisyah 10 D1 : Malichatur Rizqiyah 8
C2 : Muh. Ainun Najib 10 D2 : Hasbiyah 8
C3 : Indah Ayu Harnanik 6 D3 : Lailatul Husna 8
C4 : Syaiful Mu’minin 8 D4 : Umul Khasanah 7
C5 : Ariadus Sholihin 6 D5 : Muh. Teguh Firmansyah 9
Jumlah 40 Jumlah 40
Kelompok 5 Poin Kelompok 6 Poin
E1 : Luluk Sufiyah 10 F1 : Siti Maimunah 10
E2 : Muh. Ali Hanani 5 F2 : Khuriyati 10
E3 : Arif Syaifuddin K. 5 F3 : Zuriyanto 7
E4 : Muh. Fauzan 8 F4 : Zainal Abidin 5
E5 : Misbahul Mubien 5 F5 : Erni kumala Dewi 5
Jumlah 33 Jumlah 37

Kelompok 7 Poin
G1 : Fathur Rizqi Dwi Putro 9
G2 : Lilik Nur Aini 8
G3 : Lilik Farida 8
G4 : Rofi Wahyu Romadhon 6
G5 : Khoirul Islam 8
Jumlah 39

Dan yang terakhir adalah tes evaluasi II dengan banyaknya

soal 4 butir. Soal tes II dapat dilihat pada lampiran dan perolehan

skor tes siswa dapat dilihat pada lampiran. Distribusi skor tes

individu siklus I sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.11
Distribusi skor Tes Individual Siklus II Mata Pelajaran Matematika
kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang
No Interval Skor Frekuensi Status*
1. 96-100 8 Lulus
2. 91-95 8 Lulus
3. 86-90 -
4. 81-85 5 Lulus
5. 76-80 5 Lulus
5. 71-75 -
6. 66-70 2 Lulus
7. 61-65 1 Lulus
8. 56-60 -
9. 51-55 -
10. 46-50 1 Lulus
11. 41-45 3 Lulus
12. 36-40 1 Tidak lulus
13. 31-35 -
14. 0-30 -
*Diambil dari kriteria penilaian di MI. Ar-Rahmah tahun ajaran 2008-
2009
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa terjadi

peningkatan keberhasilan kelas, jika dibandingkan dengan hasil tes

pada siklus I sebelumnya, tingkat keberhasilan kelas pada siklus ini

adalah 97.14%, yakni dari 35 peserta tes, yang dinyatakan lulus

sebanyak 34 orang siswa. Sedangkan yang gagal sebanyak 1 orang

siswa atau sebesar 2.86%, karena skor tesnya kurang dari 42,5. Jadi

pada siklus II ini seluruh siswa dinyatakan telah mencapai kriteria

ketuntasan belajar secara klasikal.

c. Hasil Observasi

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama kegiatan

pembelajaran nampak bahwa siswa sangat senang dalam belajar

kelompok. Mereka aktif berdiskusi dalam menyelesaikan masalah dan


mereka sudah mempunyai rasa tanggungjawab terhadap keberhasilan

kelompok.

Hasil observasi dua orang pengamat terhadap kegiatan guru dan

siswa dapat dilihat pada tabel 4.12 dan tabel 4.13. Format observasi

tindakan secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4.12
Hasil observasi pengamatan terhadap kegiatan guru pada siklus II
PGMT PGMT
Tahap INDIKATOR
I II
A 1. Melaksanakan aktivitas rutin sehari-hari 14 9
W 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 15 13
A 3. Menentukan materi dan pentingnya materi 11 13
L 4. Memotivasi siswa 18 14
5. Membangkitkan pengetahuan prasyarat
12 17
termasuk materi tes awal yang belum dipahami
6. Membentuk kelompok 15 15
7. Menjelaskan cara kerjasama dan
11 8
tanggungjawab kelompok
8. Menyediakan sarana yang dibutuhkan 5 5
I 1. Meminta siswa memahami lembar kerja 10 6
N 2. Meminta masing-masing kelompok bekerja
13 9
T sesuai tugas kelompok
I 3. Membimbing dan mengarahkan kelompok
18 15
sehingga dapat terjadi belajar kooperatif
4. Meminta kelompok menyiapkan laporan hasil
15 12
kerja
5. Meminta kelompok melaporkan hasil kerjanya 20 17
6. Membimbing kelancaran kegiatan diskusi 15 12
A 1. Merespon kegiatan diskusi 19 10
K 2. Membimbing turnamen 25 25
H
3. Mengakhiri pembelajaran
I 20 17
R
Jumlah 256 217

Jika skor maksimal 280 maka berdasarkan data observasi yang

dilakukan peneliti (PGMT I) terhadap aktifitas guru, diperoleh persentase

nilai rata-rata 91.4%. sedangkan observasi yang dilakukan oleh teman

sejawat (PGMT II), diperoleh persentase nilai rata-rata 77.5%. Berarti

taraf keberhasilan aktifitas guru berdasarkan observasi kedua pengamat

termasuk dalam kategori “Sangat Baik”.

