Anda di halaman 1dari 22

BAGAN GOLONGAN OBAT ANTIDIABETES

Generasi 1
Klorpropamid,Tolbutamid
Sulfonilurea Generasi 2
Glibenclamida, Glipizid
Gliclazide, Glimepiride,
Gliquidone, Gliburid

Meglitinide Repaglinid , Nateglinid

Biguanide Metformin
Pioglitazon ,
Thiazolidindion

A n ti h ip e rg lik e m ik A g e n t
Oral Reosiglitazone
Penghambat
Acarbosa , Miglitol
AlfaGlukosidase
Penghambat Sitagliptin Saxagliptin,
DPP IV Vildagliptin, Linagliptin
Penghambat
Dapagliifozin, Canaglifozin
SGLT 2
Agonist D2 Bromocriptin
Rapid Acting
Short Acting
Insulin
Intermediet Acting
Long Acting
Parentera
l Liraglutide, Exenatide,
Analog GLP
Albiglutide, Lixisenatide

Analog Amylin Pramlinitide


OBAT ANTIDIABETES YANG TERSEDIA DI RSU TANGERANG SELATAN

No Golongan Nama Obat Nama Obat Paten/merk Kekuatan Sediaan


Generik
Obat Oral
1 Sulfonilurea Glibenclamid 5 mg
Gliclazide Fonyln MR 60 mg
Glimepiride 2 mg, 3 mg
Gliquidone 30 mg
2 Thiazolidindione Pioglitazone - 15 mg
3 Penghambat Acarbosa - 50 mg, 100 mg
Alfa-
Glukosidase
4 Biguanid Metformin - 500 mg, 850 mg
5 Penghambat Linagliptin Trajenta 5 mg
DPP-IV
Obat Parenteral
1 Insulin
Kerja Cepat (Rapid Insulin lispro (Humalog) 100 Unit/ml
Acting) Insulin Aspart (Novorapid) 100 Unit/ml
Insulin Glulisin (Apidra Solostar) 100 Unit/ml
Insulin Aspart (Ryzodeg) 100 Unit/ml

Kerja lama (Long Insulin Glargine (Lantus Solostar) 100 Unit/ml


Acting) Insulin Detemir (Ezelin) 100 Unit/ml
(Levemir) 100 Unit/ml

Insulin Campuran Humalog mix Humalog mix 100 Unit/ml


Novomix Novomix 100 Unit/ml
CARA MENGGUNAKAN INSULIN PEN

 Insulin pen disuntikkan pada bagian perut, lengan, paha atas dan 7) Atur dosis sesuai anjuran dokter
pantat. Disarankan untuk mengganti titik penyuntikan insulin pen 8) Pilih lokasi bagian tubuh yang akan disuntik
setelah waktu dua hari berturut-turut 9) Suntikan insulin
 Cara menyuntikan insulin pen :  Usapkan kapas alkohol pada bagian yang akan disuntik
1) Mencuci tangan terlebih dahulu  Genggam pen dengan 4 jari, letakkan ibu jari pada tombol
2) Siapkan insulin pen, jarum, kapas alkohol dan tempat sampah dosis.
3) Sebelum digunakan, periksa tanggal kadaluarsa, warna dan  Mencubit kulit (bagian lemak) yang akan disuntik
kejernihan insulin menggunakan 2 jari
4) Persiapkan insulin pen dan lepaskan penutup insulin pen Pastikan  Segera suntikkan jarum dengan cara tegak lurus (sudut 90 o)
insulin tidak menggumpal dengan memutar mutar insulin pen dengan bagian tubuh yang akan di suntik
sampai gumpalan hilang secara perlahan (jangan dikocok)  Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis
5) Lepaskan kertas pembungkus dan tutup jarum sampai berhenti (klep dosis akan kembali pada nol).
 Buka kertas pembungkus dan tutup jarum pen  Biarkan jarum di tempat suntikan selama 5-10 detik untuk
 Tarik kertas pembungkus pada jarum pen memastikan insulin benar-benar masuk dan mencegah insulin
 Putar jarum insulin ke insulin pen keluar dari tempat suntikan,Melepaskan kulit yang dicubit,
 Lepaskan penutup luar jarum sehingga jarum tampak terlihat Tarik jarum dari tempat penyuntikan dan usap dengan kapas
6) Pastikan insulin pen siap digunakan, Pastikan tidak ada udara di alkohol, jangan di gosok atau dipijat
dalam insulin pen dan jarum berfungsi dengan baik  Persiapkan pen insulin untuk penggunaan berikutnya:
 Putar tombol pemilih dosis pada ujung pen untuk 1 atau 2 unit Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum
 Tahan insulin pen dengan jarum mengarah keatas dari pen
 Tekan tombol dosis dengan benar sambil mengamati  Tempatkan jarum yang telah dipakai pada wadah yang aman ,
keluarnya sedikit insulin Jika hendak digunakan kembali pastikan jarum disimpan
 Ulangi jika perlu sampai insulin terlihat di ujung jarum dalam keadaan bersih (desinfektan dengan alkohol).
 Tombol pemutar harus kembali ke nol setelah insulin terlihat
didalam pen (Pedoman Teknik Menyuntik Insulin Indonesia, 2017)
BAGAIMANA CARA PASIEN MEMANTAU GULA DARAH ?

1. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah


Tujuan : Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai dan Waktu pemeriksaan yang dianjurkan adalah pada saat sebelum
melakukan penyesuaian dosis obat, jika sasaran terapi belum makan, 2 jam setelah makan, menjelang waktu tidur (untuk
tercapai menilai risiko hipoglikemia), dan di antara siklus tidur (untuk
Jenis pemeriksaan : menilai adanya hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa
- Glukosa darah puasa : Pemeriksaan kadar glukosa darah gejala), atau ketika mengalami gejala seperti hypoglycemic
yang dilakukan setelah pasien puasa selama 8-10 jam spells. (tambahan informasi brp kali sehari)
- Glukosa darah sewaktu : Pemeriksaan gula darah yang
dilakukan setiap waktu, tanpa ada syarat puasa dan makan PGDM terutama dianjurkan pada penderita diabetes mellitus
- Glukosa darah 2 jam PP (Postprandial) : Pemeriksaan kadar yang direncanakan mendapat terapi insulin dengan keadaan
gula darah yang dilakukan saat 2 jam setelah makan pasien dengan HbA1C yang tidak mencapai target setelah terapi,
- Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) wanita yang merencanakan kehamilan, wanita hamil dengan
- Tes HbA1C : Pemeriksaan HbA1C diperiksa setiap 3 bulan hiperglikemia, dan kejadian hipoglikemia berulang
atau tiap bulan pada keadaan HbA1C yang sangat tinggi
(>10%). Pada pasien yang telah mencapai sasran terapi
disertai kendali glikemik yang stabil HbA1C diperiksa (Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe2 Di
paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun Indonesia, 2015)

2. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)


Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan
alat pengukur kadar glukosa darah. Penggunaannya sangat
mudah dan sederhana.
APA YANG HARUS DILAKUKAN JIKA PASIEN MENGALAMI HIPOGLIKEMIA ?

