Anda di halaman 1dari 6

BAGAN GOLONGAN OBAT ANTIDIABETES

Generasi 1
Klorpropamid,Tolbutamid
Sulfonilurea Generasi 2
Glibenclamida, Glipizid
Gliclazide, Glimepiride,
Gliquidone, Gliburid

Meglitinide Repaglinid , Nateglinid

Biguanide Metformin
Pioglitazon ,
Thiazolidindion

A n ti h ip e rg lik e m ik A g e n t
Oral Reosiglitazone
Penghambat
Acarbosa , Miglitol
AlfaGlukosidase
Penghambat Sitagliptin Saxagliptin,
DPP IV Vildagliptin, Linagliptin
Penghambat
Dapagliifozin, Canaglifozin
SGLT 2
Agonist D2 Bromocriptin
Rapid Acting
Short Acting
Insulin
Intermediet Acting
Long Acting
Parentera
l Liraglutide, Exenatide,
Analog GLP
Albiglutide, Lixisenatide

Analog Amylin Pramlinitide


OBAT ANTIDIABETES YANG TERSEDIA DI RSU TANGERANG SELATAN

No Golongan Nama Obat Nama Obat Paten/merk Kekuatan Sediaan


Generik
Obat Oral
1 Sulfonilurea Glibenclamid 5 mg
Gliclazide Fonyln MR 60 mg
Glimepiride 2 mg, 3 mg
Gliquidone 30 mg
2 Thiazolidindione Pioglitazone - 15 mg
3 Penghambat Acarbosa - 50 mg, 100 mg
Alfa-
Glukosidase
4 Biguanid Metformin - 500 mg, 850 mg
5 Penghambat Linagliptin Trajenta 5 mg
DPP-IV
Obat Parenteral
1 Insulin
Kerja Cepat (Rapid Insulin lispro (Humalog) 100 Unit/ml
Acting) Insulin Aspart (Novorapid) 100 Unit/ml
Insulin Glulisin (Apidra Solostar) 100 Unit/ml
Insulin Aspart (Ryzodeg) 100 Unit/ml

Kerja lama (Long Insulin Glargine (Lantus Solostar) 100 Unit/ml


Acting) Insulin Detemir (Ezelin) 100 Unit/ml
(Levemir) 100 Unit/ml

Insulin Campuran Humalog mix Humalog mix 100 Unit/ml


Novomix Novomix 100 Unit/ml
Cara Penggunaan Insulin Pen

Lokasi Penyuntikan Insulin Pen


Lokasi penyuntikan umumnya pada bagian perut (abdomen), lengan, paha atas dan pantat. Disarankan untuk mengganti titik injeksi
penyuntikan insulin pen setelah waktu dua hari berturut-

Cara Penyuntikan Insulin Pen


1) Mencuci tangan terlebih dahulu
2) Siapkan insulin pen, jarum, kapas alkohol dan tempat sampah
3) Sebelum digunakan, periksa tanggal kadaluarsa, warna dan kejernihan insulin
4) Persiapkan insulin pen dan lepaskan penutup insulin pen Pastikan insulin tidak menggumpal sengan memutar mutar insulin pen sam pai
gumpalan hilang secara perlahan (jangan dikocok)
5) Lepaskan kertas pembungkus dan tutup jarum
 Buka kertas pembungkus dan tutup jarum pen
 Tarik kertas pembungkus pada jarum pen
 Putar jarum insulin ke insulin pen
 Lepaskan penutup luar jarum sehingga jarum tampa
6) Pastikan insulin pen siap digunakan, Pastikan tidak ada udara di dalam insulin pen dan jarum berfungsi dengan baik
 Putar tombol pemilih dosis pada ujung pen untuk 1 atau 2 unit
 Tahan insulin pen dengan jarum mengarah keatas
 Tekan tombol dosis dengan benar sambil mengamati keluarnya sedikit insulin
 Ulangi jika perlu sampai insulin terlihat di ujung jarum
 Tombol pemutar harus kembali ke nol setelah insulin terlihat didalam pen
7) Atur dosis sesuai anjuran dokter
8) Pilih lokasi bagian tubuh yang akan disuntik
9) Suntikan insulin
 Usapkan kapas alkohol pada bagian yang akan disuntik
 Genggam pen dengan 4 jari, letakkan ibu jari pada tombol dosis.
 Mencubit kulit (bagian lemak) yang akan disuntik menggunakan 2 jari
 Segera suntikkan jarum dengan cara tegak lurus (sudut 900
 ) dengan bagian tubuh yang akan di suntik
 Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai berhenti (klep dosis akan kembali pada nol).
 Biarkan jarum di tempat suntikan selama 5-10 detik untuk memastikan insulin benar-benar
masuk dan mencegah insulin keluar dari tempat suntikan,Melepaskan kulit yang dicubit, Tarik jarum dari tempat penyuntikan dan
usap dengan kapas alkohol, jangan di gosok atau dipijat
10) Persiapkan pen insulin untuk penggunaan berikutnya : Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen , Tempatkan
jarum yang telah dipakai pada wadah yang aman , Jika hendak digunakan kembali pastikan jarum disimpan dalam keadaan bersih
(desinfektan dengan alkohol)
(Pedoman Teknik Menyuntik Insulin Indonesia 2017)