Tabel 4.13
Hasil observasi pengamat terhadap kegiatan siswa pada siklus II
Tahap INDIKATOR T SI SII R
7. Melaksanakan aktivitas rutin sehari-hari 10 9 6 8
8. Memperhatikan tujuan pembelajaran 20 18 7 15
A 9. Menanggapi materi prasyarat yang
15 11 6 9
W disampaikan guru
A 10. Memahami tugas 15 15 10 14
L 11. Memahami tugas kelompok 8 8 5 9
12. Menerima sarana yang dibutuhkan
5 5 5 5

7. Memahami tugas kelompok 19 20 14 18


I 8. Bekerja sesuai petunjuk soal untuk
20 20 15 20
N memecahkan masalah
T 9. Melakukan penemuan 18 20 19 16
I 10. Menyiapkan laporan hasil kerja 15 15 13 11
11. Melaporkan hasil kerja kelompok 15 3 3 3
12. Menanggapi presentasi 13 3 9 9
A 1. Melakukan turnamen 16 16 16 16
K
2. Mengakhiri pembelajaran
H
15 15 14 15
I
R
Jumlah 204 178 142 168

Jika skor maksimal 215 maka berdasarkan data observasi yang

dilakukan oleh pengamat terhadap aktivitas siswa diperoleh persentase:

siswa berkemampuan akademik tinggi (T) adalah 94.9%, siswa

berkemampuan akademik sedang I (SI) adalah 82,8%, siswa

berkemampuan akademik sedang II (SII) adalah 66.0%, dan siswa

berkemampuan akademik rendah (R) adalah 78.1%. Berarti taraf

keberhasilan aktifitas siswa berdasarkan observasi pengamat termasuk

dalam kategori “Baik an Sangat Baik”

Untuk mencatat informasi yang tidak dapat dicatat dalam lembar

observasi maka peneliti membuat catatan lapangan. Hasil catatan

lapangan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.14

Tabel 4.14
Hasil catatan lapangan pada siklus II

Guru

• Masih agak terlalu cepat dalam berbicara ketika menyampaikan

sesuatu kepada anak-anak

Siswa

• Waktu diskusi tidak sesuai dengan yang direncanakan


• Ada siswa yang berdiskusi dengan kelompok lain

• Pada saat turnamen, ada siswa yang berusaha mencontoh jawaban

siswa lain

Hasil catatan lapangan ini digunakan sebagai pertimbangan pada saat

melakukan refleksi.

d. Hasil wawancara

Setelah pelaksanaan turnamen pada siklus I, peneliti melakukan

wawancara dengan subyek penelitian untuk mengetahui kerjasama dalam

kelompok, motivasi siswa terhadap pembelajaran, dan pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran. Dengan demikian pertanyaan dalam

pedoman wawancara terdiri dari tiga bagian, yaitu kerjasama, motivasi,

dan pemahaman. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran.

Untuk kriteria kerjasama, hasil wawancara menunjukkan bahwa

semua subyek merasa senang bekerjasama dalam kelompok. Keempat

subyek yaitu berinisial A, B, C, dan D menyatakan bahwa belajar

kelompok lebih mereka sukai dari pada belajar secara individual. Berikut

ini petikan alasan masing-masing subyek penelitian mengapa mereka

lebih menyukai belajar secara kooperatif.

A : “Saya senang belajar dengan cara kerja kelompok, karena saya dapat

membantu teman-teman sekelompok saya yang kurang faham

dengan materi pelajaran yang dijelaskan oleh bu Vita.”

B : ”Kalau belajar kelompok, saya bisa kerja sama dengan teman-teman.”


C : ”Saya senang belajar kelompok, karena saya memperoleh nilai yang

bagus.”

D : ”Suka bu, karena keadaan kelas jadi ramai, dan nilainya bagus-

bagus.”

Dalam bekerjasama, siswa tidak membedakan masalah

kemampuan dan jenis kelamin. Hal ini dilakukan agar dapat memupuk

keakraban, saling menghargai dan pekerjaan kelompok dapat

diselesaikan dengan cepat. Sehubungan dengan motivasi terhadap

pembelajaran kooperatif tipe TGT, semua subyek mengatakan bahwa

mereka senang belajar kelompok karena dapat saling menghargai ketika

bekerjasama dan dapat saling membantu antar teman dalam kelompok.