Hipoglikemia ditandai dengan menurun nya kadar glukosa 6. Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah mencapai
darah < 70 mg/dl normal, pasien diminta untuk makan atau mengkonsumsi snack
untuk mencegah berulangnya hipoglikemia.
 Klasifikasi hipoglikemia :
1. Hipoglikemia berat : Pasien membutuhkan bantuan orang lain Hipoglikemia Berat :
untuk pemberian karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya, 1. Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan
2. Hipoglikemia simtomatik apabila GDS < 70mg/dL disertai gejala berupa pemberian dekstrose 20% sebanyak 50 cc (bila terpaksa
hipoglikemia bisa diberikan dextore 40% sebanyak 25 cc), diikuti dengan infus
3. Hipoglikemia asimtomatik apabila GDS <70mg/dL tanpa gejala D5% atau D10%.
hipoglikemia 2. Periksa glukosa darah 15 menit setelah pemberian i.v tersebut. Bila
4. Probable hipoglikemia apabila gejala hipogllikemia tanpa kadar glukosa darah belum mencapai target, dapat diberikan ulang
pemeriksaan GDS. pemberian dekstrose 20%.
3. Selanjutnya lakukan monitoring glukosa darah setiap 1- 2 jam
 Rekomendasi pengobatan yang dilakukan jika pasien melakukan kalau masih terjadi hipoglikemia berulang pemberian Dekstrose
hipoglikemia : 20% dapat diulang
4. Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia
Hipoglikemia Ringan
1. Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa (karbohidrat
Pencegahan Hipoglikemia:
sederhana)
1. Lakukan edukasi tentang tanda, gejala, dan penanganan
2. Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk
hipoglikemi
karbohidrat lain yang berisi glukosa juga efektif untuk menaikkan
2. Anjurkan melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri
glukosa darah
(PGDM), khususnya bagi pengguna insulin atau obat oral
3. Jangan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak, karena
golongan insulin sekretagog.
dapat memperlambat respon kenaikkan glukosa darah.
3. Lakukan edukasi tentang obat-obatan atau insulin yang
4. Glukosa 15–20 g (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air dikonsumsi, tentang: dosis, waktu megkonsumsi, efek samping
adalah terapi pilihan pada pasien dengan hipoglikemia yang masih 4. Bagi dokter yang menghadapi penyandang DM dengan kejadian
sadar hipoglikemi perlu melalukan: Evaluasi secara menyeluruh tentang
5. Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus dilakukan status kesehatan pasien, pengobatan yang diberikan, jadwal makan,
setelah 15 menit pemberian upaya terapi. Jika pada monitoring kegiatan oleh raga, atau adanya penyakit penyerta yang
glukosa darah 15 menit setelah pengobatan hipoglikemia masih memerlukan obat lain yang mungkin berpengaruh terhadap
glukosa darah , Bila diperlukan mengganti obat-obatan yang lebih
tetap ada, pengobatan dapat diulang kembali.
kecil kemungkinan menimbulkan hipoglikemi.
(Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia, 2015)
TEKNIK PENYIMPANAN INSULIN DAN OBAT ORAL

 Simpan insulin yang sudah digunakan (pen, catridge atau botol ) pada suhu kamar maksimal 1 bulan setelah pemakaian
pertama dan belum kadaluarsa
 Simpan insulin yang belum dipakai didalam kulkas tetapi jangan disimpan didalam freezer
 Jarum yang telah digunakan dapat dikumpulkan kedalam wadah pembuangan yang aman berupa botol atau kaleng dan
setelah penuh dapat diserahkan ke pusat layanan kesehatan terdekat untuk dihancurkan. Jangan dibuang ke tempat
pembuangan umum
 Untuk obat oral dalam bentuk tablet dapat disimpan pada suhu kamar, dan lebih baik disimpan dalam kotak obat

(Pedoman Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus,2021)

BILA PASIEN TIDAK MENGKONSUMSI OBAT ANTIDIABETES


Kepatuhan minum obat anti diabetik mempengaruhi kadar gula darah pasien, oleh sebab itu kepatuhan minum obat anti dabetik
dapat menjadi pilihan pasien dalam mengendalikan gula darahnya. Bila pasien tidak patuh untuk rutin meminum obat antidiabetes
maka akan besar kemungkinan terjadinya kadar gula pasien yang tidak terkendali. Kepatuhan minum obat merupakan hal yang
penting bagi penderita diabetes melitus untuk mencapai sasaran pengobatan dan pencegahan komplikasi secara efektif. Terapi
pengobatan yang baik dan benar akan sangat menguntungkan bagi pasien diabetes terutama bagi pasien yang yang diwajibkan
mengkonsumsi obat dalam waktu lama dan seumur hidup.

(Hannan, M. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Bluto Sumenep. J.
Kesehat Wiraraja Med. 47–55 (2013))
1. Golongan Sulfonilurea
Sulfonilurea merupakan pemacu sekresi insulin (insulin secretagogue) yang memiliki struktur yang sama yaitu cincin benzena
dan sulfonilurea. SU generasi pertama memiliki substitusi hidrofilik polar yang relatif kecil, sedangkan SU generasi kedua
memiliki substitusi lipofilik non polar yang besar sehingga lebih mudah berpenetrasi ke membran sel dan menghasilkan
potensi yang lebih baik.