Cara Pasien Memonitoring Kadar Glukosa Darah Nya


Pada praktek sehari-hari, hasil pengobatan DM harus dipantau secara terencana dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:

 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah


Tujuan pemeriksaan glukosa darah: Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai ,Melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai
sasaran terapi
Waktu pelaksanaan pemeriksaan kadar glukosa darah: Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ,Glukosa 2 jam setelah makan, atau Glukosa
darah pada waktu yang lain secara berkala sesuai dengan kebutuhan. Umumnya dapat menggunakan alat glukometer

 Pemeriksaan HbA1C
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai glikohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi (disingkat sebagai HbA1C),
merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Untuk melihat hasil terapi dan rencana
perubahan terapi, HbA1c diperiksa setiap 3 bulan (E), atau tiap bulan pada keadaan HbA1c yang sangat tinggi (>10%).
Pada pasien yang telah mencapai sasran terapi disertai kendali glikemik yang stabil HbA1C diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun (E).
HbA1C tidak dapat dipergunakan sebagai alat untuk evaluasi pada kondisi tertentu seperti: anemia, hemoglobinopati, riwayat transfusi darah
2-3 bulan terakhir, keadaan lain yang mempengaruhi umur eritrosit dan gangguan fungsi ginjal

 Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)


Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan menggunakan darah kapiler. Saat ini banyak didapatkan alat pengukur kadar
glukosa darah dengan menggunakan reagen kering yang sederhana dan mudah
Waktu pemeriksaan PGDM bervariasi, tergantung pada tujuan pemeriksaan yang pada umumnya terkait dengan terapi yang diberikan. Waktu
Yang dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2 jam setelah makan (untuk menilai ekskursi glukosa), menjelang waktu tidur (untuk
menilai risiko hipoglikemia), dan di antara siklus tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau ketika
mengalami gejala seperti hypoglycemic spells (B). PGDM terutama dianjurkan pada: Penyandang DM yang direncanakan
mendapat terapi insulin Penyandang DM dengan terapi insulin dengan keadaan sebagai berikut : Pasien dengan A1C yang tidak mencapai
target setelah terapi, Wanita yang merencanakan hamil , Wanita hamil dengan hiperglikemia , Kejadian hipoglikemia berulang
(Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia, 2015)

Yang Harus Dilakukan Kalo Pasien Hipoglikemi


Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah < 70 mg/dl. Sebagian pasien dengan diabetes dapat menunjukkan gejala
glukosa darah rendah tetapi menunjukkan kadar glukosa darah normal. Pasien dengan resiko hipoglikemi harus diperiksa mengenai
kemungkinan hipoglikemia simtomatik ataupun asimtomatik pada setiap kesempatan.

Hipoglikemia dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian terakit dengan derajat keparahannya, yaitu : Hipoglikemia berat: Pasien
membutuhkan bantuan orang lain untuk pemberian karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya, Hipoglikemia simtomatik apabila GDS <
70mg/dL disertai gejala hipoglikemia, Hipoglikemia asimtomatik apabila GDS <70mg/dL tanpa gejala hipoglikemia, Probable hipoglikemia
apabila gejala hipogllikemia tanpa pemeriksaan GDS.