Keempat subyek mengatakan setuju jika pembelajaran materi lain juga

diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Alasannya dengan

bekerjasama mereka dapat menjalin persaudaraan yang erat, saling

menghormati dan menghargai satu sama lain.

Selanjutnya sehubungan dengan pemahaman siswa setelah

mengikuti pembelajaran trapesium dengan belajar kooperatif tipe TGT,

keempat subyek menyatakan bahwa mereka lebih mudah memahami

materi. Alasannya karena jika ada yang kurang mengerti atau kurang

jelas biasa langsung bertanya pada teman sekelompok yang sudah faham.

Berdasarkan wawancara, maka dapat disimpulkan bahwa siswa sangat

suka belajar secara kooperatif tipe TGT karena dapat bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas dan dapat saling membantu. Selain itu, mereka juga

lebih mudah dalam memahami materi pelajaran.

e. Hasil angket respon siswa

Untuk melengkapi data mengenai respon siswa terhadap

pembelajaran, peneliti menyebarkan angket kepada siswa kelas V MI.

Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang setelah pemberian tindakan. Angket

siswa dapat dilihat pada lampiran. Hasil respon siswa setelah siklus II

dapat dilihat pada tabel 4.15

Tabel 4.15
Hasil angket respon siswa setelah siklus II
NO
JAWABAN FREKUENSI PERSEN
PERTANYAAN
1 Sangat Sesuai 26 83.87%
Sesuai 5 16.12%
Tidak Sesuai - 0%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
2 Sangat Sesuai 7 22.58%
Sesuai 15 48.38%
Tidak Sesuai 9 28.03%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
3 Sangat Sesuai 10 32.25%
Sesuai 15 48.38%
Tidak Sesuai 4 12.90%
Sangat Tidak Sesuai 2 6.45%
Jumlah 100%
4 Sangat Sesuai 12 38.71%
Sesuai 9 22.58%
Tidak Sesuai 10 32.25%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
5 Sangat Sesuai 16 51.61%
Sesuai 10 32.25%
Tidak Sesuai 4 12.90%
Sangat Tidak Sesuai 1 3.22%
Jumlah 100%
6 Sangat Sesuai 18 58.06%
Sesuai 11 35.48%
Tidak Sesuai 1 3.22%
Sangat Tidak Sesuai 1 3.22%
Jumlah 100%
7 Sangat Sesuai 15 48.38%
Sesuai 15 48.38%
Tidak Sesuai - 0%
Sangat Tidak Sesuai 1 3.22%
Jumlah 100%
8 Sangat Sesuai 13 41.93%
Sesuai 15 48.38%
Tidak Sesuai 3 9.68%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
9 Sangat Sesuai 14 45.16%
Sesuai 14 45.16%
Tidak Sesuai 2 6.45%
Sangat Tidak Sesuai 1 3.22%
Jumlah 100%
10 Sangat Sesuai 12 38.71%
Sesuai 17 54.84%
Tidak Sesuai 2 6.45%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
11 Sangat Sesuai 25 80.64%
Sesuai 6 19.35%
Tidak Sesuai - 0%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
12 Sangat Sesuai 11 35.48%
Sesuai 12 38.71%
Tidak Sesuai 6 19.35%
Sangat Tidak Sesuai 2 6.45%
Jumlah 100%
13 Sangat Sesuai 10 32.25%
Sesuai 14 45.16%
Tidak Sesuai 7 22.58%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
14 Sangat Sesuai 8 25.81%
Sesuai 21 67.74%
Tidak Sesuai 2 6.45%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
15 Sangat Sesuai 24 77.42%
Sesuai 7 22.58%
Tidak Sesuai - 0%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
16 Sangat Sesuai 20 64.52%
Sesuai 9 29.03%
Tidak Sesuai 2 6.45%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
17 Sangat Sesuai 9 29.03%
Sesuai 11 35.48%
Tidak Sesuai 7 22.58%
Sangat Tidak Sesuai 4 12.90%
Jumlah 100%
18 Sangat Sesuai 15 48.38%
Sesuai 13 41.93%
Tidak Sesuai 2 6.45%
Sangat Tidak Sesuai 1 3.22%
Jumlah 100%
Sumber: data diolah
Berdasarkan persentase rata-rata masing-masing item

pernyataan yang sudah diperoleh pada tabel diatas dan kriteria respon

belajar siswa. Berikut ini penjelasan masing-masing item pernyataan

pada angket respon siswa.

1. Dari pernyataan 1 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat senang

mengikuti pelajaran dengan cara berkelompok dengan teman-teman

sekelas.