Indikasi Diabetes Melitus Tipe 2


Mekanisme Kerja Meningkatkan sekresi insulin dengan meningkatkan asupan calcium dan
mengaktifkan cAmp.
Kontraindikasi Gangguan fungsi hati, gagal ginjal, porfiria, ketoasidosis, kehamilan dan
menyusui.
Perhatian  Hati-hati menggunakan sulfonylurea pada pasien dengan resiko tinggi
hipoglikemia (orang tua, gangguan faal hati dan ginjal)
 Sulfonylurea tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada pasien yang
kebutuhan insulinnya tidak stabil, diabetes berat, DM pada kehamilan dan
keadaan gawat darurat.
Efek Samping Efek samping utama : hipoglikemia, peningkatan berat badan.
Mual, muntah diare,konstipasi, gangguan fungsi hati, reaksi hipersensitivitas.
Interaksi Obat Meningkatkan resiko hipoglikemik jika diberikan Bersama dengan insulin,
alkohol, fenformin, sulphonamid, salisilat dosis besar, phenylbutazone,
chloramphenicol.

1.1. Obat-obatan golongan Sulfonilurea Generasi Pertama


Tolbutamide
Dosis Dewasa : Dosis awal : 1-2 g setiap hari sebagai dosis tunggal di
pagi hari atau dalam dosis terbagi. Pemeliharaan :
0,25-2 g setiap hari. Maks: 3gram setiap hari.
Lansia : Dosis awal: 250 mg 1-3 kali/hari.
Dosis biasa : 0,5 - 2g. Maks: 3 gram/hari.

Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap tolbutamid, sulfonilurea. DM tipe 1,


diabetes dg ketosis, asidosis, koma diabetikum, atau komplikasi
akut lainnya (mis. pembedahan besar, infeksi berat atau trauma),
porfiria. Gangguan ginjal berat.

Efek Samping Hipoglikemia, mual, rasa penuh di epigastrium, nyeri ulu hati, sakit
kepala, pruritus, eritema, dan urtikaria, erupsi morbiliform atau
makulopapular, peningkatan berat badan, hiponatremia, sindrom
sekresi hormon antidiuretik yang tidak sesuai (SIADH), reaksi
fotosensitifitas.

Cara Minum Diminum Bersama dengan makanan atau segera setelah makan
pagi.

Klorpropamid
Dosis Dosis awal 250 mg sehari pada saat makan pagi (dosis lanjut usia
100-125 mg disesuaikan berdasarkan respon: dosis maksimum 500
mg sehari.

Kontraindikasi Pasien CKD, gangguan fungsi hati dan ginjal.

Efek Samping Gangguan GI (misalnya anoreksia, mual, muntah, ketidaknyamanan


epigastrium, kram perut, sembelit, diare), gejala neurologis yang
tidak jelas (misalnya sakit kepala, kelemahan, parestesia),
hipoglikemia.

Cara Minum Diminum Bersama dengan makanan

Tolazamid
Dosis 100-250 mg PO 1 – 2 x sehari. Tingkatkan dosis 100-250 mg/hari
pada interval mingguan untuk merespons; tidak melebihi 1 g/hari.
Gula darah puasa <200 mg/dL : 100 mg/hari PO
Gula darah puasa >200 mg/dL : 250 mg/hari PO
Kurang gizi, kurus, tidak makan dengan benar, atau lanjut usia : 100
mg/hari PO
Kontraindikasi Hipersensitivitas, alergi sulfa, Diabetes tipe I, ketoasidosis
diabetikum.
Efek Samping Hipoglikemia, mual, muntah, anoreksia, gas usus, diare, sembelit,
kram, penambahan berat badan, kelemahan, kelelahan, lesu, pusing,
vertigo.
Cara Minum Harus diminum Bersama makanan.