Rekomendasi pengobatan yang dilakukan jika pasien melakukan hipoglikemia:


Hipoglikemia Ringan:
1. Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa (karbohidrat sederhana)
2. Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk karbohidrat lain yang berisi glukosa juga efektif untuk menaikkan glukosa darah.
(E)
3. Makanan yang mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikkan glukosa darah.
4. Glukosa 15–20 g (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air adalah terapi pilihan pada pasien dengan hipoglikemia yang masih sadar
(E)
5. Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus dilakukan setelah 15 menit pemberian upaya terapi. Jika pada monitoring glukosa
darah 15 menit setelah pengobatan hipoglikemia masih tetap ada, pengobatan dapat diulang kembali. (E)
6. Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah mencapai normal, pasien diminta untuk makan atau mengkonsumsi snack untuk
mencegah berulangnya hipoglikemia. (E).

Pengobatan pada hipoglikemia berat:


1. Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa pemberian dekstrose 20% sebanyak 50 cc (bila terpaksa bisa
diberikan dextore 40% sebanyak 25 cc), diikuti dengan infus D5% atau D10%.
2. Periksa glukosa darah 15 menit setelah pemberian i.v tersebut. Bila kadar glukosa darah belum mencapai target, dapat diberikan ulang
pemberian dextrose 20%.
3. Selanjutnya lakukan monitoring glukosa darah setiap 1- 2 jam kalau masih terjadi hipoglikemia berulang pemberian Dekstrose 20% dapat
diulang
4. Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia (E)

Pencegahan hipoglikemia:
1. Lakukan edukasi tentang tanda dan gejala hipoglikemi, penanganan sementara, dan hal lain harus dilakukan
2. Anjurkan melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM), khususnya bagi pengguna insulin atau obat oral golongan insulin
sekretagog.
3. Lakukan edukasi tentang obat-obatan atau insulin yang dikonsumsi, tentang: dosis, waktu megkonsumsi, efek samping
4. Bagi dokter yang menghadapi penyandang DM dengan kejadian hipoglikemi perlu melalukan: §Evaluasi secara menyeluruh tentang status
kesehatan pasien, Evaluasi program pengobatan yang diberikan dan bila diperlukan melalukan program ulang dengan memperhatikan
berbagai aspek seperti: jadwal makan, kegiatan oleh raga, atau adanya penyakit penyerta yang memerlukan obat lain yang mungkin
berpengaruh terhadap glukosa darah , Bila diperlukan mengganti obat-obatan yang lebih kecil kemungkinan menimbulkan hipoglikemi.
(Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia, 2015)

Teknik Penyimpanan Insulin dan obat oral


Simpan insulin yang sudah digunakan (pen, catridge atau botol ) pada suhu kamar maksimal 1 bulan setelah pemakaian pertama, dan belum
kadaluarsa. Simpan insulin yang belum dipakai didalam kulkas tetapi jangan disimpan didalam freezer Jarum yang telah digunakan dapat
dikumpulkan kedalam wadah pembuangan yang aman berupa botol atau kaleng dan setelah penuh dapat diserahkan ke pusat layanan
kesehatan terdekat untuk dihancurkan. Jangan dibuang ke tempat pembuangan umum
untuk obat oral dalam bentuk tablet dapat disimpan pada suhu kamar , dan lebih baik disimpan dalam kotak obat .
(Pedoman Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus ,2021)

Bila Pasien Tidak Patuh Minum Obat Diabetes


Kepatuhan minum obat anti diabetik mempengaruhi kadar gula darah pasien, oleh sebab itu kepatuhan minum obat anti dabetik dapat menjadi
pilihan pasien dalam mengendalikan gula darahnya. Bila pasien tidak patuh untuk rutin meminum obat antidiabetes maka akan besar
kemungkinan terjadinya kadar gula pasien yang tidak terkendali. Kepatuhan minum obat merupakan hal yang penting bagi penderita
diabetes melitus untuk mencapai sasaran pengobatan dan pencegahan komplikasi secara efektif. Terapi pengobatan yang baik dan benar akan
sangat menguntungkan bagi pasien diabetes terutama bagi pasien yang yang diwajibkan mengkonsumsi obat dalam waktu lama dan seumur
hidup. (Hannan, M. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Bluto Sumenep.
J. Kesehat Wiraraja Med. 47–55 (2013))

Anda mungkin juga menyukai