2. Dari pernyataan 2 dapat disimpulkan bahwa siswa sudah memahami

setiap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dalam pelajaran.

3. Dari pernyataan 3 dapat disimpulkan bahwa siswa bersedia saling

membantu dengan teman-teman dalam mempelajari matematika.


4. Dari pernyataan 4 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat tidak

merasa malu untuk bertanya pada guru setiap ada kesempatan

bertanya.

5. Dari pernyataan 5 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat tidak

merasa malu untuk bertanya pada anggota kelompok setiap ada

kesempatan bertanya.

6. Dari pernyataan 6 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat yakin akan

berhasil dalam belajar.

7. Dari pernyataan 7 dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki

kemampuan untuk terus mempelajari matematika karena banyak

yang belum diketahui.

8. Dari pernyataan 8 dapat disimpulkan bahwa siswa yakin dapat

mempelajari setiap materi pelajaran dengan baik.

9. Dari pernyataan 9 dapat disimpulkan bahwa siswa dapat bersedia

mengerjakan tugas dengan baik.

10. Dari pernyataan 10 dapat disimpulkan bahwa siswa berdiskusi

dengan teman-teman untuk menyelesaikan tugas yang dianggap

sulit.

11. Dari pernyataan 11 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat senang

jika keberhasilannya mendapat pengakuan dan pujian dari guru dan

teman-teman.

12. Dari pernyataan 12 dapat disimpulkan bahwa belajar kooperatif

sesuai dengan keinginan siswa.


13. Dari pernyataan 13 dapat disimpulkan bahwa siswa peduli dengan

temannya yang belum berhasil.

14. Dari pernyataan 14 dapat disimpulkan bahwa dengan belajar

kooperatif, siswa terdorong untuk mempelajari matematika secara

detail.

15. Dari pernyataan 15 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat berusaha

untuk mendapatkan nilai matematika terbaik dikelas.

16. Dari pernyataan 16 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat

menyenangi metode belajar kelompok.

17. Dari pernyataan 17 dapat disimpulkan bahwa siswa yakin dapat

menjawab soal-soal tes pelajaran dengan kemampuan sendiri.

18. Dari pernyataan 18 dapat disimpulkan bahwa siswa merasa sangat

puas dengan hasil tes matematikanya.

Berdasarkan analisis hasil angket dapat disimpulkan bahwa

siswa sangat senang belajar dalam kelompok dan sangat menyukai

pembelajaran yang diturnamenkan.

f. Refleksi

Refleksi pada siklus II dilakukan untuk menentukan apakah

siklus II sudah berhasil atau belum. Berdasarkan hasil pengamatan

peneliti, guru mata pelajaran, dan teman sejawat disimpulkan bahwa

sebagian besar siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Demikian

juga berdasarkan hasil angket terhadap seluruh siswa, diperoleh bahwa

kerjasama dalam kelompok lebih mereka sukai daripada belajar sendiri.


Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa diketahui bahwa

kegiatan guru dan siswa sudah mencapai kriteria sangat baik dan baik.

Dari segi hasil juga sudah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu

selain terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu dari

80% menjadi 97.14% juga telah mencapai kriteria ketuntasan belajar

secara klasikal.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

tindakan pada siklus II sudah berhasil. Dan berdasarkan rencana semula

bahwa pemberian tindakan hanya dilaksanakan pada dua siklus jadi

penelitian berakhir pada siklus II.

4. Refleksi Masing-Masing Siklus

1. Siklus I

Beberapa refleksi yang diperoleh pada siklus I sebagai berikut:

1. Subyek penelitian aktif bekerjasama dalam kelompok untuk

menyelesaikan soal-soal.

2. Subyek penelitian merasa senang dengan pembelajaran kooperatif

tipe TGT karena tidak malu bertanya kepada teman, melatih

berfikir dengan cepat, dan dapat menumbuhkan sikap saling

menghormati dan menghargai pendapat orang lain.

3. Prestasi belajar siswa yang diukur melalui tes akhir siklus belum

menunjukkan hasil yang diinginkan karena belum mencapai

kriteria ketuntasan belajar secara klasikal


2. Siklus II

Beberapa refleksi yang diperoleh pada siklus II sebagai berikut:

1. Subyek penelitian aktif bekerjasama dalam kelompok untuk

menyelesaikan soal-soal

2. Siswa senang belajar matematika secara kelompok sehingga

termotivasi untuk menguasai materi pelajaran matematika secara

detail

3. Pemberian soal yang tidak terlalu menuntun siswa menjadikan

mereka lebih aktif berdiskusi dalam kelompok dan bertanya kepada

guru

4. Prestasi belajar siswa yang diukur melalui tes akhir siklus sudah

menunjukkan hasil yang diinginkan yaitu telah mencapai kriteria

ketuntasan belajar secara klasikal walaupun ada beberapa anak

yang lulus dengan nilai minim.