1.2. Obat-obatan golongan Sulfonilurea Generasi Kedua


Glibenklamid
Dosis Tablet biasa :
Awalnya, 2,5-5 mg setiap hari, disesuaikan dengan peningkatan 2,5
mg pada interval mingguan, berdasarkan respons pasien. Maks: 20
mg setiap hari. Dosis >10 mg dapat diberikan dalam 2 dosis terbagi.
Tablet pelepasan dimodifikasi:
Awalnya, 1,5-3 mg setiap hari, dapat ditingkatkan dengan
peningkatan 1,5 mg pada interval mingguan sesuai dengan respons
pasien. Maks: 12 mg setiap hari. Dosis >6 mg sehari dapat diberikan
dalam 2 dosis terbagi.
Kontraindikasi Riwayat reaksi alergi terhadap sulfonilurea atau sulfonamide,
gangguan ginjal dan hati yang parah, lansia (>70 tahun), kehamilan.
Efek Samping Hipoglikemia, anemia hemolitik (pada pasien dengan defisiensi
G6PD), penambahan berat badan.
Cara minum Harus digunakan bersama makanan. Makanlah dengan sarapan atau
segera setelah makan pagi.

Glimepiride
Dosis Dewasa: Dosis bersifat individual berdasarkan kadar glukosa darah
pasien. Awalnya, 1 mg setiap hari, dapat meningkat
dengan peningkatan 1 mg dengan interval 1-2 minggu
sesuai dengan respons. Pemeliharaan: 4 mg setiap hari.
Maks: 6 mg setiap hari.
Lansia : Awalnya, 1 mg sekali sehari.
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap glimepiride, sulfonilurea lain atau sulfonamid.
Diabetes tipe 1 atau diabetes yang bergantung pada insulin, dan
ketoasidosis diabetik (dengan atau tanpa koma). Gangguan ginjal
atau hati yang parah.
Efek Samping Hipoglikemia, anemia hemolitik (pada defisiensi G6PD), reaksi
hipersensitivitas (misalnya anafilaksis, angioedema, sindrom
Stevens-Johnson), penambahan berat badan.
Cara minum Harus digunakan bersama makanan. Tidak boleh melewatkan waktu
makan.

Gliquidone
Dosis Dosis awal 15 mg sehari disesuaikan hingga 45-60 mg sehari dalam 2
atau 3 kali dosis terbagi. Dosis maksimum pemberian tunggal 60 mg,
dosis maksimum 180 mg sehari.
Kontraindikasi Diabetes melitus tipe 1; ketoasidosis; infeksi parah; trauma; kondisi
parah lainnya.
Efek Samping Gangguan GI, hipoglikemia.
Cara Minum Harus diminum bersama makanan. Dosis kecil dapat diminum hingga
30 menit sebelum sarapan pagi. Dosis besar harus diberikan bersama
makanan. ;
Glipizid
Dosis Dosis awal 2,5 - 5 mg sehari; dosis maksimum harian 20 mg; sampai
15 mg dapat diberikan sebagai dosis tunggal, lebih tinggi dalam dosis
terbagi.
Kontraindikasi Diabetes melitus tipe 1; ketoasidosis; infeksi parah; trauma; kondisi
parah lainnya.
Efek Samping Reaksi dermatologis, sakit perut, diare dan konstipasi.
Cara Minum Diminum secepatnya sebelum makan pagi atau makan siang,
disesuaikan dengan respon,

Gliklazid
Dosis Dosis awal 40-80 mg 1 kali sehari; ditentukan berdasarkan respon:
hingga 160 mg diberikan bersama sarapan, dosis lebih tinggi
diberikan terbagi, maksimal 240 mg/hari dalam 1-2 kali
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap gliklazid; diabetes tipe 1; diabetes pre koma
dan koma, diabetes ketoasidosis; kelainan fungsi ginjal dan fungsi
hati berat
Efek Samping Reaksi pada kulit dan jaringan subkutan (rash, pruritus, urtikaria,
eritema, maculopapular rashes, bullous reaction, allergic
vasculitis dilaporkan pada penggunaan sulfonilurea lain), gangguan
hematologi, gangguan sistem hepato-biliari, peningkatan kadar enzim
hati, dan gangguan visual.
Cara Minum Paling baik dikonsumsi bersamaan dengan makanan

2. Golongan Meglitinide

Indikasi Antidiabetik agen


Mekanisme Kerja Menstimulasi pelepasan atau sekresi insulin.
Kedua obat ini mempunyai mula kerja cepat dan kerja singkat, dan
diminum dekat sebelum tiap kali makan. Repaglinid diberikan sebagai
monoterapi pada pasien yang tidak kelebihan berat badan atau pada
pasien yang kontraindikasi atau tidak tahan dengan metformin, atau dapat
diberikan kombinasi dengan metformin. Nateglinid hanya disetujui
digunakan bersama metformin.