BAB V

PEMBAHASAN

A. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dalam Pembelajaran

Matematika Siswa Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran

matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang ada 2 tahap yaitu

pra kegiatan pembelajaran dan detail kegiatan pembelajaran.

1. Pra kegiatan pembelajaran TGT

a. Persiapan, dilakukan untuk mempersiapkan materi yaitu sifat-sifat

bangun datar trapesium. Peneliti mempersiapkan soal-soal kelompok

dengan kunci jawabannya dan juga mempersiapkan soal-soal/kartu

turnamen dengan kunci jawabannya. Selain mempersiapkan

pembuatan soal-soal, peneliti juga membagi siswa kedalam beberapa

kelompok, peneliti mengelompokkan siswa mejadi 7 kelompok yang

berkemampuan akademik heterogen. Pembentukan kelompok tersebut

dilakukan dengan mengurutkan hasil tes siswa sebelum dilakukannya

penelitian, kelompok-kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang

baik dalam hal kemampuan akedemik maupun jenis kelamin dan

rasnya. (Pembentukan kelompok dapat diihat pada tebel 4.3)

b. Membagi siswa kedalam meja turnamen, pada kelompok turnamen

terdiri dari 6-7 siswa yang mempunyai kemampuan homogen dan


berasal dari kelompok berlainan. Cara pembentukannya secara detail

dapat dilihat pada gambar 2.4.

2. Detail kegiatan pembelajaran

f. Penyajian kelas, pada tahap pembukaan guru mata pelajaran

menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran dan

memberikan motivasi (prasyarat belajar). Saat pembelajaran kelas ini

peneliti sudah mempersiapkan soal-soal yang harus dikerjakan dalam

kelompok dan soal-soal/kartu turnamen. Dan pada tahap

pengembangan guru mata pelajaran memberikan penjelasan materi

sifat-sifat bangun datar trapesium secara detail sampai siswa tidak ada

yang bertanya lagi.

g. Belajar kelompok, guru mata pelajaran membacakan anggota

kelompok dan meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan

kelompoknya masing-masing. Kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang

anggotanya mempunyai kemampuan akademik heterogen. Guru mata

pelajaran memerintahkan kepada siswa untuk belajar dalam kelompok

(kelompok asal) yang bertujuan untuk lebih mendalami materi bersama

teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota

agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat turnamen. Pada saat

belajar kelompok, tiap kelompok mendiskusikan masalah bersama-

sama, membandingkan jawaban dan memperbaiki pemahaman yang

salah tentang suatu materi, tiap anggota kelompok melakukan yang

terbaik untuk kelompoknya dan dalam kelompok melakukan yang


terbaik untuk membantu sesama anggota. Jika ada satu anggota yang

tidak bisa mengarjakan soal atau memiliki pertanyaan yang terkait

dengan soal tersebut, maka teman sekelompoknya mempunyai

tanggungjawab untuk menjelaskan soal atau pertanyaan tersebut. Jika

dalam satu kelompok tersebut tidak ada yang bisa mengerjakan maka

siswa bisa meminta bimbingan guru. Setelah belajar kelompok selesai

guru mata pelajaran meminta kepada perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompok.

h. Validasi kelas, guru mata pelajaran meminta tiap-tiap kelompok untuk

menjawab soal-soal yang sudah didiskusikan sesama kelompoknya

dan guru menyimpulkan jawaban dari masing-masing kelompok untuk

didiskusikan bersama.