Kontraindikasi Ketoasidosis, kehamilan dan menyusui.


Perhatian Pemberian insulin pada diabetes melitus yang disertai penyakit lain
(seperti infark miokardia, koma infeksi dan trauma) dan selama
pembedahan (hentikan pada pembedahan pagi hari dan diberikan kembali
setelah makan dan minum normal), lanjut usia, pasien lemah dan tidak
berdaya, gangguan fungsi hati sedang (hindari jika berat).

Efek Samping Kenaikan berat badan dan hipoglikemia

Nateglinide
Dosis Awal, 60 mg tiga kali sehari disesuaikan dengan respon, dosis
maksimal 180 mg tiga kali sehari,
Kontraindikasi Ketoasidosis, kehamilan dan menyusui
Efek Samping Hipoglikemia, reaksi hipersensitif termasuk pruritus, kemerahan dan
urtikaria.
Cara Minum Diberikan 30 menit sebelum makan,
Repaglinide
Dosis Dewasa: Sebagai monoterapi atau dalam kombinasi dengan
metformin: Awalnya, 0,5 mg. (untuk pasien yang menerima
antidiabetes lain dosis awalnya, 1mg.). Dapat menyesuaikan dosis
dengan interval 1-2 minggu, hingga maksimal 4 mg per dosis. Maks:
16 mg setiap hari
Kontraindikasi Ketoasidosis, gangguan fungsi hati berat, kehamilan dan menyusui
Efek Samping Nyeri perut, diare, konstipasi, mual, muntah, hipoglikemia (jarang
terjadi), reaksi hipersensitifitas termasuk pruritus, kemerahan,
vaskulitis, urtikaria dan gangguan penglihatan.
Cara Minum Harus diminum bersama dengan makanan. Biasanya diminum dalam
waktu 15 menit setelah makan atau 30 menit sebelum makan.

3. Golongan Biguanida

Metformin
Indikasi Diabetes Melitus Tipe 2. terutama untuk pasien dengan berat badan
berlebih (overweight), apabila pengaturan diet dan olahraga saja tidak
dapat mengendalikan kadar gula darah. Metformin dapat digunakan
sebagai monoterapi atau dalam kombinasi dengan obat antidiabetik
lain atau insulin (pasien dewasa), atau dengan insulin (pasien remaja
dan anak >10 tahun).

Mekanisme Kerja Menghambat perubahan laktat menjadi glukosa di hepar

Dosis  Tablet : dosis awal: 500 mg PO setiap 12 jam atau 850 mg PO


setiap hari dengan makanan; tingkatkan dosis secara bertahap 500
mg/minggu atau 850 mg setiap 2 Minggu berdasarkan kontrol
glikemik dan tolerabilitas
Dosis pemeliharaan : 1500-2550 mg/hari PO dibagi setiap 8-12
jam dengan makanan. Tidak melebihi 2550 mg/hari
 Tablet atau suspensi rilis diperpanjang : 500 mg sehari dengan
makan malam; titrasi 500 mg/hari tidak melebihi 2000 mg/hari
 Pencegahan Diabetes Tipe 2 (Off-label) : 850 mg PO qDay

Kontraindikasi dan Gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis, hentikan bila terjadi kondisi
Perhatian seperti hipoksia jaringan (sepsis, kegagalan pernafasan, baru
mengalami infark miokardia, gangguan hati), menggunakan kontras
media yang mengandung iodin (jangan menggunakan metformin
sebelum fungsi ginjal kembali normal) dan menggunakan anestesi
umum (hentikan metformin pada hari pembedahan dan mulai kembali
bila fungsi ginjal kembali normal), wanita hamil dan menyusui.
Efek Samping Anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya sementara), nyeri perut,
rasa logam, defisiensi vitamin B12, eritema, pruritus, urtikaria dan
hepatitis.
Cara Minum Harus diminum Bersama makanan.