i. Turnamen, sebelum turnamen dilakukan, guru mata pelajaran dibantu

dengan peneliti membagi siswa kedalam meja-meja turnamen. Setelah

masing-masing siswa berada dalam meja turnamen berdasarkan

unggulan masing-masing kemudian guru membagikan satu set

seperangkat soal turnamen. Satu set seperangkat turnamen terdiri dari

kartu soal turnamen, lembar jawaban, dan poin gambar smile. Semua

seperangkat soal untuk masing-masing meja adalah sama. Pada tahap

awal turnamen, tiap perwakilan meja turnamen mengambil soal no. 1

dan dikerjakan secara individu. Setelah selesai menjawabnya, semua

siswa harus menaruh alat tulisnya di atas meja dan mendengarkan

kunci jawaban yang akan dibacakan oleh peneliti, kemudian bagi


jawaban yang benar akan mendapatkan 1 poin smile yang akan

dikumpulkan sebanyak-banyaknya dan pada tahap terakhir akan

dijumlahkan dengan anggota kelompok asalnya. Semua anggota

turnamen berhak mengambil sendiri poin yang telah disediakan

asalkan soal dijawab dengan benar. Kemudian dilanjutkan kesoal yang

ke-2 dan begitu seterusnya. Setelah usai turnamen, masing-masing

anggota turnamen mengumumkan siswa yang paling banyak

mendapatkan poin dan selanjutnya kelompok turnamen kembali

kekelompok asal sambil membawa poin-poin yang telah mereka dapat,

kemudian masing-masing kelompok akan menjumlah poin-poin

tersebut. Kelompok yang mendapat poin terbanyak maka dialah yang

akan menjadi juaranya. Juara yang diambil yaitu juara I, II dan III.

j. Penghargaan kelompok, peneliti mengumumkan tiga kelompok yang

mempunyai poin tertinggi diantara kelompok yang lain yang akan

mendapatkan hadiah dan piagam penghargaan dari peneliti. Kelompok

yang mendapat poin terbanyak pada siklus I adalah kelompok 7, 6 dan

1 sedangkan pada siklus II yaitu kelompok 3, 4 dan 7.

Setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I

dan siklus II, siswa aktif dalam bekerjasama dalam kelompok untuk

menyelesaikan masalah dan juga mereka merasa senang dengan pembelajaran

kooperatif tipe TGT karena tidak malu bertanya kepada teman, melatih

berfikir dengan cepat, dan dapat menumbuhkan sikap saling menghormati dan
menghargai pendapat orang lain sehingga dapat termotivasi untuk menguasai

materi pelajaran matematika secara detail

Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, pemberian pertanyaan

dalam angket, dan hasil tes atas penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT

pada mata pelajaran matematika, sebagaimana dijabarkan pada Bab IV telah

menunjukkan bahwa hipotesis yang dirumuskan di bab pendahuluan yang

berbunyi, “Jika pembelajaran kooperatif tipe TGT diterapkan dalam proses

pembelajaran Matematika, maka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang” Teruji.

Data-data secara kuantitatif menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tes

individual pada sebelum penelitian, siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan

yang signifikan.

B. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V MI Ar-Rahmah

Jabung Malang dengan Diterapkannya Pembelajaran Kooperatif Tipe

TGT.

Hasil tes akhir siklus menunjukkan prestasi belajar matematika siswa

meningkat setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dilihat

dari banyaknya siswa yang tuntas belajar. Dari data awal diketahui 32.43%

siswa yang tuntas belajar dan setelah pelaksanaan siklus I siswa yang tuntas

belajar naik menjadi 80%. Pada siklus II semua siswa naik menjadi 97.14%,

meskipun masih ada beberapa siswa yang mendapatkan hasil yang minim.

Sedangkan jika dilihat dari kriteria ketuntasan belajar secara klasikal maka
pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Karena hanya

80% siswa yang tuntas belajar tetapi pada siklus II sudah mencapai ketuntasan

belajar secara klasikal karena terdapat ≥85% siswa yang tuntas belajar. Hasil

penelitian ini sesuai dengan pendapat Rahardi yang menyatakan bahwa hasil

belajar siswa yang menggunakan model belajar kooperatif tipe TGT lebih baik

dari siswa yang menggunakan model konvensional.

Peningkatan prestasi yang terjadi di kelas V tersebut sangat

dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan yaitu pembelajaran

kooperatif tipe TGT. Karena faktor eksternal yang datang dari sekolah yang

dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah model pembelajaran yang

digunakan. Hal-hal yang ada dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa diantarannya adalah pembentukan

kelompok yang heterogen. Pembentukan kelompok secara heterogen dari segi

kemampuan akademik bertujuan agar siswa tidak hanya belajar dari guru

tetapi bisa belajar dari anggota kelompoknya yang berkemampuan

akademiknya lebih tinggi. Dan diharapkan siswa dapat lebih memahami

materi dengan penjelasan dari temannya sendiri. Berkaitan dengan hal

tersebut, Lie dalam bukunya menyatakan “Banyak penelitian menunjukkan

bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif

daripada pengajaran oleh guru. Hal ini disebabkan oleh latar belakang

pengalaman dan pengetahuan (skema dalam dunia pendidikan) para siswa

yang lebih mirip satu dengan yang lainnya dibandingkan dengan skema guru.

Selain yang telah disebutkan, keuntungan kelompok heterogen adalah:


1. Meningkatkan relasi dan interaksi antar siswa, dan

2. Memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu siswa

berkemampuan tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap

empat siswa.

Presentasi dan diskusi kelas juga berperan dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa. Dengan diskusi, mereka dapat saling mengetahui hasil

kelompok, mungkin hasilnya sama tetapi cara penyelesaiannya berbeda. Ini

berarti pengalaman belajar siswa bertambah, demikian juga pada saat diskusi

kelas, guru dapat mengetahui apakah konsep-konsep yang telah dipelajari

dapat dipahami oleh siswa. Apabila terjadi kesalahpahaman terhadap suatu

konsep, guru dapat segera meluruskan kesalahan tersebut.

Adapun ketidak berhasilan siklus I mencapai kriteria ketuntasan belajar

secara klasikal diduga karena soal turnamen tidak dibahas, dikoreksi, dan

dinilai sendiri oleh siswa sehingga motivasi belajar siswa berkurang. Hal ini

sesuai dengan pendapat Prayitno mulanya menyala-nyala dapat berkurang

bahkan hilang sama sekali karena guru kurang memberikan informasi tentang

angka penilaian yang mereka berikan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Prayitno

bahwa evaluasi secara transparan (dikoreksi dan dinilai sendiri oleh siswa

dengan bimbingan guru) mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini

disebabkan karena mereka menyadari kesalahan-kesalahan yang mereka

lakukan dan cara-cara yang seharusnya mereka lakukan. Berdasarkan hal ini

maka penskoran turnamen pada siklus II dilakukan sendiri oleh siswa dengan
bimbingan guru dan hasilnya ternyata sesuai dengan yang diharapkan, siswa

termotivasi untuk belajar sehingga prestasi belajar meningkat.

Meskipun penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V MI. Ar-Rahmah tetapi masih

terdapat beberapa siswa yang hasilnya hampir mendekati nilai minimal. Hal

ini disebabkan karena mereka cenderung pasif ketika berlangsung diskusi

kelompok. Hal ini diketahui peneliti dari hasil wawancara di kelas siswa yang

berkemampuan akademik tinggi. Siswa tersebut mengatakan bahwa anggota

kelompoknya yang tidak tuntas belajar diakibatkan karena dia tidak mau

bertanya jika ada materi yang belum dipahaminya padahal anggota kelompok

yang lain selalu mengajaknya untuk ikut berdiskusi, bertanya dan

menyampaikan pendapat. Pendapat lainnya adalah karena mereka diduga tidak

mau memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Ada diantara mereka yang

sering membuat ramai kelas karena senang mengganggu teman-temannya

yang lain. Sehingga pada saat tes banyak soal yang dijawab dengan salah.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ada 2 tahap dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu (1)

Pra kegiatan pembelajaran TGT; Persiapan membuat soal kelompok dan

soal turnamen beserta kunci jawabannya kemudian mengelompokkan

siswa mejadi 7 kelompok yang berkemampuan heterogen, setelah itu

membagi siswa kedalam meja turnamen, pada kelompok turnamen terdiri

dari 6-7 siswa yang mempunyai kemampuan homogen. (2) Detail kegiatan

pembelajaran; guru memberikan penjelasan materi sifat-sifat bangun datar

trapesium secara detail, kemudian belajar kelompok dilanjutkan dengan

mempresentasikan hasil diskusi kemudian guru menyimpulkan jawaban

dari masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama. Turnamen,

masing-masing siswa yang berkemampuan homogen berada dalam meja

turnamen kemudian guru membagikan satu set seperangkat soal turnamen

dan dikerjakan secara individu. Kemudian mencocokkan jawabannya dan

jawaban yang benar mendapatkan poin smile. Setelah selesai turnamen,

masing-masing kelompok menjumlahkan poin-poin tersebut, yang

mendapatkan hadiah dan piagam penghargaan yaitu dari kelompok 7, 6,

dan 1 pada siklus I sedangkan pada siklus II yaitu kelompok 3, 4 dan 7.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi

belajar matematika pada siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang

pada sub pokok bangun datar trapesium. Berdasarkan hasil tes individual
pada sebelum penelitian, siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan yang

signifikan, mulai dari tingkat keberhasilan sebelum diadakannya penelitian

sebesar 32.43%, setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe TGT tingkat keberhasilan yang dicapai siswa

pada siklus I meningkat menjadi 80%, kemudian pada siklus II meningkat

lagi menjadi 97.14%. Hal ini menunjukkan 97.14% siswa berhasil

mempelajari bangun datar trapesium pada mata pelajaran matematika dan

terjadi peningkatan prestasi belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang perlu

disampaikan sebagai berikut:

1. Guru mata pelajaran matematika di MI Ar-Rahmah disarankan untuk lebih

perhatian dan “telaten” dalam mengajarkan suatu materi kepada siswa yang

kemampuan akademiknya rendah.