4. Thiazolidinedion

Indikasi Diabetes Melitus Tipe 2


Mekanisme Kerja Agonis PPAR-gamma, sehingga meningkatkan sensitifitas insulin.
Pioglitazone
Dosis Dewasa: 15 atau 30 mg sekali sehari, ditingkatkan secara bertahap
jika perlu. Maks: 45 mg/hari.
Lansia: Tidak diperlukan penyesuaian dosis.
Kontraindikasi hipersensitivitas, gagal jantung atau memiliki riwayat gagal
jantung, kerusakan hati, ketoasidosis diabetik, kanker kandung
kemih atau riwayat kanker kandung kemih, penggunaan bersama
insulin.
Perhatian Hipersensitivitas terhadap pioglitazone, Ketoasidosis
diabetik, Gangguan hati sedang-berat (ALT >2,5x
ULN), CHF (NYHA kelas III, IV), kehamilan dan
menyusui.
Efek Samping Edema bila digunakan dalam kombinasi dengan sulfonilurea atau
insulin, Hipoglikemia, Infeksi saluran pernapasan atas, gangguan
penglihatan
Interaksi Obat hipoglikemia dapat terjadi dengan pemberian bersamaan sulfonilurea,
penghambat CYP2C8 (seperti gemfibrozil) dapat meningkatkan
kadar pioglitazon dalam darah, dan penginduksi CYP2C8 (seperti
rifampisin) dapat menurunkan kadar pioglitazon dalam darah.
Cara minum Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan.
Rosiglitazone
Dosis Dewasa: Sebagai monoterapi atau dalam kombinasi dengan
metformin atau sulfonilurea atau dengan keduanya: 4
mg/hari, dapat ditingkatkan setelah 8-12 minggu hingga
maksimal 8 mg/hari jika respons tidak adekuat. Dosis
dapat diberikan dalam dosis tunggal atau 2 dosis
terbagi.
Lansia: Tidak diperlukan penyesuaian dosis.
Kontraindikasi gagal jantung, riwayat gagal jantung, penyakit jantung iskemik,
sindrom koroner akut, penyakit hati aktif atau pasien dengan
ALT>2,5x batas atas normal (ULN). Tidak untuk digunakan dalam
pengobatan DM tipe 1 atau ketoasidosis diabetikum. Penggunaan
bersama dengan insulin dan nitrat.
Efek Samping Peningkatan risiko patah tulang pada wanita; penambahan berat badan
(berkaitan dengan dosis), hiperglikemia, gangguan GI, nafsu
makan meningkat,peningkatan kolesterol,CHF, hepatotosi
Cara Minum Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan.

5. D2 dopamine agonist

Bromocriptine
Indikasi Diabetes Melitus Tipe 2
Mekanisme Kerja Penambahan bromokriptin pada pasien
diabetes tipe 2 yang kurang terkontrol
yang diobati dengan diet saja,
metformin, sulfonilurea, atau
thiazolidinediones menghasilkan
penurunan 0,5-0,7 pada HbA1c.
Bromokriptin juga mengurangi kadar
asam lemak bebas plasma puasa dan
pasca-makan (FFA) dan trigliserida.
Dosis Dosis awal 0,8 - 1,6 mg/hari selama 2
minggu
Dosis biasa berkisar antara 1,5-4,8 mg/hari; tidak
melebihi 4,8 mg (6 tablet)/hari
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap bromokriptin, wanita yang
sedang menyusui dan pasien pasca melahirkan.
Efek Samping Mual, sakit kepala, rhinitis, pusing, kelelahan,
sembelit.
Cara minum Obat harus dikonsumsi Bersama dengan
makanan. berikan dalam waktu 2 jam
setelah bangun di pagi hari. Jika dosis
terlewat, tunggu sampai keesokan
paginya untuk minum obat

DAFTAR PUSTAKA :
BPOM. 2021. Pusat Informasi Obat Nasional. Diakses melalui http://pionas.pom.go.id/
DeFronzo RA. From the triumvirate to the opminous octet: a new paradigm for the treatment of type 2 diabetes mellitus.
Diabetes. 2009;58:773-95
Medscape. 2021. Drug Information diakses melalui https://reference.medscape.com/
MIMS. 2021. Drug Information. Diakses melalui https://www.mims.com/indonesia/
Ralph A. DeFronzo, MD. Diabetes Care. 2011;34(4):789-794.

Anda mungkin juga menyukai