2. Guru mata pelajaran matematika disarankan menggunakan hasil penelitian

ini sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pembelajaran

matematika terutama pada siswa yang berkemampuan akademiknya hampir

sama dengan siswa MI. Ar-Rahmah.

3. Untuk semua guru khususnya guru SD disarankan apabila mengajar

gunakanlah bahasa anak dan jangan terlalu cepat dalam menerangkan

materi khususnya materi pada pelajaran matematika, supaya siswa dapat

paham dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, Nur. 29 Maret 2009. Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Konsep


Jamur Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Head-
Together Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Gebog
(http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/meningkatkan-hasil-belajar-
biologi.htmlperbedaansmpn1boyolali.files.wordpress.com/2008/07/coop
erativ-l.pptIbrahim)

Arifin, Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Arifin. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Jurusan Pendidikan


Kimia FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Azizah, Siti Nurlailah. 2004. “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa


Antara Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Kooperatif Model TGT
Dan Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Konvensional Pada
Pokok Bahasan Statistika Siswa Kelas VIII SLTPN 2 Malang Tahun
Ajaran 2003/2004”, Skripsi, FMIPA UM Malang.

Djamarah, Syaiful Bakri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.

Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.

Erman, S. Ar. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung:


IMSTECJKA.

Heriani, Korelasi Tingkat Kesulitan Belajar Matematika Dengan Prestasi


Belajar Matematika di SMU. (http://diakses tanggal 28 Maret 2009)

Hidayah, Khusnul. 2005. “Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar
menggunakan Pembelajaran kooperatif Model TGT dan Siswa yang
Diajar Menggunakan Ekspository Pada Pokok Bahasan Toerema
Phytagoras di MTSN II Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang.
Is, Siti Rosmawar. 28 Maret 2009. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) Dan Kaitannya Dalam Meningkatkan Kapasitas Siswa
(|http://jurnal-kompetensi.blogspot.com/2008/02/model-pembelajaran-
kooperatif.html).

Kahfi, Shohibul. 2003. Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam


Pembelajaran Matematika. Malang: FMIPA UM.

Mardalis. 2006. Metode Penelitian suatu pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi


Aksara.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Muslimin, & Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.

Mujiono, & Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nasution, Wahyudin Nur. 28 Maret 2009. Efektivitas Strategi Pembelajaran


Koperatif dan ekspositori Terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau Dari
Cara Berpikir (http://rafiud.wordpress.com/assalamualaikum/ciri
kooperatif).

Noornia, Anton. 2005. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan STAD


(Student Teams Achievment Divisioan) pada Pengajaran Persen Kelas
VI SD Islam Maarif 02 Singosari”, Skripsi,FMIPA UM Malang.

Qohar, Mas’ud Hasan Abdul. 1983. Kamus Ilmu Populer. Jakarta: Bintang
Pelajar.

Rahayu, Sri. 1998. Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Ipa Jurnal


Matematika Ipa Dan Pengajarannya.Selvia. 2008. Belajar. 28 Maret
2009 (http://tpers.net/?p=935)

Rusyidah. 2005. “Belajar Kooperatif Model STAD untuk Membantu Pemahaman


Siswa pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas II SMP Negeri 4
Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang.
R. Soedjadi. 1999/2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

Sadiman, Arief. S., dkk. 2003. Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan
Manfaatnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sasmito, Heri. 2005. “Perbedaan Efektivitas Pembelajaran Matematika yang


Menggunakan Pendekatan Kooperatif model TGT dengan yang
Menggunakan Metode Ekspositori di SLTP LAB UM”, Skripsi, FMIPA
UM Malang.

Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajarani: Teori dan Praktek. Malang:


Elang Mas.

Silberman, Melvin L.. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Penerbit Nusamedia.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Srie N' Oedhien. 29 Maret 2009. Penerapan Model Cooperative Learning Teknik
Jigsaw (http://s1pgsd.blogspot.com/2008/12/penerapan-model-
cooperative-learning.html)

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Usman, M. Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Verawati, Usnida Junaeka. 2005. ”Perbedaan Prestasi Belajar Matematika siswa


kelas 1 SMP Negeri 6 Malang Melalui Pendekatan Pembelajaran
Kooperatif Model Jigsaw dan Ekspositori Pada Sub Pokok Bahasan
Keliling, Luas Persegi dan Persegi Panjang”, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UM Malang.

Widodo. 2000. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut.


Wijayanti, Ichad Carry. 2002. Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa yang
diajar dengan Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Pembelajaran
Konvensional pada Bahasan Dinamika Gerak Lurus di SMUN 5
Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang.

W.S. Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

--------------------http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. 29 Maret 2009

Anda mungkin juga menyukai